Telah kau tinggalkan luka diatas luka, mengering diujung asa.
Kau biarkan merana merajalela,merajam jiwa meracuni raga.
Kau berpesta pora dengan durjana , menarikan tarian erotis pembunuh nurani.
Tak berdayaku berujung putus asa, terus saja tersia-sia, menemukan jalan buntunya.
Ratapanku lengkingan kalbu porak poranda diujung egomu,
malah kau tertawakan bersama sorak sorai diclabing malam-malammu.
Datangmu cuma memuaskan haus dahaga, mengira aku pemuncak nafsu belaka.
Setelah lela, kau tinggalkan nuraniku kering dibatang asa,
dan kau pergi bersama caci maki ,
menghujat semua daya yang kutanam diberanda sukma.
Kini aku telah siuman dari mimpi yang terus menerus kau tanamkan dihati welas asih milikku.
Akan kubutakan mataku untuk menatap senyum sinis mengejekmu.
Akan kutulikan telingaku untuk mendengar rayu palsu mulut berbisamu.
Akan kulumpuhkan kaki tanganku untuk mengulurkan sisa welas asihku.
Kini pergilah dengan leluasa, anggap kita tak pernah bersua.
Oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham.-
(JT) Pondok bambu istanaku, Rabu 10 July 2013wib.-
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar