UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Sabtu, 30 Desember 2017

CINTA TAK DIANGGAP


Kau yang selalu dihati ku
Meski jauh dari pandangan ku
Aku selalu ada untuk mu
Meski kau selalu menyapa nya bukan aku

Kamu mencinta nya
Kamu mengharapkan nya
Kamu tak melihat ku
Seolah kau tak tau akan hadir ku

Aku bisa menyimpan rasa cinta ku
Tapi ku tak bisa menyimpan cemburu ku
Aku disini kasih
Meski kau tak lihat aku kasih

Gerimis mata ku ingat kamu
Menetes lah air kerinduan ku akan mu
Walau kau tak disisiku
Percayalah hati ini putih penuh kasih untukmu

Medan 30122017
Fatircool
Yv, (YuliaVebian)

CATATAN SANG MUSAFIR


Tak peduli bagiku
Mengorbankan seluruh hidup
Bahkan hanya untuk satu nama saja.

Yang melekat
Tepat di dasar kalbu
Menyeretku pada sebuah perjumpaan
Yang kuminta dengan segera.

Meski harus kutelan semua rasa pahit..
Aku ingin kembali suatu saat nanti.
Menelusuri jalan~jalan berduri menujumu
Yang terpenjara oleh angkara.
Untuk memberimu harap.

Agar engkau dapat bebas,
Agar engkau menemani sepanjang perjalanan ini;
Di kemudian hari.

By : :Ansy
Layla Dct
Seluma,30 Des 2017

SECUIL TERIMAKASIH





Baru terlahir aku yang melihat dunia
Belai kasih nan tulusmu menggenggam jemari
Menina bobok tuk menjaga lelap
Di kamar hangat yang penuh dekap

Di sini berjuta harap tersematkan
Larikan dan titisan aksara tertata indah
Melahirkan dimensi yang tak ternilai
Oleh perjuangan tanpa pamrih penuh kasih

Walaupun baru sekejap
Aku hadir dan bertandang
Namun begitu tenang ku terlelap
Tuk menciptakan karya yang selalu mencuat berulang-ulang

Met MILAD RPS..
Makasih tak terkata tuk mas Ahmed El Hasby
Kepedulianmu menjadi mutiara di hati kami para pendulang seni..
Jayalah selalu untuk menjadi yang terbaik di antara yang baik.

By : Puji Astuti
JOGJA, 6 Juni 2017

PUJI ASTUTI



Jumat, 29 Desember 2017

CINTA DI PAGI YANG MENDUNG



Engkau melangkah dengan begitu pelan,
Gaun merah, diantara keramaian,
Bisingnya kota, dan aroma kendaraan,
Lalu lalang para pejalan kaki,
Engkau begitu anggun dengan kerudung yang menutupi seluruh tubuhmu,

Aku meneguk secangkir kopi hitam,
Pagi hari, selang beberapa menit,
Tampak sepasang kekasih berusia renta,
Tawa dan pandangan mereka saling memberi sinyal,
Akan cinta serta kasih sayang,

Aku masih saja diam, memandangmu dari kejauhan,
Memperhatikan sepasang kekasih yang begitu bahagia,

"Sebentar aku pesankan secangkir teh hangat untukmu"
Berucap si kakek bersama senyum di wajahnya,
Berjalan melewati beberapa pengunjung,
Hingga ia dapati penjual bunga di balik jalan,
Ia mendekati, si penjual bunga yang masih remaja,
Mengambil setangkai mawar merah dengan bungkus nun rapi,
Semakin tersenyum dan ia mulai kembali,

Jaraknya tidak terlalu jauh,
Dengan usia renta, itulah cinta,

Ia mendekati istrinya, secangkir kopi di tangan kanan dan setangkai mawar di tangan kiri,
"Ini secangkir teh untukmu"
Yah, tampak senyum nun tulus dari wajah istrinya,
Mengisyaratkan kasih sayang,
Rindu serta cinta.

Ah, gadis bergaun merah, dengan kerudung yang meutupi seluruh tubuhnya,
Aku memalingkan wajah, sejenak untuk melihatmu,
Buku kecil dan pena, dalam tulisan ini aku mengagumimu,
Nun indah lagi bercahaya,
Nun santun lagi beramah tamah,
Sungguh aku ingin menghalalkanmu,
Di depan keluargamu untuk aku meminangmu,

Terdengar suara beserta tepuk tangan,
Para pengunjung nun begitu antusias,

Duhai gadis bergaun merah,
Engkau tahu apa yang lihat?

Pemandangan luar biasa di pagi yang mendung,
Si kakek berlutut dengan mengeluarkan mawar merah di tangan kirinya,
Ia mengucap cinta, cinta dan kasih sayang,
Diantara pengunjung, ungkapan cinta di pagi nun mendung,

"Sayang, mawar ini tidaklah seberapa dengan kebersamaan yang telah kita lalui, terima kasih untuk dirimu yang telah bersedia menemani aku selama ini, hidup yang sementara, denganmu aku ingin meraih Surga yang telah dijanjikan"

Aku tersenyum, dibalik diam yang mengusik hati,
Dapatkah aku melakukan hal seperti itu?
Dengan ia yang aku kagumi, dengan ia yang aku cintai,

Harapku untukmu agar dapat bersama,
Meraih Surga, tempat terindah seluas langit dan bumi,
Pephonan, buah-buahan, serta sungai-sungai nun mengalir,

Duhai gadis bergaun merah,
Tunggulah jika engkau bersedia,
Karena aku tiada memiliki upaya untuk berucap janji,
Hanya Do'a sebagai perantara, atas inginku untuk meminangmu,
Biarlah jarak memisahkan,

Dalam hijab kita saling mengharapkan,
Biarlah sujud sebagai jalan,
Untukmu dan aku di pertemukan,
Pada waktu terbaik,
Naungan cinta Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Padang, 24 Desember 2017
~Alek Wahyu~

PEREMPUAN TUA YANG SENDIRI



Perjalanan panjang yang menyesatkan.
Membawanya pada tepian curam
Lepaskan semua kekuatan
Dan lumpuh ditepian jurang.

Jiwanya memutih..
menua dalam kesepian
Setelah kesempatan yang dimilikinya
Dilarikan kekacauan yang tiba~tiba.

Yang ia tahu,
Nafas adalah sebuah senyum.
Meski menjadi utuh tak selamanya dapat terjadi dengan mudah.

Oleh : Layla Dct
Seluma, des 2017


INDAHNYA BERSAMAMU RPS




Setiap detik berlalu
Bertambah panjang langkah perjalanan
Semakin jauh jarak yang tertempuh dalam merajut butiran-butiran kosa
Pada dinding yang tertera
RPS.. Happy Milad yua 

Dalam perjalanan mengais kata mengikat sajak dan puisi
Kami bagaikan anai-anai tanpa arah dan tuju
Kini adamu, bersamamu
Kami seolah menemukan tempat singgah
Yang terkemas rapi nan indah tanpa takut sang garong
Mencundangi hak cipta dan karya 

Kaulah sang hero yang menawarkan kasih
Akan dekap rengkuhmu menjadikan kami satu
Dalam cupu manikmu
Tanpa bingung tertohok desir rasa kehilangan
dalam was-was jiwa
Pula tanpa takut sesat karya, yang sewaktu-waktu bisa di plagiat predator

RPS.. 
Seucap kata yang paling indah
Yang dapat kupersembahkan untukmu
Bunga-bunga kasih tetaplah bermekaran di ruang nan indah ini
Sambung sinambung berjuta karya
Pula silaturahmi berjabat rasa-- 

Hari jadimu munajat cinta kasih 
Doaku selalu bertasbih
Jayalah RPS
Perjalanan ini masih panjang
Mari kita terus berdendang karya

Ahmed El Hasby 
Indahnya yang indah
Adalah kasihmu yang menyatukan kami para pengais ilusi
Kau jadikan senandung klasik di ruang kerja seni
Sekuntum melati kusemat untukmu 
Tetaplah merengkuh kami dalam semangat hakiki
Love you forever adik n RPS. 

Cepu. 6/6/2017
By RETNO RENGGANIS.
LOVE.. LOVE..LOVE..FOREVER 

RETNO RENGGANIS




Rabu, 20 Desember 2017

UNTUK MU RPS





bait bait kata pada sketsa sastra kemarin terserak pada kertas kertas malang
hingga terlupa akal ku
sebab larik tiada bertemu wadah nya
lama masa berselang
hingga hampir lekang di ingatan juga jiwa ikut terkekang
waktu pula memburu mencari terang
hasrat pujangga mulai terbenam rindu
memaksa berlari mencari peti kesana kemari
tempat harta karun nya agar tesimpan rapi

hingga bertemulah jiwa pada bilah ruang nan megah
banyak syair syair indah padu padan
tertata pada tiap tiap dinding ruang nya
lahir dari tangan tangan ulung penyair penyair mahsyur
beruntung langkah bisa bertamu di rumah ini
pintu pula tiada terkunci
sungguh tuan rumah tiada bosan dalam jamuan
terima kasih daku ucapkan
telah kenankan bait demi bait coretan ku ikut di tata pada ruang istana dalam bingkai bingkai sastra
di rumah ini
di Ruang Pekerja Seni
Dirgahayu dirimu
Jayalah selalu dalam karya cipta
lahirkan sastra demi sastra dari jemari jemari ulung petarung karya pada kertas kertas dunia

Salam cinta satu jiwa
RPS sukses dan jaya

Olehku Mahyaruddin 
pengendarabesitua
#pondokteduh_

MAHYARUDDIN




Minggu, 10 Desember 2017

JERITAN YANG TAK DIDENGAR


Wahai jiwa Wahai hati
Tetap lah menari
Teruslah jangan henti
Esok hari tubuh ringkih ini akan berlari
Berlari diantara kumpulan air
Air mata dari ribuan mata.

Esok.. Mulut ini akan kembali teriak
Sampai serak..
Jari akan tetap menari
Penuh nafsu diatara huruf huruf dan angka
Berbicara dalam diam membisu
Walau tiada mata mereka melihat
Tiada telinga mereka mendengar
Tiada hati mereka merasa.

Aku tutup mata ku
Sekedar mencari sebuah lelap
Lelap tanpa dekap...
Mengumpulkan sisa tenaga
Untuk teriak....

KAPAN PARIT BATU ADA..
AGAR SEDIKIT ADANYA AIR MATA

BY : ANDREANT HANIF

Sabtu, 25 November 2017

BILIK TERAKHIR


Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Dalam pelukan, bertaman bunga yang dikala senja,
Pada Do'a, bersama sujud yang engkau dan aku hantarkan,
Menembus langit, menjadikan takdir yang didalamnya terdapat ikhtiar,
Bersama rindu yang terbentang hijab antara engkau pun diriku,
Dengan kasih sayang, mengharap Ridho Allah 'Azza wa Jalla.

Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Keinginan pada satu titik yang sama,
Engkau pun diriku,

Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Bercocok tanam dengan riangnya para pejalan kaki,
Senyuman para tetangga yang begitu mengenal Sunnah,
Menegakkan Tauhid, landasan utama dalam beragama,

Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Hingga engkau kudapati bersama niat di dalam penantian,
Tangisan bahagia,
tatkala Ar-Rahman kulantunkan,
Keheningan nun begitu damai,
Hingga akhir,
Kata sah dari wali dan para saksi,

Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Kesempurnaan agama dalam mencapai Jannah,
Engkau yang berdiri dibelakangku,
tatkala Ruku' dan Sujud,
Engkau yang duduk disampingku,
tatkala membaca, menghafal, serta mengamalkan Kalammullah

Dan,
Tidaklah yang aku inginkan darimu,
Melainkan satu bilik yang terdapat di dalam hatimu,
Tingkatan cinta yang paling sederhana,
Engkau pun diriku,
Dalam naungan cinta,
Allah Tabaraka wa Ta'ala.

~Alek Wahyu Nurbista Lukmana~

Minggu, 22 Oktober 2017

KEARIFAN NUSANTARA



Kearifan nusantara
Telah di haru biru
Oleh cikar peradaban
Melalui budaya siap saji

Anak-anak dari seribu pulau berlari
Mencoba mengejar masa depan
Dengan menyongsong matahari

Keariafan nusantara
Telah di gerus waktu
Melalui aneka lagu dan tari
Anak-anak dari seribu pulau berlomba
Mencoba melukis harapan
Dengan semburat pelangi

kearifan nusantara
Adalah tarian anak-anak dari Sabang
Dalam gemulai didong, saman dan seudati
Kearifan nusantara
Adalah nyanyian anak-anak dari Merauke
Dalam dendang sajojo, e mambo simbo, dan apuse

Yang di tengah-tengahnya
Berkelindan kearifan budaya
Batak, Minang, Sunda, Jawa, Madura
Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor
Dayak, Banjar, Minahasa, Toraja, Bugis
Makassar, Ternate, dan Ambon

Karya : Jose Rizal Manua
Kiriman : Tok Laut


--------------------------------------------------

malam hening ... sepi ...
keterjagaanku ini juga bait puisi yang terpenggal
dari cerita kita yang kemarin ...
masih terjaga jugakah kau ...
jangan coba tidur dalam keterjagaan
sebab jika kau tidur dalam keterjagaan
itu cukup menakutkan banyak bilangan
hm .....
seribumu adalah nolku
bilangan tak pernah terhitung diangka milikmu
hoh ....

Oleh : Tok Laut

Sabtu, 07 Oktober 2017

MERINDU



Menghabiskan malam
Diteras rumah ditemani cahaya temaram
Memandang rembulan
Disamping gubuk tua

Kembali angan ku akan dimasa silam
Tiada kah engkau merindu kan
Perjalanan akan sebuah cerita
Cerita dr sebuah masa?

Aaaahhh
Sudah lah
Lebih baik malam ini aku memandang
Rembulan yang hampir sembunyi diperaduan

By Andreant hanif

REVOLUSI BELUM SELESAI


Apa yang kau takut kan BUNG di masa mu
Telah terjadi di masa ini
Kolonialisme berakar di bumi pertiwi ini
Apa yang kau takut kan BUNG di masa mu
Telah terjadi di masa ini
Imperialisme dan kapitalisme bercabang di nusantara ini
Apa yang kau takut kan BUNG di masa mu
Telah terjadi di masa ini
Korupsi dan nepotisme berdaun dan bermekaran
Di garis khatulistiwa ini

Perjuanganmu dan pengorbananmu untuk negara ini telah di balas dengan cacian dan hinaan ke pada dirimu BUNG.
Kau di singkirkan
Kau di kucilkan
Seakan mereka lupa dengan apa yang telah kau
Perjuangkan dan korbankan untuk bangsa dan negara ini

Tapi ingat satu hal BUNG
Walau mereka menghinamu
Walau mereka mencacimu
Dirimu tetap bersemayam di dalam hati dan sanubari kami yang paling dalam.

Pekik gempita menyebut namamu masih terngiang di telinga kami BUNG, seakan baru kemarin mereka bersorak (HIDUP BUNG KARNO,
HIDUP BUNG KARNO....HIDUP BUNG KARNO.. )

Daku berdoa kepada YANG MAHA ESA semoga amal,ibadah dan perjuanganmu diterima di sisi ALLAH SWT.
Dan daku juga berdoa semoga namamu tetap di kenang sampai di akhir masa
Biar dunia ini tahu bahwa kami bangga punya putra bangsa seperti BUNG KARNO.

Oleh : Erfan Shah Aibnih
# BANGGA PUNYA BUNG KARNO#

TOK LAUT



Gubang*) laut dadanya
Berdedentam di kuala
Halilintar tombaknya
Ratib alun samudra

Kurrr semangat**)
Pulih mi malaka
Pulih mi malaka

Lengkung Langit ujung tanjung
Jangan murung wahai panglima

Pedang di dinding bersarung
jangan gantung tabir terluka

Kuurrr semangat**)
Tuah mi malaka
Tuah mi malaka

Layar tiang galah
Patah mantra tuna

Angin lempusing
mengirim butiran garam
ke kampung para tetua

Pelaut asing hilir mudik
Menghardik, pongah, dan jumawa

Deru laju kapal antarbenua
Mengurung mimpi para pemuja

Kurrr semangat**)
Jinger mi malaka
Jinger mi malaka

Tok Laut
Dimana kau simpan layar para raja
Yang dulu bersulam di gerbang Malaka
Berkilau sampai punca dunia

Tok Laut
Bawa kembali topan purba
Melaju dalam gelombang raya
Malaka!!!
Malaka!!!

Oleh : Fikar W.Eda
Kiriman : Tok Laut

Tanjung Balai, Agustus 2017


*gubang, alat musik Tanjung Balai
**mantra melayu tua


Sajak sajak BUNG Fikar W. Eda ( SANGGAR MATAHARI/KOMPI )JAKARTA buat TOK LAUT ( art institute of empowermen coastal community - tanjungbalai city)






Kumpulan Puisi Ayit Ray - PADA EMBUN PAGI YANG TIDUR



JANDAKU
karya:Sugidi Prayitno


Jandaku adalah keengganan
Dari kebisingan yang terhenti
Seperti air yang tercerai dari angin
Atau setumpuk es yang mencair

Besok, langkah kaki
Akan selalu sama
Menuju dunia itu, ini
Dan seperti yang aku kenal

Suaramu, gerakmu, caramu
Akan sama dan patah di sana-sini
Selalu-selalu saja sama
Seperti aku yang tercerai
Dari keenggananmu mecintaiku
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 18 Januari 2015



PADA EMBUN PAGI YANG TIDUR
oleh:Sugidi P

Tubuhku kaku
Dimakan malam
Dibuang kejurang
Dimuntahkan

Pada embun pagi
Beralas jerami
Tubuhku kaku
Dicinta
Tak dirasa

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Perempuan-perempuan malam
Beranjak pulang
Setelah dicumbui lelah mimpi

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Penyair
Penyihir
Berkumpul
Merapalkan mantra dinding langit
Bangunkan sepi dikerak hati

Pada embun pagi
Tubuhku kaku
Bidadari datang ditempat tak terduga

Tubuhku kaku
Menanti bidadari menghampiri
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Kolong Malam_ 17 Januari 2015



BUNKO

Bunko, ditepian danau saiko
Tinta bunko menari senja
Bersama cahaya bunga sakura
Bertuliskan rindu pada bangau

Anta hen! anta hen! anta hen! anta hen!
Teriak anak kecil mencibir bibir langit
Berlari kearah redup malam
Meninggalkan bunko seorang diri

Mungkin rindu tak pernah ditemui
Di tanah menanti.

(Gundah, sepi, sendiri.)

Menjadi nyata
Seperti daging tersayat belati,
Au wa wakare no
______
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi_15 Januari 2015



PEREMPUAN DI TANAH TUBAN
oleh: Sugidi Prayitno


Setahun yang lalu di tanah tuban
Berteman gerimis dan seorang teman
Aku jumpa perempuan nglirip
Rupanya masih aku ingat
Senadung doa bergeliya malam
Melukis rupa di dinding hati
Terselip sebuah kerinduan, seperti tuak
Yang tak sempat aku tenggak
Kini, hujan kembali mengulang memori
Pada tanah yang tak sempat aku cium
Hanya rupa hiasi hari dan malam
Perempuan nglirip di lorong bukit
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi Gerimis_ 22 Januari 2015



BUJANG TAK BERKELAMIN
oleh:Sugidi Prayitno


Wahai,
Perempuan berkemban sutra.
Pada sepi gelap hati,
Yang mengharap peluk,
Air mata bujang tak berkelamin
Apakah pelarianmu dalam rahimmu, membuatmu lahir kembali ?

Saat menerawang,
Dirinya, seperti serpihan tatal, dari tajam kampak, yang menguliti inci nadi. Mengaung dalam bingkai rimba
Adalah daun gugur darah ! Dari sakit yang tak terobati.

Wahai,
Perempuan perkemban sutra.
Bujang tak berkelamin,
Desahnya ingin, meski bahasanya tak kau mengerti ! Atau, kau yang pura- pura tuli.

Diam,
Diantara sepertiga malam tanpa jeda.
Menimang cinta, mengharap sempurna, menati tangis diujung jemari, sampai dia tumbuh uban tua dan mati, dirimu tak abadi, cintanya tulus menembus naluri.
____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Kebumen 04 Februari 2015



KEMBANG KEMPIS MONOLOG SEMPIT
oleh:Sugidi Prayitno


Kutulis monolog sempit ditengah hujan, saat kusendiri menatap daun kering diujung ranting, pohon tak berbunga, dan kupu- kupu bercumbu.

Membayang tentangmu lalu lalang melintas dengan jelas, mengkerdilkan manja pada kenangan yang rapuh terlunta.

Hingga laju alkisah semakin beringas di tepian jurang kematian, diiringi kalimat perpisahan, hanya menjadi basa-basi disetiap episod kerinduan.

Tembang rindu dalam isak yang parau, semakin gelap, menyamarkan. sudut mata menerka kelembutan nastapa.

Yang tak selembut malam itu
Kata-kata manja semakin menggema
Diiringi suara desir angin
Menerbangkan kalimat sakti
Entah kemana terbang dan kembali menjadi kalimat mantra, meluluhkan hati cinta.

Saat seorang telah mendampingi hidupmu, untuk selamanya, dari rasa yang tak lagi terpatri didalam hatimu, aku masih menyimpan memori senyum sempurna perjalanan panjang kisah cintaku bersamamu.

Disamping jalan
Ditengah tengah beringas jahanam
Serta laju kaki yang tak mau berhenti
Menyusuri lorong-lorong sepi
Di situ ada jejak yang tertinggal
Seperti bulan menerangi malam dan menanti datang gelap.

Malam yang telah berlalu
Hari-hari sepi tanpamu
Dan nyanyian gambang disudut kamar, mulai hilang nadanya.

Kan kucari dalam diam
Disetiap jejak hitam putih kehidupan
Untuk mengecapi bulir-bulir tampias rindu di wajah yang betapa ingin ku nikmati selama mungkin.
_________
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 18 Februari 2015



PEREMPUAN NEGERI JIRAN
oleh:sugidi prayitno


Untuk perempuan di negeri jiran
Bukan teman, bukan saudara, pacar atau sejenisnya, bukan siapa-siapa

Ada jiwa yang tertinggal untumu, untukku rangkai menjadi rindu dimana kabut tak lama menunggu.

Aku termangu, menatap hujan, berkaca pada genangan, merasakan nyeri tak tertahan dari sekian lama aku berjalan tanpa makna.

Sedangkan pelarian menuju senja terasa sia-sia, kemudian duri bercampur serbekas mimpi, aku terseret menuju kemana, entah sampai kapan ujung kan melambai.

Dan kutemu benih yang membatu di sisi hati, begitu deras rintik gerimis membasuh benih dari keterasingan yang melepuh, dirimu sembuhkanku.

Karena aku inginkamu seperti ranting dan pohon yang mencengkram bumi, menikmati suasana yang hanyut, mengalir seperti kehidupan adalah hidup.
______
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 09 Maret 2015



DALAM RASA SAKIT
oleh:sugidi prayitno


Aku hanya seorang kuli yang singgah di ujung kota, dari sebuah dusun tuk memperbaiki diri dari kemiskinan dan demi sebungkus nasi setiap hari,

Sekaligus sebagai pengembara yang hanyut dalam aliran waktu, yang telah mengasingkan ku dari ketidak adilan negeri ini, ketika anak-anak muda lebih mencintai kematian dari pada kehidupan, diantaranya adalah aku,

Yang tercengang akan keadilan hukum: sebab hukum negeri ku adalah uang dan kekuasaan, namun jika hukum tak mampu berbuat adil, aku yakin peluru dan tajamnya belati akan mempan tuk membelinya.

Dan kukibarkan bendera hitam diujung tangis malam yang hanya mampu meratap nikmat mewah, sehat dan keselamatan, yang telah dirampas oleh para dokter yang tak lebih dari seorang diktator dan teroris yang telah merampas nyawa , teman serta mereka yang tak punya biyaya untuk kerumah sakit dan akhirnya mereka merdeka dengan senyum kematiannya.
______
Tell a simple dream of me a coolie
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 13 Maret 2015



SUDAH CUKUPKAH
oleh:sugidi prayitno


Sudah cukupkah, dinding kematian
Mengusap air mata dan membuang duka menjadi debu permata.

Katakan pada tuhanmu, setelah surga apa lagi kesenangan yang abadi.

Sedangkan, semua mani nyaris ku telan dalam jeda koma, di saat mereka sakit dengan pemikiran gila, yang tak mereka tulis untuk orang waras.

Disaat waktu memperkosaku dengan gerak membosankan, berbinar dan kecewa.

Membuatku setengah sadar dan sedikit gila, bahwa aku masih berdiri dalam diam tuk menikmati rasa lembut dan bening.

Yang membuatku ingin berbisik, bahwa kelak di kota ini, aku akan di lahirkan berkali-kali dari rahim seorang ayah.

Dan katakan pada anak-anakmu kelak, tentang narasi seseorang ayah yang telah melahirkanku dengan huruf berserakan diantara dinding rahim.
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 11 Maret 2015



DALAM CERMIN
oleh:sugidi prayitno


Ada cermin, dari jiwa yang resah
Mencari kedamaian, mengagumi diri
Lalu memamerkannya.

Menutupi diri dari jiwa yang rentan
Atas kesepian dan kekurangan
Yang tak mampu lagi tergali diantara dangkalnya rasa sakit

Untuk meredam gelisah
Mempertaruhkan kewarasan
Dan kewajaran terakhir pada tubuh
Sebagai penyelamat dari gelisah yang mengerikan, sedikit menyadari dan menganggap ini bagian dari takdir

Dengan wajah gurat lamat
Tanpa bintang di dinding malam
Seikat senyum, terkunyah sepi
Untuk mengubur resah
Dan menggores rentan di garis takdir
Dirimu masih terkapar
Diantara kengerian yang hebat.
_______
Bekasi 08 Maret 2015



1 OKTOBER 1996


Aku mencintaimu
Namamu masih ada di hati
Bila kau ingat
Masa silam
Coba kau tunjuk bintang
Yang indah hiasi malam
Ada cahaya yang redup
Yang dulu pernah bersinar
Karenamu
Kini, aku masih mendambamu
Jika kau mengerti
Tentang dirimu yang selalu dihati
Takkan pernah bisa aku miliki
_____________
Sugidi Prayitno
12 November 2010



DI BATAS SENJA AKU MENANTIMU

Air mata tumpah membasahi bumi
Saat melihatmu bahagia dengannya
Cincin manis dengan ukiran Ray
Masih terpasang indah

Masihkah ada cinta untukku
Saat kau bahagia dengannya
Masihkah ada rindu kau pendam
Hanya kau yang tau
Cintamu bukan untukku

Aku masih menanti
Di batas senja
Dalam pelabuhan rasa
Untukmu cinta.
______
Sugidi prayitno
23 November 2010



DI SERAMBI DOA
:asrama keramat


Di bawah atap tembok debu
Asap kukus menggenggam rindu
Beralas papan bambu
Tangan mungil meracik candu

Menanti malam, menanti tenang
Cahaya timur, terang di tepi jurang
Kepul rindu wangi surga
Bertemu dalam putih rasa

Saling sapa canda
Cerita kita
Tentang lapar haus dan dahaga
Menjadi santapan tak terlupa

Semoga, di serambi doa kita bertemu
Dalam kepul candu
Meski tak seperti dulu
Ceritamu yang hilang di telan waktu
______________
Sugidi Prayitno
Jakarta 01 Oktober 2014



SAJAK SEMAK

Rihrantakho di batas bilang
Nyanyian geludug
Mahaetha rupuning
Bersajak hening

Ku yang gila!
Kuumbar watak beringas
Tapakku tanpa jejak
Sajakku tak bernafas
Kulihat burung jalak
Terbang mengitari mati

Datang! Dengan cangkul iar
Tanah keras terangkat pasrah
Memendam mati
Yang berteman sunyi
Bersabarlah pada malaikat
Pada gada rantai dan bara

Tersenyumlah! Pada dunia, yang mengurung indah dengan sempurna.
________
Sugidi Prayitno
08 April 2010



TIGA OKTOBER DUA RIBU SEPULUH

Aku melukis wajahmu
Pada dinding kamar
Wajah yang belum aku lupa
Wajahmu tersayang

Agar kau datang
Saat malam di pembaringan
Meski hanya bayang
Setidaknya selalu ada
Untuk menemani jiwa yang terluka
______
Sugidi Prayitno
Kebumen 03 Oktober 2010



SUARA ITU


Tentang malam dan suara yang mengisi kesendirian, tersalip harap kumiliki, saat kunanti ia datang dalam dekap sayang.

Tubuhku tertutup butir asa, akan restu yang semakin tenggelamkanku pada kenyataan, bahwa pintanya, inginkanku bersanding pada jarak langkah.

Seperti angin yang hembusnya kencang menerkam tubuhku akan rapuh cinta yang ada.

Inginkanku, seperti air dalam putaran waktu dan aku di dalamnya.
________
Sugidi prayitno ( Ayit Ray )
Jakarta_28 September 2014



NAMAMU MALAM


Jika kau kembali
Akan ada cahaya untukmu
Cahaya cinta yang hilang
Dari keterasingan

Memelukmu adalah harapan
Meski kecewa, ku dapat
Setidaknya telah aku jaga
Cahaya yang dulu kita bina

Setelah kau bergi
Aku masih ada
Dalam sudut malam
Seperti pintamu

Untukmu
Cahaya yang telah lama hilang
Tiga Oktober Dua Ribu Sepuluh
Namu "Malam"
______
Sugidi prayitno
Kebumen 03 Oktober 2010



SINGGASANA HATI

Kasih;
Kubawah padamu bunga bangkai
Akan kuantar ke singgasana hati
Seharum kasturi para jejaka
Seindah cahaya senja

Kasih;
Bila sehelai wangi kau terlewat
kucipok lentik jidad
Serta pipi tembem
Kutampar dengan Bismillah.

Kasih;
Sebagai rasa sayangku
Apa masih kurang
Kubawah bunga bangkai
Yang tumbuh subur
Di pekarangan rumah bi siom
Kasih;
Seberapa pintamu, padaku
Hanya ini yang bisa kubawah
Sebagai rasa cintaku padamu.

Sugidi prayitno (Ayit Ray)
Jakarta_ 30 Oktober 2014



PENANTIAN


Penantian;
Kursi tepi jalan dan sinoptik
Pedagang dan pembeli;
Di antara mereka, aku
Tanpa bicara
Diam, menatap angka;
Yang berganti
Tak mau berhenti.

Penantian;
Mobil dan motor
Lampau merah, hijau, dan kuning
Berganti menari;
Aku dan sebatang Kawung
Tak lupa secangkir Kahve
Masih setia
Mengamati
Laju mobil dan motor;
Yang berganti
Tak mau berhenti.

Penantian;
Terus berjalan
Pada pagi hingga pagi
Di sini di tengah kota;
Penantian
Semakin panjang
Untuk cintaku korbankan.

Sugidi prayitno (Ayit Ray)
Jakarta 29 Oktober 2014



RUANG SEMPIT


Dalam ruang sempit
Tubuh semakin terjepit
Dalam ruang sempit
Hidup semakin sulit

Dalam ruang sempit
Yang hidup merintih sakit
Mati menjerit
Terkubur sejengkal parit

Kita hidup di ruang sempit
Sebab tanah di rampok kawanan bandit
Nyatanya kita masih mengemis
Pada pertiwi, pada negeri, pada mereka yang merampok NKRI.

Dongeng negeri kaya
Hanya rekayasa, para maling
Yang menjadikan kita boneka
Dan bangga mengatakan, merdeka!

Sugidi prayitno ( Ayit Ray)
Jakarta_ 01 November 2014



KAU, TAK PERLU MENANGIS


Sisi gelap rahim
Masih berselimut kabut
Kau, tak perlu menangis
Meski ibu menikah berulang kali.

Sugidi Prayitno
Jakarta_31Oktober 2014



KASIH SEPI


Selamat datang kasih
Kasih yang tercipta
Dari rasa sepi
Membuang gelisah
Menepi sendiri;

Selamat datang kasih
Setia menemani sujud
Mengantar do'a
Di pergulatan rasa

Tak ada lagi sosok
Yang mengoyak
Kumampu berdiri
Dengan kasih sepi.

Sugidi prayitno (Ayit Ray)
Jakarta_ 01November 2014



KASIH SEPI

Selamat datang kasih
Kasih yang tercipta
Dari rasa sepi
Membuang gelisah
Menepi sendiri;

Selamat datang kasih
Setia menemani sujud
Mengantar do'a
Di pergulatan rasa
Tak ada lagi sosok
Yang mengoyak
Kumampu berdiri
Dengan kasih sepi.

Sugidi prayitno (Ayit Ray)
Jakarta_ 01November 2014



SEMUA TENTANG DIA
:masih luka


Yang nampak, luka sayat
Gores rakus borjuis
Tanpa bumi, tanpa langit
Menenggak air mata embun
Dari mereka, atas nama kita
Hanya fatamorgana

Langkah diam, dalam do'a
Bersaut mengamini
Apa saja tidak lagi berarti
Mimpi sudah terbeli
Dari mereka, atas nama kita

Terampas sudah
Bumi dan langit
Tempat raga merebahkan luka
Tempat jiwa bersemayam nastapa

Apa lagi, yang bisa kau rampas
Sedangkan bumi dan langit
Bukan lagi tempat bermimpi
Untuk kami hanya seupa nasi
Sudah cukup sebagai ganti
Dari mimpi yang sudah kau curi

Sugidi Prayitno ( Ayit Ray)
Kaum kusam_ 08 November 2014



SETELAH HUJAN
:bella


Kau boleh peluk dan kecup bibirku
Setelah hujan, kau boleh menangis
Menggerayang masa silam
Peristiwa yang telah memisahkan
Hitam dan putihnya cinta;

Setelah hujan, kau boleh tatap mataku
Mata yang masih menyimpan namamu

Setelah hujan
Kau tak ada lagi
Pergi tinggalkanku seorang diri.
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta_05 November 2014



TIGA DAN EMPAT
:bella


Tiga, jalan merayap pulang
Beriringan menerkam hitam
Di lalui tanpa henti
Sepanjang jalan pulang;
Bujang masihku sandang
Lengkap dengan kemenyan
Dupa serta sesaji, di pelataran mimpi
Tubuhmu kudekap sayang
Berteman gerimis dingin dan laju roda

Empat, tembang kenangan
Membayang dalam ingatan
Ini yang sulit kulupa
Tembang-tembang mengiringi

Malam tiada henti, di pembaringan
Kuputar dan kuulang lagu kenangan
Sampai kuterlelap dan pagi menyapa
Tiga dan empat.
____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta_05 November 2014



AKU PADAMU


Segenap jiwa
Tak mampu kurebah
Untukmu sayang
Bahasa jiwa
Yang tak pernah sama
Kuutarakan semua rasa
Apa adanya
Dan seperti ini
Kelembutan yang tak sempurna
Biar nampak
Gelora mega
Biar jelas lekuk senja
Aku padamu
___
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Tanah Durna_23 November 2014



GAJI BURUH DIKENTIT
Karya : Ayit Ray


Lihat ditanahku
Gaji buruh sebulan habis
Siang malam pagi
Tak henti bernyanyi
Tak kau syukuri
Nikmat rezeki
Masih saja menuntut lebih

Lihat ditanahku
Gaji cukup membeli terasi
Masih terus mengejar mimpi
Tak mengeluh, meski sakit terikat duri

Disini
Tak ada habis
Menggerogoti
Dinding-dinding pabrik
Sampai lapuk lidah mengkerut
Ditanahku ribuan buruh
Terkekang nasib
Bersikap pasrah namun berontak
Terus berjuang syukuri nikmat
Yang di dapat hingga akhir hayat
______
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta 10 Desember 2014



NEGERI PARA DEWA BERSELIMUT DO'A
Karya : Ayit Ray

Air mata belum habis
Setelah derita panjang mendera bangsa
Kini saudaraku terperangkap
Dalam bumi yang marah
Pada tanah yang murka
100 nyawa belum tentu berdosa
Harus menanggung derita
Sampai kapan
Rakyat kecil tak tau apa
Menjerit dalam tumpuk tanah
Untukmu saudaraku
Kuantar doa
Dari balik air mata
Semoga Tuhan mengganti tangis
Menjadi intan disetiap tetes ilu.
___
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta Dua Belas Desember 2014



BURUH PABRIK
Karya : Ayit Ray


Bila ada penguasa marah pada buruh
Protes pada keringat buruh
Nurani marah
Dimana buruh menangis
Dan air mata tak mampu tertampung.
Anak-anaknya menangis
Makan tempe
Seharga motor
Motor seharga mobil
Mobil seharga gunung
Gunung seharga bumi
Rumah hanya kontrakan
Sebidang tanah nyaris terjual.

Bila ada penguasa marah pada buruh
Protes pada keringat buruh
Pabrik-pabrik ditutup
Penguasa, pengusaha
Diam berkemas terbang

Tuhan, dimana rasa syukur
Yang telah hilang,
Demi kepentingan golongan
Tak lagi bisa melihat
Bahwa tangis tak lagi di dengar.
_____
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta 10 Desember 2014



RUPIAH
Ayit Ray


Sampah saku
Uang saku
Oh..negeriku
Semakin aking
Garing njengking
Terjadi apa
Miris ngenes sumeng meneng
:bagaimana nasib kutang
Tergarang bara
Mengkerut meritut si burung jalan

Lihat birokrasi korupsi masih saja nguntit
Ngintip njimit ah: maling buncit
Sial otak dongkol bau jengkol
Kura-kura sakit bisul

Oh...negeriku
Lihat uangku tak ada lagi arti
Yang kita banggakan
Di saku di dompet di mana-mana
Tapi ini yang terjadi
Jangan biarkan masuk penggilingan
___
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Jakarta 16 Desember '14



DEBU KHAYAL SEPERTI CINTA
Ayit Ray


Aku pulang tengah malam
Pada derap langkah pincangku
Rokok masihku hisap berkawan setia
Tanpa cinta, jalanku teronggah lara

Tak mungkin peduli, ragaku kumal
Kuli jalan tanpa henti kusandang
Debu selimut badan
Wanita cantik bergunjing
Kearah jalan pulang

Keluar nafsu ingin kumuliki
Bersanding dengan dekilnya raga
Bersama khayal kosong
Yang tak mungkin:
Aku miliki.
__
Sugidi Prayitno (Ayit Ray)
Bekasi 17 Desember 2014



KEBUN TEMBAKAU

kemiskinan, katamu
datang dari balik piring-piring nasi pagi kita
ia adalah langkah
dari perjalanan kita menuju kesatuan semesta
bagaimana kemiskinan bisa kau ceritakan kembali
jika piringmu sudah tidak ada lagi
hanya tangan menjuntai
lelah mencari sisa
semua cita-cita

tiga kali maulid
barisan tembakaumu
menanti berkali-kali

ia dibakar dalam gulungan kertas telpon
tanpa ada aroma keringatmu
mengharumkannya

maulid berlalu
sapi-sapi telah tumbang
telah dipotong dan dimasak
menjadi lauk
yang hanya berakhir basi di mangkukmu
tak ada keringat tanganmu
tak ada kecipak mulutmu
tak ada tawamu lagi
tak ada tawa teman-temanmu menghabiskannya

dari tanah yang jauh kau mencoba mencari aromanya
tapi hanya kau temukan rasa yang berbeda
dari rasa rokok ujicoba masa kecilmu
dulu itu

maulid berlalu
kemiskinan dan kebodohan
kehilangan dan kesunyian
menjelma menjadi kamu
menjelma menjadi asap tembakaumu
menjelma menjadi rancak suara gendang
yang tersisa di telingamu

pohon-pohon tembakaumu sudah mengering
rumah-rumah dibangun di sampingnya
jalan-jalan baru menjulur di depannya

dulu, keringatmu ada di sana
terbakar
menguap menuju matahari
membakarnya abadi
sebagaimana neraka yang menyala
memakan segalanya
membagi perih dan sakit
yang tak tertangguhkan rasanya

___
Karya : Iwan Bajang
2016

Kiriman : Ayit Ray

*** MANUSIA TAK LAGI MANUSIA *** ----- OOH DERITA ROHINGYA -----




Terpasung..!
Terikat oleh bayang
Terkesima pada tayang
Peduli yang terbuang
Benarlah Buih dilautan
Banyak dan tak berguna...!!!

Tangan mereka menggapai
Mengeruk harap dalam takut
Banjir darah
Dan bayipun menyusu pada inang yang telah mati...!

Diseret seperti binatang
Dicabik - cabik
Menjerit tak bersuara
Berdoa hanya dihati
Sebab tangan dan kaki sudah dibuang entah kemana...!!!

Lihatlah tubuh yang terpanggang..!
Itu bukan kelinci kawan
Budak belia yang mungkin dulu punya cita - cita
Kini meregang diatas bara..!!!

Bodoh...!!!
Untuk apa suara...???
Beri mereka pasukan dan senjata
Raja iblis telah membantai mereka
Membuat neraka sebelum Neraka...!!!

Rohingya....
Oohh Rohingya....
Tanahmu memerah
Laripun mau kemana...???
Saudaramu yang mana...???
Mungkin ini zamannya....
Manusia bukan lagi manusia...

Rohingya...
Oohhh Rohingya...
Beritamu sudah sampai kemana - mana
Tapi Manusia sudah bukan lagi manusia.

#DukakuUntukRohingya
Tanjungbalai, Jum'at 1 September 2017
Gema Takbir Aidil Adha nan Pilu.

Wahyu Sumut Kembara

SUDAHILAH BERPURA - PURA



Kejam.....
Tidak Punya Pri Kemanusiaan
Penjajahan Masih Meraja Lela...
Baik dikampung... didesa...dikota bahkan dinegara tetangga..
Pemimpinnya seolah-olah buta... atau
Tidak mau tau dengan yang ada..

Apa yang terjadi....
Membiarkan pembantaian, penjajahan serta Penganiayaan dimana-mana.
Siapa kah yang tau....?
Siapakah yang mau...?
Siapa yang peduli.....?
Wahai Petinggi Negeri...
Nasib anak negeri dan ibu pertiwi

Jangan lagi kau katakan....
Ini Salah siapa...?
Ini dosa siapa...?
Mungkinkah kita tanya pada Rumput yang bergoyang...
atau orang yang tuli lagi buta?
Yang memang tidak bisa mendengarkan kata demi kata.

Sudah sudahilah yang berpura-pura
Saat rapat di meja yang terhormat
Bermacam retorika yang dikemas dan dikelola.
Tuk mencari simpati massa.

Oleh : Bang Toyyib Sibarani
#Menjemput_semangat_seniman#
#Pucuk_Khobung#

TERATAI DI TANGAN BUDHA



teratai itu dulu gambaran jiwa budha yang suci tak terkontaminasi di telaga damai
indahnya memanjakan mata tiap penatap
memberi kesejukan bagi yang memandang
kini teratai itu tercemar
oleh mereka yang hatinya mati

by:zibril

Kumpulan Puisi Hmyunus Tampubolon - RINDU MALAM



DIKOTA ADA KOTA

Kotaku
Berpacu
Dari waktu kewaktu
Kotaku
Bergelut
Diantara senyum
Dan wajah-wajah semu
Kotaku
Tak bergeming
Diantara kota
Dan debu yang berkabut
Kotaku
Riuh ringkuh
Merajut
kota dalam kota
Diantara wibawa
Dan tumpukan sampah

Oleh : Hmyunus Tampubolon



RINDU MALAM

Ada rindu dalam derita
Bercerita tentang kelam
Berpacu di balik bayang-bayang
Malam semakin malam
Malam sekali

Bintangku berkediplah
Teruslah berkedip ke hatiku
Dalam nyenyak mimpiku
Malam ini

Biar gerimis tak lagi sendu
Biar puisi takkan pernah sunyi
Sampai embun menyapa pagi
Dan malampun terus bermalam
Semakin kelam
Dalam derita rinduku
Dalam rindu deritaku
Agar rindu malam ini
Berpeluk berpuisi kalam syair
Bercerita sepotong hati
Menanti
Dan
Menanti
Terus menanti

By: Hmyunus Tampubolon
Binjai, 190318;23:43



Syair
BALADA BANGSAWAN NEGERI
(Kepada T.Amir Hamzah)
By ; H.M.Yunus Tampubolon

Ampun patik kebawah duli
Sembah hamba beribu ampun
Ampun Tuanku paduka negeri
Bertutur sapa hamba berpantun

Niat tulus mengatur basa
Anak Melayu hilang di tahta
Bukan sahaja merangkai kata
Susun bertangkai makna bahasa

Tuan laksmana putera mahkota
Menyulam madah syair pujangga
Berkecamuk perang di Medan laga
Hamba pun risau entah mengapa

Lukisan sejarah sebuah kota
Musnah di bakar porak poranda
Pasukan lasykar meraja lela
Membakar Istana rusak binasa

Daulat Tuanku paduka raja
Patik sekedar hendak bertanya
Terbakar fitnah pejuang lata
Mengapa derita datang melanda

Badai amukan cemburu latah
Melawan titah Baginda raja
Tanah pusaka bersimbah darah
Ulah sengketa rakyat sengsara

Bakti-mu jua membela Negeri
Menyapa kasih Ilahi Rabbi
Belum bersua hajat di hati
Bala kutukan menimpa Negeri

Tuanku sultan pemilik Negeri
Harkat martabat sakti junjungan
Sumpah Tuanku sudah berbukti
Malapetaka turun bekepanjangan

Hamba bertanya di dalam hati
Mengapa begini bentuk Negeri
Bencana kutukan murka Ilahi
Patutkah hamba berpasrah diri

Hiruk melawan tantangan zaman
Menepis kemungkaran di tangkai dahan
Belum tersimak rentak rintangan
Senyum dan tangis kemerdekaan

Api semangat di medan juang
Badai menghempas laut dan pantai
Derita rakyat di siksa perang
Tecarut marut betingkai pungkai

Berat termakna di perjuangan
Menuai merdeka besimbah darah
Banyak ungkapan salah tafsiran
Beburuk sangka ke Amir Hamzah

Kuntum melati kesuma bangsa
Putera mahkota Tengku Mahjiwa
Pejuang Melayu membangun bangsa
Berbuah rindu padamu jua

Rebah bersimbah darah pangeran
Mati dibunuh Eyang Wijaya
Pasukan lasykar lupa daratan
Angkuh dan sombong sumbang dijasa

Putera Melayu darah bangsawan
Mengukir zaman jadi tauladan
Darah Melayu putera bangsawan
Bebukti makna jadi pahllawan

Pelepah mayang diikat benang
Syarat bedimbar anak tangkahan
Sejarah pujangga lengkap dibentang
Kukuh Setiawan jadi perekat

Keris pusaka sakti keulana
Di ikat pinggang penjaga diri
Manis bahasa ditutur sapa
Langkat di kenang indah berseri

Tanam mengkudu dipagar batas
Berbuah rindang ditata rapi
Dendam dan rindu terbayar lunas
Lelah berjuang merdeka Negeri

Setakat tuang jentera pati
Rumpun serumpun ke parakbatu
Semangat berjuang membela negeri
Turun temurun ke anak cucu

Penangkis takkan menikam badan
Tarik belati jadikan pedang
Berbaris nisan makam pahlawan
Menjadi saksi semangat. Juang

Ampun kan hamba beribu ampun
Sejarah bangsawan tulis ditangan
Hamba melantun syair berpantun
Jika tersalah mohon maafkan

Binjai, 07 Maret 2018



BUMIKU MENANGIS
Oleh : H.M.Yunus Tampubolon


Tanah kelahiranku
Bumi persada ibu pertiwi
Berpeluk dalam derita
Dihempas gemuruh ombak kemarau panjang
Kering sudah air mata kerinduan
Gelisah resah menyibak rona harapan dan impian
Hujan pun enggan bernyanyi
Bencana dan mala petaka bertubi tubi
Seakan tak mampu menyirami
kesetiaan kejujuran dan keikhlasan

Bumi tempat lahir dan berpijak
Tersimpan tetesan darah haid dan nifaa ibu ibu
Tak lagi enggan bercerta tentang perjuangan
Tak lagi bersenandung keberkahan diatas nikmat kehidupan
Tak lagi bersimponi dibalik keranda mayat
Tak lagi berpuisi merawai azab dan siksa dipintu penyesalan

Menangis, Teruslah menangis
Menjerit, Teruslah menjerit
Bagai petir dan halilintar menggelegar
Sampai memecah keheningan tujuh lapis langit sana
Agar topeng kedurjanaan, kemunafikan diatas menara
Agar sangkar kedzoliman kufur dan maksiat dibalik telapak tangan
Agar kesombongan keangkuhan dan kebiadaban yang meraja lela
Lenyap tenggelam terlelap ditiup angin sangkakala dipermukaanmu
Hari itu hari yang dijanjikan
Hari yang dibangkitkan
Hari terakhir
Waktu dan detik
Bumiku
Menangis

Binjai gerhana, 31012018



KANDAS
Karya : H.M.Yunus Tampubolon


Menjelang senja
Hujan lebat di muara
Tak kusangka
Hujan petir menghalilintar
Berdesing di telingaku
Menghunjam dada
Terasa kian sakit, perih
Menusuk jantungku berdebar
Kian bergetar menggeletar
Terus menggelepar gelepar
Aku hampir tak mengerti
Apa dan mengapa ini harus terjadi
Mendung diarak awan hitam berkepal kepal
Membaluut sekujur tubuhku
Dalam keterpaksaan
Kukayuh bidukku mencari tepian tempat berteduh
Seakan berpacu bagai seekor banteng sedang.marah
Aku kehilangan arah, hilang kekuatan tak bertenaga
Aku terhempas dilepas gulungan ombak dihantar badai

Ternyata mimpi ku diujung senja
Bidukku kandas sebelum mencapai pulau mahligai
Mungkin laut sedang marah
Atau sedang bermain main diantar ombak
Mungkin cintaku hanya lukisan
Atau rinduku hanya tinggal puing puing

Oooooiiiii
Jawablah wahai angin
Ceritakanlah dengan lantang aku tak mau kau berbisik
Sekeping cinta dihati yang telah hancur lebur
Terhempas di batu karang berombak meradang
Sebatas hati diamuk kasihan ombak di telan pasir pasir pantai
Sebatas penderitaan yang semu
Sedalam cintaku

Aaaahhh
Wahai kasih nun jauh diseberang
Betapa risau dan gundahnya hati ini
Berhari sudah berbulan sudah
Rindu dipeluk sepi
Resah gelisah kian membekam
Tak ada lagi kata yang terucap dan untuk ditulis

Kemana biduk kugambarkan
Kemana rindu kugambarkan
Keladang........ tanaman orang
Kesawah ..........rumpunan padi
Apakah lebih baik kuhamparkan ditengah halaman
Biar jadi tepian tempatku mandi
Akanksh kugambarkan dipokok kayu atau dipucuk ranting
Sementara wajahmu
Tetap terbayang siang dan malam
Apakah padi kusemai .... sudah diketam orang

Ooooooohh
Masih mungkinkah lipatan penderitaan ini
Kubawa bersama angin malam
Beralaskan sekeping harapan yang tersisa
Mengarung samudera luas yang terbentang
Yang memisahkan kita
Biarlah kugambar ditapak tangan
Agar membekas digaris tangan
Menjadi kenangan sepanjang zaman
Biarlah kupeluk bayang bayang mu
Mengharap kasihan ombak
Membawa cinta dengan seuntai salam
Kerinduan



AKHIR SAJAK IBU

Wahai anakku sayang
Dikala engkau kecil
Setiap hari ibu mandikan kamu nak
Setiap hari ibu pakaikan pakaian
Sehingga terlindungi lah kulitmu
Dari panas dan teriknya sinar mata hari

Kini untuk yang terakhir kalinya
Sebelum ibu meninggalkan dunia ini
Untuk selama lamanya
Janganlah lupa kau mandikan ibu
Janganlah lupa kau pakaikanlah ibu
dengan sehelai kain kapan
Sehelai kain kapan

Wahai anakku sayang
Dikala engkau kecil
Setiap harinya ibu timang timang kamu nak
Setiap harinya ibu nyanyikan
Sampai kedua matamu terpejam
Lalu ibu antarkan kamu kepembaringan
Kepembaringan anakku

Kini untuk yang terakhir kalinya
Sebelum ibu meninggalkan dunia ni
Untuk selama lamanya
Janganlah lupa
Kau timang timanglah ibu
Dengan empat kali takbir
Dengan empat kali takbir

Kini untuk yang terakhir kalinya
Sebelum ibu meninggalkan dunia ni
Untuk selama lamanya
Janganlah lupa
Kau antarkan ibu
Kau antarkan lah ibu
Ketempat peristirahatan ibu yang terakhir

22 Des 2017.



SENANDUNG OMBAK PERANTAU

Anak perantau dagang terbuang
Bagai Lemukut ditepi gantang
Berumah sempit tiang embacang
Mengkais pagi dimakan petang

Berpeluh mencari sesuap nasi
Juang berkarya sebatas bakti
Menjunjung adat budaya negeri
Menyulam seni semarak padi

Bertahun rentak mengampas bakti
Sama lengkuas batang keladi
Hitung berkacak bercermin diri
Bebanyak diam mengunci diri

Sejak beruas sibatang padi
Tidak bebuku pandan kumangi
Lelah beladang tercakar duri
Fitnah pun datang berpayung dengki

Hidup bermimpi berteman sepi
Terlunta lunta meraba bumi
Tiada bersayap tiada kemudi
Mengarung jalan tiada pasti

Berarak awan dibenang raja
Batang Seroja angkuh berduri
Raja dipayung meraja raja
Raja peduli tak ada lagi

***


JEJAK SUNYI

Rindu bertahun
Tidak riak gerimis embun
Mengiris budaya tak lagi pantun
Dicercah kepulauan
Manisnya evolusi

Didalam tuan merangkai kata
Hilang tenggelam
Tanpa makna

Kota ini
Ada itu ada ini
Ada ini ada itu
Ada penyair tanpa nama
Tak pernah dikenal anak cucunya

Kota ini
Ada ilusi
Ada nyanyi
Ada sunyi
Ada sepi
Tak pernah terjamah
Goresan ayah
Dan tangan bunda

Gerimis embun
Air mata penyair kota
Tidak ada yang tau
Siapa dia
Dan dimana dia

Sendiku
Rinduku
Rujak riak
Gerimis embun
Dan jejak pun sunyi
Tak lagi
Berpuisi



RETAK

Dikata retak tangan laksmana
Sanjung dijulang manis puisi
Tating sebatang dulang kencana
Tak lalu emas padi ditampi

Baru melintas kelok haluan
Sirih segenggam hanyut kehilir
Baru berkuntum kelopak pandan
Buih tenggelam ditelan pasir

Tak jumpa pantai mengarak petang
Kemana angin menyambut surya
Meniti buih mengantar pasang
Jalan yang licin jarang bersua

Wahai angin berkalut rembang
Tak sua pantai tanjung beriring
Bagaikan buih dihempas gelombang
Badan terkulai dirantai gading

Hendak menanam dilingkup pagar
Benam kesawah tanaman orang
Kemana rindu letak digambar
Belum menjurai diketam orang

Gelisah hati tak tertahankan
Elok kugambar jadi jambangan
Biar membekas diretak tangan
Jadi kenangan sepanjang jalan

***




PASRAH
Oleh H.M.Yunus Tampubolon


Tuhan
Ketika aku masih bayi
Berpeluk erat dalam kandungan ibunda
Kau perintahkan malaikat Muqorrobin
Menjaga kesehatan insan
Yang hanya bisa mengharap

Kini, di pesisir hidup ini
Azab semakin dekat
Maut akan datang menjeput
Pasti tak satu pun mampu
Menghalau kematian itu
Mungkinkah
Aku siap menghadapinya

Kau Yang Agung
Yang murah pemberi
Kutadahkan tangan
Bermohon kepada Mu
Isilah batin ini dengan nikmat Mu
Segumpal kekuatan Istiqomah dan khusnul khotimah
Biar aku tak ragu menghadapi semua
Agar aku tak ragu menghadapi sakratul maut itu
Jika sampai waktuku
Datanglah wahai maut
Datanglah
Semata atas limpah karunia Mu
Di dalam kaffah merekat makna
Hidupku
Matiku
Hanya
Untuk-Mu

Binjai, 16 02 2018



DUKA ANAK NEGERI
Oleh H.M.Yunus Tampubolon


Di kota ini
Ada hikayat
Tentang ambisi besar
Di negeri ini

Yang hartawan paras lumayan
Menyebar harum kekuasaan

Di kota ini
Ada senandung
Tentang simponi kehidupan
Di negeri ini
Yang kulitnya hitam diterpa panas hari
Yang kulitnya putih di balik gedung bertingkat
Menggelepar-gelepar diayun gelombang globalisasi

Di kota ini
Ada permainan berbudaya
Tentang simpul pesatuan terkotak kotak
Di negeri ini
Entah siapa yang merdeka
Entah mengapa kok teraniaya

Sementara
Politik sosial ekonomi bermodus kerakyatan
Menari nari di atas penderitaan dan kesengsaraan

Di kota ini
Masih perlukah senyum simpul-simpul
Menyambut kemenangan bersemayam
Di tengah kemiskinan dan kebodohan
Di negeri ini
???????

Binjai, 14/02/2018



JENDELA MALAM
Oleh H.M.Yunus Tampubolon


Hujan gerimis
Malam pun melirik
Di balik jendela kamarku
Rindu pun menangis
Kelam berpeluk sedih
Duka enggan berlalu

Jangan biarkan
Malamku meninggi hari
Karena luka teramat perih
Tak lagi bersimponi

Menerawang ke langit jauh
Di ayun mimpi parasmu bunga
Meskipun di bulan sana
Ada senyum di balik puisi
Dia termenung
Menyapa rindu
Di antara kita
Jauh di mata
Dekat di hati
Berpeluk
Berpuisi
Ada sunyi
Ada sepi



Catatan :


Sekian lama sudah
kubawa rinduku
mengembara
dalam mimpi ***
HMYUNUS
TAMPUBOLON


Jumat, 25 Agustus 2017

BAYANG JIWA


Rasa ini kembali hadir
Mengoyak hati yang lama terpatri
Tegur sapa mu laksana anak panah menembus hati ku
Aku terlena...
Aku terpana..
Mengapa kau hadir kembali Tuan !
Kau tahu,antara kita sudah ada tirai pemisah
Tiada guna kita saling memuja
Walau sekedar mengeja rasa
Kau hadirkan kembali membawa suka
Hingga memberi sebongkah rasa
Cukup sudah Tuan...!
Lupakan saja
Usah kau usik kembali
Biarkan ini menjadi kepingan rasa
Yang selalu membayangi jiwa

By *Fadellis*
Eli Oktarina
Pagar dewa 25,8,2017


SAMPUL


Cuma mengejar sampul
Kapan membaca diri
Walau sekedar mengeja hati

Bait adalah basa basi
Menekan tanpa telaah pasti
Menipu cermin
Membohongi bayang

Akan menjadi sampul
Tak usah membaca diri
Tak pandai pula mengeja hati

By : Wahyu Sumut Kembara
Kamis, 24 Agustus 2017
- Gelitik Titik Memantik -
Waroeng Sedan
Tanjungbalai - Asahan
Sumatera Utara

Selasa, 22 Agustus 2017

JARING


Dikelebat malam
Hitammu mengundang kelam
Tatapmu menghujam
Mencabik mengoyak disepi alam

Kau tawarkan tarian maut
Fatamorgana pengubah takut
Pengantin ikut pengantin ikut
Saripatipun habis kau sedut

Tubuh geletar
Racun menjalar
Pandangan samar
Akhir dari pelamar

Rajut sutra laba - laba
Umpan cahaya lewat senarnya
Hantar gelombang bagai nada
Menikam menggulung memamah mangsa.

By : Wahyu Sumut Kembara
Minggu, 20 Agustus 2017
Rentak Malam - Rambang Lelangit
S. Serindan - Asahan
Sumatera Utara

NEGERI BERGUBANG


Wahai Datuk Penguasa Laut..
Dimanakah kinin kau berada...
Apakah masih dilaut atau sudah didarat.
Atau masihkah terlena dengan Banyaknya sang Dayang dayang istana.

Wahai Datuk Penghulu Negeri.
Dimanakah kinin kau tempatkan Datuk Hulu Balang.
Engkau punya kuasa dan kekuatan untuk menempatkan Para Datuk Datuk.
Tiada satupun yang sanggup menantang perintahmu...
Tapi...
Sekuat apapun kuasa, tenaga dan ilmu yang datuk miliki.
Ingatlah .......
Masih ada kekuatan lain yang menguasai dunia ini.

#pesan_bang_toyyib_negeri_bergubang#

Sabtu, 12 Agustus 2017

RELAKU MELEPASMU CUMA AKSARA


Di malam ini,
ku ciptakan....
Puisi tentang dirimu kasih,
walaupun kau kan pergi..
Tinggalkan ku sendiri.
-

Kau kan pergi dgn dia
tinggalkan ku sorang diri...
Ku doakan, semoga kau bahagia..
-

aku rela kau dgnnya..,
aku rela sungguh rela..,
tapi sayang rela hanya aksara......!
-

Perih pedih rasa hati
melepasmu oh kekasih
Airmata,
jadi teman setia ku.
-

Di malam ini,
ku ciptakan..
Puisi,
tentang dirimu kasih
walaupun kau kan pergi,
tinggalkan ku sendiri.
-

By #Mulyadi_Arjun
www.facebook.com/mulyadiarjunsangpenyairasmaracinta/

BILIK TERAKHIR


Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
tegarlah,
Karena,
jarak ini ialah pelindung
bagi dirimu pun aku,

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
peliharalah,
Hijab dalam pelukan cinta,
Karena,
waktu akan selalu meluncur tanpa ada jeda,

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
bersabarlah,
Karena,
akan datang masa,
dimana engkau dan aku saling bertatapan.

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Tindukkanlah,
matamu yang berbinar lagi indah bersahaja
Karena,
darinya akan mengalir tangis kebahagiaan,

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Tumpuklah,
rindu akan pertemuan,
dengan Rabb pencipta alam,

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Pedomanilah,
Rasulullah yang menagis karena begitu ingin bertemu dengan kita
Umatnya.

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Tutupilah,
dirimu dengan penjagaan yang ketat,
Karena,
semua yang ada padamu hanyalah teruntuk pasangan hidupmu
sahaja.

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Hiasailah,
dirimu dengan ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla
Patuhi,
apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulu-Nya
Ucapkanlah
"Kami taat dan kami patuh"

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Aku,
tiada mengharapkan satu tempat di dalam hatimu,
dimana aku harus menempati pintu yang pertama pada bilikmu,
melainkan pintu terakhir yang aku inginkan
Tempatku,
untuk bercocok tanam,
Taman bunga yang beserta
Aku.

Duhai,
yang senantiasa menjaga hati,
Tutuplah,
pintu pertama, kedua dan ketiga,
Karena,
tempatku bukanlah disana,
Dan,
Aku tiada memiliki haq sedikitpun didalamnya,

Cukuplah,
pintu terakhir sebagai tempatku,
dimana aku akan menetap,
mengalirinya dengan cinta rindu serta kasih sayang.

~Alek Wahyu~

KETIKA LAUT SURUT


tiada ombak mengalun
tiada air membiru
camar terbang membawa
diri
mega berarak hitam
nutupi mentari sore beradu

bginilah fitrahMU
hidup bak laut segara
pasang
surut
suka
ceria
bagaikan malam datang
esok ada nur mentari pagi

apalah yang didukakan
jalani di bumi ini
qanaah sebati
ada bayu
ada sayu
ada lagu
berzikir padaMU

beginilah
bila laut
sedang surut.

Oleh : Razyied Rieza
kk,6 ogos 17.
Hj Jalidar Abd rahim

Kumpulan Puisi Riri Eka Putri - DI ATAS SAJADAH CINTA KU



CERITA KITA
Karya : Riri Eka Putri


Cerita itu bisa saja telah usai
Saat datangku bukan untuk kembali
Namun kepergian ini untuk memenuhi suatu janji,

Cerita itu masih tertulis rapi, walau kita telah lupakan semua, walau hati pernah melukai.

Biarkanlah waktu ajari kita untuk dewasa, biarkanlah waktu mengubah semua cerita
dan biarkan cerita tersulam indah.



TITIP RINDU
Karya : Riri Eka Putri


Ku sisir malam tanpa kelam
Ku lukis kelam tanpa rembulan
Hanya ntuk mencumbu dg bayang mu
Andai kau tau hati ku
Hanya kerinduan dlm nyanyian sunyi
Bayangan wajah mu semakin mendekat
Menepi di ilusi hati
Ku coba menggapai
Namun tangan ku tak sampai

Kini......
Hanya pada sebait puisi ku titip Rindu
Ku semat kan cinta di penghujung waktu
Dlm bias Rindu kau makin menghilang

Aku terpana dlm titian asmara
Cinta yg semakin semu
Di batas khatulistiwa
Hati tergores dan perih
Hilang bersama bias malam

Wahai hati....
Kenapa tak juga kau pahami
Tentang Rindu yg kian mmbelenggu
Ttg cinta yg semakin mengikat ku.
Akan kah ini akan menjadi kisah bisu



DI ATAS SAJADAH CINTA KU
Karya : Riri Eka Putri


Di atas sajadah panjang cinta ku
Menghabis kan malam bercinta dg MU
Mengisi lorong hampa jiwa ku
Mendekap Qalbu di pertiga malam

Lirih sendu kata terucap
Berharap balasan cinta dan keagungan NYA

Jemari ini menari bertasbih
Mengharap Ridho dlm alunan Do'a

Jiwa ini begitu hina nya
Tak sebanding dg jutaan Rahmat MU

YA ILlahi Rabbi.....
Aku yg selalu berharap cinta MU
Namun aku tak sanggup menandingi kekasih MU
Hati ku tak seputih hati kekasih MU
Jiwa ini tak tegar
Rasa ini rapuh

YA Illahi Rabbi.....
Bila ku tak mampu menandingi kekasih MU
Izin kan lah aku menjadi Bidadari syurga itu.



MOTHER HOW ARE YOU TODAY
Karya : Riri Eka Putri


Ku tatap koloni awan di langit
Terbentang luas keindahan yg nyata
Awan yg tak pernah meninggalkan langit biru

Negri di awan......
Di sini kumenitip rindu
Di negeri antah berantah
Negeri tanpa batas yg tiada kesedihan kutemui.

Teringat oleh ku cerita masa lalu
Saat ibu meninabobokan ku ttg keindahan negri di awan, tentang peri peri cantik dan Raja yg bijaksana
Taman yg indah bagai di syurga
Seakan membangunkan aku dari mimpi panjang.

Seharus nya saat ini ibu ada disini menemani ku bermanja di ujung petang ku
Kini....aku sendiri di sini. Bercerita dg bayangan mu
Namun cerita mu hanya masalalu

Ibu kini kuterpaku di sini
Hanya bulir bening ini yg selalu setia menemani.
Ku pandangi kembali langit biru
Terlintas bayangan mu
Oh....ibu.....
Negeri di awan telah membawa mu pergi.



AKU MASIH DI SINI
Karya : Riri Eka Putri


Aku masih di sini menikmati indah nya pantai ini , bercerita dg buih ombak
Mendekap erat sang bayu

Aku masih sahabat mu
Tiada yg berubah disini
Jalan ini masih ku lalui
Walaw berbeda pesona nya kini

Kealfaan itu bukan ku sengaja
Terkadang kuberada di suatu moment
Yg membuat ku tak bisa mampir untuk cerita kita. Aku sering bingung di persimpangan

Sahabat sejati takkan pernah meninggalkan mu. ia bagaikan rembulan yg menyinari malam
Kicauan camar itu masih mendendangkan
Lagu memory meski berbeda irama nya kini
Karena ingin menggapai Ridho Illahi Robb



CERITA KITA
Karya : Riri Eka Putri


Di lembaran ini ingin ku tulis sebuah lagu
Untuk mu , lagu tembang kenangan dulu
Namun aku tang sanggup. Mengeja kata yg semakin ku tak mengerti

Di lembaran ini ingin ku bercerita lagi dg mu
Tentang kisah kisah lalu. Sanggup kah aku??
Mengulang semua kenangan itu yg tak mungkin ku dekap lagi , namun aku tak kuasa ntuk mengakhiri semua ini

Ada resah menyatu di sini membalut sisi hati
Aku yg tak berdaya kini
Jalan mana yg harus ku lalui
Mungkinkah takdir ini membawa ku pergi?
Atau Rasa ini membawa ku kembali?

Aku bingung di persimpangan
Jalan itu semakin berliku dan penuh duri
Oh Rasa.... Ajar kan aku untuk memilih
Haruskah bertahan atau pergi.



REMBULAN
Karya : Riri Eka Putri

Ku temui rembulan di pekat nya kelam
Di sisi kelam ku hantar kan harapan
Setitik cahaya membuat ku malu
Dlm dekapan rindu yg semakin mengikat ku

Kunang kunang malam menari lah bersama ku. Iringi lentik gemulai tinta resah ku
Yg kian mengikat perih jiwa ini

Di sini di peraduan ini kutata mimpi iringi irama hati, terkadang rasa ini tak bisa ku pungkiri.....
Rembulan....tersenyumlah hanya untuk satu hati. Jangan lenakan aku dlm remang cahaya mu

Aku tak kuasa dg iringan tinta ini
Biar kan ku terbangun dari mimpi mimpi
Sebelum terik membelai lamunan ku
Yg ketika ku terjaga ku temukan kecewa itu



DI MANAKAH SYURGA ITU
Karya : Riri Eka Putri


Dlm pekat nya kelam ku berdiri
Mencari Ridho Illahi Rabb
Walau tertatih langkah ini
Di saat 3 belenggu syetan terus mengikat
Ku tuntun jiwa ini untuk duduk dari pembaringan
Ku langkahkan kaki menuju air suci
Walau terkadang langkah ini terbelenggu lagi
Menggapai sajadah itu.

YA Illahi Rabb.....
Jangan belenggu aku dg dunia ini
Lepaskan lah semua nafsu itu
Betapa ku ingin setabah khadijah
Setaqwa Aisyah......
Namun aku hanya hamba MU yg lemah

Jalan yg ku tempuh kini bagai menggenggam bara api
Aku takut bila genggaman itu terlepas
Cahaya mu yg selalu ku ingin kan
Di penghujung malam ini aku mohon kpd MU
Izinkan aku untuk selalu di jalan MU

Ya ILlahi Rabb

Wahai Dzat yg maha membolak balikan hati
Jgn kau lengah kan aku setelah engkau beri hidayah
Teguh kan diri ini di atas agama mu
Biar ku dekap sunnah itu
Karena jalan itu yg membawa damai ku

Ya ILlahi Rabb....
Di manakah pintu Syurga itu???



Di BATAS WAKTU
Karya : Riri Eka Putri

Di sini di peraduan sepi ku gantungkan harap
Mengikis semua kenangan tentang kita
Ku coba balut luka itu di sini
Di pelantara rindu jiwa ini menjerit

Jalanan ini masih ku lalui seperti dulu
Tawa canda itu masih terngiang merdu
Walaw terkadang sedikit haru
Aku masih di sini
Menyulam sisi mimpi yg ku cabik sendiri

lorong jiwa kian terbelah.....
Ku coba menyatukan lagi namun ku tak sanggup. hati ini begitu rapuh nya
Biarkan lah rembulan itu selalu bersinar
Hingga waktu itu kembali menyapa

Berguru lah kpd matahari....
Di saat cinta nya di halangi oleh awan
Dia tetap tersenyum kpd bumi
Di batas waktu yg kian mendekat
Terkadang hujan pun dtg menghalangi
Tapi kebersamaan mereka tetap abadi



SANGGUP KAH AKU
Karya : Riri Eka Putri


YA ILLAHI.....
Dlm kegelapan malam ku mencari jati diri
Mencoba berlari dari bisikan nafsu
Menutup semua lembaran cerita
Mengikis asa yg sesakan dada

YA ILLAHI Rabb ......
Di mihgrab MU aku bersujud
Menengadah hiba
Ku serahkan jiwa raga ini
Pada sebait Do'a aku berbisik lirih
Di manakah jalan itu...

Aku......
Sanggupkah diri ini menutup semua cerita
Mengikis asa melupakan semua kenangan
Kembali ke jalan MU
Menengglamkan semua mimpi ku

YA ILLAHI.......
Tuntun jiwa ini.....
Menuju jalan MU
Tanpa ku harus berpaling lagi
Walaw terkadang bisikan itu menyapa

Oh jiwa....
Apa lagi yg kau cari di sini
Jangan lenakan aku dlm mimpi semu
Menyatulah dg hati
Berikrarlah dg diri.



PUING PUING RASA
Karya : Riri Eka Putri


Semilir malam ini menusuk pilu ku
Saat ku lihat kembali potret mu
Ketika malam semakin pekat
Kau semakin asing bagi ku

Bayangan mu selalu saja menari
Di antara puing puing rasa yg mulai terkikis
Menikam qalbu ku sematkan cerita lalu

Sering ku bertanya kepada langit biru
Saat cinta ku kau gantung di awan
Bila memang rasa ini hanya untuk mu
Beri aku kesempatan walaw hanya bercumbu dengan bayangan mu.

Menarilah bersama ku
Mengitari langit biru
Saat kaki kita sejajar dengan awan
Ku titip kan rasa yg kian membelenggu

Tapi bila rasa itu telah semakin terkikis
Lepaskan ikatan ku
Biarkan ku berlari di deras nya hujan
Namun seribu malam itu kan kurajut
Menjadi sulaman.



ILUSI
Karya : Riri Eka Putri


Telah ku bisikan kepada jiwa
Tentang hari yg tak mugkin ku daki
Tentang cerita yg hanya ilusi

Ku bertanya kepada diri
Di mana rasa itu bersembunyi
Pada hangat sinar mentari
Kenapa gerimis selalu menghalangi

Lalu ku kabarkan kepada petang
Sinar keemasan memeluk ku mesra
Seketika jiwa ku melayang
Lalu ku temui malam bersama kelam
Apakah rembulan menitip salam

Seketika jiwa ini terdiam
Akan kah masih ada harapan
Tentang cerita cinta semalam
Ketika ku pandangi sekilas bayangan mu
Yg datang bertamu dalam ilusi ku

Aku yg terlena dlm tarian mu
Diri ini terbelenggu dalam dekapan itu
Mencoba menjauh berlari dlm kelam
Namun aku tak mampu



RUANG WAKTU
Karya : Riri Eka Putri


Aku berjalan diremang cahaya purnama
Kunang kunang pesonakan malam
Kidung malam pun bersenda lirih
Menunggu kau datang satukan jemari kita

Aku yg terpasung dlm pesona mu
Menunggu mu dlm ruang dan waktu
Setiaku selalu di sini walaw terkadang lelah itu menyapa



SUNYI
Karya : Riri Eka Putri


Petang ku beranjak menemui senja
Kidung rindu iringi ilusi jiwa
Telah ku tanyakan kepada asa
Masih tertuliskah nama ku di sana

Oh jiwa yang semakin terkesima
Di ruang maya makin terlena
Telah ku titip pesan pada rembulan
Andai ku tak datang temui malam

Ketika malam tak menjumpai pagi
Biar ku titip rindu pada setitik embun

Di batas khatulistiwa ku berdiri
Merangkai aksara menuai makna
Mungkinkah rasa itu juga kan sama.



KIDUNG SUNYI
Karya : Riri Eka Putri


Di titian asa ku reguk tangis
Mencoba berlari tinggalkan kenangan
Dlm rintihan pilu hati bertanya
Adakah rasa itu kan sama

Aku yg tersiksa kini
Dlm hentakan rindu ku makin terluka
Luka yg semakin menganga

Duhai hati
Salah kah aku bila rasa itu ada
Haruskah bait ini menuai cerca

Kini ku menggenggam asa yg kian sirna
Karena jalan yang kita lalui sudah berbeda
Biarkan lah kidung sunyi ini temani ku
Di senja yg memerah ku menunggu mu.



MAHA CINTA
Karya : Riri Eka Putri


Karena aku mencintai mu
Aku melupakan mu
Karena rasa sayang yg begitu dlm
Aku menjauh dari mu
Karena aku lebih mencintai NYA

Dulu aku begitu berharap pada mu
Kita selalu bersama menghabiskan waktu
Sehingga aku melupakan NYA

MAHA CINTA....
Genggam erat tangan ini
Agar aku hanya mencintai dia karena MU
Biar rasa ini semakin menjauh dan pergi
Jauh ke sudut mimpi yg tak terealiti



SAHABAT
Karya : Riri Eka Putri


Aku yg tersisih kini
Ku rengkuh tanya dlm kesendirian
Ku balut iman berkaca impian
Berjalan di lorong sunyi
Mencari jati diri

DIMANAKAH JALAN ITU..

Di sini kuberdiri
Berkawan dg bayangan diri
Ku singkirkan ilalang tangan ku berdarah
Ku arungi samudra ini
Seakan menggenggam bara api

Sahabat......
Andai jalan yg ku lalui penuh duri
Aku telah rela dg diri ini
Walau terkadang penuh misteri

Sahabat....
Tuntun jiwa ini menuju lembah sunnah itu
Tiada kuperduli dg indah nya dunia
Walaw tersisih diri ini
Karena hadir ku hanya untuk mengabdi
Kepada NYA



PERAHU KU BERPENDAYUNG TASBIH
Karya : Riri Eka Putri


Berlayar dlm naungan NYA
Damaikan lautan jiwa
Berlayarlah terus ketitik makna
Walau rintangan kian membentang
Bara api pun sering di genggam
Teruslah kayuh perahu kecil ini

Nahkoda ku......
Arungi terus lautan api itu
Jemari mu dan jemari ku kian menyatu
Melalui jalan yang penuh liku
Langkah ini takkan lelah
Walau ada cerca menyapa
Di lembah sunnah ku pautkan jiwa

Walau ada rasa tersisih
Walau menggenggam bara api
Jiwa ini selalu tegar
Nyanyian burung malam biarkanlah
Berdendang di jalan yg kita lalui

Teruslah pegang kemudi itu
Kita kan terus berlayar menuju lembah sunnah
Mendekap erat asa kita
Seiring harapan esok hari
Di hari perhitungan itu nanti

OH...MAHA CINTA......
Rengkuhlah biduk kecil ini
Dlm mengarungi samudra kasih MU
Walaw badai sering menyapa
Dlm perjalanan Tasbih bergema



GERIMIS DI KOTA KU
Karya : Riri Eka Putri


Pagi ini sepi , kicauan burung enggan bernyanyi, pagi ini tanpa mentari menemani
Rumput pun enggan bergoyang.

Aku seakan bermain dengan hentakan rindu
Tirai pelupuk ku mengalir lagi
Bersenandung lah ranah hilangkan sunyi dlm diri ini.

Bila malam bertabur bintang hati ini teriris luka. Bila jalan bertabur duri kaki ini tertusuk perih.
Bila putik rekah melayu. Seperti hilang harapan ku.

Kini aku menangis tanpa suara
Bercerita pada embun pagi
Sematkan luka pd sang bayu
Aku yg tak pernah kau rindu

Daun daun melayang sendu
Gugur sebelum waktu nya
Gerimis di kota ini berlalulah
Biarkan cerita ini laksana mimpi tiada arti.

Oh.....semoga hari ini berlalulah
Kau hanya terpaku menatap pilu ku.
Tanpa bulir rindu acuh kan ku



LUKA
Karya : Riri Eka Putri


Sepi yg mencekam saat kubasuh luka itu sendiri ,walaw di temani bintang bintang,
Ku coba membelai mengelus perih yg kian
Mengangakan luka.

Aku yg sendiri menyisir kelam bersama malam , aku yg sendiri mengobati perih luka sendiri , dan selalu mencoba menjauh dan pergi , dari belenggu rasa yg ku tak mengerti

Kunang kunang cinta , kau selalu temaniku dlm bimbang , membangunkan semua kenangan.

Mengapa tak kau biarkan rasa itu pergi
Biarkan ku lalui jalan terjal yg penuh duri
Jgn menggapai ku ntuk kembali
Karena bagiku kau adalah misteri

Jangan tanyakan aku pada rembulan
Biarkan malam menenglamkan mimpi itu.



KABUT DI UJUNG PETANG
Karya : Riri Eka Putri


Biarkan lah petang ini kian berkabut
Setitik embun itu sudah cukup sejukan jiwa ku, embun yg selalu temani tatkala gersang menggelayuti hati....

Mentari.....disini aku selalu menanti
Walaw sedikit kehangatan yg kau beri,
Biarkan lah kupu kupu itu hinggap sesuka nya, kelopak ku hanya berharap tetesan embun mu,

Biarkan bunga bunga itu cemburu
Menuai kilaf dlm kuncup nya

Bait bait ini adalah teman ku yg setia
Mengajarkan ku melukis kanvas hati
Mengulum senyum menoleh hiba