UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Selasa, 21 Juni 2016

RAMADHAN


Yah, inilah Ramadhan bulan indah, Nuzul Qur'an dan Lailatul Qadar, nun Barokah dan Hidayah tak lagi menjadi tabu, semua berlimpah dengan kegembiraan berjuta-juta umat, anak kecil, orang dewasa, bahkan lanjut usia, mereka berbondong-bondong menuju Mesjid, menjawab suara Adzan. Tarawih dan Tadarus, Shalat malam, bersujud dan memanjatkan Do'a.

~Alex Wahyu~

RINDU KITA


Kasih...
Jangan biarkan benalu cemburu
Mengakar menjalar di ruang kalbu
Sebab ia akan menyesak di rongga dada
Hingga kan membunuh pohon cinta
Kasih
Rindu ini telah menyatu dalam darah
Hingga tak mungkin mampu aku bunuh
Kasih
Lenakan cinta kita
Dalam debar asmara
Pada tiap detik detak nadi
Sebab cinta kita tak akan mati
‪#‎ASSHJ_21_06_16‬

Sabtu, 18 Juni 2016

KITA TIDAK LAGI MEMPERDULIKAN RONA SENJA


Sejauh-jauhnya luka pergi, ia akan selalu kembali; pada airmata yang mencintai.
Perihal doa, kau tenang saja; ia hapal betul namamu.
Aku berbahagia; jatuhnya cintaku kepadamu, tak membuat dunia menjauhi aku.
Di matanya ada sumur yang dalam, aku tak bisa menimba apa-apa selain kerinduan.
Daun-daun hijau ingatanku kuning: musim merindukanmu tiba lagi.
Pada embun di ujung daun kutemukan harapan dari pagi, dan masa depan di senyumku sendiri.
Sebab cinta adalah rasa sakit yang abadi, maka Tuhan tak pernah absen menulis puisi.
Biarkan ku tampung buliran rindu itu, agar kelak kau tahu, jika kau pulang ke pangkuanku.
Aku melupakan satu hal: puisi ini lebih mencintaiku dari pada dirimu.
Semilir duka masih menyesakkan dada, saat ku lihat kau memilih pergi.
Cinta, biarlah rindu berkelana, mencari sesosok yang dicinta, hingga nyawa terbang bersamanya.
Rasa-rasa delima mengering di lidahku, bersamaan dengan air mataku; begitulah awal kau merayu.
Engkau diberi kelebihan meramal masa depan, tetapi engkau tidak diperbolehkan mendahului takdir Tuhan
Seindah apapun cinta, tapi tak bisa merawatnya. Cinta akan membuatmu murka, bila kau mempermainkannya.
Atas apapun kau tersenyum, semoga cinta tetaplah alasan pertama, meski di sana tidak ada kita.
Senyummu puan, mengantarkan anak rinduku pulang, dari ujung penantian.
Aku menggambar kesedihanmu diselembar kertas, lalu mewarnainya dengan segenggam cemas.
Dari balik puisi ini; aku melihat kebahagiaanmu masih dijajah masa lalumu.
Seperti malam biasanya, kau memberiku satu tetes air mata; kali ini air matamu beku. Lebih dingin daripada pikiranku.
Di dinding pikiran namamu yang dituliskan, di ruang jiwa cintamu ku selimuti kasih sayang.
Dalam sejarah kita terkadang senyum adalah sandiwara belaka tuk menutupi bahwa air mata adalah realita sesungguhnya.
Malam begitu lapar hingga dilahap segala terang, kecuali cahaya di matamu yang kejora, di wajahmu yang purnama.
Ingin ku acak-acak kau di tengah guyuran hujan. Lalu kita menikmati kuyup itu dengan desah yang samar.
Sebab yang dekat denganmu melebihi urat nadi sudah Tuhan, biar aku hanya sedekat baju kesayangan yang kau kenakan.
Pelukan ialah adegan yang kita suka, saat hati saling bicara tapi bibir bungkam seribu bahasa.
Ditemani gemercik hujan, kuterbangkan angan; Disela tetes dedaunan ada rindu yang berjatuhan.

Oleh : Nur Aini Notokusumo
SNA.18062016

Kamis, 16 Juni 2016

SAJAK KECIL UNTUK KEKASIH KU


Ada saatnya nanti aku tak mampu berdiri tepat dihadapanmu guna menghadiahkan ciuman dan satu pelukan, tapi tenang kekasih, Akan ada yang mewakiliku malam itu, sebuah surat yang diperuntunkan untukmu, kehangatan tulisan, cerita keindahan akan dirimu.
Aku menuliskannya pada malam bulan Ramadhan, sesudah Tarwih tepat pukul 11 malam, diantara angin syahdu, bebatuan tersusun rapi di halaman rumah, rumput jepang dan sebuah Gajebo berornamen klasik.
Kekasih, begitu aku ingin menemuimu malam ini, bercengkrama melawan rasa gundah, rasa pilu yang mengikat rindu, kusampaikan melalui waktu, hadiah menarik kupersiapkan, sebuah teka-teki singkat yang akan menghantarkanmu menujuku kelak, sebuah tempat di ujung barat, saat daun-daun kering dan pohon-pohon pucat, berbunga layu tak lagi ada serangga yang bertamu. Seperti aku yang tak mampu menuai keindahan yang membumbui hatimu, kelembutan nun senantiasa merambah langkah kecilmu
aku terpesona, terperdaya akan kesederhanaanmu, bening matamu seakan gemintang enggan untuk meninggalkannya, lembut suaramu menjadi pemimpin soneta dari kicauan burung gereja.

~Alex Wahyu~

LEGA





kala kenangan membabibuta hadir melayang layang di peraduan ingatan
aku hanya mampu memberi senyuman ketika mentari menyinari alam
berubah menjadi bulan penguasa malam
sangat cantik di kelilingi seribu bintang
tidak ada ragu untuk melepas semua kenangan
senandung kebahagiaan melihat sepasang merpati beranak pinak di ranting pohon
lega rasanya hati melepaskan cinta dan sayang
untuk orang yang pernah di puja dan di manja.

by: amoy



RUMAH ANGKER



Ada saatnya nanti aku tak mampu berdiri tepat dihadapanmu guna menghadiahkan ciuman dan satu pelukan, tapi tenang kekasih, Akan ada yang mewakiliku malam itu, sebuah surat yang diperuntunkan untukmu, kehangatan tulisan, cerita keindahan akan dirimu.
Aku menuliskannya pada malam bulan Ramadhan, sesudah Tarwih tepat pukul 11 malam, diantara angin syahdu, bebatuan tersusun rapi di halaman rumah, rumput jepang dan sebuah Gajebo berornamen klasik.
Kekasih, begitu aku ingin menemuimu malam ini, bercengkrama melawan rasa gundah, rasa pilu yang mengikat rindu, kusampaikan melalui waktu, hadiah menarik kupersiapkan, sebuah teka-teki singkat yang akan menghantarkanmu menujuku kelak, sebuah tempat di ujung barat, saat daun-daun kering dan pohon-pohon pucat, berbunga layu tak lagi ada serangga yang bertamu. Seperti aku yang tak mampu menuai keindahan yang membumbui hatimu, kelembutan nun senantiasa merambah langkah kecilmu
aku terpesona, terperdaya akan kesederhanaanmu, bening matamu seakan gemintang enggan untuk meninggalkannya, lembut suaramu menjadi pemimpin soneta dari kicauan burung gereja.

~Alex Wahyu~

Beni Sultan
Kemarin pukul 17:17
"RUMAH ANGKER"
Penulis : Beni Sultan

Sebuah rumah bercat biru tanpa pagar yang kini tak berpenghuni dan ditumbuhi semak belukar.
Rumah yang cukup besar itu dulunya di huni oleh keluarga pak Kila'.
Mereka merupakan warga baru pindahan dari kampung sebelah. Belum lama rumah itu di tinggali istri dari pemilik rumah meninggal dengan cara yang tidak wajar. Dileher korban terdapat tanda hitam seperti bekas cekikan.

Konon katanya pada saat kejadian sang istri sedang berada di ruang makan dekat dapur sedangkan yang lain sedang bersantai di ruang keluarga menonton tayangan tv. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang, merekapun bergegas menuju ruang makan dibagian belakan rumah dan mendapati korban sudah tewas dengan leher menghitam seperti bekas cekikan.
Setelah kejadian itu hal aneh dan penampakan kerap muncul mengganggu penghuni rumah.

Setahun kemudian pemilik rumah menikah lagi, dan lagi-lagi istri sang pemilik rumah mendapat teror penampakan penampakan dari makhluk aneh di rumah tersebut.
Hingga suatu ketika mereka memutuskan meninggalkan rumah itu begitu saja setelah melihat penampakan sosok tinggi besar dan membiarkan rumah itu terbengkalai begitu saja hingga saat ini.

Dari cerita warga yang beredar konon lahan yang dibanguni rumah tersebut merupakan tanah angker tempat para penunggu kampung (makhluk halus) bersemayam...

Penulis : Beni Sultan

Rabu, 08 Juni 2016

INILAH AKU


aku bukanlah orang yang sempurna

aku bukanlah orang yang kau cari

aku bukanlah orang yang bisa melindungimu disaat kau dalam bahaya

aku tak bisa hadir disaat kau sedih

aku selalu tak ada saat kau bahagia.

aku selalu buatkau kesal

sedih, jengkel,marah,sedih,tertawa

atau kau malah malu ketika kau ada disampingku

karena aku tak sempurna,

tak sesuai dengan apa yang kau inginkan

tak seperti yang kau bayangkan

aku tak marah karena kau tak menghargai diriku

tetapi aku hanya ingin kau bisa menjaga perasaanku

dan selalu berkata jujur tentang apa yang kau rasakan tentang diriku

dan tak pernah menutupi apapun dari dirimu

aku tak butuh uangmu

aku tak butuh hartamu dan

aku tak butuh belas kasihan mu

yang aku butuhkan hanyalah nasehatmu

dan kritikan yang bisa membuat diriku berubah menjadi orang yang bernilai
dan berharga bagi kehidupanku
..

nb:jarak terjauh diantara kita bukanlah karena kau atau aku tak bisa hadir dihadapan mu tetapi

jarak itu ada karena kita tidak saling mengerti dan jujur tentang isi hati kita dan apa yang kita rasakan

Oleh : Chairul Tawila

Kamis, 02 Juni 2016

AKU DAN SONETAMU


Daun-daun kering dan pohon-pohon pucat, berbunga layu tak lagi ada serangga yang bertamu. Seperti aku yang tak mampu menuai keindahan yang membumbui hatimu, kelembutan nun senantiasa merambah langkah kecilmu
aku terpesona, terperdaya akan kesederhanaanmu, bening matamu seakan gemintang enggan untuk meninggalkannya, lembut suaramu menjadi pemimpin soneta dari kicauan burung gereja.

Aku sedikit tertunduk dan memejamkan mataku rapat-rapat
dalam kegelapan aku menangkap bayanganmu yang berdiri di seberang sungai, menembus udara dengan beberapa suara-suara yang terdengar sejauh mata memandang
aku menikmatinya, dalam kegelapan mimpiku, kau hadir dengan wajah menawan, mengangkat tangan dan aku siap menangkapmu dalam pelukan.

Aku kehilangan kendali, meneguhkan hasratku untuk tatapan jernihmu, suara riuh dari berbagai arah, disertai para bocah yang berkeliaran kesana kemari, mereka bermain petak umpet, melempar batu, dan memukul bola, beraneka ragam boneka lengkap dengan aksesoris yang terjual terpisah juga ada bocah perempuan dengan senyuman manja, bocah laki-laki dengan kemampuan ganda
aku sedikit iri melihat keceriaan mereka, kau tahu sayang, senja dan senja sebelum berkumandangnya Adzan.

Kasihku, Jelajahi hatiku, menyentuh sukma hingga kuasamu tak mampu kulepas lagi, di kedalaman jiwa, hingga gulungan ombak dan prahara, dalam tarian purnama berjuta bintang yang menghadang
sebab, harummu telah menyebarkan kecemburuan pada cakrawala, berlomba menyusun sajak, rona yang kau pancarkan selalu mengundang kepak peri malam yang senantiasa bermain di keningmu, aku tetap mendawai melalui jemari lentikku, mengucap rindu pada cahayamu, purnama.

aku semakin rindu pada cahayamu
menampung jeda, letih siang dan petang, kau masuk ke celah-celah sanubariku, sebelum melati dan kamboja terkulai di hadapanku,
sebelum botol kenanga sungsang mengairi, pada sajadah berdebu, pada harap, pada penat, izinkan aku memimpinmu, bersama kita sujud dan rukuk di hadapaNYA
Pencipta segalanya, kau dan aku.

~Alex Wahyu~
26 Mei 2016