UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 30 Desember 2015

BUNGA SERIBU WARNA



Wahai Bunga Seribu Warna.
Harum mu benebar Pesona.
Berbagai Kumbang yang Tergila-gila
Ingin menghisap madu yang sudah tidak lagi Berasa.

Oleh : Afrijal Insani

Sabtu, 12 Desember 2015

KEHIDUPAN


dan sayup-sayup mulai terdengar ratapan pilu dari orang-orang yang ia tinggalkan

ini tak bisa digambarkan dengan kata apa yang dilihat dengan mata

Rasa kehilangan ?
Yah..
Kehilangan yang teramat sangat besar

telah terukir
skenario hidup sang nasrani
bukti penyertaan
Bapa yang menuntunnya ketempat yang abadi...

Maka kini hanya lantunan doa dan isak tangis kehilangan yang terdengar untuk mengantar kepergiannya..

Oleh : On

Rabu, 09 Desember 2015

DIA


dia masih di sana..
Sudah sekitar 4 jam ia di sana hingga senja mulai menjemput...
Di bangku tua di pinggir taman yang sepi itu , tak tampak orang berlalu lalang disana
langit yang mendung menggambarkan suasana hatinya yang resah...

Ia,
yah
dia masih disana
memandang ujung jalan...
Memandang sesuatu yang kosong dan mulai gelisah..
Seolah sedang menunggu seseorang....
Entahlah siapa yang ditunggunya ?

Oleh : On

KOTA KECIL DI UJUNG BARAT



Kekasih,
Aku hanyalah seorang pemuda yang selalu berkeliaran kesana kemari,
Mencari fenomena-fenomena menarik, untuk kuberikan padamu. Dan tak lupa pula kusisipkan rindu teramat dalam
Bersama senja ini
Agar hari-harimu indah,
Penuh dengan senyuman,
Penuh dengan kegembiraan,
Ah.. Ingin sekali rasanya aku berada tepat dihadapanmu,
Memandang wajahmu tanpa harus berkedip,
Memeluk dan membelai rambutmu, Mencumbumu sore itu.
Begitu banyak cerita,
Sayang, seakan semua mengerti kerinduanku,
Menemani setiap langkahku, Menghibur dan mengingatkanku akan dirimu,
Bunga bermekaran,
Langit bergemuruh merdu,
Dan burung-burung berkicau Bercanda riang pada sangkar yang dibuat si pejantan,
Saling bercinta.
Selanjutnya,
Bila hujan menyambangi tempat tidurku,
Aku tertawa lantang,
Purnama saling mencinta,
Cahaya dan musim semi,
Lautan berpacu,
Angin berhembus syhdu,
Kupejam mata,
Langkah berpadu,
Bunga biru dari negriku,
Membuka pintu-pintu,
Mencariku ketika pergi,
Kembali tak akan mati.
Lain halnya dengan di kota,
Kekasih, berbagai toko berjejer disini,
Sisi ke sisi tampak ramai,
Seperti antrian tiket Bon jovi,
Satu jam ludes, habis terjual.
Berdesakan hingga ada yang pingsan,
Aku sedikit takut,
Melihat tak ada satupun yang membantu,
Mereka berdiri memandangi jasad terkulai di jalan,
Kota yang sangat berbeda dengan tempatku kemarin.
Sedikit kekanan,
Ada taman bermain anak,
Judulnya sih begitu,
Namun tahukah kau kekasih,
Ini bukanlah tempat bermain anak,
Ini tempat berpacaran,
Lebih tepatnya "Taman pacar muda-mudi",
Atau kaula muda bahasa dulunya,
Jalan setapak dan berbagai bunga,
Tubuh subur ditengah pancuran,
Cabang tiga, pastinya tinggi,
Menjulang kanan lima meter
Menjulang kiri sepuluh meter,
Ah.. Kota ini membingungkan,
Lantas, apakah kau mau mengunjunginya kekasih?
Menghabiskan seluruh waktu bersamaku,
Bercumbu dan saling merengkuh,
Ah.. Disini juga ada jembatan kecil,
Dipenuhi gembok-gembok yang terkunci,
Tertulis nama si A dan si B,
Nantinya kita akan ada sini sayang,
Berkeliling membawa secarik kertas dan pensil,
Ikatkan pada gembok yang kita beli,
Berpegangan tangan,
Satu nama kita,
"Fitriani Alexandra"


Padang, 07 Desember2015
_Alex Wahyu Nurbista Lukmana_

Senin, 07 Desember 2015

SEBUAH PUISI UNTUK KEKASIH KU


Karena Aku Adalah Aku Dengan Kamu Untukku, Dan Kamu Adalah Kamu Dengan Aku Untukkmu,
Begitu yang aku katakan padamu, Dan kau pun mengatakanya padaku
Sore itu, saat senja menghampiri kita, sebelum hujan mengambil alih semua
Hari yang tenang, bersama rintiknya, orang-orang begitu riang
Anak-anak bermain tanpa beban, mereka tersenyum
Layaknya kita yang selalu berpegangan tangan,
Saling menatap, memberi tanda dengan isyarat

“Aku mencintaimu bersama hujan aku menyayangimu”.
Didalam Kata Ada Cerita,
Didalam Cerita Ada Nada,
Didalam Nada Ada Cinta,
Didalam Cinta Ada Kita,

Kekasih,
Jika “INI” berarti “Kamu”, maka “ITU” adalah “AKU”
Jika “INI” berarti “MEREKA”, maka “ITU” adalah “KITA”
Dengan semua perjalanan yang telah kita lalui,
Setiap proses dalam menuju “KITA”
Hingga nantinya Kau dan Aku akan Bersemayam pada Jasad yang sama.

Kekasih,
Setelah ini akan kuukir nama pada langit itu
Bersama keinginan Kau dan Aku,
Kita akan mengukirnya,
Dalam satu komitmen,
Merangkul rasa yang sempat tertahan,
Untuk kita saling mencinta.

Kekasih,
Padamu adalah tawaku,
Untukmu adalah cintaku
Matamu yang begitu berkilau
Senyummu yang begitu memukau
Meyakinkanku dalam rupamu “Kekasih”

Akulah Pilihanmu,
Menjadi penggerak dalam batinmu
Akulah Pilihanmu,
Berpaling dari masa lalumu
Akulah Pilihanmu,
Ceritaku Untumu
Akulah Pilihanmu,
Panggilan terakhir untukku

Kekasih,
Sebelumnya kita selalu mencari kita
Hingga akhirnya kita menyamai kita
Sampai kita menginginkan kita
Untuk kita membuat kita.

Kekasih,
Jadilah aku untuk yang pertama
Jadilah aku untuk selalu bersama
Jadilah aku Untuk Menciptakan cerita
Jadilah aku “CINTA”

Kekasih,
Seperti puisi ini
Mereka bernyayi
Mereka menari
Mereka menepi
Untuk saling mengilhami

Kekasih
Puisi kita memiliki nyawa
Ia akan berbicara pada siapa saja yang membacanya
Menghipnotisnya untuk masuk kedunianya
Dunia yang diciptakan oleh tuannya
Dunia “KITA”.

Kekasih,
Ini yang terakhir
Aku sampaikan
Kenginanku Untuk Memelukmu
Keterikatanku untukmu, yang akan menjadi pendampingku
Hari ini dan nanti “Sampai Kita Tutup Usia”.

Padang, 30 November 2015
Alex Wahyu Nurbista Lukmana

“Kita Memiliki Perasaan Masing-Masing,Dengan Perasaan itulah Kita Bertemu, Dengan Perasaan itulah Menyatu, Dan Dengan Perasaan Itulah Kita Saling Terhubung, Membentuk Sebuah Ikatan, Membentuk Sebuah Kepercayaan, Dengan Perasaan yang Begitu Mendalam, Kepercayaan Kau dan Aku, Kepercayaan Kita Untuk Saling Mencinta, Kepercayaan Kita Untuk Saling Menjaga.”

_Alex Wahyu Nurbista Lukmana_

PUDAR


Ah, tak terpikirkan lagi dibenak ku...
bukankah penampilan pasti akan berubah memudar seiring dengan waktu setiap insan yang kian memudar .!!

Untuk apa kau risaukan ??
Bukankah Itu manusiawi !

Bukankah kejelitaannya kan tetap lestari dan abadi tatkala ia mengubah sikapnya ?

Keangkuhannya bagai sebuah bangunan yang kokoh berdiri tak termakan zaman...
Ia terperangkap dalam zaman modrnitas yg membelenggunya !

Oleh : On

BIMBANG


Bimbang & Ragu Kian Memadu Kasih...
Asa Turut Menghampiri Lara Yang Kesepian...
Duri Pun Tak Terasa Disaat Bercumbu Dikulit Tipis...
Hingga Tarian Senja Masih Betah Terbelenggu Suara Minor Dari Ruang Tanpa Cahaya...
Senyum Masih Tersimpul Dikicauan Burung Menyambut Pagi...
Dan Berakhir Dikalimat Tanpa Titik Yang Bersemayam....

Oleh : Juank Hadapi