"Tertantanglah dalam perang yang menelanku dengan tawanya hujan
seperti awan, berada di langit dan pergi ke mana saja angin membawanya
memadukan antara anggur dan secuil minas ,
menghisap cerutu lalu habis , "AKU SIAP MENGHADIRI MASA,MELARASKAN SENJATA"
lalu , ini hari apa?
terasa mendung menusuk birahiku yang kian memuncak,
apa aku telah menjelma menjadi racun?
membunuh tanpa rasa ampun,
memukul tanpa belas kasihan?
oh , kemana malaikat yang menjagaku?
dan setan merayuku ?
kemana mereka?
aku tak dapat lagi merasakan keberadaannya,
aku tak dapat lagi merasakan dekapanya,
lalu , hari apa ini , dan keman mereka?
pergi bertamasya atau pergi ke tempat yang lebih tenang?
meninggalkanku dalam amukan,
meninggalkanku dalam perselingkuhan,
meninggalkanku dalam ketenaran,
meninggalkanku dalam kemunafikan,
tawa menjadi beban, tawa menjadi kegaduhan ,
tawa menjadi perumpamaan , dan tawa menjadi keinginan yang tak bersuara !
yah ini kali pertama bunga itu layu ,
meski saja hujan bergembira memberikan setengah dari rasanya,
memberikan setengah dari cairan lembutnya,
memberikan setengah dari rasa teduh yang akan menyelaraskannya,
yah , tapi tetap saja iya seakan enggan untuk mekar
mekar yang mengerti akan mekar
mekar bersajak mekar ,
mekar bernuansa mekar ,
menggebu mekar , meski hujan berbahagia
lembutnya mekar , meski hujan bernostalgia
yah , tapi bunga ini tidak akan mekar
selalu merunyam , menyiram kelam
tumpuan lebah tak lagi merajam
mekar bersajak mekar , dan mekar berhembus terbakar ,
sore akan tampak menyilaukan,
menggores langit berwarna keemasan
pelangi berseri bentuk keindahan
tanah mengguncang dari raksa menuju air kran
pandangi aku , wajah lugu dengan cahaya mata seribu kalilipat
memang hitam yang kau tampak , tapi itu bukanlah dirimu
aku akan merangkulmu dengan benang dan potongan kayuku
mencapai surga roman picisan tua akan menyabutmu
Alex Wahyu ,15 juli 2013
UK-KES
Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar