Wahai engkau yang menghardik diawal pagi
ketika makna pustaka cuma sastra lama,
saat Kitab Suci kehilangan aromanya
bukan menyalahkan tanda baca
cuma mau bertanya pada nyali
masihkah berani bertemu pagi diesok yang tak pasti.....
Ada yang tersisa dari bekunya suara jiwa,
setidaknya berwarna putih pengganti lentera,
meski itupun selalu bias dicabuli nafsu
tersungkur dan mabuk kepayang dirayu angkara murka
aku segambar itu, sejujurnya dirilah aktor utamanya
jika begitu : bagaimana bisa kuangkat muka
menatap naifnya hidup dan kehidupan nyata
Oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham.-
(JT)Pondok bambu istanaku, Sabtu 13 July 2013 . 10:39wib.-
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar