Memenjarakan asa dilembah sandiwara,
adalah petaka yang berujung lara,
pada gilirannya menyayatkan luka
Tak mudah mengeja awan, tak cukup dengan aksara
ketika mendurhaka pada rasa, apapun alasannya
tinggal menunggu saatnya tiba : buah penistaan diri
hidup hampa, tak jejak selamanya
Tak kupahami simpul jiwa,
untuk apa berbuat apa ; siapa subjek siapa objek
separah itukah kalam jiwa, tak bersisa
tak kusangka : kembali kelembah nista
Oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham.-
(JT) Gubuk persinggahan, Selasa 25 Juni 2013. 22:07 wib.-
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar