Sabtu, 10 Desember 2011
RUMUS ALAM : MESRANYA MATAHARI - REMBULAN
Saat matahari tersenyum dipagi hari,
tak pula bersengketa dengan rembulan malam,
meski rembulan gemetar pucat pasi menuju peradauan,
tak sumpah serapah, makian atau silang sengketa
namun matahari juga tak pongah sombongkan diri,
apalagi nyata jagad raya menantinya,
seluruh penghuni mayapada memujanya,
dan tak ada yang didapatkannya,
meski sudah diberikannya yang ia punya,
rumus apa kiranya yang digunaannya
hanya memberi tak harap kembali
sederhana kalimatnya, begitu sulit menterjemahkanya,
kerna rumusnya belum kita punya, begitukah faktanya ?
nyatanya : begitu sulit menemukan titik,
diantara berjuta juta tanda baca disekujur tubuh kita,
parahnya lagi, dicermin pecah sejuta kita berkaca
mematut matutkan diri sambil terus merasa benar sendiri
seringkali diabaikan meski diingatkan : jangan lewat sini !!,
hasilnya : sebelum terembun, kita pun buta tuli
tak perduli bahasa kanan, kalimat kiri
sebab kita kira : semuanya tunduk pada kedipan mata sekali,
padahal kini pagi mulai unjuk diri,
tidakkah semestinya kita tau diri, bukan pula mebela diri
menghimpun segala alasan mencari pembenaran pribadi,
kenapa tak belajar dari mesranya matahari rembulan
meski berbeda dari segala sisi, tapi tak pula dijadikan antipati
kerna perbedaanlah keaneka ragaman yang melahirkan pelangi
dan matahari rembulan tak berebut selendang surga ini...
selayaknya kita pelajari,
rumus alam yang lupa kita warisi......
-----oleh Drs Mustahari Sembiring .----------------------
-----Makassar, 10 Desember 2011. # 05.00# dinihari yang sunyi, diberanda hati.--
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar