Kamis, 15 Desember 2011
ADAKU SAMADENGAN TIADAKU
Kalau memang tak mungkin bertunaskan Harap,
Kenapa terus saja menebar benih,
Manalagi musim semi begini,
Sama pula lah artinya menyemai benci
Dan bila tunas mulai meranggas,
Langit pun luka dicakar rasa
Lalu sang lelana yang ngembara tak mungkin berbahasa,
Kerna takjim pada tata krama, adat pujangga para kawula
Tapi apakah kita biarkan saja waktu mengeksekusi semaunya,
Kerna menyangkut harkat, martabat bahkan jati diri,
Tak Cuma langit yang luka luka, tapi senjapun terkulai
Patah batang asanya dihempaskan nuansa, dikebiri sistem
Hendak kemana payah nurani kututurkan, kerna bahasaku seadanya
Kalau nyatanya semua pintu telah dikatupkan….
Apakah mungkin samudra masih sabar meninabobokan gemuruh badai didalam dada
Lalu mengantarkan jiwa yang lara kedunia apa adanya, mensyukuri sisa usia
Kalau tetap saja sang waktu kita biarkan mengeksekusi segalanya ?
Lalu untuk apa kita ada ?
Jika Cuma diberi lisensi sebagai pemain sandiwara sebabak saja,
Padahal ceritanya berseri tak berujung,kolosal dan improvipasi
Bukankah adaku sama juga dengan tiadaku ?
Lalu untuk apa aku ada ??
---oleh Drs Mustahari sembiring---------------------------------------------
---Makassar, 15 Desember 2011. Catatan atas Tanya yang tak terjawab---------
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar