Dalam kerahasiaan tilik sandi,
masih adakah naluri, rasa atau getar semata
tentangku
Memunguti serpihan silam,
turut menganyam perih sayatan disekujur jiwa,
keberadaanku
Dua sisi nurani kali ini serupa lirihnya,
bukan menyesali, tapi menyelaraskan sisa langkah diri
sambil membujuk hati, menyiapkan rongga ikhlas dan bersyukur
berserah tanpa syarat
Semakin jauh merambahi jalan kehidupan; warna pelangi
agar tak kesasar ; pulanglah wahai anak desa
bersilaturahmi dengan kenyataan seadanya, dalam jiwa
bukankah hidup mengalir di alurnya
Kukunci segala rasa, gejolak jiwa dan sejenisnya
kuhaturkan diujung kasut MU, Gusti Pangeran Welas Asih..
Oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham.-
(J) Pondok bambu istanaku, Sabtu 06 April 2013. 08:01 wib.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar