Rabu, 15 Februari 2012
KESEDERHANAAN HUKUM ALAM SEMESTA
Bukankah pernah kukatatan ;
tentang malam yang dilanjutkan siang,
setelah kilat ,petir menyambar,
musim gugur dibayar musim semi,
satu dengan yang lainnya, ketergantungan,
terhubung tetali terlihat maupun nisbi,
dikandungan alam semesta nan welas asih...
Bukankah pernah kukatakan ;
pesona indahnya bunga bakung diantara kiambang ,
tak seorang maestro lukispun tanding karyanya,
akankah ia berpongah diri ?
pesonaku ya karena aku !!,
Duh...bacalah catatan dilangit :
Pesona bunga bakung liukkan kekaguman,
sesungguhnya adalah patuhnya pada isyarat alam
lambaian akar serabutnya konon panggilan menghiba,
agar sang air tetap mau memeluknya mesra,
merekah pelangi kembangnya ,selendang dewi dewi khayangan,
sesungguhnya adalah rayuan penuh harap pada sang kumbang,
agar mau bercumbu mesra dengan putik sarinya dengan lembut,
gemulai daun, kelopak dan batang hidupnya,
adalah kesepakatannya dengan ngengat, ulat dan sejenisnya
agar tidak merobek bunganya, meretas batang daunya...
tarian mistis yang diperankannya saat bayu berkelana,
adalah permohonan dengan sepenuh daya, apa adanya
agar hujan mau membasuh seluruh unsur hidupnya,
agar matahari tetap setia menghangatkan cintanya,
agar tumbuhan lain tak terusik keberadaannya...
dibawah payung hukum alam yang sederhana,
dipatuhinya tanpa syarat demi keseimbangan jagad semesta,
mengapa kita enggan mencatat kesaksiannya ?!
mengapa kita tak meneladani patuhnya yang sederhana?
bukankah kita juga mahluk ciptaanNYA ?
bahkan termulya dari segala yang ada,
pantaskah kita dimulyakan mahluk lainnya ?
----oleh Drs Mustahari Sembiring.---
----Makassar, 14 Februari 2012. Catatan sejujurnya dihari kasih sayang.----
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar