siapa bilang puisiku
tak berbisa seperti bisa ular kobra
mematuk dalam segala arah
arah politik berkepanjangan
arah cinta melintang dari utara ke selatan
siapa bilang puisiku
tak indah seindah bunga di taman
bersinar kadang memancarkan kilauan
seiring puisi mencakar langit cinta
siapa bilang puisiku
bermakna tidak makna gugapai dengan
tinta membahana sampai ujung dunia
seiring puisi berwarna merah jingga
siapa bilang puisiku
watakku berbilang dalam khalayak
tinta begelora sepanjang hayat
seiring aksara menyemai dalam masa
siapa bilang puisiku dan puisimu
bershabat tidak
sementara puisimu menyentuh perasaan
kusemai bersama dalam dada
puisiku adalah watakku hidupku jiwaku
terpatrik dalam relung setap saat
Oleh : siamir marulafau
sm/05102013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar