Tuturmu jauh menggairahkan aku untuk memelukmu
merenta indah pudaran langit nun bercahaya pada kelam yang berbias
mengapa kau begitu bersemangat menyapa kicauan elang , dan merekapun bernyanyi
senada ketukan empat per empat, mereka bernafsu untuk menyelesaikannya hari ini
sayang, inilah kota kita,
taburan seroja di bilik akhir penantian
tertawa riang, memandu wisatawan yang hendak bertamu memotret gubuk kita
saat merah menjadi hitam , kelam menjadi terang , temaram meraung canda pada anak kita
bermain petasan , bergoyang seperti lalat menuju surga menghilangkan neraka
langkah batu, buta akan raja
lengan putih mahkota rindang
lembah puri membangun istana
keringat menidih, mencapai gelora
inilah yang akan aku hadiahkan pada cucu kita
catatan penuh warna,
menghadirkan semerbak syair untuk tidurnya
mewariskan tahta setinta pena,
melukis dunia dalam kanfas berupa hias
menoleh saat pandangan tak mampu lagi berderik dengan halus
seroja menjadi hangus, merpati menikam hati memakan senja hingga kewalahan
kita tidak ingat , dan kita juga tidaklah lupa
mereka hanya selembar gambar dari imajinasi khayalan
logikanya runtuh menimbun arang pada padi usang
dengan sebatang tirai untuk menari menjamu tamu istimewa malam ini
mari berlari melambai hati pada senja bergemuruh langit
Aku juga mencoba mengukir sebintik batik di selendangmu
Mengukus keindahan alam raya di persimpangan kiamat
Lonceng kecil sengaja aku simpan untuk hadiah ulang tahunmu
Laksana berimbang bualan menyinari kehidupan si raja malam
Sudah ,
kiamat menghadang bambu di perjalanan rumah kita
Menyisakan tangis teriakan penjaga malam
Meminta makan segelas susu diremukan embun tuan
aku ingin semangkuk nasi dan sebotol susu putih.
Oleh : Alex Wahyu
Padang
AWNL, 23-10-2013
UK-KES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar