Senin, 14 November 2011
AIR MATA DARAH (4)
Setelah kutulis surat lewat telepati jiwa yang lara,
mestinya telah kalian baca sukma yang luruh diberanda tanpa asa,
kenapa harus kulebur makna dibelantara duka anak anakmu bertujuh saudara
entah sampai dimana sudah sipenunjuk jalan memberi tanda,
tapi anakmu tetap tak menemukan jalan setapak,
meski sudah kuteliti satu persatu isyarat bahkan tanda tanda zaman,
tapi laraku tetap penuh disetiap tarikan nafas kehidupan,
itulah aku emak, bapak....
lelaki yang dulu tegar dan pemberani, yang menantang langit demi harga diri,
buat kalian sampaikan pada Sang Majikan yang Serba Maha itu......
selain itu, tahun tahun terakhir ini
begitu banyak cerita yang kadangkala tak masuk akal,
meskipun nyata di alam sesungguhnya,
bahkan menyita sebagian besar hari hari kehidupanku,
dari selangkah demi selangkah sudah kuurutkan tatanan kehidupan,
tapi masih saja aku terjerembab dalam luka yang penuh duka,
manakala hati dan pikiran kembali kepada kesadarannya,
aku tertegun saat kutau kuterdampar dialam penuh pancasona,
kenapa kalian tak bereaksi
padahal tau tentang cuaca disini,
bahkan hampir semua ada catatannya diangkasa
kenapa kalian diam saja,
ketika gemuruh bahkan gelegar petir mengabarkannya...
sampai tak ada lagi tanah kering yang bisa kueja,
kerna semua toh berujung dimalapetaka,
anakmu ragil, adikku sibontot telah kehilangan jiwa sanubarinya
ia sudah lupa siapa dia, apalagi kalau untuk mengenaliku abangnya
tak ada lagi catatan dinadinya buat menghafalkan saudara sedarah,
kerna semua orang mengaku adiknya, abangnya bahkan saudaranya...
semua terombo telah hilang, tercecer saat ia mengumpulkan harta dunia ,
gemerlapnya emas permata telah membutatulikan panca indranya...
masa kalian tidak tau itu emak, bapak ?
ya...ya....ya...kalian pasti tau itu meskipun kalian tak percaya
kerna aku sendiri tak percaya pada apa yang aku dengar,
aku lihat dan aku rasakan pada setiap degub jantungku luka,
tapi ini bukan mimpi sebab aku sedang tidak tidur........
--oleh Drs Mustahari Sembiring----
--Makassar, 13 Nopember 2011. Serat jiwa buat adikku ragil, sang bontot.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar