Kukemas diam tak berwarna,
sayangnya tak kau pahami magnanya
Kulukis rasa diwajah letih sejuta problema
sayangnya tak kau perdulikan magnanya
Kutauladankan pengorbanan, tenggang rasa dan etika
sayangnya malah kau anggab biasa saja
Semakin jumawa, kau gelar sinetron lama
memasang perangkap, bom waktu bahkan ancaman
serupa kacang lupa kulitnya,
mestinya tanyakan hati nurani,
mau dibawa kemana hidup ini
Oleh Drs Mustahari Sembiring sang muham.-
(J) Pondok bambu istanaku, Selasa 21 Mei 2013 . 08:29 wib.-
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar