UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 Juli 2020

Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - TITIPAN



Virus korona
Siamir Marulafau


Kau tak terlihat
Kamu datang tiba-tiba
Anda menyebarkan wabah Anda
Kau membunuh orang-orang di sekitar
Kamu tidak punya hati seperti makhluk lain
Anda berbicara tanpa kata-kata
Kau bernyanyi tanpa irama
Kamu membuat orang-orang menjerit
Anda menciptakan ketidakstabilan
Kau membawa bencana
Kamu memanjakan hidup
Kamu adalah raja raja
Kamu membuat orang-orang takut
Kamu membuat orang-orang menjadi pengangguran
Anda menghancurkan negara-negara

Kejamnya dirimu
Betapa berbahayanya dirimu
Seberapa kuat dirimu
Jeleknya kamu
Berani sekali kamu

Aku tidak peduli dengan kedatanganmu
Tapi kesadaran dalam pikiran saya
Karena kau bukan temanku untuk tinggal di sini
Pergilah dari tanah yang aku perjuangkan
Pergilah sebelum aku tidur

sm/24/06/2020,Medan



KORONA YANG LUAR BIASA
Siamir Marulafau


Mengapa kau datang ke sini, Corona?
Apa yang membuat Anda menarik untuk datang?
Siapa yang memintamu untuk datang?
Kenapa kamu tidak menunjukkan wajahmu yang cerah?
Mengapa berniat membunuh kami di sini?
Seberapa berani Anda membunuh?
Apakah Anda merasa puas untuk membunuh?
Siapa namamu?
Ayatku tak mampu mendeteksi dirimu?
Wajahmu terlihat seperti iblis dari Klaim Berseri
Tidak ada yang mengenalmu sama sekali
Karena fitur Anda luar biasa
Banyak negara di sini semuanya kacau
Tidak ada vaksin untuk dibunuh
Kami tidak jatuh cinta
Untuk mengungkapkan kata-kata untuk menyapa
Tapi kamu sama sekali tidak peduli
Betapa buruknya kamu untuk berserakan di sekitar
Dan tidak ada yang tahu siapa kamu
Rumah sakit ditutup untuk umum
Pandemi haven hampir tidur selamanya
Dan keluarga yang ditinggalkan frustrasi
Mereka hampir tidak marah
Tidak ada yang lain yang dilakukan
Ingat kata-kata saya
Dan pergilah dari tanah yang aku perjuangkan
Ini milikku setiap kali jiwaku terbang di udara
Jauhkan dari sini
Anda mungkin tidak akan melihat saya lagi dan lagi

Medan, Juni 27,2020



TITIPAN
Siamir Marulafau


tak akan ada yang tahu isihatimu
walaupun kau tak ada lagi
hanya Tuhan merekam pada apa gerak gerik

titipkanlah pesan menggugah hati
dengan sekeping sajak sebelum senja terkapar

di kedai kopi telah tercatat namau
apa dan siapa kau?
aku bukan bertanya tapi sajak akan menjawab

memberi ilham pada seseorang
sajak berderet terbaca kau dan aku bersaudara

sm/02/07/2020,Medan



BERENANG
Siamir Marulafau


Tak sanggup jasadku berenang dlm gelimang air matamu
Karena aku tak seperti dulu lagi

Cinta dan kasih telah kutiupkan bersama angin
Di kala hatiku hancur lebur
Dan tinggal tulang belulang terkapar di atas karang tak berlumut

Semua jasadku tertancap karang tajam
di terik mentari tak berteduh

sm/01/07/2020, Medan




APAKAH TAK BERPIKIR?
Karya : Siamir Marulafau


Sepertinya langit menampar wajahku
Jika janji-janji kusebut tak merambat di atas rumput kering
Dunia masa kini membutuhkan air
disiran di segala penjuru

Covid-19 membawa bencana di bumi Tuhan
Celoteh akan virus membuat insan pingsan
Senja terkapar di tanah kering

Tak ada pohon rimbun jadi pelindung
Karena semua menyelamatkan diri
Lock down tak bercahaya
Perut berbunyi bagaikan gendang
Perintah mengikat jasad

Uluran tangan terasa berat
Apa yang terjadi di bumi Tuhan?
Semua tuding menuding
Semua salah menyalahkan

Yang haram-haram disantap
Melahap di pinggir jalan
Birahi berpeluang di sudut kota
Tuhan geleng kepala

Manusia di bumi akan durhaka
Kukirim virus buat makhluk yang durhaka
Tak juga sadar
2030 tahun genap akan lebih panas
jika manusia di bumi tak bertaubat

sm/18/06/2020,Medan



PERKIRAAN
Siamir Marulafau


siapa yang mau menaksir?
usia 31 masih
pintu langit terbuka
pintu neraka tertutup

jika naksir, jangan bawa apa-apa
kecuali lipstik dan kuas
sekeping baju pun tidak
sepotong celana pun jangan
karena tak bisa mandi dalam kolam

jika masuk pintu
jangan diketuk
jantung berdebar
pingsan melulu
takut terhempas dalam lumpur
kerana usia 31 tahun
hahahaha

sm/23/06/2020



SUJUD-KU
Siamir Marulafau


1/3 malam sujud-ku untuk-Mu
jasad terkapar
nafas tersesat
aku tak berdaya

sepertinya biduk tak bisa berlabuh
badai berkecamuk
kemudi patah
layar tercabik-cabik

apakah virus ini menggorogoti bidukku?
ya Tuhan,,,
selamatkanlah aku di hamparan ini
jangan biarkan laut ini marah
jangan biarkan virus ini mewabah

aku ingin dunia ini bersih bagai kain putih
aku ingin negeri ini jaya
aku ingin segalanya bersinar
doaku di Arash-Mu

sm/23/06/2020,Medan



AKAN KE MANA SYAIR INI KUALAMATKAN?
Siamir Marulafau


tetesan air mataku tak kering lagi
jika langit menangis
akan ke mana syair ini kualamatkan?

sungguh dunia tercekam
dengan virus mewabah
pemuisi dalam gundah gulana

hanya Tuhan maha Penyayang
tak akan memusnahkan hamba-Nya
di kala syair tak terdampar

melebur di Arsy-Nya,Allah
doa kulimpahkan
moga Tuhan menjauhkan

Pemuisi berikrar :
Allahu Akbar,,,Allahu Akbar,,,Allahu Akbar

sm/23/06/2020



Virus korona
Siamir Marulafau


Kau tak terlihat
Kamu datang tiba-tiba
Anda menyebarkan wabah Anda
Kau membunuh orang-orang di sekitar
Kamu tidak punya hati seperti makhluk lain
Anda berbicara tanpa kata-kata
Kau bernyanyi tanpa irama
Kamu membuat orang-orang menjerit
Anda menciptakan ketidakstabilan
Kau membawa bencana
Kamu memanjakan hidup
Kamu adalah raja raja
Kamu membuat orang-orang takut
Kamu membuat orang-orang menjadi pengangguran
Anda menghancurkan negara-negara

Kejamnya dirimu
Betapa berbahayanya dirimu
Seberapa kuat dirimu
Jeleknya kamu
Berani sekali kamu

Aku tidak peduli dengan kedatanganmu
Tapi kesadaran dalam pikiran saya
Karena kau bukan temanku untuk tinggal di sini
Pergilah dari tanah yang aku perjuangkan
Pergilah sebelum aku tidur

sm/24/06/2020,Medan
Siamir Marulafau



Vaccine
Siamir Marulafau


I only ask wind if Covid-19 is missing
or not
No matter how long it will stay at home
As long as it might not kill me and others
But not only me and family
caused by not having vaccine
When will this be found?
It depends on

sm/14/06/2020, copyright



KEBEBASAN
Siamir Marulafau


aku mengukir tabir
di setiap helai nafas
meskipun jasad tertanam
dalam duri yang tajam
kebebasan hidup terpikir
sungguh dalam setiap gerak

insan tercipta punya pikiran
tak akan terhenti begitu saja
gerakannya bagai awan
di langit biru yang cerah
dia akan bebas tanpa siksaan

dia akan bebas dari belenggu penjajahan
dia tak akan diam di bawah pohon tanah gersang
dia akan berjuang terus menghirup udara segar
tak akan mau tinggal dalam bilik berjeruji gelap

dia ingin hidup dengan sinar yang cerah
di negeri tercinta, negeri yang mulia
berada di bawah bendera pusaka
dengan perjuangan gilang gemilang
berjuang terus menerus
sampai tetesan darah mengalir dari
negeri ke negeri

tanpa merasa lelah
laut udara daratan milik negara
berjuang dan berdaulat tuanku
merdeka sepanjang masa
sekali merdeka tetap merdeka

sm/15/06/2020



MERDEKA TERUS
Siamir Marulafau


Bunganya berkembang terlihat indah
Kubacakan namamu dalam syair
Meskipun dalam Covid-19 mewabah di negeriku
Tak akan diam dan aku baca ayat-ayat-Mu

Tuhan tak akan tidur dan tutup mata
Mendengar segala jeritan
Kuikrarkan sajak kemerdekaan
Membahana di segala penjuru

Daun-daun hijau meretas di atas bukit
Negeriku negeri tersanjung dengan gedung kembar
Pencakar langit mengukir kebesaran, keagungan

Kemerdekaan meniti buih
Digapai dengan usaha perjuangan dan keyakinan
Sungguh perduli akan kebahagiaan setiap Agustus
Merangkul kesetiaan pada negeri tercinta, Malaysia

Berdaulatlah
Whai bunga bangsa, tuan dan puan
Bernyanyi di telaga surga
Menggapai bahagia dunia akhirat

sm/26/06/2020,Medan



INVISIBLE COVID-19
Siamir Marulafau


Dunia ini dalam bahaya
Kamu datang ke sini tanpa peringatan
Anda adalah zat yang tidak terlihat
Yang mungkin membawa bencana

Beraninya kamu masuk
Dunia ini dalam bahaya
Miliar makhluk berteriak
Merasa terkejut seolah-olah mereka mati tiba-tiba

Ini masalah untuk mengingatkan
Bahwa kamu adalah virus yang sangat aneh
Untuk membunuh semua yang ada di bumi
Tidak ada vaksin yang dapat disembuhkan

Kau terlihat seperti wabah berbahaya
Datang dari planet yang tidak diketahui
Itu tidak dapat dideteksi
Semua bingung untuk dilakukan
Dari mana asalmu, Corona?

Apakah itu benar nama Anda, Virus Corona?
Ini sangat alergi terhadap dorongan
Itu membuat semua marah
Adalah kata yang benar untuk mengakui

Bahwa kamu adalah salah satu musuh
Negara saya sedang kacau
Mengapa Anda datang melalui jendela
Mengapa tidak melalui pintu

Wajahmu terlihat seperti hantu
Tidak pernah Anda memiliki izin
Aku merasa kesal menatap dan berbicara
Dan terdengar melalui saluran TV

Miliar orang itu membahas tentang Anda
Negara saya terlihat seperti gua
Tidak ada yang berani keluar
Bahwa pemerintah memerintahkan untuk mengunci

Tidak ada tempat untuk pergi keluar
Bahkan udara menolak untuk bepergian
Tidak ada bumi untuk mengakomodasi
Ketika badan mau tidur
Lebih baik kamu pergi

Medan, sm/26/06/2020



TIDAK ADA TUBUH YANG TAHU
Siamir Marulafau


tidak ada yang tahu kapan semuanya berakhir
Covid-19 terlihat seperti kuman, tidak
semua penasaran untuk mendeteksi
tidak ada dokter yang datang untuk menyembuhkan

Apa itu gejala?
mikroskop rusak
mata tak ada yang bisa menatap
semua hampir tidak buta

negara-negara sedang kacau
dunia ini menangis
tanpa air mata turun
ini terlihat seperti iblis

Langit biru silau
dan awan berhenti berkeliaran
tidak heran jika seperti ini
semua itu terbakar di tempat

Kemana perginya dan masuk?
semua pintu tertutup
disebabkan oleh pandemi
bahwa infeksi nyata yang diderita

yang harus diingat
Daripada berpikir sia-sia
Kemuliaan Tuhan hilang
disebabkan oleh penilaian kriminal

dan tidak ada kata yang dinyanyikan untuk menghibur
disebabkan oleh kejahatan
Jaga kata-kata: Covid-19 sebagai sejarah
Selama dunia ini datang tidak manja

Biarkan menyanyikan lagu untuk dunia ini
dan biarkan bumi menjadi seorang ibu
Kapanpun senja tidak akan tidur

26 Juni 2020
Medan



KORONA YANG LUAR BIASA
Siamir Marulafau


Mengapa kau datang ke sini, Corona?
Apa yang membuat Anda menarik untuk datang?
Siapa yang memintamu untuk datang?
Kenapa kamu tidak menunjukkan wajahmu yang cerah?

Mengapa berniat membunuh kami di sini?
Seberapa berani Anda membunuh?
Apakah Anda merasa puas untuk membunuh?
Siapa namamu?

Ayatku tak mampu mendeteksi dirimu?
Wajahmu terlihat seperti iblis dari Klaim Berseri
Tidak ada yang mengenalmu sama sekali
Karena fitur Anda luar biasa

Banyak negara di sini semuanya kacau
Tidak ada vaksin untuk dibunuh
Kami tidak jatuh cinta
Untuk mengungkapkan kata-kata untuk menyapa

Tapi kamu sama sekali tidak peduli
Betapa buruknya kamu untuk berserakan di sekitar
Dan tidak ada yang tahu siapa kamu
Rumah sakit ditutup untuk umum

Pandemi haven hampir tidur selamanya
Dan keluarga yang ditinggalkan frustrasi
Mereka hampir tidak marah
Tidak ada yang lain yang dilakukan

Ingat kata-kata saya
Dan pergilah dari tanah yang aku perjuangkan
Ini milikku setiap kali jiwaku terbang di udara
Jauhkan dari sini
Anda mungkin tidak akan melihat saya lagi dan lagi

Medan, Juni 27,2020



TETESAN AIR MATA
Siamir Marulafau


Seandainya air matamu menetes,
Akan kutampung dengan syairku
Meskipun senjaku terkapar di tanah tak bersuluh

Dan di sana kau tahu aku mendampingimu semampu nafasku merangkul jasadmu
Walaupun dunia berputar terus menerus

27/06/2020



DURHAKA
Siamir Marulafau


air mataku tak tertampung air laut lagi
mentari pun enggan menyinari
langit biru pun tak senyum

burung-burung tak menghampiri
karena kedurhakaanku pada yang melahirkanku
tak tersuguhkan cinta dan kasih

sungguh nasib malang jadi begini
bau surga pun tak tercium lagi

sm/29/06/2020,Medan



Sepenggal Puisi bertajuk:
DI PENANTIAN
Siamir Marulafau


Kerinduan menyambar langit cerah
Di kala burung akan mendarat
Sumedang terbayang-bayang
Karena rindu bertahun sudah

sm/29/06/2020



LAGU
Siamir Marulafau


daun-daun melambai di atas pohon
di kala bersenandung di tepi sungai
kadang mentari menyinari
kadang hujan turun membasahi

kadang orang berteriak
mengapa dikau menyanyi?
penyanyi membisu

laguku melepaskan igauan dalam hatiku
jika teringat periuk kosong
isinya batu kerikil tajam
tapi bagaimana mengisinya?

langkah keluar menghambat
virus bergentayangan ke sana sini
apa yang kusantap?
apayang kulahap?
mematikan,,,,,,,,,,

sm/29/06/2020,Medan







SENJA DI ATAS KEMBANG
Siamir Marulafau


sejak bertemu dengan kau di seminar
sepertinya daun-daun kering akan menghijau
sepanjang senja tak tenggelam

tapi senyummu terbayang sudah
jika jemariku menari-manari di atas laptop
meretas kata-kata indah disughkan

apakah denyutan jantung itu kuat atau tidak?
hanya deburan ombak yang bisa menaksirnya
sepanjang jasadku tak akan hanyut di pasir putih

mengapa dunia ini bulat?
tapi kadang hati itu berputar seperti bola
apakah aku harus seperti bola?

aku tak sanggup merangkul jawaban
jika terguling di atas pasir bermain bola
karena senja akan terkapar di lumpur tak bergaram

apakah kau menggarami kalbu yang terdampardi atas karang?
kayuh-ku telah patah di kala badai menerpa
bintang di langit tak bercahaya lagi

apalagi rembulan di atas awan yang tak mengembara
hanyalah padaTuhan berserah diri
apakah mimpi ini terselubung atau tidak?

sm/01/07/2020,Medan



SALAM
Siamir Marulafau


Telah kutitip salam pada kembang
Entah kembangnya layu sebelum berkembang
Terserah,,,

Igauanku bukan sembarang
Bukan pula igauan gila
Karena tunas kembang menyelinap di atas ubun-ubun
Mau tak mau dipikirkan

Meskipun tumbuhnya di seberang lautan
Pulau itu melambaikan tangan
Dengan penuh rasa kasih tak terhingga

Apakah salah atau tidak?
Yang penting salam itu bersemayam dalam lubuk hati mendalam

sm/01/07/2020, Medan



TETESAN AIR MATA
Siamir Marulafau


Seandainya air matamu menetes,
Akan kutampung dengan syairku
Meskipun senjaku terkapar di tanah tak bersuluh


Dan di sana kau tahu aku mendampingimu semampu nafasku merangkul jasadmu
Walaupun dunia berputar terus menerus

27/06/2020



SAYAP TERHEMPAS
Siamir Marulafau


kau kulukiskan bagai kupu-kupu
bukan kupu-kupu malam berkeliaran
tapi sungguh kupu-kupu melintas dalam lara

sayapmu menyentuh ubun-ubunku
tiada terkira, ada apa dan megapa?
disaat dini dalam senja terkapar

bawalah aku terbang
di kala senja tak meretas kesunyian
seiring kerinduan terhembus angin malam

sayang sungguh sayang, anginya tak jalan
karena dunia tak bermata
akan kualirkan sentuhan bibir permata bunda
jika kerinduan terbentur di ufuk barat

sm/05/07/2020,Medan



KOMEN PADA ANAK KAMPUNG
siamir Marulafau


Mat Kilau yang menulis puisi beribu ribu dengan Antologi puisi canggih saja pun tak berbisik pada angin menderu alias tak sombong. Konon pula kau hanya 5 puisi,,,,,hehehe. Sadar dunia ini tak selebar daun kelor, dan apalah arti sebuah Nama. Iya apa tidak?

Jika aku salah,makilah aku
Kritiklah aku
Cacilah aku
Kata seorang yan tak pujangga,Penyair Dalam Lingkaran Cinta.

Baru tahu.Jika tak tahu, tanyalah pada Pak Idris Pasaribu. Selesai



APA PUN KUCARI
Siamir Marulafau


sebelum mentari terbit
sinarmu terhalang di tengah jalan kulalui
laraku terpontang panting mencari

tak seorang pun yang kutahu
memberi kabar mentari terbendung
jika mentari tak menyinar lagi?

padamlah harapan dan jiwa beku
dunia pun akan terpaku
seiring laut surut
akan ke mana kutampung?

sm/05/07/2020,Medan



AKU HANYA SEORANG PEMUISI
Siamir Marulafau


hanya menitip yang tak pernah terungkap
di hari aku berdampingan
dan tak akan kusebut namamu

mengapa ulu hatiku terekam dalam nafasmu?
bertanya selalu dalam impiaku
setelah beseminar di serambi mekah

apakah ini sinar yang akan kulalui?
aku hanya seorang pemuisi
di pemuisi berkarya
pejamkanlah matamu di temaram malam syahdu

dan di sana kau lihat bayangan hidup
terselip di pebatuan gunung tak berlumut
terhempas jika dirangkul tidak
di bawah gerimis disaat mentari tak terbit

sm/05/07/2020, Medan



LAUT TERBENTANG
Siamir Marulafau

hanya pada ombak berbisik
terbentang dalam kalbu
jika kau tanya pada deburan
seberapa kasih dan cinta tertuang?

tak akan tertampung
lautan pun akan membanjiri bumi
langit biru pun terdiam
mengapa kau abaikan?

itu kan rahmat-Ku
di kala hatimu Kupersatukan di bumi-Ku
meskipun langit dan bumi tak bersatu
tapi hatimu matamu pendengaranmu bersatu

abaikan jangan apa kata-Ku
suatu waktu jasadmu akan bersatu
di sana akan kau tahu siapa Aku
hanya melirik pada kedua insan-Ku

sabarlah,,,,wahai insan-Ku
nafasmu akan dipersatu
jika kasih disuguhkan semanis madu
bukan dimadu
bukan dicumbu, bukan bukan

ingatlah apa kata-Ku
suatu waktu hatimu dipersatu
meskipun tempat tinggalmu tak bersatu
itulah kodrat-Ku

sanggah jangan sok tahu
Aku lebih tahu dari kau
mau apa dikau jika Kupersatu?
itu iradat-Ku

sm/05/07/2020, Medan



SEMALAM DI MALAYSIA
Siamir Marulafau


Jejak dan langkah kutinggal
Di kala syair tertanam di kedai kopi
Hanya bayang-bayang di pelupuk mata

Meskipun jasad jauh seberang
Langit menatap di kala awan menyeberang
Selat melaka membentang
Dermaga memberi isyarat

Bersyairlah sebelum senja terkapar di tanah lumpur tak menerang
Syairmu akan meniti buih seluas lautan

Titipan syair disuguhkan mengukir kesan
Dan di sanalah titik nafasmu bersemayan antar sesama
Sepanjang dunia bicara sebelum syairmu tenggelam di ufuk barat

sm/02/07/2020, Medan



KEMARIN DI MALAYSIA
Siamir Marulafau


Jejak dan langkah yang kutinggalkan
Pada saat puisi tertanam di warung kopi
Hanya bayang-bayang di pelupuk mata

Meski raga jauh di sebrang
Langit menatap di kala awan menyeberang
Selat Melaka membentang
Dermaga sedang menandatangani kontrak

Berlakulah sebelum senja jatuh dalam lumpur tanpa pencahayaan
Iblismu akan meletakkan gelembung seluas lautan

Titipan syair disuguhkan mengukir kesan
Dan di sanalah titik nafasmu bersemayan antar sesama
Seluruh dunia berbicara sebelum puisi Anda tenggelam di cakrawala barat

sm/02/07/2020, Medan



RINDUKU PADA-MU
siamir marulafau


rindu itu telah kukurim pada angin pantai menderu
berbisik padaku sambil tersenyum
bacalah dengan namaTuhanmu

disetiap butir pasir ada zat-Ku
mengapa kau tak tahu?

awan saja pun tahu
siapa Aku?
laut pun tahu di mana Aku

bertanyalah selalu
jika kau tak tahu siapa Aku

berdiri kau di tepi laut
dan bayangkan pada hamparan semakin jauh

jika tak menyebut nama-Ku
nama-Ku ada pada setiap detik kau hirup

apa itu? Tanya pada dirimu
siapa kau dan Aku

Jika kau tahu siapa Aku
kau akan menjadi kekasih-Ku

jika kau baca ayat-ayat-Ku selalu
jangan lupa sebelum anda tertidur

sm/08/07/2020, Medan



MALAYSIA NEGARA BERKEMBANG
Siamir Marulafau


negeriku negeri tak berbelah
negeri kerajaan negeri terhormat
syair kudendangkan mengukir kebebasan
kemerdekaan di bulan Ogus memberi rahmat

Malaysia sungguh gigih berkembang bagaikan dafodil melingkar
Langit pun tersenyum
Merangkul keajaiban dunia dengan gedung pencakar langit
Melambaikan tangan dan tersenyum di atas kembar

Wahai,,,Puan dan Tuan
Berdaulatlah di negeri tercinta
Negeri yang tershohor di mata dunia
Ini bukan pujaan dan pujian

Terdeteksi dengan perjuangan
Terlepas belenggu penjajahan
Sejarah mengungkap
Kisah tertuang di bawah bendera pusaka

Malaysia, negeri tercinta
Aromamu tersemai dalam syair
Membahana dari ujung ke ujung sepanjang dunia tak bergulir dan tidur
selamanya

sm/08/07/2020,Medan



MALAYSIA NEGARA BERKEMBANG
Siamir Marulafau


negeriku negeri tak berbelah
negeri kerajaan negeri terhormat
syair kudendangkan mengukir kebebasan
kemerdekaan di bulan Ogus memberi rahmat

Malaysia sungguh gigih berkembang bagaikan dafodil melingkar
Langit pun tersenyum
Merangkul keajaiban dunia dengan gedung pencakar langit
Melambaikan tangan dan tersenyum di atas kembar

Wahai,,,Puan dan Tuan
Berdaulatlah di negeri tercinta
Negeri yang tershohor di mata dunia
Ini bukan pujaan dan pujian

Terdeteksi dengan perjuangan
Terlepas belenggu penjajahan
Sejarah mengungkap
Kisah tertuang di bawah bendera pusaka

Malaysia, negeri tercinta
Aromamu tersemai dalam syair
Membahana dari ujung ke ujung sepanjang dunia tak bergulir dan tidur
selamanya

sm/08/07/2020,Medan



LAUT TAK AKAN KERING
Siamir Marulafau


Sudahkah berbisik dengan alam?
Alam bukan tak merangkul nafasmu
Jika tak mau membuat alam tersenyum
Laut akan marah dan kering

Syairku di sini hanya menitip
Pesan-pesan dan kesan masa lalu
Hampir semua daun-daun yang tumbuh menunduk
Mereka berceloteh di bawah pohon rimbun:

Aku jadi saksi pada syair terukir
Dunia semakin kacau
Dunia semakin tak tentu arah
Tak berbisik pada alam

Laut kulambai tak senyum lagi
Laut ingin kering dan naik di atas bukit
Meskipun bunga kembang menari-nari
Dan bersalam membendung

Aku semakin tak perduli
Aku bukan korona
Hanya menagih janji-janji kau suguhkan
Jika kata- kata dinafikan
Akan Kuluapkan isi hatiku di bumi kau pijak

Aku tak akan kering
Jika janjimu tersemai di langit biru
Dan mentari pun akan sujud
Bersinar dari ujung ke ujung
Dan di sana akan tahu siapa kau dan Aku

sm/8/7/2020, Medan



DI MANA PUN AKAN KUCARI
Siamir marulafau


Jika tak tahu siapa Kau
Aku jadi penasaran seumur hidup
Cahayamu akan ada di langit biru
Dan ke mana pun Kau akan kucari

Akan kutanya baik di barat maupun di timur
Sepanjang dunia tak bergulir jadi debu
Jika aku tak tahu
Aku bukan bahagian dari zat-Mu

Biar laut kuseberangi
Gunung pun kudaki
Akan tetap kutanya di mana kau sembunyi
Meski pun di Arsy akan kuarungi
Dengan zhikir dan tasbih kuikrarkan dalam hati
Sepanjang nafas menerawang tidak di alam gaib

Rahmatilah,,,,
Wahai yang kucari
Aku merindukan wujud yang kucari
Di sajadah kurenungkan siang malam
Tak akan berpaling
Jika doa sungguh tersemai
Kuperkenalkan namaku dengan sebutan Asma-Mu
Akan kukenal sungguh di huruf alif lam mim

sm/04/07/2020,Medan



Membaca Puisi Mazlan Noor
bertajuk :

ORANG-ORANG DI PARLIMEN MALAYSIA

parlimen kita kini cuba meniru...
saperti negara-negara yang alpa kepada Tuhan
negara-negara yang tersesat mencari Tuhan
lalu melunturkan budaya ketimuran
anak-anak dan cucu melihat sakan
daku kehibaan
mazlan noor along

13 julai 2020

Dalam analisis saya merujukpada puisi yang singkat di atas oleh Bpk Mazlan Noor
tidaklah menyalah dan dikatakan tak sopan karena itu adalah hak seorang Penyair mengulas tentang apa yang dilihat dan dialami dalam kehidupan. Pengarang itu memiliki hak dan kebebasan dalam bersastra mengulas tentang permasaalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan kepemerintahan.

Jika kita lihat bentuk puisi di atas adalah PUISI PROSA LIRIS yang amat singkat dan maknanya sangat tajam. Hal ini dapat dilihat pada bait seperti :
"saperti negara-negara yang alpa kepada Tuhan
negara-negara yang tersesat mencari Tuhan"

Dalam kalimat ini, Penyair menggunakan gaya bahasa SIMILI, yaitu perumpamaan terhadap sesuatu benda atau sesuatu yang dilihat. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan sikap kepemerintahan dalam sebuah negara tidak konsisten pada prinsip KETIMURAN dan selalu meniru gaya hidup di luar negaranya atau Gaya kehidupan dan prinsip barat.
Pengarang seperti Bpk Mazlan Noor memiliki perasaan dan pandangan yang sangat PEKA terhadap perwujudan dilihat dan dialami dalam kehidupan. Maka Penyair terpaksa menulis untuk memberikan ilustrasi kepada khlayak untuk membaca pristiwa yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat dan kepemerintahan.

Pada bait berikutnya, Penyair lebih menekankan bahwa negara-negara barat umpanya adalah negara tersesat mencari Tuhan bahkan banyak mereka tidak bertuhan. Hal inilah yang harus dipikirkan dan janganlah pola pikir seperti ini akan memberikan PENGARUH besar terhadap negaranya. Negaranya termasuk negara yang tergolong ketimuran, yaitu negara yang sangat terikat pada AGAMA dan BUDAYA. Bait-bait dalam puisi ini sangat mendukung seperti:
"negara-negara yang tersesat mencari Tuhan
lalu melunturkan budaya ketimuran"

Penyair seperti Mazlan Noor sangat peka terhadap budaya ketimuran. Dia menginginkan bahwa para pejabat di negaranya jangan sampai terpengarauh dengan budaya yang bukan ketimuran. Hal ini terbukti pada bait pertama :

"ORANG-ORANG DI PARLIMEN MALAYSIA
parlimen kita kini cuba meniru..."

Jika terjadi hal peniruan seperti pada bait puisi ini, dan apalah jadinya, NEGARKU? Generasi berikutnya di negara ini akan menirunya, dan apalah jadinya negara yang dijunjung tinggi ini. Dalam pikiran Pengarang, Pemerintah dan parlemen harus menjujung tinggi budaya ketimuran. Ternyata negara yang disenanginya adalah negara yang bebas dari aroma kebarat-baratan. Negaranya adalah negara agama dan dihiasi dengan budaya.

"anak-anak dan cucu melihat sakan
daku kehibaan"


Dengan catatan bahwa diakhir bait puisi,penyairmenggunakan metaforik merujuk pada SIMILI ,yaitu seulas perumpamaan yang tajam dan bakal terjadi jika para palemem tidak mengindahkan pengaruh budaya barat ke budaya Timur, yang amat dihargai,dijunjung tinggi oleh masyarakat di negaranya.

Dalam analisis saya, sebgai pengamat puisi bahwa puisi Mazlan Noor
adalah sangat berkualitas meskipun puisi sangat singkat dan pendek tetapi maknanya sangat merujuk pada POLITIK. Imbauan ini diluncurkan kepada khalayak untuk dapat mengantisipasi pengaruh budaya BARAT ke Timur.Makanya Penyair malaysia termasuk PEMUISI BERKARYA sangat senang jika Pemuisi dalam grup itu menulis puisi-puisi dalam bahasa Melayu supaya bahasa Melayu di Malysia jangan sirna ditelan angin Barat. Bahasa adalah merupakan khazanah budaya bangsa, yang memberikan lambang persatuan sebuah negara sebagai salah satu contoh di dalam ulasan puisi tersebut di atas.

Demikianlah ulsan puisi Mazlan Noor dapat disampaikan kepada semua fihak sebagai apresiasi saya. Bila ada kekhilafan dalam penuturan dan pemberi makna, saya mohon dimaafkan karena saya bukan Profesor Sastra. Salam Sastra.

Wassalam,
dtt
Udstz.Drs Siamir Marulafau, M.Hum
NIP. 19580517 1985031003



SILUMAN
Siamir Marulafau


Aku ini Covid usiaku 19
Datang kadang tak ada gejala
Kadang datang ada tanda

Aku memang tak dapat diraba
Tak dapat dilihat
tak dapat dipredeksi
Tak dapat dipantau

Mau apa kalian ?
Aku datang bukan dari wuhan
Tapi datang dari langit biru

Aku masih usia 19 tahun
Senang dengan usia 50 ke 60 sampai 70
Jangan kau tanya siapa aku

Senang dengan usia 50 ke 60 sampai 70
Aku datang memangsa suka hatiku
Mau apa kau?

Aku tak bisa mengembara bagaikan awan
Jika kau menyuguhkan bawang merah
Ketumbar, jahe dan telur ayam kampung

Aku tak tahan dengan bawang merah
Mataku pedih dan berair
Aku lebih baik pergi atau mati

Aku ini Coivid bukan kuman
Hanya virus mematikan manusia usang
Suka aku pada usia lanjut

Mengapa tak suka aku?
Sudah banyak manusia tua-tua keladi
Makin dibiari semakin menjadi

Jika kau bersahabat denganku
Jangan kau sibuk urusin aku
Jika kau bicara tentang aku selalu

Akan aku tak berpaling lagi
Aku makin mengganas sampai dunia terkubur
Mengapa kau sibuk cuci tangan ?

Segalanya pakai sabun
Aku tak takut sabun karena terbang di udara segar
Jika tak percaya aku hinggap kerongkonganmu

Dan di sana kau tahu akan ada batuk-batuk
Aku menyelinap di dalam rongga dadamu
Jika tak percaya tanya pada dirimu

Sebelum kau tertidur di tanah berlumpur
Jika kau berada di tanah tak bersuluh
Apakah kau takut padaku?

sm/12/07/2020,Medan



CINTA TERGILAS MUSIM
Siamir Marulafau


cinta yang tergilas musim
apakah denyutan jantung ini tahan?
kadang bertanya pada bulan
sepanjang angin tak menghembus senja

akan ke mana cinta ini kuarahkan?
jika negeriku tak terurus
apa langkahku dan di mana berteduh?

semua pohon-pohon bertumbangan
angin topan membasmi
ulat-ulat tanah pun hangus
Covid-19 mewabah terus

apalangkah selanjutnya?
negeriku bijaksana dan tanggap
burung-burung dari berbagai negeri tak bisa terbang

bukan karena sombong
hidup berharga bagai emas
tak sembarang masuk dalam bilik terang
inilah wajah negeri pujian dari masa kemasa

sm/11/07/20202,Medan



BAHASA MELAYU
Siamir Marulafau


apapun bahasa melayu
puisi terangkai bahasa melayu
bahasa asing tak membentuk
kutulis aksara dalam budayaku

membuat karyaku indah terpadu
terukir bahasa melayu
apa puisimu?
dalam rangkaian apa, maksudmu?

larik-larik pun beraksara melayu
bukan tak sukar berbahasa melayu
bagi yang asing tak tahu menahu
tak terpengaruh sedikit pun

sm/07/07/2020,Medan



----------------------------



Di kota tua
Ngopi sejenak
Walaupun lelah
Melaka terbayang amat
Julia Basri merapat

Dipeluk jangan
Lara merona
Senyum terurai
Hidup tak renggang

Merangkul kasih
Selangkah ke depan
Suasana hening
Hati tak galau

sm/07/07/2020,Medan



LAUT TAK AKAN KERING
Siamir Marulafau


Sudahkah berbisik dengan alam?
Alam bukan tak merangkul nafasmu
Jika tak mau membuat alam tersenyum
Laut akan marah dan kering

Syairku di sini hanya menitip
Pesan-pesan dan kesan masa lalu
Hampir semua daun-daun yang tumbuh menunduk
Mereka berceloteh di bawah pohon rimbun:

Aku jadi saksi pada syair terukir
Dunia semakin kacau
Dunia semakin tak tentu arah
Tak berbisik pada alam

Laut kulambai tak senyum lagi
Laut ingin kering dan naik di atas bukit
Meskipun bunga kembang menari-nari
Dan bersalam membendung

Aku semakin tak perduli
Aku bukan korona
Hanya menagih janji-janji kau suguhkan
Jika kata- kata dinafikan
Akan Kuluapkan isi hatiku di bumi kau pijak

Aku tak akan kering
Jika janjimu tersemai di langit biru
Dan mentari pun akan sujud
Bersinar dari ujung ke ujung
Dan di sana akan tahu siapa kau dan Aku

sm/8/7/2020, Medan



MALAYSIA NEGARA BERKEMBANG
Siamir Marulafau


negeriku negeri tak berbelah
negeri kerajaan negeri terhormat
syair kudendangkan mengukir kebebasan
kemerdekaan di bulan Ogus memberi rahmat

Malaysia sungguh gigih berkembang bagaikan dafodil melingkar
Langit pun tersenyum
Merangkul keajaiban dunia dengan gedung pencakar langit
Melambaikan tangan dan tersenyum di atas kembar

Wahai,,,Puan dan Tuan
Berdaulatlah di negeri tercinta
Negeri yang tershohor di mata dunia
Ini bukan pujaan dan pujian

Terdeteksi dengan perjuangan
Terlepas belenggu penjajahan
Sejarah mengungkap
Kisah tertuang di bawah bendera pusaka

Malaysia, negeri tercinta
Aromamu tersemai dalam syair
Membahana dari ujung ke ujung sepanjang dunia tak bergulir dan tidur
selamanya

sm/08/07/2020,Medan



APA YANG ANDA KATAKAN ADALAH BENAR
Siamir Marulafau


hidup ini terkadang bingung
seperti bola berguling-guling

Tapi apa yang kamu katakan itu benar
Tidak pernah saya menentang sekali dalam hidup

karena sesuatu yang berharga
dan menghargai apa yang kamu katakan

Tidak ada yang keras kepala yang dituduh sebagai
Selama matahari bersinar

tidak heran jika saya melawan
bahwa saya adalah seorang pria

membuat kesalahan ada dalam pikiran
itulah manusia

tidak bisa diprediksi untuk berpikir berulang-ulang
memaafkan sekali itu logis

sm/07/07/2020


SALAM
Siamir Marulafau


Telah kutitip salam pada kembang
Entah kembangnya layu sebelum berkembang
Terserah,,,

Igauanku bukan sembarang
Bukan pula igauan gila
Karena tunas kembang menyelinap di atas ubun-ubun
Mau tak mau dipikirkan

Meskipun tumbuhnya di seberang lautan
Pulau itu melambaikan tangan
Dengan penuh rasa kasih tak terhingga

Apakah salah atau tidak?
Yang penting salam itu bersemayam dalam lubuk hati mendalam

sm/01/07/2020, Medan



KARYA YANG TAK TERHEMPAS
Siamir Marulafau


karya-karya itu menari-nari
tinta akan beku
tak menggores lagi
merendam di bawa lumpur kuning

prasasti terukir hanya dengan kuntum bunga
akan ke mana kontemplasi ini terbaca lagi
sementara jasad hanyut tak berbentuk

aksara dirangkai tak berkalimat lagi
senja menghilang
terbenam di tanah tak bersuluh

sm/08/07/2020,Medan



TANGIS-MU
Siamir Marulafau


tangis dan kesedihanmu tersemai dalam laraku
sepanjang dunia tak bergulir jadi debu

dan di sanalah kau tahu kau dan aku terdampar di dermaga biru
sepanjang langit dan bumi tak berhimpit

walaupun jasad itu tak bersatu
tapi ulasan kata-katamu terbingkai dalam hidupku

sm/08/07/2020,Medan



BIDUK TAK BERKAYUH
Siamir Marulafau


biduk-ku yang terhempas
menenggelamkan nafas-ku
di terpa badai dahyat
tak berkayuh mengarungi hamparan

pulau tak berbayang
akan kemana negeri ini kuarahkan?
jika virus korona ini tak musnah

pintu dan jendela tertutup
jiran enggan datang
tak seperti dulu lagi
periuk semakin kosong

menjerit, akan ke mana aku pergi?
sepertinya pintu langit tertutup
surga semakin menjauh
iman terkoyakan

hampa,,, hampa
hanyalah pada Tuhan pasrah

sm/09/07/2020,Medan



PUISI TANPA RIMA
Siamir Marulafau

Tak terikat
Makna jelas
Tak berrima
Tema sesuai

Topik mengikat
Inspirasi tertuang
Pikiran kosentrasi
Struktur bebas

Tulisan jelas
Pikirkanlah apa jadinya
Bacalah di hadapan orang
Kirim pada media

sm/09/07/2020,Medan



SUKA AKU
Siamir Marulafau


Jika aku suka,mau apa?
Laraku terselip kesedihan
Tuhan pun lebih tahu
Siapa yang kusukai

Tak ada paksaan
Karena sinarnya terbit
Akan kusimpan dalam hati
sedalam lautan kuarungi

Jika aku suka mau apa?
Tak ada yang larang
Tak ada yang paksa
Mau apa?

Kusemai dalam sukma
Sepanjang hayat sungguh kuingat
Karena suka,,,karena sayang,,,karena cinta
Mau apa?

sm /09/07/2020 Medan



LARA
Siamir Marulafau

Lara tersanjung
Menara berdiri tegak
Iman terpatrik
Di celah mentari

Berdiri aku mengintip-Mu
Mata tak sanggup
Biarlah menara melambai

Bumi diam
Aku siapa?
Hamba-MU

Menanti rindu
Rinduku pada-Mu
Tergapaikah? Bertanya aku

Ya Tuhan,,,,
Ampunilah dosa-dosaku
Sebelum senjaku terbenam

sm/17/07/2020,Medan



LIDAH TAK BERTULANG
Siamir Marulafau


Aku menari-nari di ujung lidahmu
menggeliak sekujur tubuhku

mendesah di atas bukit dengan daun hijau
di temaram malam tak berujung
penuh kesan tak terabaikan

walaupun tak kesampaian
dari langkah ke langkah berikutnya
petanda rembulan menutur rindu

sepanjang malam impian tak terkabul
di sumedang awan meluncur
hati jua menanyakan rindu

karena lidah bergoyang terus
kadang hati bertanya selalu
apakah lidah bertulang tidak?
hanya goncangan menitip indah

sm/21/07/2020,Medan



DI TANAH GERSANG
Siamir Marulafau


Jika dihari lain dan waktu akan datang
tak ada lagi syair kutulis
larik-larik syair pun entah ke mana

berceceran di atas tanah gersang
ditiup angin dan terbang bersama kuntum bunga
petanda aku telah tiada

mengembara ke alam lain
tanamkanlah bunga melati sebagai hiasa prasasti
menadakan syair terputus tapi tak mati

sm/21/07/2020,Medan



SENTUHAN HATI
Siamir Marulafau


Harimu membidik sukma
Syairku melantun di udara
Mengenang penyair- penyair hilang
Mereka tak mati di bumi Tuhan

Larik-larik puisinya tersentuh dalam lara
Spanjang hari puisi Indonesia menggema
Tak akan sirna spanjang masa
Bangun aku berkiprah dari sabang ke merauke

Melewati gugusan pulau
Di bawah mentari berhamparan luas
Kuukir syair berkuntum bunga
Membahana dari ujung ke ujung

Hari puisi Indonesiaku berbingkai emas
Dari masa kemasa membentang
Meskipun wabah Corona Menelan nafas
Syair berdendang dari hati ke hati

sm/21/07/2020, Medan



BUMI TERSENYUM
Siamir Marulafau


Di kala mentari terbit
Bumi tersenyum dan tak bergetar
Di kala hidup tergilas wabah
Dunia sibuk sesibuk lebah

Virus Corona tak mau diam
Adakah manusia di bumi ini pakai kaca mata?
Aku siluman sungguh
Melihat sekejap di luar birokrasi usu

Langit cerah
Tak sehelai daun kutatap berbincang
Mereka menunduk seadanya
Karena dunia tercemar

sm/20/07/2020,Medan



REDUP
Siamir Marulafau


rembulan tak bercahaya lagi
seandainya itu terjadi
di mana aku berlindung?

tak akan bertanya pada siapa pun
biarlah nafas ini kutarik setinggi langit
sepanjang Virus Corona tak menggorogoti

dan di sanalah kutaburkan kisah
apa dan mengapa hidup ini bagaikan gelembung di udara
ditiup akan menghilang

kutanya selalu pada Tuhan
akankah hidup ini kekal atau tidak?
dalam ayat dibisikan

Tuhan tak akan dusta
pada apa yang diikrarkan
diamlah menunggu keputusan

sm/20/07/2020,Medan



SINAR YANG TAK LUNTUR
Siamir Marulafau


Sinarmu tak luntur di ufuk tak berujung
Sedetik pun tak merabun
Biarpun ditatap di alam terang
Menjelma dalam kalbu

Setiap pagi kuintip di celah dinding tepas
Tapi tak ada sinar memantul
Hanya aromamu terlintas dibawa angin menderu
Membuat bulu kuduk naik ke langit 7

Kegalauanku terhempas tanpa jejak
Meskipun tak melangkah sejengkal
Tapi yang kurasakan hanyalah impian belaka

Aku bukan pecundan dalam kasih mesra
Biarlah gedung pencakar langit penyaksi
Di kala senja tak terkapar di tanah gersang

sm/19/07/2020, Medan



PADUAN HATI DALAM DUA KUBU


Meskipun padang kita berlainan tak akan perlu diam
Nasib menentukan kodrat Ilahi sepanjang nafas tak menerawang di langit biru
Kegundaanku merambah dalam hutan belantara yang tak terjamah seorang pun
Duniaku sungguh pahit sepahit madu dan tak tertelan lagi
Sementara wajahmu berbayang di jendela kaca kutatap setiap malam

Walaupun di temaram malam tak berbintang kedua hati tak bersama tapi renungan malam
di rembulan bercahaya terdampar bayang-bayang kasih tak terelakan karena itu kodrat Ilahi
gerakan tangan dan jariku pun tak membeku di atas gunung salju sepanjang wajahmu menyinar
dalam kalbu
Teriakan kulantunkan bukanlah menunjukan aku seorang pecundang yang lari dari kenyataan tapi itu
adalah sebahagian sifat insani tak luput dari kekhilafan tak tersadari
Ucapan merambah pada benar atau tidaknya tak akan membuat jalan hidup berbelah karena padang itu luas dipandang
Pandanglah hamparan lautan jika berkenan dan di sana akan kau tahu bahwa indera itu terbatas
dan begitulah kasih terbentang kusuguhkan di padang yang lain belalangnya
Jika kau diam, aku pun diam dengan noktah yang tak terselubung dalam hati jernih sebening danau berembun dipagi hari
Biarlah sinar mentari merangkul jalan yang kita lalui sepanjang jalan kenangan tak terlupakan
jika kau terbang, terbanglah dan aku terbang jua dengan sayap berselendang kasih di penantian

SIAMIR MARULAFAU
Medan,18/07/2020



GELOMBANG HIDUP
Siamir Marulafau


Gelombang yang kutiupkan di dadamu akan menjadi lagu cinta seumur hidup
Sepajang gelombang itu tak menggoyangkan hatimu
Dan di sana akan kau tahu deburan ombak merangkul senyummu

Tak usah kau malu dan merasa bimbang
Hamparan itu luas
Menampung segala rindu
Jika lara tak berseberang dengan teluk
Meskipun dermaga tak berujung
Rindu akan tergapai
Jika kasih menampung mentari
Bakal sinar akan menghampiri
Sebelum nafas mengendap di alam sunyi

sm/17/07/2020,Medan



KERINDUANKU
Siamir Marulafau


Kerinduan berselimut dalam kalbu
membuahkan hati nurani yang shahdu
membidik lara yang sendu
di temaram malam membisu
hanya aku dan rinduku
menantikan detak jantung
yang bukan rakus
Salam sastra

sm/17/07/20



CINTA TAK BERBINGKAI
Siamir Marulafau


Terulas di sinar mentari pagi hari
Mencari bingkai terpatrik

Meskipun hidup dalam Covid-19
Mewabah di segala penjuru dunia

Namun Cinta tak berakhir
Di kala dunia kacau

Dan hanya senyum tersimpul dalam kalbu
Mencuat di atas bumi Tuhan tak menentu

Jasad terdampar di tanah lumpur gundul
Kesemuanya terserah pada apa kata Ilahi

Menciptakan 7 lapis langit dan bumi
Hanya Cinta akan hidup dibawa mati

sm/17/07/2020,Medan



PEMUISI BERKARYA 2
Siamir Marulafau


Aku pemuisi dalam pemuisi berkarya Malaysia
Menggubah kata-kata dalam aksara Melayu berkiprah
Sambil menyelam minum kopi bersastra
Tak terasa lelah karena sastra budaya bangsa

Pemuisi sungguh orang teladan
Bukan pencundang dalam ulasan kata
Mengayom ucapan pada setiap kata
Marilah mengopi sambil bersastra

Baca puisi pada setiap akhir bulan
Tuan dan puan hendak singgah sejenak
Di kota metropolitan kota indah penuh kenangan
Buang waktu sejenak mengiprah ke grup bersama
Jika tak baca puisi akan merugi selamanya
Karena puisi itu muncul dari lubuk perasaan
Tersusun kata jadi syair membahana
Gelora hati tercuat dalam setiap kalimat

Aku pemuisi dalam pemuisi berkarya Malaysia
Sambil mengopi merangkai kata-kata
Tersusun rapi lengkap dengan makna
Tema berubah terkait cerita pada ulasan

Mengiprah ke seluruh dunia
Akan terbang tanpa sayap
Meluncur sampai ke daratan Australia
Meskipun virus korona mewabah di dataran Asia

sm/16/07/2020,Medan



PEMUISI BERKARYA 1
Siamir Marulafau


Aku pemuisi berkarya, Numera Malaysia
Bertautan pada Melayu Raya
Mengopi di salah satu sudut kota
Pemuisi bukan orang sembarang

Kuala lumpur kota idaman
Kota yang akan bebas dari Corona
Besebelah dengan kota Singapura
Terukir dalam setiap larik syair

Pemuisi orang yang peka
Bukan orang pamer harta
Bukan orang pendusta dan pecundang
Hanya menuturkan kajian sosial

Marilah memuisi di kedai kopi sejenak
Akan tahu makna tersirat di balik tersurat
Membaca puisi amat berharga
Dari masa kemasa akan tahu peristiwa

Pemuisi berkarya terukir di langit biru yang cerah
Akan merambat dan menjalar di seluruh dunia
Australia, Inggris , India dan Amerika akan tersemai larik-larik berharga
Di sana sini aku mengembara bagai awan sejenak

Memuisi di Malysia
Apakah salah letak jasad berceloteh dalam bahasa?
Bahasa Melayu bahasa budaya tersemai dalam ikrar pujangga
Tak akan sirna sepanjang masa

sm/15/07/2020,Medan



TAK TERBANG BERSAMA AWAN
Siamir Marulafau


Aku tak sanggup lagi terbang bersama awan
Aku orang awam
Kadang dibilang orang jalanan
Bukan orang pejabat
Memerintah seenaknya saja

Kau harus lock down
Aku di rumah tinggal senang -senang
Beras menumpuk di kaleng-kaleng
Uang terpendam di bank-bank

Apa kau susah?
Aku orang awam
Banting tulang dari pagi sampai petang
Hanya dapat nasi sesuap

Lok down pula, dari mana aku makan?
Syairku bahasa sederhana
Tak mau berbelit-belit ke sana sini
Apa yang kulahap?

Mungkinkan kau pikirkan semua itu?
Tak seperti membalikan tapak tangan
Aku ingin free down
Mau Corona menggorogoti, terserah

Negeri ini negeri penghuni amat banyak
Sanggupkah kau menyuguhi pangan?
Geleng kepala,,,geleng kepala sungguh benar
Satu goni beras sekilo gula sekotak mie instan
Itupun berebut pula

Tak tahu apakah itu dikorupsi pula
Itu bukan urusan pujangga
Hanya syair berceloteh hendak tak mengembara dengan awan
Sedang berada di tingkat gedung pencakar langit negara tetangga

Entah apa jadinya nasib negeriku ini
Jika Conona tak mau sirna, akan apa jadinya manusia di bumi Tuhan
Aku tak sanggup bertanya pada rumput yang bergoyang
Karena dunia sudah dibalut digital

Semua terkapar tak bersinar
Matari pun enggan bersinar
Orang -orang pun sibuk dengan BINER digital
Entah apa,,,,entah apa

Jika dibilang hilang akal atau kecewa
Aku pun tak tahu sebagai pujangga
Yang kututurkan itulah fakta
Tak sebesar zarat pun didustakan, iya apa tidak?

sm/15/07/2020, Medan



Membaca Karya Bpk Radzuan Ibrahim

MEREKA DI DEWAN MULIA

Mereka berbicara
di Dewan Mulia
bukan dalam bahasa biasa
tapi tinggi nadanya.

Suara menyindir mengata
merendahkan dan menghina
mengajuk-ajuk dan mempersendakan
terhadap sesama rakan.

Seorang sedang berucap
ramai-ramai bangun bercakap
hingga tenggelam alun suara
apakah kandungan biji butirnya?

Hanya kudengar
suara hingar bingar
mempersoalkan dan menyalahkan
di luar batas adab kesopanan.

Bukan dalam kebiasaan
barangkali hanya terdetik keinginan
rasa benci dan ingin menguasai
hingga hilang maruah diri.

Diri hanya membatasi
keuntungan dikecapi
segala faedah diri
itu yang pasti!

Wanrazuhar, PEMUISI
Kuala Lumpur.
14.7.2020.

. Meskipun tajuk berbeda, diksi atau pilihan kata juga berbeda tapi maknanya juga sedikit membicarakan masalah MORAL.Jika kita telusuri dan menanggapi puisi yang ditulis DatoRadzuan Ibrahimdi atas ini tidak jauh berberbeda maknanya dengan puisiMazlan Noor

Dalam puisi ini juga dapat difahami bahwa Penyair identik dalam memberikan ilustrasi bahwa budaya bangsa itu menghilang, dan adab sopan dan marwah itu tersisihkan. Hal seperti inilah yang membuat Penyair menulis kata-kata indah tersusun dalam bentuk puisi disampaikan kepada khalayak.
Satu pembuktian dalam penulisan puisi ini oleh Pengarangnya yang mengatakan budaya bangsa menghilang adalah :

"Mereka berbicara
di Dewan Mulia
bukan dalam bahasa biasa
tapi tinggi nadanya"

Jika dalam sebuah negara ada bahasa sebagai khazanah budaya bangsa dan tidak menggunakannya maka identitas budaya itu sendiri akan hilang. Hal seperti ini sangat dituntut supaya jangan terpengaruh dengan budaya dan kebiasaan Barat. Bahasa adalah bahagian daripada budaya yang harus dijunjung tinggi kelestariannya karena bahasa menunjukkan identitas bangsa dalam segala aspek keidupan.

Selain itu, Penyair pada baris puisinya menekankan tentang moralitas yang merujuk pada pemojokkan, yang bertujuan merendahkan martabat serta penghinaan antar sesama, Hal ini akan dapat dilihat pada ucapan puisi Penyair yang memiliki persaan yang amat peka dalam larik-larik puisi seperti :

"Suara menyindir mengata
merendahkan dan menghina
mengajuk-ajuk dan mempersendakan
terhadap sesama rakan.
Seorang sedang berucap
ramai-ramai bangun bercakap
hingga tenggelam alun suara
apakah kandungan biji butirnya?"


Dalam analisis saya sebagai Pengamat, sangat terasa peka dan jelas apa yang diulaskan oleh Penyair yang sungguh tanggap dalam menyikapi suasana dan kondisi sosial masyarakat dan dewan yang mulia. Seharusnya nilai moral ini harus lebih dijunjung tinggi supaya marwah dan martabat bangsa itu tetap terpatrik dengan baik dalam satu negara. Kepekaan perasaan Penyair sangat luar biasa dalam penyampaian yang berkesinambungan pada adab dan kesopanan adalah terwujud dalam larik-larik puisi seperti :

"Hanya kudengar
suara hingar bingar
mempersoalkan dan menyalahkan
di luar batas adab kesopanan.
Bukan dalam kebiasaan
barangkali hanya terdetik keinginan
rasa benci dan ingin menguasai
hingga hilang maruah diri.
Diri hanya membatasi
keuntungan dikecapi
segala faedah diri
itu yang pasti! "


Dengan catatan bahwa Penyair sebagai pendengar sangat prihatin dengan sesuatu yang didengar atas keinginan dalam mencapai sesuatu yang dikehendaki membuat jatuhnya marwah diri dan adab sehingga martabat diri itu terasa rendah. Penyair dalam tulisannya hanya mengingatkan bahwa masalah seperti adab, kesopanan dan harga diri itu harus benar-benar dijaga supaya identitas kebangsaan itu jangan terabaikan.

Dalam analisis saya sebagai Pengamat melihat bahwa batang tubuh puisi merujuk pada tema sangat bagus dan tepat dalam pemilihan kata. Puisi di atas ini bukanlah penekanan terhadap dewan tetapi hanya memberikan gambaran bahwa beginilah jadinya jika adab, budaya,moral serta marwah diri diabaiakan.Puisi ini dapat diuraikan dan dianalisis dengan metode deskriptif dalam teori Sastra. Adapun teori dan pendekatan yang ampuh dalam menganalisis puisi di atas adalah teori Rene Wellek dan Austin Warrent dalam pendekatan sosial ( Sociological Approach)

Penulisan puisi menggunakan bahasa yang sederhana dengan bentuk PUISI PROSA LIRIS yang tak begitupanjang tapi sangat bermakna dalam pengungkapan dan peulisan. Tiak heran, Penulis adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam menulis puisi.Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan kata (diksi) dengan metaforik merujuk pada Hyperbola dan Ironi serta kalimat-kalimat yang berstruktur : S-P-K sebagai contoh :

Mereka berbicara di Dewan Mulia
S P K

Dalam analisis, Penyair tak mengajak pembaca untuk meneliti struktur pada puisi yang tertulis tetapi memang begitulah penulisan puisi yang harus menulis kalimat berdasarkan kata-kata terpilih dengan susunan kalimat yang tepat. yang sangat aktif di PEMUISI BERKARYA. dapat disampaikan dan dibentangkan.Moga kesemuanya dapat bermanfaat untuk dibacakan ,dan bila ada kekhilafan dalam penyampaian, Pengamat mohon dimaafkan karena ilmu sastranya masih rendah dan hijau seperti daun hijau pada pohon rimbun di Malaysia.Demikianlah ulasan dan uraian serta analisis puisi DatoRadzuan Ibrahim

Wassalam,

dtt
Udstz.Drs Siamir Marulafau,M.
Hum
Nip. 19580517 1985031003



Tidak ada komentar:

Posting Komentar