UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 24 Juli 2020

Kumpulan Puisi Romy Sastra - KAU SEBATAS KISAH ORIGAMI BUNGA




KAU SEBATAS KISAH ORIGAMI BUNGA
Romy Sastra


menggulung senyum di semilir mendesir
nyanyian air mengalir di sebelah pohon bambu, tarian ranting gemulai
mata nan syahdu berpeluk rindu
kubuka lembaran memori
pada suara hati berbisik lirih di rambutmu
kelopak merekah menyemai manja
ada air mata tumpah dan kubertanya,
tentang satu cita dipesankan cinta ke dadamu
masihkah rasa itu memadah kisah?

aku menatapmu puan tak menyentuh hina
kunikmati seluruh anugerah dititipkan padamu, puan yang kucinta
kau terindah di kaca mata rasaku
kudekap dikau ke dalam doa jadikan ibadah

oh, rindu
matilah aku dimabuk senyuman palsu
ternyata kau sebatas kisah origami bunga
mekar tak menebar aroma; kau ada dan tiada

aku berpaling mencari sekuntum pagi
menyibak bestari di kaki musim semi
ah, aku gagal mendapatkan bunga impian
kau sudah berada di jambangan yang lain
dan tualang ini kusudahi meniti jejak tak pasti

ternyata musim terus berganti

Janda Baik Pahang, 2019



DAYITA

tarian bermain selendang pada sekuntum bunga di mata telanjang, buaian kata merayu dayita di angin lalu. dayita semu fragmen mencumbu rasa sekejap saja, kenapa menjauh?

senandung di palung hati tak sampai bersanding di pelaminan. gemerisik di balik selidik dianggap apa? sebab hakikat cinta tak dipaksa, aku pungut saja serpihan rindu jika masih ada. dayita datanglah, mari kita bercinta!

Romy Sastra
Jkt, 9720



UMUR KIAN SARAT


pundak memikul beban berat kehidupan
perjalanan adalah kenduri sunyi menuju destinasi
tubuh azali sarat rapuh seperti tunggul perlahan runtuh

aku membaca perihal umur merayap-rayap di hujung jari
sudah berapa lama mencicipi hidangan suratan?
setengah abad meminjam dunia, kelak pulang memkul derita ataukah memeluk jariyah yang disimpan sedari baligh;
telapak tangan jadi saksi budi itu

di masa tiba hari ulang tahun bertanya:
aku bermadah puisi pada tatapan sunyi
deretan tangga-tangga umur dijejaki
terasa payah melaju, kereta hampir tiba

aku tak punya kue lezat dan lilin berwarna di meja, dan tak punya bunga-bunga indah, kan dipersembahkan di hari ulang tahun ini. sedangkan lilin di tangan sudah terlebih dulu leleh. aku hanya bisa merangkai bait-bait puisi tak bermakna di dinding maya. sebab, bunga pemberian darimu tak ada, ataukah layu sudah?

hanya doa-doa ikhlas darimu pada ilahi
berbahagialah menempuh sisa umur kian sarat
bunga-bunga umur gugur di mata
happy birthday for me and for you
panjang umur sehat selalu bagi yang merayakannya.

Romy Sastra
Jakarta 2020



NOKTAH TAK BERNAKHODA
Romy Sastra


Hai, camar? Mampirlah ke muara!
Jangan bermain sepi,
sapa segara ke camar nan terbang tinggi.

Kicauan kedasih di bibir pantai lirih.

Mari, mari rama-rama menari!
Ombak sudah pasang,
kapankah cinta bertandang?
Camar masih saja bermain lembayung,
ditudung rindu.

Ah, kedasih ... kekasih yang tersisih
Sedangkan camar masih saja menari ilusi
Rama-rama pun berlalu pergi
Istana tak bertuan dian pun padam.

Segara menadah kisah pada riak,
mendebur resah di noktah tak bernakhoda.

Jkt, 8-9-'20



SABAR

transformasikan api jadi cahaya, jika tak ingin terbakar hujatan. sedangkan fitnah silih berganti datang memanasi, kenapa gelisah? mari tengok ke dalam diri! ada telaga jiwa mampu sirami gersang. meski hujan lambat sekali datang, kemarau berpanjangan, sabar dan berdoalah! semoga gersang tersirami dari mahabbah mahadaya cinta.

Romy Sastra
Jkt, 3-9-'20



PANGGUNG MISTERI
Romy Sastra


belalang jatuh hati pada kebaikan awan, menaungi sebatang ilalang di tengah padang.
tentang pipit kehausan di daun pinang, menatap derai arai disangka padi, pipit malu diayun angan.

para rabi-rabi mencoba menenangkan pohon akasia hampir roboh dioyak limbubu. rasanya tak sanggup menahan arus yang keras dibasahi hujan deras, dan semut bermenung menatap jingga di bibir samudra, kenapa gundah? padahal pasukan semut selalu berbagi, tika rezeki di pundaknya, singa buas!

pernah satu kelinci mensiasati buaya kelaparan, demi menyelamatkan tubuh mungilnya di atas punggung tumpukkan dosa. riak-riak di telaga tarian angin menitip damai. lalu, sekelompok pemangsa memperebutkan bangkai anak-anak ayam bukan tirem. sebab, bulunya sudah dicabut dari dalam cangkang sebelumnya. akankah pesta menumpahkan kuah dari belanga? darah tak lagi merah, tulang kita tak lagi putih?

melati menyimpan wangi di lorong waktu, disambut lolongan malam di bawah kemboja, di mana cahaya? tanya keimanan!

Jakarta, 12-9-'20



TARIKH SUNYI
Romy Sastra


berlayar malam
menyelami samudra terdalam
batu-batu karang menghadang, singkirkan!
bermandi kelip pada bintang-bintang
purnama lebur cahayanya luntur
aurora langit membuncah ke seantero jiwa

menyelami diri
tak lagi berkomat-kamit
menghitung ismudz dzat
matikan nafs,
hening bersuara bening pada sami'
seperti lonceng berbunyi

aku mati terkubur sendiri
mati di dalam hidup
meninggalkan duniawi
terbungkus sunyi
berkain kafan hitam kelam
bermandi zam-zam di sela pori

telah pulang ke asal
di mana dulu azali diri berjanji akan mengabdi
mengenali yang sejati menempuh mati
karena hidup dunia ini tertidur
sebentar saja terlelap
kala terjaga baru tahu untung rugi
tarikh sunyiku pergulatan rohani itu

Jkt, 11-9-'20



SI PEMUNGUT NASIB
Romy Sastra


mari bertanding ke medan laga, sebelum tombak menikam jantung dada koyak, jangan pasrah! barangkali pacuan kita ukur panjangnya. adakah lubang menganga di depan mata? duhai si pemunggut nasib di setiap langkah, pahami jerih mengucur jernih
rasa dibawa-bawa. pulanglah jika sudah dapat yang diinginkan, kenang-kenanglah kematian.

Jkt, 20-9-'20



GENOSIDA UMAT DI BUMI SYIRIA

Airmata itu tidak lagi bening
tapi sudah darah,
tubuh itu sudah kering
tidak lagi bernyawa,
tanah itu telah tandus
sudah di bumi hanguskan.

haus lapar sampai pada kematian
dan obat obatan semua di boikot.

pemimpin disana tidak lagi punya jiwa
tapi sudah serigala.

Pembunuhan,
kejam brutal biadab tak lagi manusiawi.

Homo homini lupus...
manusia adalah serigala bagi manusia yang lainnya.

Ya Allah.....

kerukunan itu telah musnah
karena perbedaan ideologi
antara suni dah syiah,
dimanakah kedamaian itu kini
oh suriah...?

Kompleks kepentingan telah merajalela
hipokrit dunia ketiga menikam dari belakang..
efek politik keserakahan dunia
bak binatang buas di hutan belantara
siapa yang kuat dia berkuasa.

Oh, pemimpin perserikatan bangsa bangsa..???
dimana telingamu itu kini,
seakan tuli.
kenapa lembaga itu lemah tak berdaya, seakan buta.
pelayananmu itu hanya seremonial saja
tak menyentuh ke ranah perdamaian.

kau robohkan saja gedung putih itu
karena tak lagi berfungsi dengan semestinya.

Kini,
jeritan umat di suriah pilu
kehidupannya terhempas kejurang yang terdalam
menakutkan.

GENOSIDA, pembantaian dimana mana yang tak lagi punya nurani
tak berprikemanusiaan,
hanya karena sebuah jabatan
tak kau fikirkan balasan tuhan.

politik binatang telah membutakan akidah
adakah engkau dajjal dajjal itu..??
Menangis sang utusan itu kini
dimakam suci
ia yang tak bisa berbuat apa apa lagi.
padahal ia telah menitipkan hukum risalah illahi yang harus dipedomani.

Berdamailah kau kini,
Wahai suni dah syiah.

HR RoS
Jakarta, 08-01-2016. 21,06



LUKISAN MALAM

Malam ini,
ku raih secarik kertas putih
lukiskan aksara malam
diam dalam kelam.

menyusun bisikan bathin
ke kawah rasa
terluah dalam kesendirian
meskipun hamparan malam
berkabut bisu dalam tatapan.

Pada malam yang sunyi
mendung melingkari galaxi
butir butir kejora itu
yang biasa menampakan pelitanya
telah hilang dibalik cakrawala.

Lukisan malam yang tak bergambar
merupa rasa ke dalam tinta
syairkan wajah kejora redup
malam telah temaram
kian kelam,
tak berpurnama
mendung sudah.

HR RoS.



SETANGKAI KEMBANG RINDU

Seribu satu cerita telah ku luahkan
memetik sebuah kisah
yang takkan mungkin ku lupakan.

Pada setangkai kelopak yang merekah
aku menitip aroma wangi
dalam sekuntum bunga.

Baru saja kemaren
simphoni rindu itu ku dendangkan
kini,
nada rindu itu telah sumbang
pada sebuah keadaan
yang sulit di mengerti karena berjauhan.

Bila cintaku adalah deritamu
maka campakkanlah aku ke samudera biru.
biar riak gelombang menenggelamkan perahuku.

Bila lukamu menitis sebak derai airmata
jadikanlah ia embun tuk membasuh
Laramu.

Setangkai kembang rindu
kau bungkam ke dalam lamunan sepi,
janganlah kau anggap wanginya
sebuah kepalsuan bingkai kekasih.

HR RoS.



MEKARNYA TERATAI DI TELAGA ITU

Mekarnya si kembang teratai
yang hidupmu dialiran tak beriak
ketika gelombang menghadang
kau berhanyut....
kan tetap hidup.

Teratai indah tumbuh di telaga warna
ku tatap pelangi pagi
menghias hadirnya sang mentari
teratai nan indah itu
tetap asri diatas telaga sunyi.

HR RoS



SKETSA TETESAN DARAH CINTA

Dari pertemuan sebuah rasa
membuncah asyik,
membulir makraj makraj cinta.

Ketika fitrah bersabda dalam qolam,
sari rasa bersemayam bersama sulbi
tetesan darah cinta
berkoloni kedalam garbah.

Bersatunya wadi, madi, mani, manigkem.
dikontak oleh rahmatan Nur Murhammad
jadikan si jabang bayi.

Satu langkah kau berada kedalam syurga
asyik menyapa cinta didalam garbah bertasbih.

Menitis kedunia
menjadi khalifah
sebagai regenerasi cinta.

apakah akan jadi baik atau celakakah...?

HR RoS
jakarta, 4-1-2016. 08,28



MEMORI DAN REALITI KEKINIAN


Semarak
seremonial
memori
telah berlalu pergi.

Di depan mata
saat ini,

aku terhantui
nyanyian tembang misteri
membayang seakan tiba tiba menghampiri.

Ia mengamit jiwa mengapit sukma
diminda rasa.

ku sandarkan laraku sejenak
kedalam hayal lelahku.
kularung bersama kelam, diam.

Pada diri ini,
aku berkaca kepada nostalgia
yang pernah menghukumku dalam kegagalan masa meraih asa.

di moment sujudku
ku petik doa dalam religi imanku,

lara itu,
semoga kau tidak membunuhku dengan sia sia di kemudian hari
dalam masa sisa sisa hidupku nanti.

HR RoS.
Jakarta,1-1-2016. 22,47



MAAFKAN ATAS SILAPKU OH, SAHABATKU SEMUA

Denting jam berputar seiring waktu bergulir
perjalanan hari yang telah kita lewati siang dan malam.
ku tulis tinta ini kedalam bingkai puisi
menyapa sahabat semua........

Di penghujung tahun 2015 ini
dalam pergantian menuju tahun 2016.
aku menghulurkan tangan kepada sahabat semua,
maafkan atas silap dan kesalahanku kawan,
antara sengaja ataupun tidak.
diantara paham dan tidak pandainya memahami aksara kata yang dianggap.

Sekiranya umurku panjang menyongsong di tahun 2016 nanti
aku ingin dan ingin selalu jadi insan yang lebih baik lagi.

Harapanku di tahun ini,
ingin selalu bersamamu menatap dunia
merangkul cita dalam gita maya.

semogalah bermakna dalam moment2 bersamamu.
meskipun tubuhku tak merangkul bahumu.
tak menggenggam erat tanganmu.

Dalam sastra aku menyapa,
mewakili peluk mesramu semua.
walaupun berada jauh di sudut jakarta ini.
semoga pertemuan kita selama ini menjadi ibadah hendaknya amin..

HR RoS
31-12-2015, 06,47
Menyapa dari Jakarta,
SELAMAT TAHUN BARU 2016
SELAMAT TINGGAL MEMORI 2015.
testimoni mayaku ditahun 2015.




SEMUA TENTANGKU

Berkaca diri
pada bayangan silam
menatap hayal
dalam kelam

aku majenun
paranoid
dalam gugusan
cahaya yang temaram

aku telah dihantui
oleh goresan
yang menikam
kala gundah
membuncah lara

sulaman yang selalu dirobek
selalu ku tenun kembali
dengan tabah
menjadi gaun gaun cinta

semua tentangku
aku terima
meski telah lelah
kan ku cabari ke egoan diri
dalam gentingnya
tali buaian kasih

jalan itu telah berlumpur
pada jejak
yang telah goyah
arah mana
kan ku lalui lagi
jalan itu kini
semua telah ternodai

karena pertemuan itu
sudah tak semesti

titian kasih
telah terurai
benang merah
di arah yang tak sama

Ahh...
satu kisah
dalam makna
lingkaran cinta
yang telah
menjadi
sia sia.

HR RoS
jakarta, 24-1-2016. 03,42



MENGENANG TIGA DEKADE YANG BERLALU DI TEPIAN MANDI KESUKAANKU

Gemercik alur ilir air mengalir
mendung sebak di hulu pertanda hujan akan memandu..
tertunai sudah hajat pilu
selepas tengok ibu
dikampung halaman yang kurindu.

Oh awan yang kelabu di puncak bukit wisata bayang sani indah
hujankan koloni itu
basahi seantero mega

Lamunan mundur jauh
ke tiga dekade
yang berlalu

ku ingat tatapan diatas batu itu
masa mungil dulu
kala senja kan menepi
aku loncat loncatan
bersama rakan rakan
yang sudah berpisah
di kota kota yang berbeda
entah dimana dikau kini.

Kini ku torehkan sebuah madah history
di tepi pemandian senja ini

ku sapa
dimanakah gerangan engkau kini
berada wahai kawan kawan dan
handai tolan spermainan setepian.

aku sapa lewat goresan angan adakah gemercik alur ilir air mengalir ini kita buncah kembali dalam riak tawa bersama
kala pulang sekolah.

Aduh hai history
tiga dekade yang berlalu
di tepian mandi ranah bundo
nagari kubang nan denai cinto..
hahaaaaaiiiiiii.... takana juo.

HR RoS
Batu lenong, 27-1-2016.



TERLARUNG SEBAK KEDALAM RIAK


Ketika perjalanan teriris bulir
mencoba merayu bunda dalam letih
duh,
sudah terlukis di dinding history
di kancah diri memeluk sebak di hati.
Ketika permatamu pergi
pergi dan pergi menjauh tinggalkan beranda rumah ini
di tengah hari
crystal membuncah tak tertahankan di sudut hati.

Ya illahi...

Aku larung doa yang rela
ke haribaan musafir yang semakin terkikis di tanah yang tandus..
hamba ingin setetes embun
ampunan kasih-Mu ya rabb.

Perjalanan itu semakin menepi
ke ruang senja
aku memohon ya allah
Izinkan aku kelak berjumpa
ketanah bunda kembali
dalam opera permata yang selalu menghalau sedih jadi ceria.

Meski jiwa dan hidupnya
bertabur derita
yang disimpan dalam
peti rahasia hati
yang tak boleh sesuatupun
yang kan mengetahui
selain aku dengan-Nya

Sehatlah bunda.

HR RoS
Dalam perjalanan jalan raya painan - Padang, 29-1-2016. 14,28




GORESAN BAYANGAN MEMORI DIRI

Menulis abjad dengan tinta
yang tak berwarna
aksarakan rasa yang tak berwujud
bermukim kedalam lembaran jiwa

Ku gubah memori ke dalam puisi
mengenang masa masa bahagia walau ia selalu berhias kecewa.

Duh diri,
kenapa dikau menangisi story yang tak semesti
padahal bayangan kasih
tak kan mungkin kau pegang
dalam dekapan satu hati

Diri,
tataplah wajah belas kasihmu
di dinding kaca kau menangis
kan kau sadari arti hidup ini.
tak kan mungkin
mimpi mimpi itu kau raih kini
karena ia semu dalam tidurmu

Di rona bibir memandu rindu
tak kan lagi kasih itu menyulam kenangan
kenapa bulir ini seringkali menitis
kala menatap wajah diri
biarlah ku usap airmataku
di telunjuk bisu
karena memori itu semakin menjauh
dan jauh berlalu tak menentu.

Aku selalu menyepi ketika malam menyulam kelam
seringkali bermenung sendiri
dan bertanya kepada diri,
kemanakah bahagia itu berlari
yang semakin jauh menghilang bersama memori.

Goresan ini adalah puisi
yang sulit ku nikmati
karena ia adalah goresan lara
yang semakin lara.

HR RoS
Jakarta, 30-1-2016, 20,47



DOA DOA CINTA DI HUJUNG MALAM


Sunyi dalam keheningan lirih
menapaki jejak jejak langkah
sang utusan itu
bermandi peluh dalam tasbih
ku buka nisan kuburku
telah terlelap dalam kalbu

Pekat kelam tak berpelita
aku ingin meraba sesuatu
secercah cahaya cinta
naluri kamil,
temani aku malam ini
sinari jiwaku dalam doa doa dihujung malam malam sunyi.

Hening bak lonceng berbunyi
dalam senyap
ku dengar bisik bisik dilorong hati
sami'an membuncah di alam kesunyian.

Jiwaku bertanya pada kelam
dimanakah engkau ya tuhan.
ya tuhan,
aku bertanya pada kekuasaan
dimanakah surga itu kau sembunyikan

padahal
iblis iblis telah ku penjarakan
nafsu nafsu ku bungkam.

Tampakkanlah wajah miyskat di dinding kaca itu
di balik tirai kasyafMu pada sukmaku
biar ku hantar cintaku ke hadiratMu.
berharap, cintaku kau setubuhi berpagut rindu
pada malam yang lena asyik
dalam doa doa cinta
di penghujung malam itu.

HR RoS
Jakarta 31-1-2016. 20,31



RASA YANG KEDINGINAN DI CAKRAWALA PAGI


Pada awan yang berarak pagi ini
turunkan hujan basahi seantero alam.

ku titip pesan
pada gumpalan mega yang berkoloni

Oh iklim,
sudahilah sebak mendung hari ini
izinkan ku tanam,
kembang mawar berduri itu kembali
tumbuh di taman lestari
di beranda hati ini.

Oh angin,
pada sepoinya mamiri
ku titip lirih rindu
lenakan tubuhku
biar kurasakan nikmatnya kasih
di beranda muka buku ini.

Pada setangkai kembang yang telah ranum
kala mentari yang selalu menyinari.. bersemilah.
meski tangkai itu gundah oleh badai memori
dan setangkai kembang itu pernah patah
ku kan tetap menadah
dengan tangan rela
ku dekap dikau
ke dada cinta yang setia.

Jalan hari,
kian berganti iramakan nada simphoni
di ketetapan rotasi berputar silih berganti
adakah buaian cabaran itu sanggup hidup dalam lingkup misteri
diantara kau dia dan aku.

HR RoS
Jakarta, 1-2-2016. 12,51



MENDUNG HARI YANG TAK KUNJUNG PERGI


Ketika mendung tak kunjung berlalu
selaksa rindu bungkam
di beranda sore itu

ku sapa dikau lewat jendela maya
menuntaskan rindu
di hujung senja ini
meski tergumam bisu
aku titipkan nada nyanyian
lewat burung burung camar
di senja yang semakin berlalu

Oh hujan,
biasmu menyisakan embun
dikeremangan pelangi merona
kerudung malam
tak kan berjubah rembulan
pada malam ini.

karena,
Koloni musim belumlah berganti.

HR RoS
Jakarta, 1-2-2016, 17,18



TAKBIR BUYA TAISAK DI HARI RAYO


Jauh jauh tabangnyo siburung bangau
namun hinggoknyo
yo ka kubangan juo
jauh jauh bujang marantau
namun pulangnyo lai kakampung halaman kito.

Karatau madang di hulu
babuah bungo balun
marantaulah bujang dahulu
di rumah paguno balun

Lah jauh tabangnyo perjalanan
putera daerah mancari ilmu
lah tarang nagari di sabalah
lah silau mato mamandang nagari urang
nagari kito basilang sangketo
antah bilo katarangnyo.

Tadanga saluang kubalo
di rambang patang
sayuik sayuik ganto padati
bansaik di badan
lah jadi pamenan diri.

baurai tangieh kadado
nasib sidagang malang
galeh takambang hujan tibo
sumarak bayang sani
dibalai induak induak
barabuik patang
manjalang sanjo hari.

manangieh tapian bundo
anak nan ketek lah digadangkan
lah gadang dak kunjung pulang
lah cadiek sibujang diasuh angku katik
babalieklah kabayang sani
ramikan nagari kito.

Kini lah masonyo anak nan paguno
mambangun kampuang jo nagari
bia dak sio sio jabatan di sandang
selagi masih berfungsi
mambuek anak kamanakan bangga kini.

Yuuukk...

Jadikan koto baru tanah religi
bayang pado umumnyo
itu baru ku jempol salut kami.

Dangalah rintihan
kami menadah hibo
Gemparkan mesjid jihad itu nanti
dengan orasi dakwah islami

mesjid kito lah asri
di jalan raya bayang
di bangun jo amal jariyah petani
tapi mesjid itu kosong
dengan cahaya pengetahuan ulama..
ulama itu dimano kini...??

Ooo buya..
babalieklah kanagari
doa kami menyertai kesehatanmu.

Katiko tanah merah tabantang
di nan langang
sasah mayit tibo kudian
indak katadanga lai rintihan misteri
ka mesjid jihad itu nanti
maratok surang di kayu gadang
takana jaso bundo alun di tunaikan.

Pitaruahkan anak kamanakan
sarato umaik jo nagari
mahimbau jo hibo hati
babalieklah kanagari kito
bangun kampung halaman
basamo samo kembali
nan lah ditinggakan sedari dulu.

Buya...

Kami tunggu kesaksian khutbah
di mesjid jihad koto baru bayang
di hari rayo nanti.
sang putera daerah berkumpul
prof DR Ahmad Kosasih
berharap khutbah takbir
balinang aieh mato di ranah bundo
bia talarai isak nan salamoko.

Salam santun dan hormat kami
dari anak kamanakan sarato umaik jo nagari.

HR RoS
Jakarta, 3-2-2016, 10,32



TONGKAT TONGKAT NEGERI YANG KIAN RAPUH

Ranting patah tunas tunas berganti
daun daun berguguran
tak menyalahi angin

Ketika ilalang berpayung terik
tanah tandus
akar ilalang itu tetap mencakar
bertahan hidup
meski batang kerontang
dia tetap tumbuh subur
di tengah padang gersang.

Bila jantung negeri berkumandang azan
pada maghrib
surau surau di penuhi oleh si pengheja hijaiyah.

Bila mamak mamak kami
berkompetisi duniawi di tanah kekasih
batas batas toleransi telah di kebiri
Oh negeri seribu janji
dititipkan amanah dari dang tuanku
negeri kubang bertuah masih bersahaja
menyimpan banyak cerita
sedari dulu hingga nanti.

Negeri kubang terbentuk
dari peradaban adat
kini kian tergerus oleh lemahnya
komunikasi antar sesama.

Padahal adat berdiri oleh budaya
gotong royong
sandi yang tak lekang oleh panas
yang tak lapuk oleh hujan.
ketika harkat tersekat
martabat tergadai
jadilah korong terkotak
dari sang pengemban amanah yang tak tertunai.

Kubang, tegarlah...
janganlah tergerus oleh arus

Regenerasi bersatulah
dalam satu bingkai ukhuwah
negeri kubang,
bisa menjadi teladan
dalam adat kenegarian
ranah bundo kanduang
LIMPAPEH RUMAH NAN GADANG

Setangkai angrek puisi senja
dari jakarta
menyapa tanah bunda
di sumatera, kubang bayang
yang tercinta.

HR RoS
Jakarta, 3-2-2016. 17,15
Mengenang negeri tanah kelahiranku



DI BAWAH POHON KAMBOJA TUA ITU RINTIHAN KU LIRIH


Bulan sabit telah menggantung
di balik pohon kamboja itu
tanah merah masih belum di gali.

Perjalanan diri
telah berada di hujung tanduk
aku menyadari....
untuk menempuh hujung jalan haruslah melalui pangkal jalan
pangkal jalan yang terdekat itu
adalah diri sendiri.

Ketika dahan beringin itu patah
ku ingin tunas tunasnya berganti
dan ketika daun daunnya berguguran..
ku ingin putik berbunga tak menjadi layu.

Oohh misteri...
jangan kau bayangi aku
dengan el maut....
izinkan aku untuk hidup seribu tahun lagi
bila el maut kan bertamu
kembang setaman
dan air doa kasih
telah di persiapkan ke tanah merah yang siap siaga menanti.

Ohh misteri...
bukan ku memanggilmu pada sebelum takdir,
aku masih punya cinta
untuk sang kekasih
jangan kau ulit aku
dengan mimpi mimpi misteri itu.

Di bawah kamboja tua itu
aku terpaku sendu..
adakah amal ibadah ku dekap
untuk selimut tidur panjangku
disana nanti..
ya illahi,
izinkan hamba melafazkan
seribu istighfar
di setiap lengahku
di dalam jiwa ini..

biar tak sia sia hamba
di hidupkan kembali
akan di rundung duka
yang tak berkesudahan
di
sana
nanti
untuk
selamanya.

HR RoS
5-2-2016, 00,00
Jakarta di malam jumat.



LAMUNAN MENYULAM HUJAN

Rintik rintik hujan dihalaman rumahku
sekuntum kembang layu kedinginan
berselimut kabut
dingin dalam taman kesepian

Oh hujan,
redahlah bulir bulir langit itu
jejak jejakku telah basah
langkahku terhenti
arah mana yang akan kulalui kini.

Oh awan,
bukakanlah tabir mentari itu
biar ku nikmati
pada kisi kisi terik
yang akan menyinari
kearifan alam ini.

Mendung,
aku masih disini
di gubuk tua
mengintip cakrawala
di balik jendela
adakah rona senja ini
berpayung pelangi

Malam,
biarkan aku damai
dalam jubah jubah malammu
menyulam tasbih
di lingkaran sajaddah cinta
bercumbu mesra
ke labirin cinta maha kekasih.

HR RoS
Jakarta, 9-2-2016, 16,02



SIMISKIN BERCINTA


Simiskin bertanya,
kemana akan di bawah pokok cinta
yang telah berbunga ungu ini
arah tujuan rindu telah kelabu.
oh mendung,
mendung rindu yang tak lagi menentu.

Kasih,
telah tinggi aku pacu semangat berlari mengitari hari
untuk mencari sesuap nasi
mengejar obsesi
meraih impi
namun nasib tak jua berpisah
dari badan diri.

Masa bahagia itu pernah singgah
menyapa beranda asaku sekejap
dan sayangnya seketika sirna.

aku kini bertanya dalam hiba
ketika cinta tak rela berdiri
di jalan yang licin
berlalulah dari arah itu..!

Di sana...
jalan berpita merah
berpermadani indah terbentang
menuju istana nohktah megah
hidup dalam kasta yang mewah bersamanya
aku berdoa rela untukmu.

aku akan menjadi saksi lirih
menyulam angan kedalam kelam
membiarkan rasa yang tersisa ini
kelu kedalam bisu.

biarlah aku jadi penonton
dari bilik sunyi
menatap paranoid kasih yang tersisih.

Biarkan ku dekap anganku yang rapuh
merestui kebahagaianmu itu
berbahagialah hendaknya disana.

kasih.
hapuskanlah cerita cinta
yang pernah mengisi ruang hati ini
kala bersamamu dulu.
aku rela,
dengan telapak tangan sepuluh jari
aku menyerahkan takdir
dalam kasih yang tak sampai
kedalam keraifan cinta yang pasrah.

Gubahan rasa yang terakhir ini
dengan tinta merah ku madah
mengusap deraian airmata
yang membasahi duka hidup
yang kian menganga.

doaku,...
berbahagialah dikau disana bersamanya.

HR RoS
Jakarta, 10-2-2016. 12,45



AKU TAK SEHINA YANG KAU DUGA

Ku akui...
kau sangat berarti
karena diriku tak pantas kau cintai

meski terperap dalam harap
ingin damai bersama kekasih..

duh, cinta itu
tak seindah yang ku bayangkan.

cabaranku terkikis oleh keraguanmu
aku sang kelana tinta
sadar,
hanya bermajas majas duka

tintaku adalah sang musyafir syair jiwa
berkongsi ke alam maya sebagai seniman yang ketinggalan kereta.
Tintaku bukan tebar pesona kepada bunga bunga yang indah

Ia melukis kongsi
dalam bingkai satu dunia satu jiwa berkoloni dalam ukhuwah manusiawi
membuat peradaban sejarah tinta
meski ia bias di telan mimpi.

berharap,
Setia hati memahami seni
tak melukis kontradiksi
pahamilah sebuah luah tinta
dalam kearifan budi yang bersahaja.

Presepsi hati,
Aku tak sehina yang kau duga
hidupku bermaruah
genggamanku erat melekat
meski genggamanku
bak batu karang yang selalu menghadang
dia juga bisa lebur oleh deburan

Kasih,
aku memang tak sempurna
memadah nohktah cinta
berkaca diri dengan rasa
aku bukanlah pemimpi hati

aku kan selalu tegar berdiri,
dalam batas batas jejak langkah
tak tergerus oleh badai
tak hancur di gulung ombak
selagi langkah kakiku dipahami.

Meski ku pasrah dijajah
tapi aku tak rela kesetiaanku di hina

biarlah kini,

Hari hari kosongku
bersenandung sastra
untuk mengisi lembaran putih
jadikan memori
meluah obsesi yang telah jauh pergi meninggalkanku.

kini,
aku mencoba merajut sepi
Berkelana dengan rasa
berkawan dengan tinta
hidup dengan realiti
berkasih dengan satu hati
bercinta sampai mati.

HR RoS
jakarta, 26-11-2015, 09,45.



TONGKAT TUA YANG TELAH RAPUH

Ayaaahh....

perjalanan panjang itu telah kau lalui
berhentilah melangkah
duduk manislah dirumah

Getir pahit manisnya sebuah kehidupan
jalan berliku menanjak menurun
terjal tandus dan berbatu kau tempuh

kau terus melangkah di teriknya mentari
untuk sebuah asa pelita tirani
nasi yang kami makan
dari peluh darahmu kami di besarkan.

Kau ayahku,
impian tinggi yang menggebu
untuk buah hati
seperti kau bercermin dengan masa lalu
meringis sedih di setiap letih
masa lalu yang telah bias
telah berlalu jauh meninggalkanmu
hilang di telan masa, gagal di rundung duka.

Kini,
putik putik yang berbunga telah berbuah
kau masih saja tertatih payah dan lelah

miris,
dikala senja menyapa
dada kau penuh menyeruak sebak
duduk di sudut rumah beranda tua
berpangku tongkat rapuh
di olok olok cucu yang lugu.

Ah, sedih...

nasi putih itu tak lagi berkuah
teh manis itu tak lagi kau rasa
hanya asap putih itu mainan sepimu
kau linting dari jari jemarimu yang keriput.

Ayaaahhh.....

kau kini tak lagi tersenyum dengan dunia
bila malam tiba
air mata bercucuran
berbisik lirih menghiba
ya allah..
sejahterakan jugalah anakku dimanapun ia berada.

Getar getar doamu
membangunkan sang penjaga malam mengintip rintihan
kau menitip doa kedalam misteri
memanggil seorang anak yang tak pernah pulang.

Uuuhh,
seorang anak merantau yang tak pernah kembali lagi
usia senja itu telah meratap dalam cinta
meski ia kecewa
ayah, kau tetap sabar dalam doa.

duhaiii,
Mahkotaku yang telah hilang
entah kemana perginya
tak tahu kini dimana rimbanya
pulanglah nak........!
ayah menantimu
di beranda senja ini.

HR RoS
Jakarta, 13,11,2015, 08,42



TOPENG TOPENG DEWA

Intrik birahi kapitalis
mencengkram dunia

politikus dungu bermain catur
pengamat ilmuan
seremonial teori saja

Sang penguasa
jadi penonton sayembara

selir selir tahta
seakan bertopeng dewa
semua berkoar benar
padahal hipokrit yang memalukan

Sang pecundang pengkhianat
bak pahlawan kesiangan
padahal ia intrik intrik politik
gerilya berbahaya
untuk sebuah bangsa.

Barak barak partai
menyusun konspirasi tingkat tinggi
bak sikecil belajar main petak umpet.

Gita cinta tanah air itu
hanya seni suara saja
seperti pertunjukan opera
pepesan kosong belaka.

Bung....
dimana realiti janji itu...?
katanya,
amanah itu di pundak dewa mensejahterahkan rakyat.

anak negeri ini lapar bung
hasil tani dan kebun tiada harga lagi

negeri ini kaya
kenapa kolonialis yang berjaya

putera bangsa ini pintar bung
tapi kenapa bisa di bodohin

uuuhhhh...
emang dasarnya bodoh.

Coba pelajari sejarah
sang tokoh silam berjuang untuk bangsanya

kini,
tuan tuan telah berjaya
berjuang untuk rumah tanggamu saja
itupun jalan yang salah
kau korupsi di mana mana

Sang tokoh pahlawan itu kini
berduka di haribaan-Nya..
di nisan tua.

HR RoS
Jakarta, 25-11-2015, 08,50



TELAH PASRAH BERMANDI DUKA


Gerimis malam
menyisakan embun
dipagi ini

Ku basuh wajah lusuhku
dengan seuntaian syair resah
bertanya,
adakah kasihmu itu
masih ternokhtah cinta...?

Di jendela hati ini
berlari tintaku
menulis diatas kertas putih
memadah luah
rasa yang telah pasrah.

Aku telah rela,
biarlah layu
kembang cantik itu
di tanah cinta ini
jika tak sanggup
melawan virus benalu
yang selalu membunuh
kesuburan pohon rindu.

Pucuk pucuk pinus berembus
lenakan jiwa yang telah kaku
sigagak tua itu
berkoar mencari mangsa
menceracau bersiulan dungu
mengundang hadirnya
hembusan sang bayu.

Bayu rayu itu
memamah kepalsuan godaan
dari balik bukit penggoda cinta
tanah tanah tandus
berserakan ranting ranting
yang telah patah.

Daun daun telah berguguran
berjatuhan dibakar terik
dalam kepanasan dan kehujanan
tetap siburung gagak bertengger
mengintai mangsa yang semakin teruk

Pasrahku telah rela
meski bermandi duka.

HR RoS
Jakarta. 3-12-2015. 08,05



RINDU RINDU YANG TELAH RETAK MESKI IA SETIA


Tak pandai menari lantai berjungkit
ketika gemulai tarian
tak selaras dengan nyanyian
jemari dan songket
terlilit selendang ungu
kan terjatuh malu.

Kidung kidung rindu
mengalun merdu
merdu merindu di buai angin lalu

kidung itu tak lagi bernada cinta
nadanya bisu membungkam kalbu

aksara cinta berbalut tinta
telah gelisah terluah di kertas madah
langkah kakiku
bak musyafir kehilangan arah
dahaga di tengah samudera

ah rasa,
tercabar diminda tanya
padahal musyafir cinta itu
masih setia dalam perjalanannya.

Tinta jiwa ini
telah melukis misteri
terlukis di bingkai setengah jadi

wajah wajah rindu
seperti berkaca di cermin retak
merupa tak lagi membentuk indah
tertutup butir butir kaca yang berserak
seakan rindu rindu itu tak lagi nampak.

Bertanya dalam diam
jawabannya membungkam
hanya makna yang bisa ku eja
di setiap rindu rindu yang ku tunggu

Rindu yang telah ranum
merona
menghela
di sela nafas nafas cinta
yang telah resah

dalam tanya
aku menjawab,

aku masih seperti yang dulu
menunggumu sampai akhir hayatku
aku tak memelihara kembang lain
di taman hati
aku akan selalu
menggenggam nohktah kasih
dalam bingkai setia
bersama dirimu
setia sampai mati.

HR RoS
Jakarta, 09-11-2015, 07,47



NUSANTARA TELAH BERISTANA HANTU


Bumi cerah,
tapi berwajah mendung
Suram,
sang surya seakan malu
menampakan terik di tanah ini
menyinari alam mayapada
nusantara berkabut di dinding hari
berkoloni misteri

Jerebu,
kau kini nafasku

kau ajarkan aku melihat mentari
di kegegelapan pertiwi
apakah kiasan itu kini
pertanda makna yang tersirat
mata hati insani telah buta
memandang cahaya illahi
karena gelapnya kearifan budi
yang menghias religi dan nurani

entahlah..... aku juga tertanya.???

Yang jelas kini,
nusantara tertutup kabut
dari bisnis yang serakah

ku tengadahkan tatapan
ke ruang angkasa
melirik ke dinding bukit
melayang pandang ke samudera biru
perkantoran menjulang tinggi
ladang sawah terhampar

jauh mata memandang,
semuanya....

RUANG ITU TELAH GELAP.......

potret itu kini
bak peninggalan inca tak berpenghuni
nusantara berkabut misteri
seperti beristana hantu di setiap hari.

Nusantara ini kaya
kini penghuninya lara
berkabut
di cipta oleh tangan tangan serakah.

kekuasaan di beli,
oknum birokrasi seperti bermain petak umpet.

bangsat sialan persetan,
sumpah serapah anak bangsa
di negeri sebelah
tak lagi di dengar oleh penguasa

disini ditanah ini
ia telah merintih santun,
aku ini laraa....???
tak jua di dengar oleh para dewa
yang bersolek di istana alenka

Wahai para punggawa bangsa
kau berserakan di mana mana
perisai pertiwi dari sabang sampai merauke
bangkitlah..

uuuuuuuhhhhhhh.......
ketika pesta seremonial
berbaris sesaat
komando sigap
punggawa loreng itu di lepas
dari barak berkendaraan tank baja berpuluh ribu di keramaian kota.

Bila nasib nusantara berpesta derita
terjajah oleh keserakahan segelintir pengusaha
sipunggawa loreng bersembunyi dimana.????

Wacana intrik komando bela negara
santer di dengungkan.
mau di bawah kemana potensi intrik itu
lihat di depan mata musuh nyata telah menyesakan dada tak kau gubris.

Hai loreng...!!!
kau perisai negeri
ketika ibu pertiwi terbakar
airmata anak bangsa menitis
kau seakan buta dan tuli
hanya di lepas seratus lebih saja

Mmmm
para ahli peneliti belajar sebagai eksperimen
tak jua menuntun jalan terangi kegelapan
hanya solusi ke ilmuan basa basi.
Di mana tanggung jawabmu kini....???
Wahai..... (................)

yang duduk di kursi empuk
di dalam istana megah
menatap bisu ke dinding putih
terpukau indahnya lentera mewah
figura potret wayang itu
mengintip mencibir
yang duduk santun yang telah dungu

mana amanah di dadamu itu..??
janji kemakmuran dalam orasi pemilu
dulu kau dengung dengungkan
mmmmm,
kini jabatan itu telah kau sandang
kinerja pontang panting bergeleriya hanya intrik wibawa saja.

Olalaaa..
Aku cerobong tinta dalam seni
penyambung lidah derita rakyatnya

berorasi,

mengetuk nurani yang telah dungu
bangkitlah kau putra putri pertiwi
yang telah berkompetisi
untuk menjerat si pedebah negeri ini.

HR RoS
jakarta, 23-10-2015, 15, 02



BIAS TERLALU PAGI

Ku kenal dirimu....
jauh sebelumnya kita mengenal dunia maya
aku mengenalmu hanya sebatas sahabat.

Ku kenal dirimu......
memang kita pernah dekat.
aku mengenalmu
hanya sebatas nasehat nasehat.

Kini lembaran lembaran hari
dalalm gurauan memori itu terhenti
dikala mendungnya pagi ini,
bias karena cuaca tak bersahabat.
mendung menghias hujan,
sang mentari mengintip malu
di ufuk awan.

Sekarang gerimisku mulai meluruh
jatuh dalam irama sendu.
dalam lamunan persahabatan ini,
ku labuhkan perasaan
ke dalam makna.
untuk memetik hikmah
dalam wacana yg tak berirama.

Kini, tulisan ini hanya sekedar mengantar untaian bayangan,
berharap......
mentari yg malu itu menyapa kembali.
selamat siang........
Siang ini menyapa, hadapi senja yg akan berujung malam.

Semoga bias bias pagi
kan berganti ceria seketika
berhias pelangi senja
cerah bersama kejora
malam ini...

Salam tuk sahabatku
dimana saja berada....
yang terstory pualam
semoga berbahagia.

aku menyulam malam bersama kelam
semoga jubah malam ini
berpurnama indah di ufuk sana.

HR RoS



SERPIHAN MIMPI YANG TAK DIMAKNAKAN

Semalam aku bermimpi
dari lelap yang sekejap
tak ku maknakan kiasan tidur
di remang sunyi
telah lelah diri di minda tanya.

Wahai kuntum asmara
yang di ulit resah
semakin mendesah sedih
di kau kian berduka
pada lembaran lembaran rindu
yang semakin pilu
asmaradana cinta melukai hasratku
pada mimpi yang tak di mengerti.

Oh kabut,
kau melukis temaram
berjubah koloni awan
Syairku telah majenun
pada goresan yang semakin dungu.

Di belantara cinta maya
serpihan daun daun itu
telah berguguran di rimba
yang tak bertuan
pada dahan ranting yang kian kering
yang akan di tuai badai
berguguran jatuh ke bumi.

Oh angin,
gugurkan ranting ranting kering itu
di hujung dahan itu perlahan
berharap tunas kering berganti
dengan seuntai akar syair berdaun
hijaukan bumi ini kembali,
biar mimpi semalam itu larung
ke dalam angan
berharap berbuah impian pada kenyataan yang terkisahkan.

HR RoS
Jakarta, 14-2-2016. 14,30.



GORESAN SENJA

Ketika sore menjelang
aku menatap bayangan
dalam tatapan ilusi
bayangan itu
sudah kian menepi

Ku dekap tatapan bayangan
seakan dia menjauh pergi

aku berdiri di tapal batas
mencoba berlari
mengejar senja
ku tatap bianglala warna
menyulam kedamaian cinta

Mungkinkah bianglala itu
membulir lembayung rindu
di hujung senja ini
aku tak tahu

Oh jelita,,
kau yang ku nanti
tak jua menampakkan diri
ketika cinta
impikan bahagia
tak mesti selalu berbunga

Meskipun aku selalu
menoreh luka
setidaknya aku
ingin tahu
cabaran setia
dari ketulusan minda cintamu

Aku mesti sadar
aku tak sempurna
terimalah kado syair senja ini
meski luahannya
hanya goresan mimpi.

HR RoS



DAUN DAUN MUDA YANG BERGUGURAN

Tanah tanah tandus
tergerus siklus zaman
pohon pohon tua bertunas
kembang berputik jadi idaman hati.

Ketika budi dan religi di kebiri
dandanan cantik bersolek penghias diri

wajah wajah nan ayu berlenggok
bak bidadari bidadari dari khayangan
nasib terhempas jadi penghibur
wanita malam

Segelas anggur
di tangan serigala serigala yang haus
bermata elang di balik rerimbunan
mencengkram mangsa dengan rakus
melirik mangsa kemayu jadikan pujaan hati untuk penghibur selir semalam.

Jelantik cantik berkicau
berbisik bersiul kecil
bermanja lirih
godain aku abg
mmm....
sangkar sangkar kerlip
bak kejora di hujung malam
menambah suasana riang.

House musik riuh menggugah syahwat
pasangan berlalu satu persatu
memandu kasih di bilik wangi
hilang dari kerumunan dugem
mencari tempat persembunyian
dalam cinta satu malam.
Malam malam panjang
dalam keramaian di pinggir jalan
dugem diawal malam
menambah asyiknya pesta cabe cabean
malam kian larut
berhias lampu jalanan
beraroma mistik mewangi
dari dukun dukun langganan.

malam bertaburan bintang
daun daun muda berguguran
jadi prostitusi jalanan

Pesta itu usai
cinta satu malam melenakan
daun daun muda terdampar di tengah jalan
kembang kembang muda itu
berputik layu
tinggalkan kenangan

HR RoS
11-11-2015, 11,51
Jakarta dalam suasana tengah malam.



AKHIR SEBUAH CINTA

Ku goreskan tinta merah
dengan linangan airmata sedih
yang berkaca kaca
aku tumpahkan kekecewaanku
lewat tinta terakhir ini
meski ku tahu
tak mungkin kertas membungkus api.

Kau yang dulu
pernah mengikrar janji setia
aku terlena di buai belai manjamu
kini kau campakkan aku di sudut duka

jauh sudah cinta ini kau renggut
kau rampas di dalam keterlenaanku
setelah kau puas
kini kau berlalu.

Pernah dulu
kau selalu mencari titik kesalahaanku
kau temukan dariku setitik noda
yaitu ketidaktahuanku tentangmu
kau jadikan itu senjata untuk menghakimiku
bak setitik nila rusak gulai sebelanga.

Pedihnya luka yang kau torehkan
ke jantungku masih bisa aku tahan
bahkan kau coreng arang di keningku
masih mampu malu itu ku pejam.
kni kau berlalu
dengan kekasihmu yang baru
aku rela mendoakanmu
semoga kau berbahagia bersamanya.

Surat terakhir ini
adalah akhir sebuah cinta
ku hantarkan kepadamu
tutuplah rapat rapat cerita dan
kenangan indah bersamamu dulu
biarkan aku berlalu dengan seteguk rindu yang pernah dahaga dalam pelukanmu
kini kau rampas kisah itu
kau larung kedalam bisu
ku akui itu memang kebodohan
aku dengan diriku
tak mengenalmu lebih jauh.

Kini,
jangan pernah kau datang lagi
kedalam hidupku
kalau itu hanya persinggahan sementara untuk menghiasi anganku
biarlah ku tutup rapat rapat kenangan itu
kan aku abadikan kedalam history hidupku.
dan aku berjanji
tak ingin mencari penganti dirimu lagi
setia ini,
ku genggam sampai mati
walau hidup bersama bayanganmu
karena cinta setengah hati
telah kau bagi.

Satu pintaku
pahamilah setia ini
meski aku tak sempurna
menghadiahkan cinta ke arena hatimu

Pilihlah jalan hidupmu
doaku menyertaimu
akhir sebuah cinta
akhir sebuah cerita
berbahagialah bersamanya
selamat tinggal kekasih
selamat tinggal kenangan.

HR RoS
Jakarta.
tertulis 10-11-2015. 08,53.
Surat terakhir



PERISAI YANG TERLUPAKAN

Suliki pandan gadang
tumpah darah itu
cikal bakal sejarah sang pejuang
untuk kemerdekaan bangsa
mengusir kolonial penjajah.

Suratan mengiringi semangat gerilya seorang pejuang pemuda dalam sejarah
jauh berkelana dari tanah bunda
antara asia dan eropa

Tan malaka,.
Bergelirya tanpa kenal lelah
sang diplomasi strategi
bak garuda terbang tinggi
menyelinap di angkasa

Pejuang bangsa
dari masa ke gegelapan menuju terang
dari kebodohan zaman
pelitakan generasi
di setiap negeri yang di singgahi
dengan pendidikan alam.

Perisai yang terhujat
dilupakan
tiang tiang pendiri kemerdekaan
tokoh sejarah sang pengelana
di intimidasi dari organisasi
di cari cari kolonialis.

Di negeri sendiri dilupakan
di hormati di setiap langkah kakinya

Tan malaka,

aset bangsa yang telah tiada
kiprahnya sejajar dengan pejuang
tokoh tokoh dunia
setara dengan nelson mandela
dan che aquevera.

gugur di kaki gunung wilis
sayangnya tak di hormati
tanah misteri sang tokoh di kebiri
di marjinalkan dari sejarah
terfitnah dari ke tokohan bangsa

Tunggul nisan tua tak bernama
sendu hiba di pusara
sunyi dari keramaian zaman
dahaga dari penghormatan...

Tan malaka
pejuang yang terlupakan dalam sejarah.

HR RoS
Jakarta,12-11-2015. 10,10
Puisi pahlawan untuk Tan Malaka



MIMPI BERMALAM DI BAITULLAH


Perjalanan malam
mengunjungi kaabah
larut dalam stanza suci
berdoa mengekang birahi
nafsu nafsu yang mengitari diri
menghimpun di dalam ritual ibadah.

Pertemuan suci di majelis diri
asyik fana tersungkur di dalam diam
kalam diam menyapa jiwa
jiwa hadir bermahkota cahaya

Makam makam suci aku ziarahi
kalam mimpi memandu tasbih
mendaki ke martabat alam diri
bermakrifat kemartabat alam tujuh
bertamu ke baitullah

baitullah rumahnya allah.

Kerangka tiang rapuh
dari Din yang menipis
hancur di sapu bayu
dari nafsu nafsu itu
yang menguntum ego
keangkuhan diri.

Baitullah kokoh dari bangunan ibrahim
panji janji yang berkibar di lambang suci
pada umat umat yang bertahta
dalam keyakinan sekelompok saja
seakan berkoar menanti akhir zaman

Pada panji panji itu
mentakbir sama sama merasa benar sendiri
mengundang huru hara di tanah haram
mengetuk pintu ghaib
bangun dari pertapaan
pertapaan tuhan sang imam agung
imam mahdi.

Imam mahdi datang dengan takbir
menjawab salam orang orang suci
akhir zaman akan bertamu
kencangkan sabuk pengaman dengan religi
bertauhid diri
semoga tak tertipu dengan
kepalsuan panji panji itu.

Bermalam di baitullah
dalam fenomena mimpi yang misteri.

HR RoS
Jakarta.. 09-10-2015. 09,06



DEBU DEBU NIRMALA

Bunga bunga nan indah
bermekaran di kala senja
pada bintang bintang malam
yang bertangkai di ranting cemara
dedaunan yang berbisik
melirik manik lembayung kejora
yang mengintip di balik awan.

Warna warna jingga
kemilaunya pelangi di senja itu
mengharu biru
kepada megahnya nirmala

Nirmala suci
indah tak bernoda
bak salju menumpang rindu
mengembun diatas bunga bunga yang mekar dikala subuh.

Nirmala debu yang membeku
meski kau debu yang berterbangan
melekat di sahara terhina
kau tetap kuas kanvas penyuci jiwa

kau debu nirmala
bermusyafir ke kasta fitrah
penghantar doa doaku ke sudut sukma.

Debu nirmala suci
untuk bertayamum
jejaki sajadah religi.

Nirmala hati
aku akan menumpang ke jalan realiti
di mana aku akan bertengger
rela berpeluh sendu
menganyam kasta kasta nan suci.

Nirmala debu itu
berkoloni di singgasana hati
kala malam berotasi pagi
pagi berotasi senja
menengadah doa ke dalam sukmaku

Pada realiti cinta
berguru kepada story kisah
setianya janji sang kekasih
mengikrar romeo and juliet
hidup dan mati bersama.

Bak arjun memandu pengembara
ikhlasnya bunga dahlia indah
berkawan setia dalam keniscayaan cinta.

HR RoS
Jakarta. 17-2-2016, 09,47



HR RASUNA SAID

Sang pencerah emansipasi wanita
pejuang bangsa melawan penjajah dengan tinta
dari talenta Hawa untuk sebuah anak bangsa
jiwamu terperangkap hiba kepada generasi muda.

Rasuna,
Kau sama seperti kartini
perjuanganmu
yang tak dipahami di bangku study
Perjuanganmu
bergerak di dalam bui.

Sang srikandi dari seberang
kau seperti kartini
habis gelap terbitlah terang
anak ulama yang maju ke medan perang

Rasuna,
Perjuanganmu dari penjara suci
hingga ke penjara penjajah bangsa ini
Kau singsingkan lengan angkat senjata
Kerudung di kepalamu tetap bermahkota halimah.

Aku bangga sebagai pejuang
berasal dari sumatera
adakah rasuna said berikutnya
di tanah ranah bunda
entahlah.

kau Hajjah rangkayo Rasuna Said puteri ulama
yang menorehkan sejarah
untuk kemerdekaan bangsa indonesia.

HR RoS
Jakarta 8-8-2015



MERDEKALAH NEGERIKU

Penjajahan dimuka bumi semakin menjadi
Seperti bom waktu di setiap hari
berdalih kebenaran demi kepentingan
untuk sebuah tujuan dan keserakahan.

Tertumpah darah dengan mesin senjata
yang dirakit oleh para penjajah
dari zaman Belanda hingga teknologi maya

Bendera itu telah dikibarkan
sangsaka di sematkan
sebagai saksi perjuangan.

Kau tunas tunas bangsa
orasi nafas sang fajar itu tunaikan
singsingkan lenganmu
rapatkan barisan
rebut dan isi kemerdekaan.

Penjajahaan di negeri ini setiap hari
dari keserakahan sesama
kemerdekaan itu adalah fitrah
yang harus dijaga walau nyawa taruhannya.

Panji panji yang berkibar di negeri ini
hormatilah,
biarkan ia berkibar sebagai ksatria
demi sebuah kejayaan berbangsa bernegara
untuk negeri Indonesia tercinta.

Merdeka,!!!!

HR RoS
Jakarta 8-8-2015
Puisi persembahan 17 agustus.



HANG TUAH YANG BERTUAH

Pendekar malaya sang laksamana
bertuah bertapa sebagai pandawa
dari gunung ledang
menembus kasta malaka
taklukan punggawa
jawara tanah jawa.

Hang tuah,

sang pendekar pengelana
membawah sejarah malaka
daribperadaban nusantara lama
hingga kini
kau dilupakan begitu saja.

Hang tuah perisai istana
terfitnah cinta oleh sang raja

Hang tuah,
cabaran itu kau balas dengan budi
kau raih mimpi dengan senjata sakti

sumpahmu,
tanah melayu jayalah di muka bumi ini
dari dulu sampai nanti...

HR RoS.



BUYA HAMKA


Putra sang ulama
tokoh sejarah bangsa
dari negeri maninjau yang indah
dipenjara suci tawalib kau melangkah

Buya,
orasi dan dakwah dengan ayat suci
pemikir pentafsir di balik terali

Tengelamnya kapal van der wijck kau gubah
novel yang melegenda ke mancanegara
Karirmu tersandera oleh penguasa
kau ulama pejuang dari sumatera

Kini ku rindumu buya
zaman telah merdeka tapi masih terjajah
tintamu tak lagi berwarna
tongkat yang bertuah tersimpan dimana
Sebagai temanmu tuk melangkah.

Zaman yang telah ke hilangan arah
buya buya kini telah duduk dikursi mewah
dia tak lagi amanah,
jiwa agamanya telah tersandera
oleh cinta dunia.

Buya,
Aku hantar puisi sederhana
sebagai generasi yang setia kepada sejarah

Aku menyapamu dalam doa
berbahagialah buya dalam mihrab illahiah

selamat jalan Buya Hamka.

HR RoS



DETIK DETIK NASKAH ITU

Ini leherku bung aku tidak gentar
bung karno berkoar
suara itu menggelegar
suasana kian genting

para pemuda itu diam
tangannya gemetar
demokrasi bak serangan fajar
darurat tapi optimis

Kala itu ribuan para pemuda pemudi tumpah sebagai pagar betis
untuk sebuah proklamasi

Antara rengasdengklok dan pengangsaan
di istana kecil kakek tionghoa
Sayuti malik menulis naskah
di kursi tua meja sederhana
belakang rumah

Naskah itu dibawah ke jakarta
menjelang fajar
dikawal oleh Nippon dan pemuda
untuk kemerdekaan bangsa Indonesia

Naskah mengandung nilai mistik
akal emosi nurani dan spritual
tersirat makna filsafat religic

Di pengangsaan
tangan cekatan suara santun
teks dibacakan
Jumat jam 10 pagi proklamasi di kumandangkan
sebagai saksi sejarah di bulan ramadhan

MERDEKA,

Pengorbanan dari tetesan darah nyawa harta benda dan segalanya mengusir penjajah
untuk Indonesia merdeka.

Merdeka
bukanlah hadiah Nippon dan Nica
tapi jerih payah perjuangan semua lapisan anak bangsa
mempertahankan tanah ibu pertiwi
dari penjajah negeri ini..

Zaman kini telah berganti ke teknologi
Isilah kemerdekaan itu tanpa korupsi !!!!!!

HR RoS
Jakarta 17-8-2015. 7,15
Dirgahayu ke 70 tahun negeriku



S O E K A R N O

Putera sang fajar menggelegar
lahir di saat letusan gunung kelud menyambar
kau orator yang ke sohor
semangatmu
membakar nyali bangsamu
untuk berkoar
merdeka....!!!!!

Bung karno,
pesanmu dulu
Ku titipkan negeri ini padamu
dari lelah asa meraih kemerdekaan bangsa
kami akan menjaga
dan mempertahankannya.

Bung,
kau penyambung lidah rakyat itu
perjuanganmu bak teriris sembilu
perih dijajah serdadu

The world of Indonesian
Indonesian of java

kakek tua itu berpetuah
semoga indonesia menjadi mercusuar dunia

Bung,
jasamu tak kami lupa
sejengkal tanah adalah darah

bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya

Bung Karno,
kau buluh perindu
memacu semangat
di setiap generasi itu. HR RoS

Jakkarta 14-8-2015, 09:50
puisi ultah kemerdekaan.



SANG VETERAN

Beranda fiksi dengan untaian puisi
sastra bunga bunga senja dikabut mentari
bunga yang telah kuncup
berharap mekarkan kembali
semoga berputik diranting yang tersisih.

Karangan bunga itu
berhias dimakam pejuang
kembang setaman layu dibatu nisan
sang pahlawan
telah gugur dimedan perang
isi kemerdekaan ini
santunilah ia dengan tunjangan.

Bunga bunga senja yang tersisih telah renta
oleh nafas nafas tua yang kian gelisah
ditaman makan pahlawan
kau sang veteran sebagai saksi zaman.

Kini kau berada dalam kesunyian
ku cucur doa doa kemarau di tengah malam
kembang kuncup layu di rerumputan

Terik membakar hari
oleh generasi yang tak lagi peduli

Kau tirani bunga yang berputik
isilah kemerdekaan ini dengan prestasi

Revolusi,
kau zaman zaman yang berkeliaran
di tengah roda roda pemerintahan.

walau seribu tahun ia bersemayam
Ziarahilah mereka yang dilanda kesepian.

Suara2 merdeka itu
menyapa ditiang bendera
kau generasi pelanjut tirani
menangislah di nisan tua
duduk bersila
hadiahkanlah doa doa
berdiri dengan hormat heningkan cipta.

puisi ini menyapa,
bersama karangan bunga indah
dari dunia maya
aku persembahkan untuk pahlawan bangsa
di kala tabur bunga di nisan tua
titipkanlah secercah senyum
untuk mereka.

HR RoS
Jakarta 10-8-2015
Ultah 17-8-1945.



MERDEKALAH NEGERIKU

Penjajahan dimuka bumi semakin menjadi
Seperti bom waktu di setiap hari
berdalih kebenaran demi kepentingan
untuk sebuah tujuan dan keserakahan.

Tertumpah darah dengan mesin senjata
yang dirakit oleh para penjajah
dari zaman Belanda hingga teknologi maya

Bendera itu telah dikibarkan
sangsaka di sematkan
sebagai saksi perjuangan.

Kau tunas tunas bangsa
orasi nafas sang fajar itu tunaikan
singsingkan lenganmu
rapatkan barisan
rebut dan isi kemerdekaan.

Penjajahaan di negeri ini setiap hari
dari keserakahan sesama
kemerdekaan itu adalah fitrah
yang harus dijaga walau nyawa taruhannya.

Panji panji yang berkibar di negeri ini
hormatilah,
biarkan ia berkibar sebagai ksatria
demi sebuah kejayaan berbangsa bernegara
untuk negeri Indonesia tercinta.

Merdeka,!!!!

HR RoS
Jakarta 8-8-2015
Puisi persembahan 17 agustus.



HANG TUAH YANG BERTUAH

Pendekar malaya sang laksamana
bertuah bertapa sebagai pandawa
dari gunung ledang
menembus kasta malaka
taklukan punggawa
jawara tanah jawa.

Hang tuah,

sang pendekar pengelana
membawah sejarah malaka
daribperadaban nusantara lama
hingga kini
kau dilupakan begitu saja.

Hang tuah perisai istana
terfitnah cinta oleh sang raja

Hang tuah,
cabaran itu kau balas dengan budi
kau raih mimpi dengan senjata sakti

sumpahmu,
tanah melayu jayalah di muka bumi ini
dari dulu sampai nanti...

HR RoS.



HANG TUAH YANG BERUNTUNG

Swordsman Malaya Laksamana
bertuah bertapa sebagai pandawa
Dari Gunung Ledang
menembus kasta malaka
taklukan punggawa
jawara tanah jawa.

Hang Tuah,

sang pendekar pengelana
membawah sejarah malaka
daribperadaban nusantara lama
Hingga sekarang
kau dilupakan begitu saja.

Hang tuah shields istana
terfitnah cinta oleh sang raja

Hang Tuah,
Tantangan itu kamu balas dengan budi
kau raih mimpi dengan senjata sakti

sumpahmu,
tanah melayu jayalah di muka bumi ini
dari dulu sampai nanti...

HR RoS.



BUYA HAMKA

Putra sang ulama
tokoh sejarah bangsa
dari negeri maninjau yang indah
dipenjara suci tawalib kau melangkah

Buya,
orasi dan dakwah dengan ayat suci
pemikir pentafsir di balik terali

Tengelamnya kapal van der wijck kau gubah
novel yang melegenda ke mancanegara
Karirmu tersandera oleh penguasa
kau ulama pejuang dari sumatera
Kini ku rindumu buya
zaman telah merdeka tapi masih terjajah
tintamu tak lagi berwarna
tongkat yang bertuah tersimpan dimana
Sebagai temanmu tuk melangkah.
Zaman yang telah ke hilangan arah
buya buya kini telah duduk dikursi mewah
dia tak lagi amanah,
jiwa agamanya telah tersandera
oleh cinta dunia.
Buya,
Aku hantar puisi sederhana
sebagai generasi yang setia kepada sejarah
Aku menyapamu dalam doa
berbahagialah buya dalam mihrab illahiah
selamat jalan Buya Hamka.


HR RoS



ROMUSA ANYAR DAN PANARUKAN


Babad alas demi sebuah napak tilas
dari sang penjajah yang berhati culas
nafas nafas tua muda yang mendesah
diantara hujung cambuk dan senjata

Romusa,
kerja paksa di tangan penjajah
dari anyar sampai panarukan surabaya
untuk mencari rempah rempah
dan akses politik dandels napoleon
Jepang dan belanda.

Anyar panarukan,
riwayatmu kini telah buram
sejarah itu kian kelam oleh zaman
nyaris di lupakan.

Tenaga darah
dan puluhan ribu nyawa di pertaruhkan
hargailah sebuah perjuangan dan pengorbanan itu wahai tuan tuan
untuk mengisi kemerdekaan zaman.

Di moment kemerdekaan ini
tanah pertiwi lestarikan dengan kesuburan
makmurkan generasi kami dengan pendidkan.

aku menitip puisi di senja ini
dengan syair yang optimis pertahankanlah
sebuah kejayaan bangsa
dari tangan penjajah
Berkibarlah merah putih di persada ini
untukmu wahai ibu pertiwi.

Jakarta- 9-8-2015.
puisi dalam persembahan
ulang tahun kemerdekaan 17-8-1945




TERIMA KASIH PAHLAWANKU

Padamu wahai pahlawan
aku mengenangmu
ketika dulu
kau kibarkan panji panji di hujung bambu
kau bersuara lantang
MERDEKA.

Kau terjun ke medan tempur
rafalkan mantera mantera sakti
sebagai perisai diri
bertelanjang dada angkat senjata
orasi takbir penyemangat jihad
maju ke medan juang
dengan otot kawat bertulang besi.

Dari negeri yang bernama nusantara
ketika itu
sang punggawa tetua tanah jawa
menitip pesan
negeri ini jangan sampai lengah
kelak tahta Juliana
melebarkan sayapnya ke nusantara
pertahankan sejengkal tanah ini
dari penjajahan belanda.

Padamu wahai pahlawan
benteng benteng kemerdekaan
ceceran darahmu telah mengering
kering menjadi debu
debu debu itu
pupuk pupuk organik tanah airku.

Kini

Jasa jasamu wahai pahlawan
tinggal kenangan
pusaramu di taman makam itu
merintih sedih tak bersuara

nisan nisan yang berjejeran
di taburi kembang setaman
di sirami embun pagi
nisanmu pahlawan
bak arca merana
bermenung dalam kesedihan.

Pahlawanku,
bukankah negeri ini telah merdeka
tapi kenapa masih terjajah
oleh para bedebah itu....?

Padamu wahai pahlawan
ku titip salam
setulus doa di keharibaan tuhan
semoga kau damai pahlawanku
gugur sebagai jihad

Dikau putera puteri terbaik bangsa
jasamu akan aku kenang selalu
menitip lembaran lembaran kenangan
di beranda sore itu.

HR RoS
Jakarta, 09-11-2015. 17,22
mengenang 10 november hari pahlawan



O P T I M I S

Dalam lamunan
ku hayalkan tentang diri
aku berteriak dalam ruangan
di alam kosong
desahku lirih mencibir bayangan itu
teriakin kebodohanku.

Dalam sadar ku buka fikiran ini
fikirkan tentang jalan hidupku
untuk menerobos onak belukar
kegundahan diri selama ini
gundah dalam bayang bayang ilusi.

Kini ku sadar
memegang teguh jalan hidupku
menjalani realita hidup dari-Nya
nafas nafas optimis ku iringi
mengabdi ke jalan illahi
gapai ridho-Nya.

Canda tawaku selama ini
gelapkan hatiku
dalam kebenaran illahi
aku melalaikan diri
hingga aku pecundang dalam lelah.

Kini ku tatap masa depanku
menutup bayangan kelam
aku menyusun pertanyaan sastra
menulis dalam syair
walau terkurung dalam tanda tanya
di ruang penuh misteri
tetap jawabannya
aku akan menganyam realiti
untuk meraih impian
membentuk kepribadian

Dalam pelita malam
aku bersujud dalam kesunyian
di keremangan kelam
mengadukan kesilapan diri
menghalau kegundahan.

Dalam doa
menengadah mencari cinta-Nya
berharap di cintai-Nya
dan mencintai yang di sampingku juga
mendekap
tanpa melukai kasih sayang dia.

Dalam goresan optimis ini
semoga karya ini tak sia sia
memaknakan cinta
oh diri, mengertilah.............

HR RoS
Jakarta, 20-2-2016, 04,16



DAULAT TUANKU RAJA RAJA SENUSANTARA DARI TINTA MAYA MENYAPA

Hayalku membubung tinggi
jauh kebalik awan senja ini
pada sebuah tahta
di negeri antah berantah
negeri yang di pertuan agung
oleh tirani history.

Pada sebuah amanah
dari rumput rumput di balik tembok istana
indahnya tirai permaisuri berkilau kaca
figura klasik menarik di dinding istana
potret potret tetuah raja tersenyum gagah di bingkai berlukis mewah

Kelambu berpayet manik eksotis
beraroma kesturi
sang permaisuri bersolek
bak bidadari bidadari
dalam bunga mekar dikala senja

Panji panji berkibar di seantero negeri
lambang patriot icon jati diri istana
singgasana melukis aksara sangskerta
pada relief relief kejayaan tempo dulu
lamunan tuanku yang berbudi
melaju ke balik awan
memikirkan nasib hidup rakyatnya
yang kian tersisih.

Sang yang di pertuan agung
daulat tuanku,

rumput rumput taman hati
di beranda istana itu menari indah
seperti kembang mekar yang belum jadi
tak tersentuh si kumbang janti

rumput rumput ilalang meradang
menyambut titis embun
dari sapa telapak kaki sang penguasa
burung burung kenari berkicau elok
iramakan melodi cinta
dalam alunan kesadaran rindu
dari perjamuan tahta tuanku.

Pada negeri seribu budi
memandu indahnya kemesraan teguran sapa surgawi
yang hidup di padang ilalang
gersang selama ini
cucurkanlah rasa cinta buat kami
meski tak kau bawah emas berlian
melekat di tubuhmu tak kau bagi.

Paduka cinta,....
yang kami inginkan kini
senyum mesra dari paduka raja
bertaut menyapa bersama kami
berkelanalah jauh ke beranda marjinal
dari megahnya istana itu.

Dalam diksi melodi syair senja ini
fiksikan hayalku ke istana Johor dan kelantan di malaya sana
aku persembahkan kekagumanku
dalam madah seuntai syair rela
menyapamu dari jakarta
untuk sang mahkota
di mana saja bertahta.

HR RoS
Jakarta. 21-2-2016. 16,55



PERSIMPANGAN DUA HATI

Jalan ini..
persimpangan dua hati
melangkah,
sama sama memegang tongkat ego diri
di pendakian mihrab cinta
yang selalu tertatih

akankah nokhta cinta kandas bersama mimpi..??
entahlah.....

Cabaran cinta melukis minda
jiwa terpasung semakin terluka
cinta ini tak lagi dimaknai
sampai kini aku tak mengerti kesalahan diri

Bercermin diri di kaca retak
wajah ini nampak buruk berserak
bersolek rupa
tak lagi membingkai indah
selera makan tak lagi terasa nikmat

tangis berurai sebak di dada
akankah sejarah ini
akan menjadi sampah yang tak bermakna... uuuuuhhhh.... luka

Bertanya pada mimpi
terjaga lelap di malam buta
masihkah warna hatimu berpelangi
yang senja ini
kian menepi menelan hari

Kini asa cinta itu telah
di hujung tanduk
sebak di hati
menitis luka yang tak berdarah
aku lelah mengais realiti rasa cinta bersama kekasih
tetap jua nokhta cinta itu kan ternoda.

Kasih...
bergurulah kepada semut merah beriring jalan
yang dia bijaksana bergandeng tangan
seiya sekata dalam suka dan duka
beban asa dipikulnya bersama.

Uuuuuhhhh...
untuk apa bersatu
bila satu atap tak serumah berlain rasa
berpayung berdua kehujanan berlain hati

Dalam cabaran malam yang kian kelam
malam itu tak lagi berpurnama
rasa yang semakin lirih tak lagi di maknakan
bianglala di ufuk senja kian memudar
mengertilah dikau kekasih....

akankah aku hidup dijalan yang buntu...??
bias bersama mimpi mimpi.

HR RoS
Jakarta, 16-10-2015, 01,18



AKU KELU DENGAN RASA ITU


Belajar aku memahami diam
diam memendam rasa yang percuma

terlalu jauh garis pantai ini ku lalui
jurang jurang terjal membayangi langkahku
langkahku hentikan
di balik batu karang berpasir putih ini

Sendiri dalam diam
memandangi kesunyian
aku kirim kabarku lewat pelangi pagi ini
semoga kedamaian itu
bersahaja di beranda jiwamu
memahami langkahku..

Ku nyalakan pelita dunia
lewat tinta
sinari pagi menghalau pelangi
semoga kicauan kicauan camar
berbisik menghibur sepi pagi ini

Surya,
kan menyinari alam yang mendung itu
biar kehidupan dunia bersahaja dalam cinta
meski dalam diam aku menuai rasa kecewa

yaaaa,,

Pada suatu masa
siklus pelangi pagi berganti surya
berlalu jauh kedermaga senja

aku masih tetap berdiri disini
sambutlah gita hari
mengiringi simponi hati
meskipun aku tak memandu
ke samudera biru itu.

Tatapan harap tetap terperap
dalam riak yang selalu berarak
cabaran itu tetap ku dekap
untuk
menbuktikan kesejatianku merengkuhmu.

HR RoS
Jakarta, 06-11-2015, 08,23



TAHAJJUD CINTA TANPA DOA

Sajaddah tahajjud terbentang
duduk taffakur
di bawah lindungan ka'bah
aku membawah rindu
jauh ke ruang jiwa.

Sunyi sepi berkawan hening
ku pusarakan warna nafsu
ke dinding kaca
sehinngga lenyap tak bercahaya...

Ku panggil siburung merak
kepakkan sayapnya..
menyusun yaa huu kedalam nafas itu
unang aning unong
ku kumpulkan ke dalam sami'
bhasyir bertamu ke lahayattan qalbu.

Malam malam indah bersama sunyi
tenggelam menyatukan diri
asyik fana ke rasa illahi
misykat misykat cristal
membulir tak tersentuh
bak kejora di tengah purnama
terhampar di padang sahara jiwa.

Khair khair berbisik dalam sami'
khair khair bhasyiran bermusyahadah
tersusun dalam tirai mahabbah cinta
lembut halus melebihi seribu sutera.

Kacahaya menyapa tahajjud
terpanah indahnya kelambu kasih
bahagianya bagi hamba yang selalu bersujud.

dibawah lindungan ka'bah cinta
ada di wajah maujudullah
bersama tongkat alif
menengadah purnama
ada di malam malam indah bersama-Nya

Tahajjud tanpa doa dunia
meneguk dahaga firdaus
membawah cinta tuk sang kekasih
dalam pangkuan
yang tak mau di tinggal pergi.

HR RoS.
Jakarta, 24-2-2016. 16,24



HARAPANKU ITU GAGALKU

Ingat masa kecilku,
tersimpan cerita pahit sebuah kenangan
berselang waktu yang sudah jauh berlalu
menelaah masa masa kecil dulu
ketika dimanja manja orang tua.

Dibalik manja itu,
tersimpan raut resah gelisahku dan kedua orang tuaku.
dalam keterbatasan hidup susah yg selalu menghimpit diri
kala itu, aku canggung berhias tangis
semua gagal dalam hidangan hidupku.

Yah,,, entah mengapa pagi ini
jauh diperantauan disebuah sudut kota
ku luahkan perasaan ini.
aku sekedar mengenang,
telah jauh kutinggalkan sejarah itu.
seribu duka telah berlalu, kini seribu tanggung jawab menghampiriku.

Di kaki ini,, asa yg kuraih
dijalan yg berkerikil dan berduri
tak jua menghadirkan mimpi mimpi indah.
kucoba tuk selalu tersenyum, tapi airmataku selalu berlinang malu.
aku telah melangkah disetiap kota dan berpijak dipulau yang berbeda
berharap meraih asa tuk sebuah cinta dan kepada mereka serta berbagi untuk orang tua
tak jua asa itu merekah...

Aku ingin akhiri perantauan dikota ini
tinggalkan mimipi mimpi itu
Aku ingin untuk bersamanya kembali.
walau yg kubawah dari sana sebuah senyuman durja.
berlalu kini, telah lama kampung halaman itu kutinggalkan.
tak apalah.....
setidaknya aku telah berada di tanah tumpah darahku kembali,
menyulam asa kecil yang tertunda
disana.

Aku mencoba untuk tegar menerima tadkdir illahi
terima kasih tuhan
telah menghadiahkan suratan takdir dalam opera hidup ini.

HR RoS



HARMONI SENJA PADA GARIS KHATULISTIWA

Pada kemilau diatas mega
samudera biru membentang
sejauh mata memandang
alur hulu ke hilir di sela dedaunan
hijaunya pesona alam nusantara.

Aku sibak tatapan itu
jauh ke hujung angan
gemuruh ombak memecah karang
pasir pasir berbisik di bibir pantai
menyapa camar bersiul dalam alunan riak yang mendecak.

Dahsyatnya sebuah keagungan
dalam simphoni harmoni senja
mendekap dalam kearifan alam nusantara di ring road khatulistiwa.

Pada peradaban nusantara,
mimpi mimpi menjelma kedalam tahta
dari magis rimba pertapaan
sang punggawa bertapa untuk sebuah keutuhan kedigdayaan
demi sebuah kejayaan jawara
mengukuhkan sebuah kekuasaan
di titik bathin.
berjayalah sebuah budaya lama
lestarikan peninggalan itu
dalam kearifan indahnya mayapada.

Alam asri museumkan di hati kita
lestarikan kuntum mekar
di bumi kathulistiwa ini
antara melayu Indonesia
Singapura Brunai dan Malaysia.

Selamat sore dari jakarta.

HR RoS
Jakarta, 23-2-2016. 15,30



DETIK DETIK AJAL ITU

Unsur tubuh berselimut cahaya
cahaya yang mengikat
diantara malaikat malaikat yang menjaga
enam puluh tiga malaikat rahasia
rahasia kematian umur rasulullah.

Ketika israil datang memanggil
cahaya itu di tarik di genggam balik
balik ke illahi rabbi

Tubuh pasrah tiada berdaya
bulan sabit memerah di langit bashirah
pergulatan iman di pertaruhkan
dahsyatnya proses kematian

Bidadari bidadari cantik sipenggoda
mengaku dari syurga
membawah secawan madu pelepas dahaga

Cabaran iman maha dahsyat
diantara kematian yang baik ataukah tersesat

detik detik ajal roh tunggal risau
jiwa mendelik ke ranah tauhid
menunggu datang sang utusan khalik
sakit menggigau dan galau

Akankah ajal terfitrah dari kematian ilmunya
terhidayah dengan amal ibadah??

ataukah tersesat tercabut dari akar akarnya
terhempas lara tak tahu meganya istana
iman dungu tak tahu jalan pulangnya.

HR RoS
Jakarta, 4-10-2015, 16-10



BIAS BIAS YANG TERSISA


Bodohnya aku
yang tak memahami bisu
makna rupa tak lagi mampu ku terka.

Menatap ke dada langit
jauhnya nirwana cinta
melukis di kertas basah
tak bertinta
seni akan menjadi bias
cerita jadi bualan belaka.

Ku ketuk dinding telinga
mendengarkan bisikan jiwa
jiwa ini telah paranoid
memilah milah bahasa rasa.

Aku telah berpayah mendaki fikir
berjalan di cabaran hati
menghalau onak duri
membebaskan belenggu dungu.

Kesetiaan itu tak lagi bermakna
cinta terkurung duka
lelah mati suri ke dalam mimpi.

Berdiriku telah lunglai
berjalan sudah gontai
perjalanan ini tak jua usai.

aku yang biasa tegar
kini terjatuh tak berbaju
terhina oleh susunan kata.

pasrah bertelanjang dada
mati terkubur ke pusara mimpi
sunyi ke belantara diri.

meski mindaku buruk rupa
setiaku tak kan pernah sirna
walau berakhir hidupku ke hujung nyawa
ikrarku tetap setia.

HR RoS
Jakarta, 19-10-2015. 18,15



OBSESI YANG KETINGGALAN KERETA

Aku selalu menatap kertas kertas kosong
yang belum tergores
halamannya yang masih bening
belum ternoda oleh korupsi luah hati.

Pijar pijar hati,
menengadah rasa keambang senja diri
adakah pelita bianglala tak semu di senja ini..?

Debar debar cinta menari di ufuk pagi
lentera surya menyinari kisi kisi pelangi
lembayungkan warna di telaga hati

aku mengejar impian jati diri
dengan madah tinta yang tak formal

Uuuuuhhhh....
kereta itu telah jauh berlalu
melaju bersama orang orang yang bersahaja
aku termangu di tinggal kereta itu
terdampar bermenung di bantalan relnya saja.

Aku melirik asyik ke cerobong atap
koloni asap silih berganti membubung tinggi
jalan yang telah berkabut
menutupi tatapan masa depan dijalan itu.

Kini,
aku menunggu kereta berikutnya
semoga saja ia melaju
lewati stasiun pemberhentian itu.

berharap dengan sarat penumpang yang telah bergantungan
masihkah aku di terima oleh sipir
jadi penumpang yang tak resmi...?

Kereta yang lalu
telah jauh meninggalkanku

kereta kedua berkemudi mimpi
tetap ku tunggu
aku setia menanti
meski ku ketinggalan kereta di pagi itu.

HR RoS
Jakarta, 20-10-2015, 10,25



PENGEMBARAANKU TERSESAT

Lorong waktu ku tempuh
pada jejak jejak nafas itu
langkahku kaku
rafalan mantera terbalik
dengan aksara yang terlupa

Mencoba menghening cipta
meng eja yang terlupa
Qulhu balik ya balikha fineda iya
aku mengejar kesaktian mandraguna
pada ayat ayat tuhan
demi mengusir setan.

Tafakhur hening dalam fanaku
pada ego terpukaunya kepada warna
ku lipat cinta ku buang makna
ku dekap prabu prabu nafsu
bertahta di anadzir tubuh
antara lawwamah supiyah amarah mutmainah
berkoloni menjadi diri yang terperi
aku perintahkan menembus gelap
aku ikuti,
pengembaraanku tersesat.

Mencoba berbalik arah
ku rafalkan kembali
asma pembuka arasy
makrifatku terarah

Ternyata semua itu
godaan perjalanan religiku
pada lembaran lembaran bathin
yang terkunci.

HR RoS
Jakarta, 26-2-2016. 16,16
‪dalam ejaan godaan



CUT NYAK DIEN


Kau bak kembang wijaya kusuma
tumbuh mekar di hujung sumatera
perisai ibu pertiwi dari imperialis
sang darah biru dari lampadang
berjuang dengan rencong
bergerliya menembus hutan belantara
bersama suami tercinta memimpin pasukan melawan penjajah.

Cut nyak dien,

tanah pertiwi kala dulu mewangi
harum semerbak ke benua eropa
cut nyak dien,
kau pertahankan sejengkal tanah
dari penjajah
darah darah jihad berserakan
telah berguguran di medan perang
cut nyak dien,
kau masih mampu merangkak
padahal matamu telah buta
tulangmu telah rapuh
semangat juangmu tetap berkobar
memimpin pasukan ke medan tempur
Cut nyak dien,
desahan peluh mencucur haus dan lapar tak kau hiraukan
pada lembaran zaman
aku menitip pesan ke nisan
dikaki gunung puyuh
telah merdeka negeri ini
sejengkal tanah itu
tubuh yang ternanam satu abad lebih
diam dalam misteri sedih.

Cut nyak dien
ibu sang perbu...
negeri ini masih terjajah oleh kolonial dari putera putri bangsa sendiri
wahai isteri teuku
dalam syair sederhana ini
aku rindumu oh pahlawan negeriku.

antara lampadang dan sumedang
1848 - 1908 rentang waktu itu
pejuang pelaku sejarah yang telah berlalu, mati satu tumbuh seribu
tapi tak semulia cut nyak dien itu.

HR RoS
Jakarta, 27-2-2016. 22,27



LA TANZA DIRI

Tertunduk daku dalam lamunan
membingkai sepi sebait puisi
melintasi cakrawala hati
dalam tanjakan iman
mengukir aksara kata sebaris jalan
jalan jalan tuhan yang di ridhoi.

Pada sebuah janji
yang pernah terikrar
dalam pergulatan arena kekasih
menyulam lembaran cinta
tersusun sudah

kini,
ikrarku ternoda
ke dalam kasta terendah
lemahnya haluan hidupku
menuai asa dalam gita cita
menatap mentari.

La tanza diri,
kan ku dekap jiwa ini ke dalam doa

oh, misteri azali illahi..??
tampakkanlah wajah wajah indah itu
yang realiti dalam firdaus kasih
seperti nohktah cinta
antara romy dan juli.

HR RoS
Jakarta, 9-2-2016. 13,15.



SAYEMBARA DI NEGERI MUTIARA HITAM


Sumber daya alam yang perawan
kini terkoyak oleh manusia manusia syetan

Sosok yang berwibawa patriotik
berlagak perisai anak negeri
aaaahhh... padahal
tak lebih dari serigala malam pemangsa anak anak ayam.

Berpuluh tahun tanah mutiara hitam dkeruk
kolonial kapitalis berkoloni dengan kolonial sekelompok anak negeri.

Keuntungan perusahan bak siluman malam di perebutkan
nasib bumi mutiara hitam tak di hiraukan
di perkosa bak perawan jalanan
seperti serigala serigala yang kelaparan
lebih lapar dari keroncongan anak negeri mutiara hitam itu sendiri.

buminya itu sudah terkoyak
kedokmu sebagai serigala pemangsa sudah terkuak
malu, kau lempar batu sembunyikan tanganmu
senjata bak makan tuan
bola panas kan bergulir ke sasaran.

Thomas Horbbes pernah berkata
homo homini lupus
manusia adalah serigala bagi manusia yang lainnya
itu terbukti.

Sang patriotik itu kini
jadi pecundang
seakan merasa tak bersalah
bergeleriya pasang kuda kuda untuk membela marwah
padahal sudah jelas serakah
papa berebut minta saham..

uuuhhh...memalukan.

Mutiara dunia,
kau membuat yang beriman lemah
mutiara dunia,
kau membuat yang sudah makan kelaparan.

Bung,
anak negeri ini sudah busung lapar bung
kau juga ikut jadi busung laparkah..?

ooh, no.

Amanah suci di pundakmu
tunaikanlah...!
lenyapkan hipokrit diri
berjubah di safarimu.

HR RoS
Jakarta, 8-12-2015. 00,55



NEGERI DAGELAN DI PENTAS DEMOKRASI


Orasi janji janji dagelan mimpi
merasa dirinya
para putera puteri terbaik bangsa
pembawah risalah tirani kejayaan sang tetuah
padahal monster monster pemakan darah.

Kereta api melaju tanpa hambatan
cerobong asap membubung tinggi jauh ke balik awan
asap lenyap seakan tak berpolusi.

rel itu telah lurus
sistem sudah maksimal
tapi kenapa sang masinis kereta seakan dungu di kursi goyang
seperti tak tahu rambu rambu
kereta bangsa ini kan anjlok
menghantam kelangsungan
kehidupan rakyatnya.

kehidupan rakyatnya kini
sudah lelah, lapar, gundah
di hantui ketakutan masa depan.

Lihatlah di sudut sudut kampung itu
derita telah berurai sebak duka
tak tertengok sedikit jua oleh masinis kereta bangsa
hasil keringatnya
yang tak berharga nilai jual lagi.

mereka bertahan dengan cara alami tak korupsi.

Masa berganti
semusim telah terlewati.

kuda sembrani berlari kencang
arungi perjalanan malam
mencari padang bulan di tengah kelam....
sijoki asyik melirik mendengarkan jangkrik bernyanyi
di keramaian malam
simponi nada luka tak di hiraukan.
hingga sijoki tertanya dalam lelah kebingungan,
lembah apa ini..?
damai tapi gersang.

tanahnya subur
benih di tanam tapi kenapa benih itu subur berputik berbuah ranum hasilnya tak melepaskan dahaga?

Orasi janjimu dulu
wahai para bedebah
kini kau berpesta pora
mmmm...
tetap janjimu itu bak manusia setengah dewa.

orasimu memukau sukmaku
hingga ku percaya
kami sokong engkau ketempat terpuji.

Uuuhhhh....
tetap saja kalau sudah berjaya
manusia yang setengah dewa itu kongkalingkong berebut jatah papa berebut saham.

negeri kami berkenduri dagelan pesta demokrasi semusim telah berjalan
bedebah itu semakin euoporia dengan jamuan mewah
simiskin tetap saja susah.

Tiang tiang pancang berdarah
di tiang tiang bendera
oleh para pahlawan itu
masih segar dalam sejarah

menangis jiwa para pejuang
di nisan tua
mengenang nasib bangsa
ketika terjajah kolonial

kini..
kolonial itu
adalah putera puteri bangsanya sendiri
tanah bunda di tangan para bedebah....... semakin menggila.

HR RoS
Jakarta, 7-12-2015. 10,38



FIGURA RINDU SENJA


Relief relief tinta
melukis megah
sastra senja
memadah rasa

Teruntuk yang merindu
berpacu kian melaju
membuncahnya irama kasih
dalam kidung seruling bambu

Dikala senja kian menepi
senandungkan warna
menatap pelangi
pelangi melingkari iklim

reliefkan misteri
diantara mendung dan cahaya

Stalaktit stalakmit
seakan menari bersolek
di dalam goa bersama bidadari

pancaran cahaya senja
menggugah jiwa
persembahan kearifan
alam yang sempurna

Melirik nan cantik
dalam figura kaca
lamunan terantuk lirik
seakan figura itu
kekasih yang di rindu

rindu akan kekasih itu.

HR RoS
Jakarta, 22-11-2015, 17,50ï



ASA YANG KIAN REDUP


--Pesona senja
perlahan redup
redup menikam kelam

pelita diri
kian temaram

Asa berangsur pergi
perlahan padam
di hempas cabaran kehidupan

Aku serasa
telah mengurung diri
bersama
angan

Oh tuhan,

pintaku..??
kali ini,
jangan ambil nyawaku
sebelum tobat ini ku lakukan

Izinkan hamba merengkuh cinta
di malam malam indah
bersama diri

beradu
dalam lenanya kekasih

Engkaulah kekasih itu ya illahi..

HR RoS.



CINDAI NAN ELOK
Romy Sastra


burung jelantik cantik bercicit riang
berenang di atas cawan dalam sangkar tuan
cindai-cindai nan elok berselendang manis
jemari lentik tarikan sapin melayu
melengok bagai bidadari menyulam rindu

kenduri bertilam benang emas
pelaminan eksotis
dihiasi kembang idaman
beradu pandang bersama tuan
asyik mengusik bergoyang-goyang

tudung songket lengket di jemari
melingkari panggul-panggul penari
rentak panggung berputar melingkar
berjoget riang berdendang-dendang
seakan mabuk-mabuk kepayang
penari terjungkal penonton riang
penari berdiri kembali semua senang
dalam alunan lagu
kenduri satu malam
pengantin di ranjang pelaminan
bagai bidadari memadu kasih
dalam semusim purnama
seperti dunia milik berdua

cindai kain sutra
dipakai tarian kenduri budaya lama
berpadu satu lagu
menjaga kejayaan sebimbing tangann sejiran
berjaya sebagai seniman
sebuah peradaban yang dibanggakan

satu hati
satu jiwa
satu rasa
bersatu kearifan melayu
ya, seirama dalam lagu
bermadah-madah cinta
menjaga kesenian sepanjang masa

HR RoS
Jakarta, 61118

Tidak ada komentar:

Posting Komentar