UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 31 Juli 2020

Kumpulan Puisi Eko Windarto - ZIARAH SUNYI




DALAM PERJALANAN

di bukit-bukit menuju Cisanti dan gunung Giri
kutemukan zikir semesta mengobati hati

daun-daun dan bunga-bunga liar saling mengisi naluri
memperlihatkan kebenaran abadi tanpa tertandingi

sedang para pengembara tidak semuanya mengerti arti bahasa Illahi
sebelum bersuci dan mencuci diri di danau Cisanti paling hakiki

2
ketika gunung Giri dan danau Cisanti mengerling
aku diam dalam perjalanan hening

Sekarputih, 2272019



KUBAKAR LILIN DI HATI

sebelum kutemukan kandungan ilmu dalam diriku
kubakar lilin di hatiku

Bali, 2272020



ZIARAH SUNYI


kubayangkan matamu seperti lampu-lampu redup cafe-cafe di atas bukit Songgoriti
gigil malam mulai turun menerjemahkan karaoke hati
pucuk-pucuk pinus bertanya pada denyut nadi
tentang ziarah sunyi di perut bumi

ketika keheningan hatiku mengenang bangkai puisi sepi
dan, hutan pinus yang habis ditebangi
daun-daun dan ranting-rantingnya menjadi rabuk di sini

Bali, 2172020



Catatan perjalanan ke puncak gunung Pangalengan yang sekarang banyak digunakan orang-orang berwisata.
DI PUNCAK GUNUNG GIRI PANGALENGAN

di puncak gunung giri Pangalengan ini,
kebun teh yang sunyi dari kesedihan hati
menggetarkan rasa, membukukan keindahan silih berganti

dari wangi segelas kopi
aku belajar mengeja hati
sementara hamparan daun-daun hijau
menggosok hati para pendaki rasa

ruang gagas dan alam semesta
selalu mengajak bercengkrama
saling mengisi dan berbagi cinta
tanpa beban apa-apa

lalu, apa lagi yang kau dustakan di dunia
ketika buku-buku doa bercahaya
di dalam hatimu yang terjerat luka
tanpa mau berusaha mengali dan mengenali aksara

Perjalanan pulang, ,12219



MEREKAM PERJALANAN BERSAMA PROF. Erry Amanda


saat mengitari bukit bunga dan kebun teh yang bersaf-saf seperti tangga di rumahku
kugamit jejak-jejak kecil memandang jalan terjal berliku menuju-Mu

sambil memotret kehidupan bunga teleng berwarna ungu
aku ciumi hakikat cinta bersamamu
hingga baris-baris puisi menjadi rumah rindu

kau dan aku telah membaca bahasa dan berbuah kata yang bermakna di kebun teh itu
sambil melenggang bersama menembangkan pucuk-pucuk wangi menghidu aroma-Mu

dan ketika aku menangkap muara kasih di danau Cisanti
sebagai kedalam makna mencinta dalam nyanyian hati
aku belajar mengeja isyarat kematianku sendiri

Sekarputih, 1772019



KEPADA IBU

di sini, di tepi kali yang deras dan jernih sekali
Kau tinggal berkawan sepi

Saat bulan merangkak lembut melintasi pohon randu
Kau istirah di bawah awan putihmu

Sebagai karib, mengapa kau berjalan sendiri
Membuat hatimu berembun menetesi ranjang jiwaku

Biarkan aku mengikat antara perbatasan sunyi dan rindu
Hingga waktu tak terpisah dariku

Bali, 2572020



PANCURAN BELIK TANJUNG


gemericik air pancuran seperti detak nadi menjelang senja
di balik lubuk hati kata-kata semakin tua
menuju sepi yang disimpan semesta

kata-kata mengendap dalam detakku
melahirkan bahasa baru merayapi tebing-tebing puisimu
dalam menara senyapku

sejenak aku melihat waktu bukan lagi filsafat puisi
waktu telah berubah menjadi sungai kalimat tak bertepi
saat aku luput membaca bahasamu dalam hati

Batu, 2572018



APA YANG BISA KAU TULIS

Apa yang bisa kau tulis bila melihat anak-anak waktu dikarantina teknologi
Sedang kuota tak terbeli

Apa yang bisa kau baca
Kala dunia pendidikan tersandera corona

Anak-anak rindu bertemu
Menunggu musim berlalu

Mimpi-mimpi mereka tak kunjung usai menuai badai
Dalam penantian esok hari

Apa yang bisa kau tulis
Sebelum aku menangis dalam gerimis?

Bali, 2372020



Ikut berduka cita atas meninggalnya sastrawan Ajip Rosidi. Semoga ditempatkan di sisi-Nya. Amin
KEPADA Ajip Rosidi

malam ini, duka kembali menghujam hati
seorang yang bermula dari kata, kembali

meski kata-kata tak pernah mati
Engkau tetap akan menemui jalan pulang kembali

lantaran malam terkejut oleh gema puisi yang ditinggal kekasihnya
aku menjelma titik dalam doa paling sepi di cakrawala

walau kita belum sempat bertemu
gemerincing kaki rindu mengiringi puisimu mendekam dalam kalbu

setiap membaca karya-karya mu

sepi mengibarkan upacara dan merawat mimpiku
doaku yang tumbuh di ranjang purnama
menyelipkan cahaya di kening hatimu yang penuh pesona

kepada Ajip Rosidi
kukirim sajak cinta sebagai tanda perjalanan sunyi

Bali, 2972020



MEMOLES ALIF LAM MIM


kata-kata merupakan hakikat dan pribadiku
jauh di balik bahasa jiwa, ketenangan selalu berhubungan dengan ruhku
suara tak bisa menyembunyikan apa yang disimpan hatiku
hingga setiap mencapai kesunyian, jiwa muthmainnah menghampiriku
memoles alif lam mim ku

Bali, 582020



DESAH RINDU

bila suaramu saja mampu membuat hatiku resah
ingin melompat mendatangi dimana keberadaannya
bagaimana jika kedua mata memandangi sebuah wajah
yang selalu berdetak dalam jiwa, pasti kelopak mata tak bisa berpindah

bila harum aroma tubuhmu saja serasa candu memabukkan jiwa
bagaimana mungkin pelukanmu tak mampu membuatku lenyap sirna
engkaulah intan permata yang selalu memancarkan cahaya
membuat bunga bunga selalu bermekaran dipekarangan hasrat jiwa

ah bagaimana rasa ini mengapa tak bisa diajak berpindah
berlari ke sana-kemari akhirnya berpulang kembali ke sebuah wajah
sungguh belaian lembut yang pernah mengairi sebuah telaga
tak pernah kering sampai beribu musim yang selalu berubah

sebenarnya puisi ini sudah terbakar waktu dan sirna
mengapa abunya masih membentuk aksara rindu melimpah ruah
harumnya tak pernah musnah meski jadi angin tak terlihat mata
kulit bergetar hebat tak sanggup menahan kehadirannya

jiwaku menari mengikuti indahnya cahaya di atas cahaya
tergenggam senyuman yang terlanjur melekat dalam jiwa
dan air matamu yang menetes begitu saja dari lelehan rasa
membuat hatiku terhujam belati dan tak ada yang sanggup mencabutnya

ah. . . biarlah desah rindu kutitipkan pada daun daun hijau muda
agar geloranya abadi sampai ke ranting-ranting pohon surga
dinikmati bidadari dan bidadara kala bercanda ria
agar terlena dan selalu meniupkan serulingnya

"tentang tembang kisah kasih kita"

Bali, 682020



SENJA

tergerus putaran waktu
senja mengeja rindu
menanti giliran kembali

Bali, 682020



SUARA RAKYAT


rakyat tak bisa berbuat apa-apa
kepedihan demi kepedihan hanya dianggap simbol duka
para wakil kita tak lagi bisa mendengar suara sastra
kata-kata hanya dibuat permainan saja
seperti bahasa disimpan di lemari tua
hingga lapuk dan hancur dimakan usia

rakyat tak bisa berbuat apa-apa lagi
harapan demi harapan melahirkan desah dan nyeri
iri dengki menjadi penyakit tak bisa dibendung lagi
para pegawai sibuk mencari pajak sana sini
untuk melunasi perutnya sendiri
di antara anak-anak matahari menjerit tertimpa mimpi

ah, jadi warga negara sendiri
masih dipinggirkan oleh nasib sendiri
hidup di tanah ibu bagai hidup di tempat pengungsi

ditengah korupsi merajalela dan berlari kencang sekali
hidup seperti mengejar mimpi tak pasti

ironis sekali!

Bali, 1082020



INDONESIA

Demokrasi
Berjalan
Di tempat
Wajahmu
Wajahku
Membuka pintu

BALI, 1882020

EKO WINDARTO



Tidak ada komentar:

Posting Komentar