Abdul Khaer adalah seorang teller di sebuah bank milik pemerintah. Sudah 2 tahun ia bertugas menjadi teller. Sikapnya yang ramah dan murah senyum membuat banyak nasabah ingin mengambil antrian di konter miliknya.
Belakangan, ia dipindah oleh kepala cabang ke bagian kliring. Di posnya yang baru, Abdul Khaer malah memperoleh banyak kenalan dari kalangan korporat. Seperti sebuah hal yang lumrah, setiap kali Abdul Khaer membantu nasabahnya mengkliring sebuah cek, maka secara otomatis, mereka memberi uang ‘tips’ kepadanya.
Pada awalnya, Abdul Khaer selalu menolak. Namun, karena para nasabah selalu berkeras untuk memberi, apalagi atasannya pernah sekali menegurnya dengan keras atas ‘sikapnya’ tadi, maka uang tips dari para nasabah pun ia terima. Meski ia terima secara lahir, namun batinnya selalu menolak. Ia beranggapan bahwa ini bukanlah haknya. Semua uang tips yang ia terima, disimpannya atau diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Tidak pernah uang-uang tersebut ia bawa pulang untuk dimakan oleh keluarganya di rumah.
Abdul Khaer sejak ditempatkan diposnya yang baru senantiasa gelisah. Ia selalu berdoa kepada Allah untuk diberi petunjuk kebenaran. Meminta agar ditempatkan pada posisi yang layak. Di lingkungan yang baik, serta diberi nafkah yang halal dan barakah. Doa itu selalu ia baca berulang-ulang dalam setiap shalatnya.
Suatu saat Abdul Khaer menghadiri shalat Jum’at di sebuah masjid dekat kantornya. Saat itu ia mendengar khatib menyampaikan khutbahnya. Abdul Khaer mengikuti setiap pembicaraan khatib dengan seksama. Rupanya, tema yang dibicarakan khatib telah menyita perhatiannya. Hingga saat sang khatib menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Saw. dengan suara lantang, “Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah yang pantas untuknya.”
Suara khatib Jum’at masih mengiang di kepalanya. Sejenak Abdul Khaer menatap wajah khatib yang sedang berkhutbah. Ia dapati wajah yang tegas namun ikhlas menyampaikan ajaran agama. Abdul Khaer mengerti ini merupakan pesan Tuhan yang ditujukan kepadanya.
Sejurus kemudian Abdul Khaer menundukkan kepala. Ia tafakkur menghitung dosa. Satu per satu wajah istri dan anak-anaknya hadir dihadapan. Abdul Khaer begitu takut bila mereka yang ia cintai masuk neraka Allah Swt sebab ulahnya. Ya, sebab ia menerima uang haram yang bukan haknya!
Tak kuasa menanggung perasaan dosa yang begitu besar, tangis Abdul Khaer pun meledak. Dalam keheningan khutbah Jum’at, di mana tak satupun orang berbicara selain khatib, sesenggukan Abdul Khaer terdengar begitu nyata.
Usai shalat Jum’at dua rakaat, sang Khatib menghampirinya. Usai berkenalan, khatib bertanya kepada Abdul Khaer atas apa yang membuatnya menangis. Ia pun menceritakan hubungan pekerjaannya dengan apa yang diceramahkan sang khatib. Abdul Khaer tak lupa meminta petunjuk dari sang khatib.
Tak banyak yang disampaikan oleh khatib. Beliau mengutip sebuah hadits Nabi Saw. untuk pegangan hidup Abdul Khaer.
“Tinggalkan perkara yang membuatmu ragu kepada hal yang tidak membuatmu ragu!” (HR Tirmidzi)
Abdul Khaer memahami pesan khatib itu, dan seminggu kemudian ia menyatakan undur diri dari bank pemenintah tempat ia bekerja.
Kejadian itu terjadi pada tahun 1975, usai itu ia bekerja di perusahaan mertuanya dalam bidang ekspedisi laut. Hanya dalam tempo 1 tahun, ia sudah dipercaya untuk memimpin perusahaan. Di tahun 1983, Abdul Khaer sudah mampu mengoperasikan 7 kapal laut, dan 3 di antaranya adalah miliknya sendiri. Subhanallah, Allah berkenan melimpahkan rezeki yang berkah kepadanya hanya dalam tempo singkat. Dan pada tahun yang sama, Abdul Khaer dan istrinya memenuhi panggilan Allah untuk berhaji ke rumah-Nya. Subhanallah wallahu akbar walillahil hamd!
Sahabat, begitulah Allah SWT, begitu mudahnya kita bertanya, begitu mudah pula DIA kasih jawaban, jadi jika kita berada dalam sebuah ‘ KERAGUAN HUKUM’ bisa tanya langsung kepada SANG PEMBUAT HUKUM di Alam Semesta ini, Dialah Allah yang akan memberikan jawabannya dengan CARANYA.
Ya… segalanya akan MUDAH ketika kita sudah sampai pada KEPATUHAN dan KEPASRAHAN hanya kepada Allah SWT, karena bersamaNYA tidak ada yang mustahil yang dapat kita raih.
MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH
Kiriman : Ukhti Nisa
Oleh : Rumah Yatim Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar