Hei gadis malam kapan kau pulang
Diantara lelaki gilang
Tunggu saja sayang, lembut menyentuh bibirku," kau bilang kita berpetualang didunia yang hilang
Hei gadis malam, terlanjur telanjang
Aku masih lajang, tapi jangan melarang, aku tak akan pernah bilang
Bahwa kita sama sama jalang
Hei gadis malam, terbanglah bagai elang, apa kau akan hinggap pada rambut lelaki hidung belang?
Hei gadis malam, mari kita bersulang
BAGAI RANTING
Oleh : dion anak zaman
oo...... dikau tangkai tangkai
berdaunlah walau kuncup
petuah adat mulai resah
menanti-----buah kelahiran
kencana masa depan yang dibimbing
oleh situasi yang dipaksakan
duhai dikau mata kenapa kembali ungu
kulihat sekcang warna! rabun, atau aku mulai berpeyakitan?
satu anak manusia yang dulu berakar sama sama
mulai pergi dan memisahkan diri dari kelemahannya yang berlebihan
dia masih mabuk sampai saat ini
untung kupunya serambut
toh juga lebih seperti biasa
saat ranting ranting butuh kuncup daun
aku terberaki oleh burung burung cudas yang bunyinya cempreng
bujuklah bunga
jangan membiarkan berkesah
bertemanlah dengan tangkai tangkai langit
kepada selaput mata mata picis yang malu malu
atau penari istana yang berias bagai pujaan mata
berbagilah
berbhagailah
jangan seadanya memotong teriakan teriakan
sebab disana ada nyanyian dan sajak ranting ranting yang retak
dan menusuk telapak kakimu yang angkuh
atau tanganmu yang dipukuli bekas ranting ranting yang patah
sambil membakarnya jadi arang, biar bekas pekat hitam
sisa Ranting yang ditumbuhi daun daun sepi
bertepuklah sebatas ditelapak
jangan menghardik kedustaan
setengteng petengteng kau bawa pergi
dari hulu kehilir
muaranya kita sama
ditepian pantai
menjadi buih
ranting basah
terbawa keperahu
sebentar lagi daun terburai kering
sebutkan dimana ada air setengteng
biar ranting berbagi daun
SEBELUM MAKAMKU DI NAMAI
Oleh : dion anak zaman
ada banyak orang orang menemuiku dan menemaniku
ada banyak pasang mata mengintipku, atau perlahan mengajakku
aku bilang aku disini saja, disana terlalu ramai dan gaduh! atau ajaklah yang lain saja, sementara aku habiskan kutuliskan perantara orang orang yang membuat dunia makin miring kearah barat. atau keseletan.! pergilah.
seseorang datang lagi menjengukku saat aku demam. aku bangkit dan seolah olah tegar, selepas dia pergi, aku tak mampu bertahan lagi pada panas dan dingin yang membuatku takut.
aku pernah jatuh Cinta yang luar biasa menurutku, tidak sama dengan mereka, hanya menggeregai atau melengkapi ksepeiannya, justru terbalik! mereka belum lengkap menyiapkan untuk hal hal, yang dinamakan konsekuensi. aku Belajar lagi, aku pamit, kepada kerumunan, dan mencoba membuka kembali krtiteria dunia dan manusia yang mampu menopang kenduri yang kini mulai membosankan sebab bunga diatas, serta bagian bawahnya ditumbuhi lumut lumut yang warnanya itu itu saja. aku menyuruh orang untuk melepaskan dekapan lumut yang setia! dan aku mulai sering sering panik. saat dering telepon atau distatus jejaring sosial itu, berbunyi dengan penanda lain. kulihati satu satu, atau membaca bagian kalimat kalimatnya,menjaga kembali ritme gejolak amarahku. dan kembali belajar lagi.
pernah suatau hari aku beranjak katas lereng bukit terjal, aku melihat gumpalan awan, sepotong hitam pekat, banyak lendir lendir kusaksikan berserakan disisi lereng, dan perjalananku kesana, yang sebagian ber aspal, kutemui lembaran lembaran kwitansi kosong, dan cek milliayaran rupiah, tertanda nama nama mereka yang mulai di hiasi namanya dihalaman koran dan media telvisi. serta sepatu berwarna pin sisa satu bagian kanannya,,aku tahu itu sepatu dari perempuan yang tertulis namanya disudut kwitansi dan cek yang jumlahnya menggiurkan. aku melangkah beberapa kaki. aku menemui sepotog penis, dan sebuah kondom, berjarak tak jauh tempatku, menemukan serbuk,serta alamat dan nomor Rumah. ku lalui begitu saja, aku mulai tak mampu mengatur langkah,sementara diujung sana kekasihku menungguiku diujung bukit Cinta kami namakan. aku berbisik, dan mulai terbatah,,aku harus belajar,aku ahrus belajar lagi, lagi dan lagi. Tuhan selamatkanlah perjalanan kebahgaiaanku kali ini. menuju CintaMu. seratus meter berikutnya, aku menemukan lagi dan kali ini, lembaran lembaran Puisi tak bernama. ada air mata, hurufnya dituliskan dengan tulisan tangan tinta cair Hero, merk tempo doloe, serta satu goresan luka di antara dukanya. aku menangis, aku meringkih, aku mulai lupa bahwa:
"Teramat sumirlah kehidupan, jejak jejak kemuliaan itu, diterkam oleh hanya dengan golongan golongan tertentu,
Tuhan" kali ini aku mengajak Tuhan berdiskusi, aku mulai marah, aku tak lagi mengingat dimana jalan menembus batas batas ketempat kekasih, dan saat itu juga aku saksikan orang orang mendatangiku, menemuiku, aku beranjak, mencoba tegar bangkit,! aku merasakan keletihan yang amat luar biasa, aku tak mampu,! aku meminta sesorang, namun mereka menggeleng, dan saat aku mulai mencoba mengatur nafas, dan menghimpun kekuatanku. aku melawan kelemahan, dan kecengenganku. namun mereka berpaling, dan berjalan di antara semak semak kering. aku mengikutinya, namun tak kutemui jejaknya. aku berjalan menyeret langkahku. tubuhku bertanah, sebab aku tanpa sadar terhempas dibumi, dengan keras. disana awan mulai bersatu, kekasih belum juga kutemui, sebab penglihatanku kabur oleh kabut yang turun begitu cepat.! aku kelelahan, dan pandanganku mulai gelap, aku jatuh tersungkur kembali. diantara orang orang yang pernaha dan sebelum makamku dinamakan.
TAFAKUR
(setangkai nestapa kefukuran manusia)
Oleh : dion anak zaman
terlalu masuk kerongga rongga tak bernilai
sejak mentaati satu sistim berlaku secara sederhana. menumbuk padi diladang tandus bercahaya sembap air mata ibu
terlalu dini menyatakan dosa, atau mengingkan jatah Tuhan untuk surga serta rezki berlipat, dinamainya Doa bait pengurai kegelisahan dunia
anak sungai mengalir ada bayang dangkal bulan.
sebilah pedang petani menggorek dan menebas batang padi, kering di tenggelamkan kemarau yang dan musim yang tak bertanda
menaruh sesajen penghuni bumi dan metafisik dimainkan, dunia tenggelam, anak kodok berhenti melompat, keong mengumpat dikaki kaki rumput. tubuh lintah merubah warna menjadi pekat kecokelatan. Hama makin buas melumeri batang dan buah padi menajdi makanan burung burung keriput, pada sayap sayapnya yang terhalau angin.
penghuni Bumi terdiam sejuta air mata kekosongan jiwa lalu merubah keyakinanya. Naluri manusia!.
matanya nanar menatap pohon sebatang
kenecingnya mulai berdiri dicelah semak. antara percaya dan berkeyakinan. Tuhan diperdaya sekalipun. Para malaikat terhenti dibalik awan, dan kaki kaki langit,setandan buah anggur dari surga titipan Tuhan. apakah malaikat punya air mata? lalu kenapa dia menyeka diantara matanya yang berlinang, Hamba Tuhan yang serakah. Tahun berharap pemujaan, sebulan mengintip Tuhan dicelah jendela masjid. lalu menceritakan Tuhan adil, atau mengasihi, selaput matanya kembali diam diantara sayap sayapnya, menemui Tuhan kembali dengan sepi diraut wajahnya. diablikarsy Tuhan menyeru kepada kekuatanNya, meletakkan sungai sungai, dan alur alur bumi menjadi kembali seperti semula. bagai padang savana anggun menyejukkan. mereka bersorak, lalu mencari kembali sesajen, buah kepercayaan yang dimustahilkan.
MAKAN SIRIH
Oleh : Dion Anak Zaman
suara yang lirih
hatinya perih, dan berkemih diantara susunan huruf dan angka semburat
sengau, sekat awan putih
melati dipusara itu lagi.
berhentilah mengunyah sirih
kepada hati yang putih
tiadalah sebanyak titik hujan yang terburai
seperti air mata kekasih
makanlah sirih setelah matahari menawan kias bulan yang muncul sore hari
sekunyah dan sepetak harapan, bagai sirih di muntahkan. kembali matanya terkemih
tiadalah kisah yang kelasik bersamamu,,kunamakan kau sejak dulu kekasih
dengan menyertakan Tuhan sang pengasih
atau biarkan kemudian sirih berganti melati
tat kala kematian jiwa yang terbunuh oleh anak anak panah yang tertancap selama matahari bermunculan dan berakhir dibukit cemara yang pasih
antara Tuhan dan aku
sebetah anggrek yang putih
semerbak mawar kutitipkan sebening Cinta kepada yang kunamai kekasih
makanlah sirih biar sejenak tak berperih
TUHAN
lalu Tuhan haruskah aku berhenti membaca KitabMu
sebelum pintu malam membuka
pada naluri Bagian surah yang ktelusuri saat aku mulai menyembah
atau mengayunkan tongkat seperti musa, saat musuh musuh dunia mengejar
tidak! tidaklah seperti itu Tuhan.
kakiku tak bertumpuh, tubuhku berkeringat manik manik ketakutan
saat ku lihat mata perempuan, dan gadis gadis dengan Celana jeans ketat yang diujung bokongnya robek, atau kaus dalam yang tipis, melorot disengaja, memamerkan buah kenikmatan, yang merelakan ditatap ribuan sesamaku yang selalu ingin mendekapnya, atau meremah bagai daun pucuk.
belum selesai kubacakan satu pengusir kepenatanku
meminjam awan, serta cemara dibukit tanah merah, yang curam sekalipun
agar bisa kubakar birahi ini, bersama mereka, dan merasakan kelembutan awan mencuri celah celah matahari yang turut menyaksikanku berada pada titik titik nadir diubun ubunku. ingin kusughi anggur, dan meremas jemarinya, awal menuju puncak fantasiku.
atau merelakan semua berlabuh disisi kanan gadis yang roknya diatas lutut, serta kelihatan pahanya yang mengapik kemuliaannya. atau mencoba mencintainya saja, dengan berpura pura?.! atau perempuan yang bertudung, yang bibirnya dihiasi kelembutan, jemarinya yang memakaikan cincin perak, pemberian ibunya,,atau kekasihnya yang telah pergi diantara gaun sutra tipis,? ahh' ini bukan bagian cerita yang sebenarnya, aku hanya mau mebawa fantasi itu menjadi gunjingan, saat hasrat mulai tak mampu dilerai,
Tuhan,,maafkan aku,,yang telah jauh mengisakan keinginanku yang semestinya Engkau lebih tahu.
Oleh : Dion Anak Zaman
TENTANG - MU
Tuhan..jika kusebut Nama-Mu
Apakah imbalan untuk dunia?
Saat ketaatanku memenuhi sejagat
Apa yang Engkau janjikan
Melebihi keinginanku
Tuhan,, jika aku jatuh Cinta
Apakah tak meragukan Cinta terhadap kekasihMu dan Engkau sendiri?
Tuhan,,apa jawab sekiranya surat surat keruhanian itu ku titip dsela mataku terpejam dan menegur Iblis yang merampas dilembaran yang kutulis indah tentangMu
KIRAY
Kiray bagai merpati
Sulit menggapai
Namun sangat amat kudapati
Cintanya meski sebuih
Bagai bunga seharum mewangi
Tiadalah dusta untuk kuurai
Sebab jujur telah terpatri
Sebentar lagi hari usai
Hendak semantik ini kau mengerti
Rasa ini kau empati
Atau aku melayang pada nirwana yang sunyi?
Kiray, namamu indah, aku ingin kau kumiliki.
MENUJU PINTU MALAM
Menuju Pintu malam, aku kembali Belajar membuka lembaran lembaran bacaanku yang tertunda hampir dua belas Tahun, usiaku masih sangat relatif muda, meski aku lahir dan dibesarkan pada kumuhnya peradaban dan zaman, hingga kutemui era kali ini sisa sampah zaman yang bagai kondom berserakan bekas pakai orang orang hebat menjual sensasi politik di Gedung terhormat DPR di Negeri yang tertatih.
PILIHAN
Setahuku aku telah menempatkan pilihan
dengan memilih menyangimu,
menata kelenjar kelenjar matamu yang buta dengan mata air cinta,
setegak mawar diatas membintik butiran butiran rindu selalu terjaga,
karena sebenarnya terlanjur memilihmu sebagai kekasih, cinta permata
Betapa aku mencintaimu sejak fajar dicipta
hingga tebggelamku terkibas senggahan senja,
aku mencintaimu terlebih dulu saat pertama matahari kusambut
Oleh : Dion-anak Zaman
*DJ*
BULIKU
memetik dawai dawai malam yang bugil
ketapelku terlempar satu sebiji kelereng dari batu batu kali
terbang terperangkap awan dan datarnya hidup
berseliwerang kerah timur jagad menjaganya
buliku" tak lagi mendekatkan keningnya
tertambat angin sepoi dan tertidur oleh jemari jemari malaikat sepengal malam
matanya tergunting oleh separuh kunci kunci mimpi
buliku" menegur kembali teguk segelas didahaga magribku yang tersimak ritual
mana aku bisa tak menegcupmu sehari
mana aku hendak jauh melentikkan jemarimu
mengajarimu memainkan melodi melodi indah
diantara aksara aksara buta yang berbisik
yang tumpah tak berserakan, dan ber-air namun menuang kembali
diatas gelas kaca putih,!
kemesraan kita sewindu merusuk melengkapiku segenap kuwakilkan namaku sebagai lelaki, aku jatuh disudut kerling, aku terbuai dibulat kemerahan fajarmu tersemburat mesra, pelan turun dibukit bukit sanubariku yang kosong
senggah hari matamu mengajakku
bibirmu menidurkan hariku yang dilema
Buliku bisa masih terjaga, temaniku, disisi rias bulan yang malu memulai percakapanku kini
Oleh : Dion-anak Zaman
SEPUCUK RINDU
Menangismu, adalah titah dunia untukku,
Senyummu badai dunia yang memilihku untuk kujaga, matamu sendu karena langit melengkapi bulu matamu yang lentik,
Sepucuk rindu sekalipun kudekap pada tirani utara selat timur yang membiru perih, selatanku dihuni kecamuk perias purnama, karena aku menjatuhkan air biru dimatamu dikaki selat dekapan ombak menembus karang karang yang abadi menangkap riak buih yang terdampar
Oleh : Dion-anak Zaman
ILLUSTRASI FAJAR
Dan sesaat kemudian akhirnya anak itu bertanya pada air mata ibunya jatuh mengalir bagai anak sungai dan terthenti dibibir dan sebutir terteguk
anak itu bertanya sepekat dan seperih apakah air matamu? Dia tersenyum, sambil mendekap anaknya, berbisik didahi anaknya yang baru berakal,
semanis senyum anakku yang terlahir dirahim kasih dan buaiyan hati dan pelipur pelipur Cinta yang kuanugerahkan
Oleh : Dion-anak Zaman
MAHLIGAI CINTA
Semerbaklah bagai wangi wangi
Seindah, semenawan
Bila nanti kita dipisah letakkan bunga diantara pertengahan bulan
dimana kita pernah ada melukis manusia yang tanpa sehelai
Dihiasilah kita kisah
Pada cerita orang orang
Kepada legenda pertautan kemegahan mimpi yang kita bangun,
Mahligai Cinta ditanam pada taman hati dan jiwa kita
Bilakah kelak kita dipisah
Untukku kenanglah sebatang huruf,agar kau terbiasa
Oleh : Dion-anak Zaman
NAN ABADI
Enam hari selanjutnya,
Kembali menambatkan tali dan sauhnya
Sebelum matahari terbenam
Ada yang memungiti
Ranting ranting dedaunan
Segerah matanya yang bisu
Selebar senyumnya yang diam
Menerka hari hari
Yang dipapah remah air
Meniup seruling sendu
Menabuh tabuhnya serial
Dan ritual
Hanya dengan mantra mantra air pelupuknya
Hanya dengan tanah ketertindasannya enam hari dia berjalan menemui kejujuran nan abadi
Oleh : Dion-anak Zaman
NEGERI INI
Goblok memang negeri ini, nampan ditimpuk atasnya air, jatuhnya tak jauh,
Sekam mematikan pelor teror oleh para aktor dan provokator,
Hitam kecut manis kecamba, cekatan berbalik kata dan fakta, pengecut juga jika kukira sama denganku!
Perak kusangka
Emas disapu tipis kulir ari
Wajah berkelok dengan alisnya, bibir disogok dengan rumba rumba angka, aku lebih memilih minum arak karena hukum sebab aku mabuk berdasar
Oleh : Dion-anak Zaman
CINTA
Cinta tiadalah kau semai
Diantara pilar pilar hati
Insan mengelana mencari
Serumpung hati yang digubah, untuk sebuah cinta yang rela
Kemana hendak tertambat
Sebelum direnggut cinta yang pasrah,
Duhai sanga cinta disini hampa
Disini sepi, disini kau harus ada ditepian telaga hati
Kepada Cinta akan lebih melengkapi bunga dan rusuk yang lain
Oleh : Dion-anak Zaman
BERKAH
Pada instrumen, di antara interludenya, saya belajar memahami keteduhan
Dalam sedawai, kupapah kehidupan,mengurai lagi satu butiran
Semenjak kumencoba mengayuh sampan, saat bias rembulan menghibur sepiku
Kau dalam gerangan purnama,
Kepada instrumen ku belajar berkah, atas simfoni klasik mantra anak manusia
Oleh : Dion-anak Zaman
KAU
Sebening hatimu
Sehalus rupa kulit dipipimu
Seberkah harapan
Sebentuk kasih yang pasih
Oleh kecubung cinta
Kerlingmu menuai protes lelakiku, ketemu kita diremang malam sudut kota itu, angin melasak diantara geregai rambutmu tanpa sisir, bibirmu pecah pada sebongkah sumpah
Hatimu menangis! Tiada berhenti desis disaat kujumpai kau lagi sudut kota itu,
Karena aku telah lama menanti, kemarilah biar kuhabiskan sisanya
Oleh : Dion-anak Zaman
MENCINTAIMU
Apa karena cinta
Hingga kau bukan menancapkan bunga ditanah
Atau aku mencintaimu
Sampai kau menjatuhkan
Air mataku
Karena aku mencintaimu
Sementara rasaku tersayat
Justru karena aku mencintaimu, hingga suatu kelak kita akan dipisah
Aku kini masih mencintaimu
Selama cinta kau masih maragukannya,
Aku justru mencintaimu, walau kadang kau membuat hati terluka pedih
Aku sementara belajar
Kembali untuk mencintaimu
Oleh ; Dion-anak Zaman
Jakarta
SYAIR KITA
Denting ini menyilaukan dengarku!
Patutkah aku berkata 'wah"?
Andai kau bersejajr berdiri denganku, aku sudah tahu, kau lebih semampai"
Misal anak panah meluncur pental tali busur,didada kiri anak perempuan yang terhujat perawannya,
Tanpa air seteguk gelas plastik setengah abad syair hanya berdarah dan menangis" karena aku belum bersin "pada musim hujan yang dingin ini, sekuntum bunga memikatku, sungguh" unik"
Oleh : Dion-anak Zaman
MA'
Ma' kenapa hilal belum nampak?
Apa karena aku yang sering memajang dan memanggang asap mesin hingga panca roba dan musim kadang tak beratur, dan tanpa konsep serta tidak konsisten
Ma'mengapa hilal bersembunyi pasih awan dan kemihnya kabut?
Apa karena mereka mencuri alam dan mengubah teleskop mereka?
Ma' kita sahur apa dengan sayur nangka? Atau daun ubi dungga sayur campur kelapa parut, serta ikan tiga potong?
Oleh : Dion-anak Zaman
AJAK AKU
Ajaklah aku menempati ruang ruang semedimu yang dingin.
Semenjak aku mengenal mata itu, yah milikmu
Sebentuk bulatan bulan
Yang terdiam seperti nadi nadi keinginanku yang terputus, sedesak sesak jantungku, debaran yang tak jarang, sebagai hiasan yang bermula saat aku menempati empati serta simpatiku, tapi aku masih ragu dalam menempatkanmu disisi mana, sebab aku juga masih belajar hingga kini mencuri matamu jua
Oleh : Dion-anak Zaman
PESAN DINI HARI
Tetapi aku butuh itu!
Sementara hanya matamu mengincarku,
Disini mulai kubetah
Sebab sepi adalah tragedi mistikku,
Demi satu isyarat yang terdiam pedih,
Lembab disini sesembab
Air dikening kekasih
Diantara kepang rambutnya, menimpali hidup yang sekarat oleh sumpah
Sekiranya air langit turun di dini hari
Kecemasan seketika mencengkram diatas bumi tanah tanah yang bersekam lumut,
*Pesan dini hari DAZ*
Oleh : Dion-anak Zaman
SEKAT SEPIKU
Sebening raut dan kelopak matamu,
Sejauh aku kini diantara garis fajar, menemuimu meski masih labil usia pertemuan kita, namun mampu mengikis sekat sepiku,
Selalu ada tempat untukmu, jika kau berkenan,
Oleh : Dion-anak Zaman
MENCINTAIMU
Sampai akhirnya aku masih mencintaimu
Ketempat paling nirwana sekalipun,
Keujung bunga semerbak,
Diantara rentah hari tepian tersembunyi mawar, selalu saja begitu, selemah kakiku berjalan mencari selembut apa Cinta kepada Tuhan dititipkan untuk kita,!
Demi bunga dan musim
Bergegas kederetan bait bait cinta terdiam ditaburi kendi kendi pertanda dari cinta yang kita janjikan, sayang I Love U *pesan sore DAZ* untukmu
Oleh : Dion-anak Zaman
PEKA
Peka,!hidup terkadang menimpali sebutir air mata kemuliaan
Terkutuklah aku
Jika kutepuki diriku sendiri, atau menyesali dari rahim ibu, agar disangkal dari kelaminku
Kalian tak pernah tahu
Sedekat apa aku dari bintik bintik keruhanian semata, atau ajaran palsu yang menusuk nusuk jantungku, sekat semenjak aku belum bermahkota, hidup ini timpang juga terasa!
Jika hendak keseberang ajaklah aku dan menemui kekasih
Oleh : Dion-anak Zaman
SEMALAM
Gelas terumbuk pelanting
Diatas ubin semen
Beling dinamakan, tajam menggores darah setetes, perih terikat!
Air tertumpah, terpercik menggenang pada ubun berlubang pasir, sebening hatimu mengisi matamu yang cekung
Betahkah kau didesir angin penghulu halau didesaunya yang pelik?
Antara waktu yang tersipu disudut bibir tirai mentari, kuajak kau menemukanku antara lembut bibir ini kita pernah seadanya, dan mengecup
Oleh : Dion-anak Zaman
KITA
Semalam aku menemuinya,
Sebelum bulan itu basah
Seandainya mengibaratkanmu
Pada sisi dunia yang sama entah berbeda, maka tetesan hujan takkan membasahi bulan dan meremah daun cinta dikeningmu
Antara kerinduan dan kepekaanku
Mulai memahamimu, lembut matamu menetralkan syarafku kembali, melepas fajar yang kebeteulan masih
Merias bintang, hanya riak resah rindu menanggapi sesaat semenit kemudian kita berpisah jarak
Oleh : Dion-anak Zaman
MAWAR
Mekar berseri
Telaga hati mencari penyair itu
Ada benang diatas tuas jarum
Menukarkan ikatan sehati
Kunamai gelang dan cincin keabdianNya,
Mawar dikatup desau angin
Cerita Cinta kelam terkubur
Hanya karena aku terlebih memilihmu
Mencintai sejiwa sejagad aku kabarkan, mahligai, ada lebih mencintai, ada karena kita adalah bagian Cinta yang terlukis disuatu waktu sepakat untuk melati, mawar menjadi riasan
Oleh : Dion-anak Zaman
BAGAIKAN
Aku juga seperti cericit cicit sang burung, terkemih diatas angin badai
Diantara daun daun, dibunga bunga pohon, aku menyari buah seteguk air Tuhan yang abadi,
Akankah badai angin diketuban awan tertimbun hujan, sekedip mata Dewa dipunggung bukit bagai benteng alam menjaga bumi yang terkelabui manusia?
Sebentar,! Aku juga belum tahu, biarkan malaikat menemui atas seruanNya!
Oleh : Dion-anak Zaman
NEGERI KU
Aku tertidur disaat kerajaan di hentikan oleh angin
Aku berhenti mencerna makna merah dan putihnya yang dikirabkan, sepetik lanang lanang segumpal rias dibawah awan langit menceritakan kepada matahari, embun bergegas turun ketanah persada bumi negeriku kini yang juga aku lupa hari ini.
Aku tertidur kembali
Semalam aku menceritakan keluh peluh dan darah darah mereka diujung tajamnya kengerian,
Aku lupa hari ini,
Oleh : Dion-anak Zaman
SUARA MERDEKA KITA
Indonesia
Tercengang, meratap
Kemuning senja melepas kisahnya
Terdiam, terhempas tergoda jejal jajal
Terhenti cita
Ternanak lagi diatas lilin
Merdeka atau tetap sekarat
Indonesia pada jenaka dan kelucuan
Dibibir serta lidah lidah pengamat, politisi, seunduh foto foto telanjang
Menggoda syahwat beronani dinegeri ini
Oleh : Dion-anak Zaman
KIRANA
Kirana
Jika setandan rindu terhambar ditimur
Selatan terhempas jauh pada kemelut rindu yang terpisah
Kirana
Namamu selalu terpikat olehku
Demi rindu dan ceritamu
Kehampaan itu seketika ada,
Namamu terikat janji olehku
Kirana
Angin mengabarkanku
Mentari mencari tahta rinang rona
Diatas tangkai daun melati
Kirana
Rindu ini rindu kita usah kau tanyakan!
Sebab kitalah kias, dan makna jarak yang terpelihara
Oleh : Dion-anak Zaman
MELATI
Aku membawa melati ini
Andai sebutir rinang mata perempuan
Entah selama jarum menuang setajam ujungnya tertancap diatas buritan rakit buah karya ayahku
Dia menunggui dipintu
sepi wajahnya
Tertungkup diusianya
Dia menawarkan anak bulan
Pada semalam keperawanannya
Aku diam,! Tak bergeming
Hanya saja bulan menipuku
Sebelum aku menjatuhkan pilihan Cinta untuk ibu" aku telah ada sebelum itu- pun melati telah kupinang "
Oleh : Dion-anak Zaman
MENANGIS DALAM HUJAN
Kau tahu kenapa menangis dalam hujan, ?
Karena untuk tidak lebih bisa membedaka air langit Tuhan dan Cipta air MataNya, kepadaku untuk hal hal dimana kemudian diantara derai itupun telah tak serupa air mata dan tangis!
Kau tahu kenapa menangis diantara hujan? Biar kalian tak menegur air mata itu! Biar kerelaan yang dirasakan khusyu' dan takjubnya butiran butiran
Oleh : Dion-anak Zaman
DIREMAH - REMAH DAUN
sayang, sekitar wilayah perasaan kita
bukankah kita pernah menukar sebuah janji?
sampai saat pertama kau menempatkan bibirmu dikeningku
aku membiarkan
lembut kau menempati diatas belai belaimu
disini kita memulai
sayang, semesta tak bergeming
bunga bunga menambat matahri
hilang kenari pipit suaranya
tepi bibirmu, meranum
hening! aku masih ingin!
ahhk! seperti pertama kita di cerna logika
kita mampu menepis, mengurungku
pada desak hati ini, kau telah bernaung diselir hidupku
kau lelaki yang bermula dan berakhir
diujung bibirku akupun mencarimu
Oleh :
Dion-anak Zaman
PUISI CINTA KITA
ketika kau mencariku
sebelum kau ukir namaku diatas kertas
disini aku telah mati
Ceritakan aku kepada kiamat
dan labirin
yang Tuhan menjeratku ditepi takdir
yang tak bersua dipelisiranku kini
jangan kau menggiring denyutku
dengan alas bumi yang terhina
aku telah terbang menemui Janji
jangan kau menangis
bacakan aku syair
diantara lembutnya Cinta dan kejujuran kita
awan membentuk
waktu memisahkan
langit membukakanku menemuiNya
jangan kau cari disini
sebelum kau tegur namaku diantara syair gubahanmu
bacakan sekali lagi puisi Cinta saat kita pertama kali menyepakatinya
ceritakan kekasih"
kepada mereka yang belum menuai
dan menunaikan sebenarnya Cinta"
bawalah bunga diatas air tempatku menanam air mata ini
dan bacakan" sekali lagi syair Cinta yang memintaku untukmu
karena aku telah ada sebelum aku temui aku disini pertama kali
kau menanyakanku!
Oleh : Dion-anak Zaman
KU INGIN
Aku ingin melihatmu memakai gaun sutra? Kudekap melingkarkan tanganku, suaranya risau! Kenapa? agar mudah menyobeknya!! Semakin kuat tubuhnya disandarkan, sedekat bibir kami, sekecup saja, dan dia mengggulum kalimatnya yang menahannya,"kaulah kekuatan Cinta ini" matanya menikmati dua bola mata di tengah kerisauanku, dia memburuku dengan menyobek gaun sutranya setinggi pahanya,! Dan membiarkan tubuhnya dihembus angin
Oleh : Dion-anak Zaman
PEREMPUANKU
Ahh" kau dinanti
Ditempati bernanar
Atau ditipu
Sejernih pikirku
Perempuan nyaris "hitam
Diselipkan dirambut bunga
Diteriaki suaramu juga "desah
Ditempel ketat kemolekanmu
Dilempari cairan buah karya berawal kecupan,
Ahhk" kau perempuan
Kau tipu mata dan nalarku, namun kau juga akhirnya terperdaya,!
Maafkan aku" karena kau perempuan aku belajar tengtang ketegaran dan kisi kisah, hidup yang gelamor menjual pamor
Oleh : Dion-anak Zaman
KAU
Angin tertambat pada alam
Matahari jatuh dipelupuk pagi
Embun dipelepas peluk fajar
Anak anak jatuh diatas ayunan
Ibu menanak kembali nasi malam
Api terdiam
Air mengasihi
Halaman hai sanubari tiadalah cinta melebihi,
Daun setia
Pepohonan takjup pada bumi
Tempatnya berdiri dengan matahari hujan,
Tanah resah retak, ditanami sebiji dunia yang tergores perih dan menangis, dupa kau sang sayap kepakmu terdahuli angin
Oleh : Dion-anak Zaman
KISANAK
Bawalah pesan ini kepada sang Raja
Jika pernah aku menambat hati, hanya mungkin angin melalui jendela kamarku
Adalah tak semudah kutikam dengan sepi, selembut bunga, aku telah mati!
Kisanak,,jauh ditanah hitam
Pada kaki kaki jelmaan Nabi
Aku tak punya pedang dari baja besi pilihan, namun aku punya cinta dan kemarahan,
Matamu kosong, sudutnya liar
Kau mencari melati? Aku telah lama meninggalkannya!
Tanganmu dingin, kugemggamkan bagai bara bara muslihat, maafkan aku, jika aku bagai air ditelaga sawah, menghadiahi penggarap, dan merekahi senyumannya diatas pematang tanah.
Aku mengunjungi malammu
Terlambat sejengkal aku meminang saja,
Kisanak kenapa dikau risau tiadalah penghujung,
Kisanak aku masih disini
Oleh : Dion-anak Zaman
30 Agustus 2013 pukul 15:30
ISTRIKU TIDAK CANTIK
Istriku tidak cantik, standar dan biasa saja. Aku juga sadar bahwa dia tidak cantik dan kalau bersanding denganku maka aku nampak lebih rupawan dari dia. Badannya kecil ada dibawah dadaku, juga kulitnya agak hitam, lebih putih kulitku, satu lagi kakinya agak pincang, yang kanan lebih kecil sedikit daripada yang kiri.
Aku menyadarinya ketika aku sudah menikahinya, namun aku sadar bahwa aku telah memilih dia dengan ikhlas dihatiku, kan aku yang memilih, bukan dia yang memaksa, dan walau istriku tidak cantik, namun aku mencintainya. Allah taburkan rasa cinta itu ketika malam pertama aku bersamanya.
Dimataku dia tetap tidak cantik, namun aku nyaman bila melihat senyumannya. Dia selalu menerima apa adanya aku, sempat aku pulang tidak bawa gaji seperti yang dijanjikan di lembar penerimaan karyawan bahwa gajiku tertera 4 juta sekian-sekian, namun karena aku selalu terlambat dan juga sering bolos lantaran mengantar si kecil ke rumah sakit dan juga si sulung ke sekolah maka hampir 40 % gajiku dipotong.
Subhanallah dia tidak bersungut, malah segera bersiap menukar menu makanan dengan yang lebih sederhana dan bersikeras meminjam komputer butut kami untuk menulis artikel yang dikirimkannya ke beberapa majalah yang terkadang satu atau dua artikel ditayangkan, dan baginya itu sudah Alhamdulillah bisa menambah sambung susu anakku.
Istriku tidak cantik, namun aku ingat, banyak sekali sumber daya alam yang buruk bahkan legam dan membuat tangan kotor namun tetap dicari, diburu dan dipertahankan orang, seperti batubara. Istriku mungkin bukan emas, dia mungkin batubara, keberadaannya selalu menghangatkan hatiku dan selalu membuatku tidak merasakan resah.
Aku membayangkan bila aku menyimpan batubara satu kilo dirumahku dibandingkan dengan menyimpan emas satu kilo dirumahku, maka aku tidak akan dapat berjaga semalaman bila emas yang kusimpan. Namun bila batubara yang ku simpan, aku masih punya izzah ada barang yang ku simpan yang cukup berharga, namun aku tetap dapat tidur nyenyak dengannya.
Bayangkan bila istriku sangat cantik, mungkin aku tidak akan tenang membayangkan dia ke pasar dilirik semua lelaki, membayangkan dia sms-an dengan bekas pacar-pacarnya dulu, membayangkan mungkin dia bosan padaku. Akh.. aku bersyukur istriku tidak cantik sehingga aku bisa tidur nyenyak walau banyak nyamuk sekalipun. Istriku tidak cantik, namun dia adalah istri terbaik untukku.
Oleh : Andi Dewi Kahar
Kiriman : Dion-anak Zaman
saya mnemukan artikel ini dan begitu menarik, terima kasih kepada Andi Dewi Kahar, yang mau membagikan artkel ini, ilustrasi sderhana namun nafasku terhentak sejenak
istriku Tidak Cantik (lelaki hebat yang membuat artikel ini) #LoveMotion
JIKA
Jika saja kau tahu!
Dalam kisah bait batu batu
Dititik air langit, andai kau memahami
Sebutir bening air mata Cinta
Tapi enggan mengatakan itu!
Adalah banyak yang hatinya luka
Risau penuh kecemasan bagai camar yang berdiam diantara pencariannya mengepakkan sayapnya lalu hilang ditebas angin
Atau kepandaian bunga memekarkan kelopaknya, dan selalu dicari dan ingin memetik menjadi riasan hidup pertanda pertnda abadi
Oleh : Dion-anak Zaman
KIRANA
Kirana atau siapapun nama itu
Aku ingin bersegera menemuimu
Terlalu lama aku disini menunggu kereta malam, pada pukul siang yang kutemui digerbang
Disini mulai bising dan ramai menukar nukarkan rupiah, disini juga gerah, dan aku jengaj melewati, sebagai niatanku, aku ingin segera menemuimu, dan tak lagi disini sampai akhir persemaian merindukanku disini,
Siapapun kamu, kirana, ajaklah segera melupakan masa pekat
Oleh :
Dion-anak Zaman
BUNGA ITU
Sama dengan bunga itu!
Dia harum, semerbak, dan berbulu tipis, kelopaknya melengkung bagai bulatan bumi sepotong
Akarnya serabut dan sedikit bercangkang menembus tanah tanah gerah,
Sebatang dia menangis
Pada permukaan bumi
Air menggeragai tipis daunnya kecoklatan, trgaedi semalam, merampas kemuliaan perawakannya, hanya saja hujan terhuyung diatas pelapah palem, bunga lama yang tak merias kelopaknya,
Oleh : Dion-anak Zaman
LELAH
aku merebahkan tubuhku.
tanah, menerimaku, mencarikan mimpi saat lelapku
daun bantal karung kehidupanku, menggoda jiwa dan lelahku
diatas kebutuhan Ragawiku, aku ada untuk kalian yang telah ada sebagai kebutuhan sosial, aku tidaklah sengaja dengan mengutip peminta peminta, atau mereka yang mencuri, merampok, setara dengan langit yang menjatuhkan air hujannya,
sebanding matahari yang selalu mengawal disetiap lengkungan cakrawalanya, ada sebersit cahaya menjenguk kebutuhan hamba, diantara telaga-telaga yang menyejukkan anak anak sawah,
banyak hal kalian tidak mengetahui setelah kematian, dan keguguran bunga.
ada rintik, ada ringkih, setelah matahri dan hujan menghapus sehari, mekarkan daun dan bunga bunga yang bermukim disisi tangkai, aku ada dinataranya, namun aku tidaklah jauh dari kalian,"pernah suatu waktu kalian hanya melirikku, lalu pergi dengan menemukan matamu tercecer disisi wajahku, kau berpaling saat itu" banyak hal tertuduhnya sedemikian aku saat lusuh dan kumalnya aku,!
Cinta milik siapa, aku pernah kau beri selembar, saat kau memasuki hari sibukmu!
dan aku ber-Doa pada Tuhan untukmu, disuatu sore, mereka beranjak kesisi lain awan dan saat matahari menunaikan Tugasnya seharian, asap dan bau farfummu menyengat hidungku, lalu kau tak pangling, dan menoleh sedikitpun, aku melihat ekor matamu, menandaiku ringkihan hidup yang rintih, dan menuduhku ,malas dan butuh saweran seribuan,!
aku juga tahu, bahwa kalian jengah, risih, dan tak mau membagikan nikmat Tuhan-Mu, dan ketakutakan serta kekhawatiranmu, aku tidak berusaha,dan hanya mencari alasan alsan kemiskinan dan tuna wisma, terlantar diujung zaman, diatas bahu bumu, diantara tunainya kahidupan tertakdir? atau bukan untuk siapa siapa kuterbilang sebatang sepi, dititipkan Tuhan, bukan sekedar takdir yang dipsarahkan,
bukan,,,!! bukan aku yang memilih! pada akhirnya matahari memuliakanku dengan membentang awan, tanah yang basah, remah remah kehidupan, aku terjaga dekap bulan jika malam, menceritakan kemereka bahwa subuh menajamkan filsafah hidup dan peradaban dimulai.
aku merebahkan tubuhku.
tanah, menerimaku, mencarikan mimpi saat lelapku
daun bantal karung kehidupanku, menggoda jiwa dan lelahku
Oleh : Dion-anak Zaman
DONGENG
Dongeng membujuk
Bagai anak anak kelimpungan
Watak seripit siburung senja
Maklumat"trahgedi, anatara teriakan dan desahan,
Dongeng
Bagai sandiwara klise saja
Membantuku mengatup waktu
Membimbingku lalu merusuk dikiriku
Masih ada malam yang menidurkanku
Atau menjadi selisih sore dan magrib
Dongeng bagai pelipur kedustaan
Aku terbaring puas! Setelah kuklimaks,
Oleh :
Dion-anak Zaman
SAYANG
Sayang selera pagiku berangsur pulih
Terbentuknya fajar, seadanya kutegur, sepekan ini, hanya mampu membujuk tepiku sendu, aku mampu bangkit, dengan menyambangi kopi racikanmu, kau cantik pagi ini, seperti kemarin, gaun hijau disela sela kesibukan pagimu, kau memberiku kemegahan Cinta pagi ini, aku mengecupmu, meski semalam kita melepas semuanya, dan membimbing Cinta kita, sayang pagi lirih ini, aku mencintaimu,
Oleh : Dion-anak Zaman
KITA
air mata ini jatuh seketika
kelembutan anak manusia yang dicipta Tuhan dalam sebuah kesderhanaan
selalu saja mengutak atik keimananku
terkubur harapanku, terjedah nafasku, terderai air matanya jua
buatkan aku rumah yang tak lagi hujan menempa ranjang dan ubin tanah dan lapisans emen berretak berpasir
buatkan aku juga teh hangat agar kakiku hangat serta dingin tak merelakan kekauatnku hilang untuk mebungkus kain kain basah,serta mencucikan piring makanan kita sehari tadi.
atau jangan berlebihan membuatkanku istana sebab aku ragu untuk hidup lebih bermewahan, dan berlebihan karena aku terlahir untuk sebuah kejujuran tengtang hidup dan nilai Tuhan lebih abadi. tak seelok rupa dan pernak warna dan bangunan megah yang kau pernah janjikan padaku.
jika aku menemukanmu malam diatas kasur berkapur hidup
aku mulai menangis dalam hati,
kelebihanmu adalah sempurnanya kesederhnaan hidupmu
aku merestuimu sebagai anak
dititp padaku dan tiadalah harapku berminta lebih
hanya saja jangan lupa Tuhanmu "Pesan Amma, saat malam seketika berlenajut"
Oleh : Dion-anak Zaman
UNTUK KISAH YANG PERNAH ADA
ditepian kau menunggu sebuah janji dari Tuhan
meletakkan bulan lebih dekat, mencari cari segagap apa Dia datang pada rindu rindu yang tlah berkeping,
apa yang telah ada kita rasakan
itu adalah sesuatu yang tak terjelaskan secara harafiah, hanya hati kita yang tahu
malam ini kita berhenti menumpahkan butiran butiran rindu dari hujan
mataku kau seka, saat bulir bulir itu ada, entah kamu sudaha da sebelum aku mengenalmu, untukku dilapis ketiga langit, dan pada deretan bunga yang menentukan kelopaknya, akulah bunga itu, kau menggemkan aku harapan, pada air mataku semalam yang berpinang pedih dan sepi, aku takut malam malam yang menempelkan sunyi dan angin menampik gaun jendelaku, sementara aku membairkannya,,agar aku terbiasa dengan rona rona rindu dari bulan yang sepadan.
disinilah aku yang sekarat
pada rinai rinai gelora yang membuatku teramat sayang dan kasih
aku ingin merontah dan memaki Cinta, tapi aku tenggelam bersamanya
aku ingin lari dan menjauh dari tebing tebingnya
dan biarkan aku terjatuh pada lembah lembah kekuatan Cinta yang amatlah kuat mengajakku untuk lebih kuat dan lebih peduli terhadap kerelaan diatas sepenggal harapanku yang kau koyak.
pada akhirnya kau mencoba menempatkanku pada ruang ruang yang aku tak menyadarinya, hadirmu adalah kejujuran dari Tuhan yang ku tunggui selama sepekan,
pada keadilan yang tak kuyakini selama ini, sebab akulah Cinta,,akulah yang mencoba memahami lebih utuh, sementara aku mengibah-pun tak kau menyeka air mataku, dan setets jatuh dikerudung malam, sampai ketebing dan tahta bathinku yang rubuh seketika, aku tahu, Cinta hanya sepenggal kedustaanmu.
aku membutuhkan sesuatu yang pernah ada
apa sesuatu yang ada itu telah ada sebelum aku pernah ada pada riasan bunga bunga asamara yang lara? saat kau berani menyentuh rambutku, saat kau meletakkan kasihmu, selembar jatuh kau punguti dan menempatkannya diatas ubun ubunku.
aku telah lama menangis, aku lelah aku telah pernah mencaci cinta yang salah kutemui, dan kau ahdir dalam dekapmu seperti bulan yang menemaniku selama mungkin aku bertahan hanya karena aku terlalu mencintai dan merelakan atas nama Cinta itu sendiri
Oleh : Dion-anak Zaman
PILIHAN
hanya karena pilihan kita berbeda
sebenarnya warna bukanlah pembeda, sekeliling kita adalah pelacur yang lebih santun
hanya karena tidaklah sekedar melepas batas logika yang menatap serampang pilihan pilihan yang tergesek antara siang dengan malam, antara hitam dan putih, lebih abau abu lagi jika kejelsan dibalik getah warna terlebih dahulu kita kenali
kalian bukan pengasih,
mereka jualah yang membuat pilihan pilihan itu sendiri
sekapur sirih silih berganti, walau butir butir air mata kita sama
beda dalam menuangkan anggur segelas, serta arak yang kutahu memabukkan.
mataku mengarang batas batas tabiat orang orang yang berkerudung dan berjubah
memakaikan lipstip dibibir kulit tipisnya, kita bernaun dibalik kaki kaki langit.
sama menempat pilihan itu.
hanya akrena aku memilih kalian memilah warna dan menaruhnya diatas puting hari yang candu, lalu jenuh, hilang p-ergi dan warnamu lebih palsu
hanya karena terlanjur aku memelihmu
mereka berteriak, mereka menuduhku buta warna
mereka menempelkan kemaluannya ditubuh pemolek nikmat dunia
hingga aku lebih memilihmu, sebab aku lebih menyangimu
tidaklah mereka yang mencuri payudaramu, dan menterlantarkan matahri dan senja
melupakan kisah tregedi pembenturan riak riak dan sisa ssia hari dan hilangnya dinamakan matahri dipunggung dan di balik awan ufuk telah menelannya.
hanya akrena aku sudah memelihmu
mereka tuding kita munafik
hanya krena aku memelihmu dengan Cinta mereka cemburu
akrena kau lebih pesona, kau lebih jujur diantara mereka yang sumbing
aku memelihmu, bukan akrena kau adalah pilihan
selebihnya, kau telah ada sebelum pilihan dan selera itu dicipta
Oleh : Dion-anak Zaman
KITA
kita yang sekarat
kita yang menusuk nusuk diselangkangan mereka
kita yang dari setitik air mani
kita yang sederhana matahri, dan sejujur bulan
inilah selembar kisah sejuta cerita
kalian hanya menampilkan kisah basa basi
kami yang bercerita tengtang ciri serta bentuk bentuk yang abstrak
serta nyata adanya membaginya pada butir butir warna pelangi
kita yang berdawai bisu
kita yang bergesek dengan kelopak hidup serunai
kita yang membujuk angin dan api
kita yang menahan arus sungai
kita yang menggulung ombak
kita yang mengecup perawan bumi
kita yang memecahkan garis garis dan kelenjar anak anak bumi
kalian terlalu pandai mengunyah renyah celah celah hiruk dan kikuknya kami
kita sama, seperti perawan yang ingin digauli oelh kekasih
dan disetubuhi oleh Cinta yang bersemayam nan syahdu
sampai bumi berhenti melahirkan anak anaknya yang mirip dengan kemaluan dajjal
pada kisah dihentikan oleh takdirnya sendiri
Oleh : Dion-anak Zaman
ROMANTIKA
Tiga butiran, tetesan merambah hatiku yang lembut menetralkan kembali awal hari yang dingin sijelita menempatkam kecupannya empat kali,
Dihiasilah bunga bunga pagi, dilepasnya awan berarak, semalam pukul 3.09 ku terjaga untuk kelembutan malam malam kita diatas megah dan mahligainya yang sulit kita nafikan, bahwa kitalah romantika itu
Oleh : Dion-anak Zaman
MAKNA
Hanya dengan sesaat aku hilang berganti bumi, tempatku ternyata bukan disini, diatas langit langit jiwa aku ingin, agar semurka Tuhan bagi sila sila hidup yang serampang menjadi lebih ketabiat, serta saling merunut kejadian kejadian sejauh mana aktualisasi diri yang dendam, atau meminang mataku yang nakal dan berbonar binar
Tapi hanya karena makna, hanya karena aku pernah mencabut sehelai bulumu, engkaupun marah
Oleh : Dion-anak Zaman
RINDU
Saya menerka sajak, itu dari jerit kematian, kutebak satu syair puisi yang kubaca petang yang tak berwarna, seurai rambut kekasihku menanti kecupku, tak terbayang kala itu!
Keningmu mana?
Mendekatlah bila rindu ini bagai puting puting yang menetralkan syarafku
Oleh : Dion-anak Zaman
SEPUCUK SURAT KEDUA MENEMUIMU DIPELATARAN ALTAR JIWAKU
ketika Tuhan bertanya kembali kepadaku
apa Cinta telah kau beri,? sepetik bunga apa engkau menghiasinya?
dan gemingku bertanda gerak angin dari kembara altar altar dunia mahkota dan pengikut Raja raja, akulah hias, hingar dari negeri Cinta
dimana cinta aku letakkan? kata Tuhan setelah aku meminang hujan saat basahnya jiwa dan basah daun daun sirih yang kujadikan mantra untuk kelngit menemui jawabnya, tengtang pengetahuanku yang dangkal, setara dengan ketika mereka bertanya tengtang sejauh Cinta yang kupahami
bagai riak ombak ketepian menemui pasir pasir gerah dipinggiran
palem menegelopak bagai kipas, pada tempayang
hidupku besentuhan pada titik titik embun, sebuah janji disana dinegeri selatan pada blok pertama halaman rumah yang kusinggahi selalu kala rindu ini terbata, saat kepingannya menjadi pisau yang akan menggores jika rindu ini terdiam sekat jarak
dihiasilah taman taman mawar
dengan ratusan taman taman yang kusinggahi
sekalian seru diterbangkan angin kembara kelembutnya pagi kala sumirnya waktu
yang menebasku hingga aku terdampar pada altar jiwamu yang terkenduri! aku akan menjaganya, biar tak retak, biar airnya tak merembes dan basah menjadi air mata
Tuhan kembali bertanya, sejauh mana Cinta kau sematkan
sepetak saja, aku tak berani menjawab sebab Cinta dihaisi bukan dengan lisan
kerena itulah Tuhan menciptaku! jawabku tak seberani itu!
lalu kemana hendak tujuan membaringkan tubuh dan jiwamu diantara pasir pasir, dan tanah tanah yang kau jerat dengan berjalan menemukannya? Tuhan menggodaku
disana diarah Tuhan menuntunku" Keseletan, beranda awal dipersimpangan tiga
dekat taman taman bunga, semaeangi Tuhan tiada tara, seindah Cinta Tuhan yang mengirim bidadari yang hendak kutemui sebagai kekasih!
yah disana dipelataran altar jiwanya. kteduhkan dan kulembutkan kecupanku dikeningnya saat pertama aku menemani kisah dan sejuta cerita hidup, dan selembut bibirnya kukulum biar kutahu sedalam apa Cinta kita yang memendar?
dia tak menjawab, saat kutebak Cinta dan menukarkannya dengan apa?
dia mengisah sebagai ilustrasi, terhadap Cinta tak eloklah jika didefenisikan, seyakeyakinan hatinya, dia selalu terjaga pada hal hal yang menuntunnya
dia ingin hatinya tak membohongi ranum bibirnya
dia lebih memilih kerelaan pagi, dan malammnya untuk temaniku agar seteguk embun ibarat agar kenari di pagi hari ikut bernyanyi, pipit berseripit seperti biasa, alamiah lekukan bunga mawar, setangkai tulip, diremah remah hati dan jiwa kita yang diperteukan dialtar Tuhan dan jiwamu yang telah ada dipilih oleh embun dan matahari, melengkapi hidupku lebih berarti kini
peluk cium dikening dan matamu dari negeri seletan
oleh : *DJ*
Kiriman : Dion-anak Zaman
SEKEDAR ILUSI
sekedar ilsutrasi saja,,maaf
banyak orang orang berkentut sembarangan
meludah didekat bajunya
menempelkan lendirnya dibibirnya
bahkan kelenjar selputnya dibiarkan memamah dipapah angin
muntah, lebih seperampat kali
kencing berdiri
pipis tanpa cebok, berak diatas tanah tanah kecaman
tanpa melapisi jari jarinya dengan air
matanya ber ekor bulat
hidungnya mancung kekiri
pelipisnya bertabur jerawat, berminyak, berkeriput
putih, dengan bedak, bagai kambing congek
yang hanya tahunya hanya mengembek"
tubuhnya model,
rambutnya bag iklan shampo,
bodinya kekar,
seksi
kelihatan sedikit celana dalamnya yang putih
kemana kau bawa bungkusan yang sakral itu?
kepada merak, atau elang
untuk pangeran? atau untuk melengkapi kesenjengfan hidup yang sakit
atau kepadaku saja yang bisa mencumbui dan hanya merekayasa kelenjar penatku
lalu aku takkan bilang kesiapa siapa!
berkumis ada juga
jenggotnya lebat, seperti pemancung kebatilan
wajahnya putih bersih bergegas setelan jas
tegap langkahnya, tegas berdasi basi
sekonyong hilang oleh kejujurannya yang palsu dan bernafsu
Oleh : Dion-anak Zaman
SELEMBAR GAUN PAGI
Selembar gaun pagi
Hanya aku yang bisa meletakkan mawar diatas tubuhmu
yang setengahnya hanya terbalut sutra tipis,
aku terbenam, pada seberang utara,
dilepas ombak, diterkam badai badai gerah,
hanya sebatangku yang menjadi sejawat untuk membiarkannya lepas
menyilahkanku beranjak berlalu untuk menemui keningnya,
dan buligirlnya yang sebatang ingin kulepas dengan indah
aku mengecupmu pada garis Cinta yang ada
Oleh : Dion-anak Zaman
*DJ*
DION ANAK ZAMAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar