ARAH YANG TIADA TERARAH
Terdiamnya Sibuta Dalam Keramaian Kota...
Bingung, Jalan Mana Yang Akan Ditempuh...
Dimana Tongkat Yang Menjadi Sahabat Sejati...
Telah Patah Dan Tiada Ganti Lagi...
Kini Kedua Tanganlah Yang Meraba Dinding2 Kosong...
Yang Angkuh Dengan Diamnya...
Dan Berpaling Tika Ucap Menyapa...
Dimana Arah Jalan Pulang itu...
Tertunduk Pilu...
Membayangkan Sanak Saudara Dirumah Tua...
Yang Menanti Kepulangan Sibuta...
Dan Membawa Sedikit Pembuka Dahaga...
-----------------------------------
SEBUAH GORESAN UNTUKMU "ER"
Irama Pena Sudah Mulai Kepenghujung Malam...
Lantunan Senja Pun Terasa Memudar...
Namun Apalah Artinya Perasaan Yang Terikat Kuat...
Bila Tiada Mampu Bibir Melepaskannya...
Jemari Yang Angkuh Setia Menggenggam Pena...
Hingga Tercipta Goresan Ini Yang Tiada Bermakna...
Dengan Tetesan Air Tersandar Disahabat Pena...
Yang Sudah Tersimpul Didalam Amplop Jingga...
Sebuah Goresan Untukmu "ER"
Tercipta Sebagai Wali Kata Dalam Mihrab Cinta...
Ternanti Dalam Pentas Seribu Duka...
Dan Berakhir Dipersimpangan Cinta Yang Berkelana...
---------------------------------------------------
MEMUJAMU DIGORESAN TANPA PENA
Yang Terindah...
Salahkah Bila Memujamu Didalam Relung Hati Yang Tak Mampu Terucap...
Yang Terindah...
Salahkah Bila Tiada Habis Kata Tuk Memuja Keindahan Sang ILAHI Yang Tertitipkan Kepadamu...
Yang Terindah...
Salahkah Bila Nanti Rasa Ini Tiada Tertahan Dan Terlepas Disaat Pandangan Itu Berpadu...
Yang Terindah...
Izinkan Aku Menyimpan Semua Kenangan Tanpa Ungkapan Yang Nanti Kan Kubawa Disituasi Berbeda...
Yang Terindah...
KAU TETAP TERINDAH.
---------------------------------------
Namamu Ternoda Oleh Ucap Bibirku...
Yang Teramat Mengagumi Sosok Ketulusan Hatimu Berbicara...
Tapi Apakah Aku Salah...
Bila Hanya Sekedar Menyimpan Rasa Yang Tak Terungkap...
Namun Izinkan Aku Hanya Ingin Memandangmu Lebih Puas...
Agar Perpisahan Nanti Tiada Lagi Kusesali...
-----------------------------------------
KEMAMPUANKU YANG TIADA KEBERANIAN
Kurangkai Kata Indah Dari Bunga Yang Berduri...
Berdarah Namun Tiada Sakit Terasa...
Sebab Tangan Dengan Ikhlas Membentuk Syair...
Dari Setiap Kuntum Yang Setia Memberi Luka...
Kasih Yang Tiada Pernah Terungkap...
Walau Rangkai Tiada Arti...
Walau Sapa Belum Bermakna...
Biarlah Kekecup Keningmu Dari Udara Yang Berlalu...
Meski Tiada Terasa Tapi Itulah Ungkapan Hati...
Yang Masih Terbelengku Balutan Kesungkanan...
Padamu Yang Kutatap Dari Balik Jemari...
Dari Balik Belahan Jiwa Yang Tak Jauh...
Terdengar Suara - Suara Merdu...
Pendamping Untaian Raga Yang Terpisah...
------------------------------------
UNGKAPAN RINDU YANG AKAN MENJELMA
Yang Terindah...
Untukmu Aku Menghindar...
Meski Ceritaku Belum Tertulis Dikertas Syahdu...
Aku Akan Terus Menata Hati...
Diantara Buaian Angin Yang Berkedip Manis...
Jiwa & Perasaan Hanyut Akan Getir Lautan Merah...
Terseret Ribuan Kuda Yang Berlari Mengejar Surutnya Mentari...
Digenggaman Rembulan Malam...
Kan Ku Habiskan Uraian Pilu Disudut Rumah Tua Tanpa Penghuni...
Selamat Jalan Yang Terindah...
Senyummu Selalau Mewarnai Ingatan...
Dan Akan Membenam Didasar Jiwa...
Meski Kepiluan Akan Mendampingi Sepanjang Masa...
-----------------------------------------
CINTAKU MENUJU CINTAMU YANG BERPAGAR CINTA LAIN
Tatapmu Semakin Dingin...
Sapamu Semakin Redup...
Seakan Membalut Hati Tika Mekarnya Tertinggal...
Apa Yang Harus Dilakukan...?
Kusudah Coba Alihkan Arah...
Kusudah Coba Palingkan Wajah...
Namun Nama Yang Masih Setia Menunggu...
Dipintu Pikiran Jiwa Yang Tiada Terkunci...
Hasratku Tiada Sadar Dari Lamunan...
Imaji Tiada Pernah Berganti Warna...
Tertundukku Kini Sudah Semakin Layu...
Dengan Longlainya Kaki Dari Penopang Mengikut Serta...
Tika Tersadar Semua Hanya Patamorgana Hati...
Cintaku Salah Namun Suci...
Dan Biarlah Goresan Ini Sebagai Ganti...
Dari Mulut Yang Enggan Terbuka...
Karena Kasta & Singgasana...
-----------------------------------------
JARI ANGKUH SANG MENTOR PUTIH
Ketika Lentera Mulai Malu Menerangi...
Ketika Itu Pula Jari Angkuh Sang Mentor Mulai Menerjang...
Bagai Ganasnya Singa Melahap Santapannya...
Dengan Percikan Darah Disekitar Bibir Yang Lembut...
Jari Itu Selalu Hadir Ditemani Mentor - Mentor Kecil...
Menghantui Santapan Usang Yang Berkumpul Mencari Induknya...
Namun Tiada Arah Yang Dituju Untuk Pulang...
Sebab Lentera Mulai Malu Menerangi...
Siapa Yang Akan Datang...?
Membawa Setitik Pelita Menuju Pulang...
Apa Mungkin Mentor Lain AKan Hadir...
Dengan Jas Merah Dan Tongkat Sebagai Pendampingnya...
---------------------------------------------
Hay...
Hamparan Laut Yang Luas...
Kugenggam Kau Ditelapak Tangan Kecilku...
Meski Berlarian Dibalik Jemari Yang Lunglai...
Sedikit Tersisa Sebagai Hadiah Dari Kepulanganku...
Berlari Dan Kujaga Dipelukan Manis Dadaku...
Agar Tiada Yang Melihat Keindahan Beningmu...
Hingga Nanti Sampailah Kita Dipenghujung Jalan...
Dimana Kau Kurebahkan Bersama Kunang2 Impianku...
----------------------------------------------
Ku Urai Lagi Bait Demi Bait Tulisan Tanpa Warna...
Samar, Namun Penuh Ungkapan Hasrat Tersembunyi...
Dan Langkah Yang Patah Arah...
Diam Tersudut Dipikiran Yang Buntu...
Manis Ucap Tak Sepahit Hati...
Indah Senyum Tak Semerekah Kata...
Jauh Cinta Sebab Cinta...
Jadikan Kenagan Meski Tiada Yang Terindah.
-------------------------------------------------
HATI YANG TERPILIH AKU BUKAN PILIHAN
Hati Yang Terpilih...
Tataplah Sebentar Pelangi Tanpa Warna Itu...
Dia Sedang Merejam Jiwa Dilorong Tanpa Cahaya...
Menangisi Awan Yang Tiada Peduli...
Hingga Kini Masih Berdendang Dengan Mentari Dan Kicauan Burung...
Hati Yang Terpilih...
Tanganku Sudah Lelah Menari Dengan Jemari...
Tetes Keringat Pun Bosan Berjalan Ditubuh Yang Gemetar...
Namun Aku Masih Bisa Melangkahakan Arahku...
Menuju Nirwana Singgasanamu...
Walau Terbentang Kawat Berduri Disekelilingnya...
Hati Yang Terpilih...
Ternyata Aku Bukan Pilihan...
----------------------------------
CAHAYA & KEGELAPAN
Mega Itu Malu Dan Tertunduk...
Karena Sinarnya Berlalu Tanpa Pamit Terucap...
Pilu Pun Hadir Melihat Bintang Bersedih Hati...
Mengenang Rembulan Yang Kini Terbias Awan Hitam...
Tanpa Tersadari...
Air Kesedihan Hadir Dari Celah Penghuni Malam...
Menggoda Mega Yang Semakin Memejamkan Mata...
Dan Lambaian Tangan Yang Penuh Dengan Tanda Tanya...
Ketidakmampuan Tersirat Untuk Membelai Mahkota Panjang...
Terhalang Langkah Yang Gelap Dari Senyum Rembulan...
Kini Ketakutan Terbungkus Dilorong Jiwa...
Jiwa Lemah Yang Pergi Tiada Bertemankan Cahaya...
-----------------------------------------------
KEGALAUAN DIANTARA 2 HATI
Seribu Senyum Berpadu Duka...
Diterjang Prahara Hati Yang Mendalam...
Diantara Hati Yang Kecewa & Bahagia...
Oleh Cinta Yang Terpisah Dari Canda Lirikan Mata...
Biarkan Asa Itu Berlalu Dengan Angkuhnya Udara Pagi...
Menghadapi Deraian Sang Pelangi Jiwa...
Yang Hadir Tanpa Hujan Mendampingi...
Dan Sunyinya Kicauan Burung Diangkasa Khayalan...
Tiada Maksud Melukai Kuntum Mawar Yang Baru Mekar...
Tiada Pula Hasrat Ingin Memisahkan Ikatan Kasih Sayang...
Tapi Inilah Kisah Cerita Cinta...
Datang Dengan Lantunan Merdu Irama Hati Berseri...
Pergi Dengan Rintik Kristal Terselubung Senyuman...
-------------------------------------------------
Rinduku Bercumbu Dengan Bayang...
Tuk Melepaskan Penat Didada...
Karena Terpisah Dinding Jarak & waktu...
Biarkanlah Dianya Mengalirkan Segala Energi Yang Ada...
Dengan Belaian Udara Malam Yang Sombong...
Energi Yang Tertunda Ketika Rembulan Menyapa Malam - Malam Kelam...
Diiringi Tarian Awan Yang Angkuh Dengan Rembulan...
Terus Terusik Rindu Oleh Rindu Yang Berkepanjangan...
Kini Hanya Nyamuk2 Nakal Yang Akan Menjaga Setiap Tetesan Keringat Yang Mengalir...
Karena Ego Yang Terus Bertahta Ddiantara Prinsip Hidup Yang Koyol...
Akankah Nyamuk Mengerti Bicara Hati...
Yang Dipadati Rasa Sungkan Pada Diri
Nyamuk Selalu Mengerti...
Namun Sungkan Hinggap Kedasar Jiwa...
Yang Selalu Dipenuhi Rasa Kebesaran Jiwa Yang Tiada Arti...
Karya : Juank Hadapi & Wan Kumis
Terciptanya Goresan Ini...
Diantara Angin Malam...
Melalui Inbox Dunia Maya (Facebook)
Oleh 2 Jiwa Yang Terusik Sikap Manusia Tiada Arti...
----------------------------------------
JANGAN LAGI ADA ASA YANG TERBUANG
Hujan Telah Melampiaskan Kerinduannya Kepelataran Bumi...
Disambut Dengan Hilangnya Debu2 Yang Meraja Lela...
Menghiasi Atap Langit Jiwaku Yang Redup...
Dengan Gemerlap Cahaya Yang Menakutkan...
Sirna Sudah Asa Dihamparan Pasir Rumahku...
Terkikis Oleh Waktu Yang Sombong Tuk Kembali...
Dan Terjawab Dengan Segumpal Darah Dalam Nadiku...
Berkecamuk Dengan Lorong Hitam Diotak Kosong...
Dalam Diam Hati Yang Gundah...
Seraya Berkata....
"JANGAN LAGI ADA ASA YANG TERBUANG"
By : Juank Hadapi
Tanjungbalai,Sumatera Utara
-----------------------------
TULISANKU TERHIMPIT RINDUKU
Buku Kecil Dan Usang Itu...
Berikhlas Hati Bercumbu Dengan Jemari...
Berselimut Muara Kasih Yang Tak Sampai...
Berpeluk Dengan Embun Kesedihan...
Tulisanku Terhimpit Rinduku...
Terus Menari Lentik Jari Hitam...
Dihiasi Sebentuk Cincin Kenangan...
Dan Sapu Tangan Putih Penghapus Lara...
Tulisanku Terhimpit Rinduku...
Dikamar Kecil Dibalik Bukit Kotor...
Berteman Bau Yang Setia Disisi...
Dan Daun Pisang Sebagai Alas Rebah Ku...
By : Juank Hadapi
06 Desember 2013
22:40 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar