haru kalbu bergetar darah
sendu biru di tikam amarah
nyanyian angin menggelar serapah
di pucuk malam purnama jiwaku semakin gelisah
mimpimimpi mulai merapal nisan angkara
udara benci tak lagi batasi diri
menembus menusuk dalam pembuluh nadiku
mengkhianati segala janji
tentang sebuah cinta yang pernah bersemi
kemudian perlahan demi perlahan
kuusung segunung keperihan hati
sampai setinggi mentari
agar kau tahu betapa tersiksanya jantungku
yang bernafas dalam lumpur rasa yang penuh luka
o,bathara durga
lekas kau selimuti sukmaku dengan keangkuhanmu
agar aku mampu menahan terjalnya tebing kalbu yang begitu sendu
sebab di sini di atas langit cintaku telah terbungkam seratus juta kabut merandu
yang semakin membuat rinduku membeku
kesepian yang panjang,telah membentang
menggerogoti amsal makna sebuah kebahagiaan rasa
dan degup jantungku semakin terkekang
di barisan kata-kata yang kau ucapkan
sebagai perpisahan
nur,
jangan kau utarakan lagi
hawa langit semakin menghimpit
pergilah saja tinggalkan pintu yang berderit
agar jejakmu masih dapat aku kait
untuk pengobat hati kala rasa semakin menjepit
nur,
pergilah,pergi sayang
Oleh : Kakek Jomblo Tampan
roemah api,1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar