Kamis, 28 April 2022
Kumpulan Puisi Sri Handayani - POTRET SENJA DI DESA
POTRET SENJA DI DESA
By ; Srihan
Mentari merayap di langit senja
Bersiap rehat di peraduan malam
Bayu lembut membelai punggung anak gembala
Kerbau lelah berkubang di danau
Cericit burung kepakan sayap pulang ke sarang
Alam perlahan redup...
Mentari layu menahan kantuk
Anak gembala setia mengangon kerbau
Mengisi hari susuri lorong nasib yang bau lumpur
Mengawal tumbuh kembang "dewi sri"
Berbaju kesederhanaan...
Bersarung kesabaran tetap semangat
ia susuri lagu dan irama kehidupan desa
dari bocah beringus hingga kelak
Uban penuh hiasi kepala...
Desa tetaplah tanah tercinta
Sungguh kesederhanaan adalah teman
yang menyelamatkan kita selagi raga memeluk nyawa
dan kelak saat nyawa tinggalkan raga
Kesederhanaan dan krjujuran
adalah terbaik kita...
#edisi renungan_sore
28-1-2017
KIDUNG MALAM (berselimut rindu)
By ; Srihan
Masih kukumpulkan kepingan-kepingan rindu ini
dan kutumpuk pada lembaran-lembaran madah dan doa
Kutuangkan beberapa tetes embun dari mataku
Pada cawan cinta...
Duhai untaian rindu yang terpenjara jarak
ruang dan waktu..
Kuharap malaikat kan mencatat semuanya
dan segera menyampaikan pada Tuhanku
Betapa rindu ini sudah bertalu
Bagaikan bedug magrib yang ditabuh keras
Menggema di seantero bumi
Nyanyian cinta asmarandana itu
Telah berubah warna menjadi bunga rindu
yang membiru..
Sebiru langit yang tak berteman awan
Duhai malam...
Tolong simpankan kepingan rindu ini
Selipkanlah di bibir fajar
Agar esok ia tak pucat pasi menahan dingin
Biarlah ia merona di belai cahaya sang fajar
yang semburat keemasan
dan rinduku segera dicairkan oleh takdir dan waktu
Ya, pasti Tuhan mendengar
Madah rinduku..
#kidung malam,24-1-2017
BALADA INEM SANG PELAYAN
By ; Srihan
Tuan muda
Tolong jangan panggil aku Inem pelayan sexy
Sungguh aku tidak suka
Emak dan abahku di kampung
memberiku nama Inem Juminem tak lebih
dan tak kurang...
Sungguh emak dan abahku sering mendoakan aku
Agar aku menjadi orang sukses dan terhormat
Bukan babu seperti ini
Aku ingin sekali hidup di kota agar aku sukses
dan terhormat seperti harapan orang tuaku
Tapi apa dayaku, aku bodoh tak berpendidikan
Aku cuma bisa menjadi babu....
Ya, babu yang dikutuk kulit kuning langsat
dan tubuh yang padat dan montok
Kutukan ini merajamku tanpa ampun
Tuan majikanku, tuan muda anaknya majikanku
Berkali menyiksaku dengan nafsu binatangnya
Di sini aku bagai budak belian yang hilang kemerdekaan
Aku ingin pergi, aku ingin lari
Tapi ada dayaku ? gajiku di tahan
Ruang gerakku di kukung, aku bagai bromocorah
yang tak boleh tinggalkan tahanan
Duh, dimana kebebasan dan kemerdekaanku yang dulu
Aku meridukan masa kanak dan remajaku
Saat di kampung dulu...
Hari -hariku penuh bahagia
Aku bebas bagai burung yang terbang di angkasa
Boleh terbang kemana saja, boleh hinggap di pohon mana saja...
Tapi sekarang, di rumah tuan majikanku
Ke pasar saja aku tak boleh, cuma beli sayuran
di tukang sayur keliling..
Gerakku selalu diawasi
Jika tuan majikanku pergi, tuan muda menyiksaku
dengan nafsu binatangnya...
Duhai, inilah nasibku
Nasib seorang Inem juminem
yang dikutuk kulit kuning langsat dan tubuh padat
Penuh berisi...
Tapi dosakah aku terlahir seperti itu?
Sungguh itu bukan mauku...
Juga bukan mau emakku
Tuhan tolong lepaskan aku lingkaran pekat hidupku
Berilah seberkas sinar terang dalam hidupku
Aku ingin pulang pada emak dan abahku
Tolong aku wahai Tuhan...
Aku meratapi nasib dalam bilur waktu
yang kelabu dan penuh luka
Aku ingin membersihkan hidupku dari lingkaran hitam ini
Agen penyalurku telah menyesatkan
dan menghitamkan warna hidupku...
Duhai, Aku ingin keluar dari lingkaran ini....
#terinspirasi_darinaskah monolog Paitun
(Rachman Sabur)
Kota kembang 11-2-2017
POTRET KELAM Di NEGERI PADI
By: Srihan
Entah sampai kapan pertiwi meneteskan air matanya
Negeri ini semakin carut marut
Lalu pemimpin mana yang harus kami ikuti
dan kami pegang kata -kata dan janjnya??
Janji mereka serupa balon gas warna warni
Hanya indah di pandang...
Namun terbang bersama angin- sedang di dalamnya
Kosong melompong tanpa isi..
Bagaimana Pertiwi tidak menangis
Jika setiap hari kami harus mengelus dada
Mengejar-ngejar harga yang kian merangkak
Jika keamanan dan kenyamanan tanah airku
terancam....
Setiap hari kami mendengar Teroris merajalela
Setiap saat kami mendengar berita pembunuhan keji,
Perampokan, pembegalan dan pemerkosaan
Para pejabat saling berseteru.. ....
Duhai.....tidak bisakah mata kami sekejap saja
Tidak menyaksikan berita buruk itu
Tidak bisakah telinga kami sehari saja
Tidak mendengar berita kriminal yang membuat hati
semakin miris....
Tidak terdengarkah di telinga kalian
Berapa banyak wanita muda dibunuh dan diperkosa secara biadab.. di mana keamanan kami.
sebagai warga negara yang konon punya hak asasi
Untuk bisa hidup tenang, aman, tentram dan sejahtera wahai dimana rasa aman untuk kami..??
Saat kami dicekik harga-harga yang tiap hari
Merangkak naik tak jelas
Banyak rakyat hanya mampu makan "nasi aking"
kejahatan merajalela dimana-mana
Duhai...
Bukankah kami anak -anak Indonesia
Terlahir dinegeri subur dan kaya raya...
Konon di negeri kami kayu dan batu jadi tanaman
Tapi nyatanya tanaman padipun serupa ilalang
Duhai tangis Pertiwi semakin terisak
Iman dan keyakinan kamipun dijadikan bola panas
pertikaian....
Tuhan ulurkan pertolonganMu pada kami
Ampuni kepongahan dan kelalaian
para pemimpin kami....
Hindarkan kami dari musibah dan adzabMu
Aamiiiiin....
Kota kembang
10-2-2017
KEDALUWARSA
By ; Srihan
Beberapa waktu yang lalu
Kau datang mengetuk pintuku
dengan membawa sekotak bingkisan cinta dan rindu
kau bawakan khusus untukku
Kuintip kau dari celah jendelaku
Enggan kubuka pintuku untukmu
Lalu kubuka jendelaku
dan kubuka bingkisan cinta dan rindumu
Kulihat seksama tanggal titi mangsanya
Sayang dalam bingkisan itu
tertera tulisan: Expiry
Rupanya bingkisan cinta dan rindumu
sudah kedaluwarsa...
Maafkan aku sayang ...
dokter bilang aku dilarang mengkonsumsi
makanan dan minuman yang kedaluwarsa
Barangkali termasuk rindu dan cintamu
yang terlanjur kedaluwarsa....
yang sudah apek dan berjamur
#puisi_mbeling
38-1-2017
SELEPAS BADAI ITU
By ; Srihan
Benar kangmas bahtera kita memang sedang di tampar badai
Tapi Tersenyumlah dan mari bersyukur
Kita masih bisa bernapas dan menatap langit yang Biru
dan lidah kita masih bisa mengecap asin air laut ini
Mari tetap bersyukur...
Dalam gersangnya kemarau,
Juga dalam tamparan hujan dan topan
Tangan kita tetap saling berpegang
Musim apapun tak mampu merubah
Warna cinta kita
Ia tetap semerah darah
Semangat hidup dan cinta kita serupa pohon pisang
Kangmasku, walau tebang ratusan kali
Ia akan tumbuh dan terus tumbuh
Menyambut kehidupan...
Tersenyumlah kangmas
Mentari itu tetap milik kita
Badai itu sudah reda mari kita jahit bersama
Layar Bahtera kita yang koyak di tampar badai kemarin
Lihatlah pulau impian di seberang itu
Melambaikan tangan kepada kita...
#kota kembang 20-2-2017
PAGI BERDARAH Di GEREJA SURABAYA
By ; Srihan
Duhai Teroris durjana
Jika kamu benar benar berani mati,
Mengapa kau seret nyawa yang lain untuk ikut mati. ..
Bukankah kau seorang pemberani ?? Nyatanya kau cuma seorang pecundang
Di gereja itu, kau berlagak jagoan
Kau menjemput mautmu dengan tolol
Kau panggil mautmu dalam kekonyolan
Kau seret seret nyawa orang lain
Untuk menemani kematianmu ...
Lalu mentari pagi di Surabaya menatap sayu
Gereja itu bersimbah darah.....
Jemaat terkapar tanpa nyawa
Duhai betapa naif dan konyolnya ini
Teroris biadab, kau lukai sejarah bangsa
Dengan kerdilnyavilmu dan imanmu
Apa kau sudah puas,
Dengan darah darah yang tumpah
Menemani darahmu yang pecundang
dan sangat penakut ...
Apa kau sudah merasa puas sekarang
Saat nyawamu melayang
Kau paksa nyawa orang lain ikut melayang
Kau putus takdir hidupmu
dan hidup orang lain
dalam lingkaran kebodohanmu
Cukup, tak perlu kau tularkan
Kebodohan dan kekonyolanmu itu
Tak perlu terjadi tragedi berlatar kebodohan
yang picik ..
Sungguh, bukan jihad lakumu
Tapi kebodohan yang sangat, sesat
dan jauh dari iman ....
Kau biadab dan keji ....
Bukan doa dan karangan bunga
Terkirim buat kematianmu
Tapi sumpah serapah dan anti pati
#surabaya berdarah
Kota kembang ,13 april 2018
SEKUNTUM DOA BUAT BAYI BAYI MERAH
By ; Srihan
dari detik ke menit waktu berlari
dari menit ke jam, tangisan bayi bayi merah memecah kesunyian, menambah semarak warna kehidupan ...
Bayi bayi merah itu yang dikirim Tuhan
turun kebumi
Mereka menambal sulam kehidupan
Melengkapi jumlah generasi tua
yang pulang, dijemput malaikat
Mengemban tugas yang kian berat
Menanggung murkanya alam
yang kini tak ramah lagi ....
Menanggung beban hutang negara
yang menggunung,
padahal nikmatnya rupiah
hutang yang ia tanggung tak pernah ia cicipi
Duhai bayi bayi merah
Kuatlah kalian ...
Tegar dan taatlah selalu pada Tuhanmu
Beban kalian begitu beratnya
Juga alam tak seramah dulu lagi
Bayi bayi merah
Tetap tersenyum dan tegarlah
Bersahabatlah pada bumi
Matahari, sungai, gunung dan hutan hutan
Jangan kau lukai mereka
Karena meraka adalah sahabat hidupmu
#sekuntum doa buat bayi bayi merah
Kota kembang 12 mei 2018
AKU ADALAH UDARA SERUPA ANGIN
By : Srihan
Apakah kau hanya menggapku sebagai angin
yang kau rindukan disaat kau gerah saja ...
Tapi pada saat yang lain bahkan kau lupa padaku....
Ya, mungkin aku memang serupa angin
yang melengkapi kehidupan
Namun sering kau lupakan
dan kau sepelekan
Padahal saat kau bernapas
Ada unsur angin, udara yang kau hirup
Namun tak pernah anggap penting
Bahkan sama sekali tak penting
Sadarlah, jika eok Tuhan merenggut nikmat bernapasmu ...
Akan kau butuhkan bertabung tabung oksigen
Untuk menyambung napasmu dan nyawamu
Ya, aku memang serupa udara dan angin
Aku akan bersahabat sangat baik denganmu
Dan jangan lukai aku sedikit pun
Atau aku akan menjelma badai
yang memporak porandakan seluruh hidupmu
#Sri Handayani
Bandung, 27 jan 2019
AKU ADALAH AIR
By: Srihan
Aku adalah air
Yang menari gemulai menyusuri anak -anak sungai menuju ke muara
Dimana ikan ikan riang melenggang
Mencari makan ...
Aku adalah air yang menggenang di danau danau berair payau ...
Dimana buaya merendam tubuhnya yang menyembunyikan beribu keganasan ...
Aku adalah air, yang diutus angin untuk menjelma ombak ....
Tempat para camar terbang bercengkrama
Menangkap ikan-ikan yang menggelepar sekarat diseret sang ombak laut ....
Tuhan menyuruhku tenang
berdzikir dalam tugasku, tetap mengaliri
Lekuk liku tubuh kehidupan
Padahal, terkadang jiwaku bergetar
Meradang melihat hiruk pikuk kehidupan
Keserakahan, kerakusan dan kesewenang wenangan manusia ....
Bahkan kebejatan manusia
Yang semena mena merusak alam
Seringkali aku meminta
"Tuhan ijinkan aku mengamuk dan melumat semua manusia yang berdekap jiwa angkara murka , sebelum kerusakan ini
Menjadi sempurna ....."
Tetapi Tuhan seringkali melarangku
Mataku senakin perih melihat kebodohan manusia tangbterus menerus merusak alam , berbuat maksiat yang durjana ...
dan lagi lagi aku berteriak " Tuhan izinkan aku menghancurkan manusia , dengan amukan stunamiku ...mohon Tuhan izinkanlah ...
Izinkanlah ...kumohon,
Lalu suatu hari Tuhan memberikan izinnya
Wahai manusia, bersiaplah kalian
Sungguh kesombongan dan kemunafikanmu
juga kejahatanmu, menipu daya sesama, , maksiatmu dan keangkara murkaanmu
Hari ini juga skan kuhabiskan dan kulumat dengan stunamiku ....
Hai manusia ....
Inilah aku stunami yang ganas akan melumatmu hidup hidup, kepongahanmu
Kesombonganmu tak ada apa apanya
Jika Tuhan telah mengirimku untuk menjadi stunami .....
Mari, mari ....inilah kematian kalian
Inilah kendaraan kalian menuju maut
Rasakan , rasakan amukan ombak yang marah
yang sangat rindu melumat keangkara murkaanmu, kesombongan dan kejahatanmu
Resapi maut yang nestapa bersamaku
Sadarlah, tak ada yang fana dan abadi di dunia ini ....
dan jangan pernah remehkan apa pun di dunia
Aku hanyalah air, namun Tuhan telah menzinkan aku menjadi stunami yang menjemputmu pada kematian ....
#Sri Handayani
Bandung 27 januari 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar