UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 13 November 2020

Kumpulan Puisi Sabrina Galu Chandra Kirana - BENCI


 
BENCI

"Cinta itu apa?"
Tanyaku padanya
"Sebuah rasa yang sulit dijelaskan"
Begitu jawabnya

"Rasa apa saja?"
Tanyaku padanya
"Rasa kangen,rindu,suka,benci,sayang"
Jawabnya padaku

"Lantas rasa apa yang kamu rasakan padaku"
Tanyaku padamu
"Rasa benci" jawabnya!

Benci adalah rasa
Rasa benar benar cinta
Rasa kesal yang dalam
Karena terlalu dalam
Memendam kerinduan
Yang entah sampai kapan
Bisa jadi kenyataan

Penyesalan dalam hidup
Mengenal tanpa mengecup

Mengapa kau hadir
Jika hanya kata dibibir

Mungkin harus begini
Membenci setiap hari
Karena keadaan diri
Yang hina ini

Aku hanya manusia jalang

Medan,7 November 2020
By sabrina galu chandra kirana



LUKA YANG TERDALAM

Diam menjerit dalam batin
Mencoba tersenyum tertawa
Walau terpaksa
Agar semua tau bahwa
Aku baik baik saja

Ingin mengadu pada siapa
Ingin mengeluh pada siapa
Ingin cerita pada siapa

Tidak..tidak
Biar kupendam saja
Semua kisah dan luka
Agar kanu rasa
Aku baik baik saja

Ya...begitulah adanya
Tak perlu risau pada saya
Tak perlu bimbang dengan cinta
Semua baik baik saja

Sampai akhirnya
Saya lelah dan menyerah
Mengakhiri semuanya
Dengan begitu saja

Aku hanya mampu berserah

By sabrina galu chandra kirana
Medan 14 november 2020



CLBK

Lihatlah kesana
Ada sesuatu disana
Menunggumu disana

Lihatlah kesana
Dia ada disana
Berharap engkau kesana

Lihatlah dia
Menantimu sejak lama
Cintamu yang lama
Lama di zaman mahabrata

Dia menemukanmu kembali
Dizaman ini
Saat reinkarnasi
Karena hati
Tak bisa dibohongi

Dia menunggumu

by.sabrina galu chandra kirana
Medan.30 november 2019



HARAPAN DAN TUJUAN

Bagaimana bisa aku terlelap
Sementara malam begitu senyap
Bagaimana bisa aku terpejam
Sementara hati remuk redam
Bagaimana bisa aku berharap
Sementara asa jatuh terjerembap

Bergelut dengan kegelapan
Mengutip puing puing harapan
Yang berserakan
Yang bertaburan
Yang bergelimpangan
Tanpa tujuan

Mengikuti jejak tak bertuan
Menuju laju kedepan
Dengan satu tujuan
Hanya menunggu ketetapan Tuhan

Aku tetap bertahan

By Sabrina Galu Chandra Kirana
Medan,30 November 2019



AKU,KAMU,DIRINYA

Antara kau dan dia
Berbeza watak dan tabiat
Semua ada pada kau dan dia
Berbeza sifat dan adat

Antara jawa dan penang
Terbentang rasa sayang
Dalam waktu yang panjang
Membuat hati senang

Antara sahabat dan kawan
Kamu hebat dia menawan
Tidak terlawan
Semua berkilauan

Antara cinta dan rindu
Berkecamuk jadi satu
Menghabiskan setiap waktu
Mengisi hari hariku

Engkau dan dia ada dihidupku
Membuatku kuat dan tak sendiri
Meskipun terpisah jarak dan waktu
Aku disini mampu berdiri

Ada dia dan kamu
Dalam hidupku
Mengisi waktuku
Menepis senduku

Aku punya dia dan kamu

By sabrina galu chandra kirana
Medan,3 Desember 2019



DIA

Terlalu sakit
Masih saja mau
Terlalu bodoh
Tetap saja mau dikibuli
Dia itu penipu bina
Dia itu tukang bohong bina
Dia itu manusia aneh

Mengapa masih saja...
Mengapa kamu masih terbuka untuknya
Dia itu penipu bina

Mengapa tetap saja...
Dia hanya dunia maya
Jangan percaya kata-katanya
Dia itu penipu bina

Belajarlah tanpanya
Bertahanlah dengan kekuatanmu
Kamu bisa bina
Jangan bergantung padanya
Dia itu penipu bina

Jangan biarkan kamu hancur
Jangan biarkan semua sia sia
Kamu bisa...
Dia itu penipu bina

By.Sabrina galu chandra kirana
Medan.16 Desember 2019



AKU

Tau kah kamu
Semalam tadi
Dalam hatiku
Menjerit
Menangis
Rasanya penuh sesak
Dada ini
Begitu bodoh
Seperti pengemis
Andai saja aq ada aq tak akan melakukannya
Aq ini siapamu
Apakah aq pembantumu?
Yang mnyelesaikan semua pekerjaan rumahmu
Aq ini siapamu?
Apakah aku pelacurmu?
Yang menemanimu tidur saat dirimu kesepian
Aq ini siapamu?

Ingatlah!....
Suatu saat semua akan pecah
Pecah karena tak mampu menahan amarah
Pecah karena semua sudah tak terbendung

Aq sadar aku ni siapa
Aq sadar aku ni dimana

Aq bukan siapa-siapa

AQ manusia hina

By.Sabrina Galu Chandra Kirana
Medan.13 Desember 2019



AKU MEMBENCIMU

Mengapa begitu sakit terasa
Sesak menyesak
Menghimpit denyut nadi
Menyumbat otak
Membuat senyum sirna

Menagapa engkau memuja
Sementara dibelakang engkau mencintanya
Mengapa engkau menyangkalnya
Sementara dia teristimewa

Mengapa kau ganggu rasaku
Mengapa kau ganggu jiwaku
Mengapa kau ganggu fikirku

Ingin rasanya ku maki diriku
Tidak..... ini bukan salahku
Seharusnya kamu yang ku maki
Hadir tak diundang
Lalu sirna menghilang
Muncul kembali dengan sejuta godaan
Merasa dirimu paling hebat
Kamu pikir aku tak tau semuanya
Dasar bajingan keparat

Setan apa yang merasukimu

For ab
Medan. 8 Desember 2019
By.sabrina galu chandra kirana



AMPUNKAN AKU YA RABBI

Diatas bumiMu aku berpijakDi bawah langitmu aku berteduh
Dengan matahariMu aku menghangatkan tubuhku
Dengan udaraMu aku bernafas
Dengan kasih sayangmu aku bisa hidup damai
Nikmat yang mana lagi bisa kudustakan
Selama ini aku begitu sombong PadaMu
Selama ini aku melupakanMu
Ampunkan hambaMu ya Rabbku
Aku makhlukmu yang lemah

Medan,3 Januari 2020
By sabrina galu candra kirana



BERSERAH

Tiada rasa terserah
Karena rasa tak akan pernah bersatu
Mungkin ini babak baru
Dan harus membuka lembaran baru
Mengubur semua luka
Membuang semua kenangan
Ketempatnya bermula
Jika dunia berkata
Jangan dihela
Jika semua berubah
Biarlah
Ini bukan takdirmu
Aku hanya wayangMu

By sabrina
Medan 17 januari 2020


SABRINA GALU
CHANDRA KIRANA

Kumpulan Puisi Idrus Jungkat - SEBAIT DO'A OENTOEK PAHLAWAN


 
SEBAIT DO'A OENTOEK PAHLAWAN
Idrus Jungkat.

Jang dipertoean agong padoeka soeltan
Tjietjoe radja agong Soeltan Syarif Abdoel Rahman
Izinkan sebait do'a aku persembahkan kehadapan Toehan sebagai pengakoean
Aku pohonkan syafa'at atas rasoel pilihan
Semoga jannah diserahkan pada padoeka sebagai tempat kediaman.

Toehan jang maha esa
Engkaoe adjarkan kepada aku tjara-tjara beradab, tentang keadilan dan memanoesiakan manoesia
Telah Engkaoe toendjoekkan kepada aku i'tibar pemimpin rakjat sedjak zaman kenabian
Engkaoe adjarkan kepada aku kekhidmatan bermusyawarat dalam memutuskan kebidjakan melaloei mereka jang dipertcaja'i sebagai perwakilan
Engkaoe adjarkan kepada aku tentang keadilan oentoek seloeroeh jang Engkaoe tjiptakan

Poedji beserta syoekoer atas karoenia-Moe oentoek padoeka dapat merangkainja dengan tinta
Dan mereka menyebutnja Pantjasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara di nusantara jang bernama Indonesia

Indonesia jang lahir dari rahim kehantjuran
Merangkak dengan pengorbanan
Menapak dengan perdjoewangan
Dewasa.bersama kemerdekaan

Terima kasih poela kepadamoe doehai pedjoewang
Tetesan keringat dan boeah pikiranmoe dibenak aku terkalang
Meski si bangsat mengatakan bahwa padoeka adalah pengkhianat
Sedjarah akan teroes mentjatat bahwa padoeka adalah salah satoe anak Indonesia jang hebat

Padoeka Soeltan Syarif Hamid II
Pengabdianmoe tak 'kan aku loepa
Pantjasilamu melekat erat di kepala
Walau sebahagian mereka berpoera

Keinginan berbangsa boetoeh perdjoewangan
Perdjoewangan bernegara boetoeh pengorbanan
Mewoedjoedkan berbangsa dan bernegara boetoeh pedoman

Padoeka adalah pahlawan
Meski mereka tidak menulisnja sebagai pengakoean
Pada hakekatnja pedoman hidoep Indonesia raya telahpoen padoeka toeliskan atas berkat dan rahmat Engkau ja Allah Toehan jang maha kuasa.

Aamiin

tok dalang
2 November 2020
08:50 WIB




KHAYAL
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Sudut ruang saksi bisu
Lamunan terbuai rindu
Ingin ku raih rembulan
Sabit atau gerhana

Lukisan abstrak kanfas gelas
Retak, leleh tinta warna
Cipta pola tak nyata

Sudut lain ruang bisu
Purnama menari
Gemulai meliuk manja
Goda jiwa ikut irama
Angkuhmu luluhkan hati
Tuk terus terbang tinggi

Purnama, sabit, atau gerhana
Buai lamunan rinduku
Lelap ku dalam mimpi
Entah kapan terhenti

Terminal Jungkat
22 Maret 2017
22.03 WIB



RASA
Curahan Hati : IDRUS ( Tok Dalang )


Ketika rasa mulai bicara
Haruskah ada yang terluka
Soalan hati yang mengira
Meski rasa terkadang salah

Ketika rasa mulai bicara
Haruskah rindu buncahi jiwa
Senyum manis berubah arah
Mencipta angkara murka

Ketika rasa mulai bicara
Alangkah indah jika dirasa
Menghirup madu asmara
Meski cuma hayalan jiwa

Ketika rasa mulai bicara
Bergejolak ombak samudra
Angin topan datang melanda
Longsor meraja lela

Ketika rasa mulai bicara
Lemah lembut mengucap kata
Gemulai kala melangkah
Bibir tersungging indah merekah

Rasa
Ketika kau mulai bicara
Baik buruk tetaplah pasrah
Suka duka haruslah redha
Karen kaulah tujuan cinta

Warung kopi 28 april 2017.. 23:30 wib
Suasana hati yang gundah gulana



SURGA
Karya : IDRUS ( Tok Dalang )


Hijaumu menghampar menyejukkan mata.
Menguning bunga di padang luas.
Jingga mentari menyinari, pancarkan kilau permata biru.
Buih memutih beraroma nyiur melambai tertiup angin sepoi-sepoi
Sebongkah salju beku penyejuk hati, kokoh melindungi.

Oh .Sungguh Indah pesona ciptamu adinda.
Ingin segera ku dekap sepenuh jiwa.

Nafsu membara tuk meraih warnamu,
Merasakan nikmatmu,
Duhai...CENDOL GULA MERAH



Secuil Harapan : Idrus ( Tok Dalang )
NAK..

Semakin kurus dirimu Nak.
Hitam terbakar Matahari
Tiada letih kau berlari
Tak lelah kayuh sepeda
Tenggorokan kering bukan masalah.

Terlalu kuat dirimu Nak.
Dihadapmu godaan menerpa
Kue jajan teman sebaya
Tak hirau, kau terus berlari
Tertawa riang, menari bahagia

Terlalu sabar dirimu Nak.
Menunggu, meski kadang bertanya
Pak. Sekarang pukul berapa?
Azan magrib berapa lama lagi?
Jawaban bohongku selalu kau percaya
Kau kayuh lagi sepeda
Hingga ku teriak, Naak mandi..

Mandi... Isyarat menjelang senja
Saatnya mengganti busana
Lalu bersila engkau cerita tanpa sensor
Editing apa lagi
Mimikmu tak palsu
Gayamu?..Bukan akting penghuni senayan

Suara menggema dimana-mana
Alunkan lagu karya Bilal bin Rabah
Spontan kau teriak Alhamdulillah
Saatnya berbuka puasa

Nak..Kurusmu, hitammu
Smoga tak kurus dan hitam masa depanmu.

Kontrakan13 Juni 2017
Buat anakku Digjaya Natakusuma



DO'A DALAM AMARAH
Karya IDRUS ("Tok Dalang")


Kau boleh hancurkan raga
Tapi tidak hati dan jiwa
Walau lautan tinta mengering
Kami tak bergeming
Cepat atau lambat itu urusan Mu

Karena kami tau
Semua harus berpisah
Hanya cara dan waktu pembeda
Kalau ku boleh mengemis
Jangan buat ku menangis

Kalau ku boleh mengharap
Jangan beriku ratap
Agar ku dapat mengukir
Sebuah patung tak kikir
Yang mulutnya dipenuhi zikir
Patung yang selalu dijaga oleh Mu

Kalau ku boleh meminta
Dahulukan diriku
Agar ku dengar do'anya
Mengharap pengampunan Mu
Dahulukan diriku
Agar ku dengar ayat ayat Mu
Dari bibirnya syahdu

Kau tak kan pernah bisa hancurkan jiwa kami
Karena kami telah memahat batu karang
Dengan ketabahan dan kepasrahan

Jungkat 7 November 2017
Untuk anakku DIGJAYA NATAKUSUMA yang terbaring sakit



MAUT
Karya "Tok Dalang"


Wahai
Ketika sangkakala ditiupkan
Terpejam diam membeku badan
Terbaring menunggu harapan
Nyata ataukah khayalan
Upah yang dijanjikan

Duhai
Ketika sangkakala ditiupkan
Tanya perlu jawaban
Bangkai gentayangan
Apa yang kau lakukan
Kenalkah kau akan Tuhan

Duhai
Ketika sangkakala ditiupkan
Tiada sanak tiada teman
Selain amal perbuatan
Hukum ditegakkan
Tak kenal pangkat jabatan

Wahai
Ketika sangkakala ditiupkan
Sorga bukan tuntutan
Neraka bukan pilihan
Bagkit kau dari buaian
Ikuti kemana Tuhan

Pemangkat ,5 November 2017



CINTAKU DI PADANG RUMPUT
Karya : IDRUS (Tok Dalang )


Mi mi mi
Panggil ku
Di sini rerumputan hijau menanti
Lekaslah datang kekasih
Kutakut mentari meninggi
Bakar kepala tak bertopi

Embun pagi menghilang sudah
Melangkahlah kemari
Duhai pujaan hati
Saatnya dikau nikmati
Anugerah pengatur bumi

Jungkat 2 November 2018



TAKUT
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


kuntilanak melayang
Rampas belulang
Lapar berubah kenyang
koreng meradang
lengking kekeh terngiang
Tak kuat kupandang
Segera kupasang
Jurus Lintang
Melintang pukang
Tunggang langgang
Tak sadar kaki menendang
pantat kuntiku sayang



ZIKIR
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


hujan luluhkan beSi
Matahari mulai mencair
Hening, sunyi berteman lilin
Bibir gemetar menyebut namaMu
Semakin kukejar semakin jauh
dekati diriku kekasih
Kangkangi aku
Agar kita dapat menyatu
Dalam desahan nafas rindu
Hingga nikmat melupakan diri

Kuingin bersetubuh denganMu
Diranjang bertabur bunga
Desahan nafas membara
AH' lautan nikmat hempaskan nafsu

Lidahku bermain dibibirMu
Terbang diawang asmara
Bersatu ku dengan Mu
Peluh mengalir di kelopak mata
Gemetar jantung tatap pesonaMu
Huuuu!
Kau telanjangi aku



ZIKIR 2
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Genderang
Bukan perang
Pesta perayaan manten sunatan
Mengalun puji pujian
Pada maha Rahman
Harap syafaat Rasul pilihan

Menari ikut irama
Bernyanyi bersama
Syair indah bermakna
Lantunkan kalimah
Laa ilaha illallah
Muhammadurrasulullah

Tetes bening meleleh dipipi
Ingat padamu nabi
Karenamu kami disini
Dalam majlis silaturahmi
Ya Nabi salam alaika
Ya Rasul salam alaika
Ya Habib salam alaika
Shalawatullah alaika



BUAT KAU YANG PEDULI WIDHIE
Karya ; Idrus (Tok Dalang)


Disini kau bergerak
Tak perduli badai
Tak hirau panas
Terus bergerak
Perlahan namun pasti

Disana sikecil berharap
Berharap kesembuhan
Berharap pertolongan
Berharap mukjizat
Walau tak berharap pada kau disini

Disini kau merasakan sakitnya
Disini kau mainkan alat musik
Disini kau berceloteh
Disini kau bardansa
Harap belas dari penderma
Demi sikecil disana

Kau!.
Terlalu peduli walau dirimu tak kau duli
Kau rogoh sakumu walau sakumu juga perlukan isi.

Kenapa mesti kau yang bergerak
Kenapa kau yang merasa
Dimana Penguasa, Kemana ahli Ibadah
Disaat sikecil butuh uluran tangan
Adakah dia di televisi?
Ataukah mengunjungi Masjid dan Gereja?
Sembari menjual kecap nan manis ?
Terlalu manis hingga lalai pada diri.



GUDANG GARAM
Panton Idrus ( Tok Dalang )


Abes saor ,kusambong tidok
sholat suboh ,nantilah dolok
Maseh ade ,suboh yang besok
mudah mudahan, ku tidak sebok

Pukol enam, aku pon bangon
cuci muke, memakai sabon
Maseh ade ,sisa kelepon
menggoda iman, oh minta ampon

Tebayang bayang, segelas kopi
kopi panas, buatan bini.
Sambel ngerokok, di atas kursi
Tambah sepotong, kue serabi

Haddoooiii......

Dudok sebentar , menonton TV
siaran berita, didalam negeri
Pagi siang ,dan sore hari
Selalu same, pasal korupsi

Ditambah lagi, kabar polisi
telah berhasil, nangkap pencuri
Pengedar sabu, pemaen judi
Persekusi, berita inti.

Rase bosan, mulai menghantam
Nengok berite , yang banyak ragam
Liorku mulai, terase masam
Aku jeling, si gudang garam

Gudang garam ,didalam canting
tiada henti, aku meninting.
Bini aku , mulai ngerising
Tunjok peninju, tepat di kening

Iyelaaaaaaaah, aku mengalah
dari pade, jadi masalah
Gegare rokok, dose bertambah
puase batal, astaghfirullah

Cepat-cepat ,kupegi mandi
Tidak lupa ,menggosok gigi
Habis mandi, kutolong bini
Dudok nyangkong, ngawankan nyuci

Tengok jam dinding, setengah dlapan
aku merugas , tarek setelan
Siap berangkat, tempat cangkulan
tugas rutin, seorang karyawan

Kemane pulaaaaaak, die tenggelam
Kace mate , bewarne hitam
Kucari sampai, kepala medam
Adooooooohai,
tepandang agik ,si gudang garam

Tungguuuu kau, hati mendendam
mane lior, semakin masam
Awas kau , hai gudang garam!
Sore nanti , kau ku tungam

Kace mate , udah kudapat
Konci pulak, mane melesat
( becari laaaaaah pulak..)
Eee, Tepandang agik, same si bangsat
Gudang garam, pembawa berkat

Untung cepat , ku dapat konci
Tidaklah lagi, becari-cari
Gudang garam, ku jeling lagi
Baca bismillah ,akupun pergi



ANGKUH
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


Kuasamu melebihi kodratmu
Lagakmu melebihi mampumu
Sehingga kau lupa
Lupa pada bumi
Lupa siapa diri
Lupa karena serakah

Pohon kau tebangi
Ba'da nya kau tanami
Kapan membesar ?
Tak mungkin
Karena tipu dayamu
Sebusuk bangkai tak bernyali

Curi curi dan curi
Rampok rampok dan rampok
Kerakusan tampak nyata
Walau kau terus berkilah
S'moga sang pohon menimpa
Kepalamu



OPLET
Karya Idrus ( Tok Dalang)


gerimis sore basahi terminal
terminal ku sayang
terminalku malang
satu dua oplet datang dan pergi
sepi penumpang akibat industri

kuda besi dimana mana
ciptaan tuan penjajah
mesin pembunuh ganti senjata

oplet tua pilot tua
bekerja dengan sisa tenaga
satu satu nafas kau hela
sunyi dari keluh dan kesah

topi lusuh tutup kepala
celana pendek pelindung paha
sandal jepit menjaga langkah

oplet satu dua
tak pernah kau khianat
walau dikau sasaran umpat
gerimis sore terminal
tempat bercanda melepas penat.



AKU BUKAN PENGHIANAT
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Ringan namun berat
Pikul harus kuat
Jinjing apa lagi
Melawan kodrat
Sebab amanat
Batin mengumpat
Kalahkan diri
Aku bukan penghianat

Inginkan tata
Kaca benggala
Retak oleh benturan
Cetakan tinta jadi aturan
Merantai hati yang pasrah
Argumen jadi senjata

Pundak kuning
Badan meng abu
Kaki membiru
Sumpah setia telah terucap
Firman ilahi di atas kepala
Tak kan ternoda oleh iba
Karena sudah tersurat

Kamu kamu dan kamu
Sama di mataku
Walau adil ku tak tau
Itu aku bukan kamu

Permata bukan citaku
Puji bukan inginku
Hina bukan karenamu
Sumpah bakti membelenggu

Gertak kasarmu
Ancam kerasmu
Lelucon basi purbakala
Percuma !
Karena aku bukan penghianat

Terminal 14 April 2017



DI BALIK PINTU
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


Sedih ku tanpa mu
Sepuluh detik lalu
Lama ku rasa itu
Terus menunggu mu
Menatap langit di balik pintu

Mentari di ufuk timur
Merah di ufuk barat
Sabit jadi purnama
Gonta ganti tiada henti
Terus menunggu mu
Menatap langit di balik pintu

Rindu semakin rindu
Entah , Aku tak tau
Khilaf
Beradu dalam buai nafsu
Sesal memburu bak peluru
menerjang jantung menanggung rindu

Sepuluh detik lalu
Cinta berubah rindu
Kau !
Berlari jauh bersama semu
Sementara aku ?
Sedih
Rindu
Terus menunggu di balik pintu

Terminal jungkat 10 pebruari 2017



PAHLAWAN
"Idrus Jungkat"


Saat kau keluar menatap dunia
Aku berpakaian putih biru
Menyimpan buku di saku
Dan tak tahu di mana suara tangis mu
Tangis yang mungkin memanggil namaku

Bertahun-tahun waktu berlalu
Aku mengerti, kau adalah pahlawan
Setia dengan senyuman walau terkadang dipaksakan
Karena kau tahu arti kesetiaan

Tak lelah kau menendang dapur
Tak letih kau meninju sumur
Tenang ketika aku menganggur
Tabah meski harus makan bubur
Kau tetap bersyukur

Jahilku tak membuat kau pergi
Meski aku tahu kau tersakiti
Kau tak inginkan dendam
Sepi seperti malam
Pada lelaki kau diam

Perjuanganmu begitu berat
Menjaga aku yang sekarat
Tanpa senjata kau beraksi
Menjaga marwah dan harga diri

Umayrah

Aku mencintaimu

tok dalang
10 November 2019



GERAM
" Idrus Jungkat "


Ingin kupecahkan Kepalamu
dengan ribuan anak bedil,
untuk kau tau betapa benciku

Kurebahkan jasadmu di pembaringan kaca
Kubaluri tubuh indahmu dengan formalin, untuk kumaki setiap pagi, kuludahi dimalam hari
Agar selalu ku ingat saat kau merampok hatiku.

( Jungkat 18 Januari 2018 )
Tok dalang



SENGGAMA
" Idrus jungkat ''


Jantungku berdetak kencang
Saat kau ajak berperang
Bertarung di ranjang
Dari malam menuju siang

Panahku tepat tancapnya kuat
Otakmu muncrat rasakan nikmat
Busurmu hebat melekat erat
.
Air matamu berurai saat ku terkulai
Jutaan benih kusemai di ladangmu " Bohay "
Rawatlah jangan lunglai, sampai kita tuai
Sebagai saksi bahwa nikmat ini tak akan usai.

( Wajok hilir 20 Januari 2018 )
Tok dalang



ZINA
" Idrus Jungkat"


Kubuka serambi hatimu
saat hujan menatap murka
dan angin tiupkan angkara
pada bumi yang histeris
melihat kita mendesis
bergumul di ranjang iblis

Inginku halalkan dirimu
duhai pemuas nafsu
agar hujan tak murka
angin tak marah
dan bumi tak histeris
melihat kau meringis
saat Khuldimu kutusuk Keris

( 15 Januari 2018 )
Tok dalang



AKU INGIN LAGI
"Idrus jungkat '


Dibawah rimbun pohon
bibir kita saling mengatup
dan nafasmu menutup jantung meletup .

Tak perduli pada Enggang yang memandang kita bergoyang, beriring desahan nyanyian rembulan, di padang rerumputan berdendang, tanpa sehelai benang lalu menghilang.

Dan kini,
Bersama sepi
Kuharap kau kembali obati hati
yang letih menanti

( Jungkat 22 Januari 2018 )
Tok dalang

IDRUS JUNGKAT
(TOK DALANG)


Kumpulan Puisi Endang Astuti - KEBAHAGIAAN SESUNGGUHNYA


 

KEBAHAGIAAN SESUNGGUHNYA

Kuselipkan pinta sehari lima kali kepada-Nya
Berharap bahagia tanpa syarat 'kan terjumpa
Pada lembaran kisah hidup
Selama napas terhirup

Sesederhana aroma kopi di pagi hari
Kuracik dengan sepenuh hati
Sebagai penggugah semangat
'Tuk lalui hari yang terkadang berat

Bukan bahagia memiliki segalanya yang kupinta
Namun cukup bahagia memiliki cinta apa adanya
Bukan terpaksa, tulus tanpa rekayasa
Itulah sebenar-benarnya cinta

Dan kupeluk sebenar-benarnya cinta
Darinya yang teramat sederhana
Dia adalah kebahagiaan sesungguhnya
Sebab bersamanya kutemukan ketenangan jiwa

By Endang Astuti
Kebumen, 30 Oktober 2020



ASA SEBELUM SEPTEMBER TUTUP USIA

Pada penghujung September nun indah
Kuncup bunga layu kembali merekah
Tersenyum tersirami tetesan embun
Mentari pun terbangun kala pagi masih ranum

Terdengar kenari bersenandung riang
Mengantarkan sang pagi berganti siang
Menjadi teman sejati lalui hari 'tuk meringankan beban atas kepala
Meski peluh mengalir deras di sekujur raga

Bunga-bunga September bermekaran
Seiring rinai hujan membasahi pelataran
Kelopaknya jatuh seketika tak sempat jadi telaga
Pada kapas empuk hamparan asa semata

Kumenengadahkan tangan kepada Tuhan
Saat malam menjelang bersama barisan hujan
Sebelum September tahun ini tutup usia
Semoga bahagia membanjiri jiwa-jiwa renta
Akan ketidakberdayaan hidup di dunia yang sejatinya hanya sekejap mata

By Endang Astuti
Kebumen, 28 September 2020



SEUCAP PINTA

Sore ini langit tak cerah mewartakan bahwa jingga tak akan singgah tersebab awan kelabu menggumpal menjadi satu mengisyaratkan jika hujan 'kan menetes di genteng atap rumahku.

Perihal harap yang belum sempat kudekap dari jiwa yang begitu hangat, kumengeja baitbait asa walau harus menelusuri loronglorong gulita tanpa cahaya, Dan angin berbicara dari balik jendela "aku ingin meminang bahagia bersamanya".

Seiring rinai hujan bertandang, tetesnya berjatuhan pada bunga bougenvil yang bergoyang, sejuk terasa menemani gebu keresahan kalbu walau ada rindu yang disepakati sebagai temu pada persimpangan jalan antara kau dan aku.

Aku berdiri menatap nabastala yang tak lagi jingga, ada seucap pinta kepada Yang Kuasa semoga kau baik di sana, senantiasa meminangku dalam pelukan asmara meski masih terbatas aksa.

By Endang Astuti
Kebumen, 6 Oktober 2020


Kamis, 12 November 2020

Kumpulan Puisi Tito Semiawan - SARAPAN



BENCANA DAN POLITIK

Agustus dan bencana
Ramai riuh polemik
Dari dosa berakhir murka
Hingga kutuk keji dibakar benci

Kabar burung mengikis fakta
Tahun memanas gempa terkait
Politik mengeras harga melonjak
Menaksir musuh menimbang koalisi

Saling menunggangi saling khianat
Uang pelumas laksana siluman
Jelata komoditas layaknya terdakwa
Dingin Agustus tak merubah kontestasi

Bumi bergetar iklim bergeser
Kayu bakar fitnah dan dengki
Elit menumpang popularitas
Korban tetap menjalani hari

Tito Semiawan
221120

----------<0>----------



CAHAYA

Pada mulanya adalah putih
Tanpa lengkung hanya larik
Melesat dari ketiadaan nisbi
Menembus gravitasi

Menabrak titik air
Pecah warna pelangi
Seperti cabikan permadani
Sampiran selendang bidadari

Melesat dan bersatu menjadi zarah
Arungi ruang hampa
Bersama materi semesta
Lenyap terserap lubang hitam

Cahaya padam
Melebur legam
Semua bermutasi
Menjadi anti materi

Tito Semiawan
221120

----------<0>----------



TELEVISI


Iklan memenuhi ruang
Kutatap layar kaca
Kutekan tombol remote
Iklan berganti adegan
Iklan bertukar produk
Kunanti sinetron favorit
Kuusik bosan jam tayang
Iklan bernyanyi
Iklan dusta
Kutegakkan kepala menolak pegal
Kusandarkan tubuh di kursi rotan
Iklan habis
Logo berganti saluran televisi
Film mulai digadang adegan
Riang senang pandang berbinar

Gadis manis bawa berita
Lidahnya lancar mengecap dunia
Mengupas derita di lain benua
Mengulas isu bawa fakta
Moderator bagi undangan berseteru
Kritik tajam keterpihakan
Kalimat tendensius
Ramai berbalas kata. Pedas
Iklan jeda bagi debat
Iklan jawab rating

Prime time saat mendulang emas
Reality show berjuta bintang
Tanpa kecerdasan tanpa keahlian
Konsep kedodoran bahasa kasar
Tak ada pesan bahkan moral
Segala cara dihalalkan demi rating
Adegan berulang dan berulang miskin ide
Bercakap dan serapah campur baur
Iklan durasi makin panjang
Iklan bayar lebih mahal

Pindah channel acara yang lain
Lomba nyanyi sejuta kritik
Juri bak dewa berkuasa absolut
Kontestan adalah obyek cela
Menyanyi hanya selingan
Host menyita waktu dengan canda dan omong kosong
Lempar kata tukar ledek
Iklan berderet
Iklan menghabiskan slot

Capai dan kantuk
Bombardir iklan acara tak mutu
Kutekan tombol off di remote
Televisiku tewas aku lelap

Tito semiawan
151120

----------<0>----------



ANGIN KEMARAU


Angin Barat angin sepoi awan hitam awan hujan
Datanglah dengan segala tunduk mengawal Indra
Angin Timur angin lesus awan putih awan kering
Pergilah dengan segala paksa patuhi Bayu

Angin berlomba lesakkan debu di perih mata kemarau
Angin berhembus di terik mentari
Angin mengarak awan putih hindari langit biru
Angin menyemai kering di punggung renta musim ke tiga
Angin dan daun menari berdesir di siang yang letih
Angin berwarna lembayung melukis wajah bumi
Angin kembara mencari bibit kehidupan di pelosok sejarah
Angin menangkap gemerisik doa dedaunan
Angin meliuk naik dan menjauh
Angin datang dan pergi ulangi siklus hidup mati

Tito Semiawan
151120

----------<0>----------



ANOMALI

Matahari terik angin dingin
Kemarau kering es berderai

Bulan darah malam bintang
Debu terbang hujan hilang

Pohon kusam langit cerah
Rumput layu tanah merah

Sawah retak semak berbiak
Sumur kering dalam menghujam

Tanah lapang berselimut tikar
Tangan tengadah doa merebak

Tito Semiawan
151120

----------<0>----------
TITO SEMIAWAN


Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - AKAN KE MANA HIDUP INI DIARAHKAN?




OPINI KRITIK:
Siamir Marulafau


Luar biasa membaca antologi puisi berjudul 'MERAH PUTIH' karya Ni Putu Putri Suastini. Antologi puisi ini tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia tetapi juga dalam bahasa Inggris. Saya mengetahui bahwa ada beberapa puisi dalam bahasa Inggris. Yang saya baca berjudul ′′ PERAHU DAN TANGAN yang memiliki makna yang baik dan mendalam diungkapkan bagaimana alam memiliki kekuatan melebihi kekuatan manusia.

Puisi tampaknya memiliki kemampuan untuk menulis puisi dalam bahasa Inggris untuk memilih kata-kata atau diksi yang baik dan tepat dan menggantikan sosok bicara seperti personifikasi:

′′ Angin menciptakan percikan air
Gelombang mendengarnya. Dia menari
Dan gulungan, dan gulungan, mabuk
Sangat tinggi!"


Puisi juga menggunakan ulangan untuk menekankan makna puisi agar dapat menggambarkan karakteristik gelombang. Kapten kapal harus berhati-hati untuk berbalik karena ombak ayunan kadang-kadang datang untuk merayu. Itulah gambaran yang terjebak pada perasaan yang mendalam sang penyair, yang memberi peringatan bagi mereka yang mengendarai perahu saat ombak liar.

Sebagai seorang penyair seorang kritikus sastra merasa terkejut atas kecakapan para penyair dalam mengganti dan memilih kata-kata yang tepat dalam menulis puisi ini. Saya berani mengatakan bahwa antologi ini sangat bagus untuk dibaca oleh siswa literatur. Ini mungkin juga bisa jadi referensi bagus bagi yang ingin menulis skripsi sarjana di Universitas.

Selain itu, saya tahu bahwa gambar penyair sepenuhnya berdasarkan alam yang indah sebagai inspirasi yang indah untuk menulis puisi. Dia merasa sulit untuk memisahkan dirinya dari alam. Dia bermaksud meminta orang-orang untuk kembali ke alam dan menghargai ALAM sebagai ciptaan Tuhan yang memberikan kelebihan kepada manusia.

Entah gaya menulis puisi dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris tampaknya sangat puitis. Bahasa puitis dapat ditemukan dalam setiap baris puisi dengan tokoh-tokoh ceramah agar puisi indah untuk dibaca.

Salam hormat,

Selamat pagi, teman
Assc.Prof. Siamir Marulafau,Drs,M,Hum
NIP. 19580517 1985031003
FIB USU, Medan



UCAPAN TERIMA KASIH
Oleh :Siamir Marulafau


Terimakasih atas pengiriman buku bertajuk " Trilogi Puisi Merah" karya : Ibu Ni Putu Putri Suastini. Kehadiran buku ini menambah wawasan pengetahuan di bidang perpuisian. Saya sangat terharu dan tertegun membaca karya penyair ini dengan menggunakan "Warna Merah" . Saya sangat setuju jika penyairnya menggunakan warna merah sebagai lambang keberanian dalam perjuangan hidup (Struggling for life). Ini satu ajaran dalam kehidupan yang sangat bermagna yang memiliki visi dan misi ke depan untuk lebih maju dalam pejuangan hidup.

Penyair Nusantara ini sangat bagus untuk dijadikan panutan bagi penyair lainnya,khusus penyair wanita yang memiliki semangat yang tetap berkobar dan tak padam sampai nafas di titik akhir. Dengan ucapan dan tulisan tertera dalam TRILOGI PUISI MERAH ini, saya sebagai penyair dari Medan, Sumatera Utara mengucapkan Selamat kepada Ibu Gubernur Bali.Moga sehat dan terus berkarya sampai titik terakhir. Salam Sastra.

Medan , 30-10-2020
dtt
Associate Prof.Siamir Marulafau,Drs,M.Hum
Nip. 19580517 1985031003



JANGAN PERNAH MATAHARI MENOLAK UNTUK MENENANGKAN HIDUPMU

tidak pernah matahari menolak untuk mencerahkan kehidupanmu
karena aku tahu bumi milik kita
Tapi kapan nyawa tertukar?

Apa yang harus dilakukan jika Virus akan tersebar?
semua jendela dunia akan tertutup
pintunya pun akan terkunci
menakjubkan untuk virus yang tidak terlihat membunuh semua pria

tidak ada yang menghindari pandemi ini
karena terlihat seperti setan dari langit biru
Rasanya seperti percikan batu keras di atas kepala

membuat semua makhluk dimanjakan menjadi sia sia
betapa jeleknya wabah menjadi liar di antara semuanya
Jaga masker untuk menghindari dalam kehidupan
dan jarak sosial dijaga
hidup itu seperti matahari berkilau cahayanya
untuk membuat setiap hati berada dalam DAMAI

Oleh:
Siamir Marulafau
Medan,October 26,2020



Apresiasi Puisi Kemanusiaan Sedunia 2020, dianjurkan oleh Persatuan Pemuisi Nasional.

AKAN KE MANA HIDUP INI DIARAHKAN?
Siamir Marulafau


akan ke mana hidup ini diarahkan?
bertanya selalu pada bulan
bulan pun tak enggan menyapa
chahaya-ku untuk makhluk di bumi

berjalan kau di atas bumi
semua pepohonan akan bercahaya
jika hati bersatu dan berdaulat
membentangkan daun-daun yang bukan kering

angin pun tak akan menghembuskannya
bila merona di setiap gerak dan langkah
dengan kedamaian dalam hati yang tulus
toleransi bersemayam dalam dada terbuka

solidaritas menjalar dalam ingatan
sepanjang bumi merangkul sukaduka
antar sesama mengukir rasa citra
dunia akan tersenyum dalam celah kemanusiaan

Medan,24-10-2020
#PemuisinasionalMalaysia#
#Pemuisikemanusiaansedunia#



-------------------------------------------------



AKU BKN GILA PANGKAT,GELAR,KAYA,MISKIN,PENYAIR/SASTRAWAN TAPI INGIN JADI MANUSIA SEJATI
Udstz/23/10/2020




To Read Nilavro Nill Shoovro’s poem entitled “THE LAST REBELLION”
By : Siamir Marulafau _ Indonesia, penyairdcm2@gmail.com


The Last Rebellion
Nilavro Nill Shoovro

I am not dead, although
Sleeping in my coffin
With the eyes closed forever
With all those dreams of a future

You think I have died, like
Many others, deceived or
fighting for you down the ages
or facing your bullets instead

You think I should take rest
In peace to forget everything
From the fear of death
To the pain of dying…everyday

Now that I’m no more relevant
To cast any vote to make someone
Win, to power; or depower others
I feel relieved and free from slavery

I am not dead, as you like to think
I am not dead, as you have conspired
I am not dead, as you break the news
I am not dead, as you want to prove

6th November’ 2020

I.INTRODUCTION AND ANALYSIS
The above poem entitled “THE LAST REBELLION” by Nilavro Nill Shoovro seems to invite my interest to read because this poem is full of metaphoric words. This my fellow poet has put some brilliant and golden ideas to ask poets and poetess in all over the world to write poems in the Web of OPA.Since i became a member of this fine group, i knew that this fellow poet had been very active to select the poets’ works to share constributions in the group. Nilavro Nill Shoovri is a brilliant and esteemed poet in the world of writing poems because he uses to write poems which seemed to be good and one of the topics he wrote is “The Last Rebellion” makes his feeling to rebel as what he feels in this poem.

This poem is also magnificent to appreciate. Students of University may analyse this above poem based on literary theories they like. The use of theory depends on what specific subject matter there be analysed such as Rene Wellek and Austin Warrent’s theory, Mimetic theory, Socio Literary theory, Structural theory, Semiotic theory, etc.

The theory of literarture used in analysing this above poem is Socio Literary Theory and Structural Theory. The analyst tends to use these theories because the poem really concerns with the social problem and the way how the poet wrote the poem is based on structure.

Actualy, the poet is not a politician but there will be something like experience until the event recorded in his mind as a poet. And this is a moment assumption to be expressed in my my feeling as a literary critic to read the above poem by Nilavro. No wonder if this topic is about “The Last Rebellion” be written so as to rebell everything seen and touched by feeling . From the topic written, the reader can assume that it might be there is something inspired to feel annoyed of human actions towards human conflicts like how cruel man to treat slavery, kill and insult and opress as well.

This may bring a fact in today’s time that many people feel worried about human actions which can not be controlled in the developing of technology. More or less my assumption will be like that brings my mind to think and feel why the poet, Nilavro writes this above poem. If the topic and the lines of the first poem analyzed, it seems the choice of words precisely right . The words are mostly expressed in the color of rebellion. Let's see the following lines of the first poem:

“I am not dead, although
Sleeping in my coffin
With the eyes closed forever
With all those dreams of a future”

What he says is true that the poet is not dead though he is sleeping and he closed his eyes in his coffin but his dreams are still running in the future. The poet seems has a specific vision and mission in the furure to think over about human life. The poet seems to be a good writer to see around of what happened in social life.


In the second poem, Nilavro as a poet emphasizes his objection to think about human actions in case of cruelty and oppression towards man. This may be occurred in social life to kill each other without having a mercy. In these lines, the poet says that he has not died like may others and they may not think he has died. He does not like if some one deceives and fights and uses bullets to kill one with another.

“You think I have died, like
Many others, deceived or
fighting for you down the ages
or facing your bullets instead”


In the third poem, the poet seems to remind the ones who had a contradiction to his mind and he frankly says that eventhough he takes rest, he never forgets everything in PEACE, even from the fear of death and the pain of dying as well. My assumption to this urge by the poet is exactly true if it is seen from the personality of a poet that he, who is a brave to struggle for survival of human life in case of oppressing slavery.

“You think I should take rest
In peace to forget everything
From the fear of death
To the pain of dying…everyday”

The emphasis of this statement is really in his mind that he never stopps to think about the slavery’s way of life treated by the poeple who may not concerned with. He further thinks that the life of slavery is useless and like rubbish. Let's see these following lines :

“Now that I’m no more relevant
To cast any vote to make someone
Win, to power; or depower others
I feel relieved and free from slavery”


In the above poems, Nilavro says he has no more relevant to cast any vote to make someone get win so as regarding as a power that make his life free from slavery. He pusues all the actions conducted by the man’s cruelty on the lives of slavery. He knows that slavery is man and has a right to live in this universe.

In the last poem, the poet really uses repetition to retell that he is not really died as they think about him.Though they have conspired to think he has died,but it is merely in illusion. Though they spread and break the news to prove, but it is not really true in his mind. Let's see these following lines how the poet expressed his opinion about what he says honestly.

“I am not dead, as you like to think
I am not dead, as you have conspired
I am not dead, as you break the news
I am not dead, as you want to prove”


II. LITERARY COMMENTARY

In my opinion as Opa poet and literary critic, i assume the poet, Nilavro Nill is wise enough to illustrate the social condition of living in modern time caused by the oppression through writing poem. This is a fact occurred in social life in todays’ time,which may not be avoided to write and talk. I dare say this poem is a free verse and constructing in a narrative prose writing, which is not related to the type of conventional writing.

Viewed from the style of writing, this poem is a modern one,and the language used by the poet is rather simple and easy to understand. This poem is constructed in metaphoric language. So, the poem is seemed beautiful and has social and philosophical meaning.The choice of words are good and the figures of speech are also clear referred to metaphoric language that make the poem written be beautiful.

The structure of language used by Nilavro in this above poem can be found in Robert Khorn’s Patterns of English Sentences like :

SUBJECT ----- MODAl ------- ADJECTIVE
I am not dead
SUBJECT ---MODAL--- SDJECTIVE --- CONJ ---SUBJECT ----VERVB COMPLEMENT
I an not dead although (I) sleeping in my coffin.....
SUBJECT------- VERB ------ CONJ---- SUBJECT---- MODAL------VERB ---- OBJECT
You think (that) I should take rest
You think (that) I have died

SUBJECT ------ VERB ------ADJECTIVE --- CONJ----SUBJECT---ADJECTIVE
I feel relieved and (I) free from slavery
SUBJECT (Inf. to ---- CONJ-----SUBJET(Inf. To) ----VERB COMPLEMENT
To cat any vote (and) to make someone win, to power.....
SUBJECT--- TO BE --- AD ---- Conj---SUBJECT ---VERB COMPLEMENT---OBJECT
I am not dead as you you like think to
I am not dead as you conspired
I am not dead as you break the news
I am not dead as you want to prove

III. CONCLUSION AND SUGGESTIONS

Having read and analyzed this poem, i come to conclude that this poem really talks about social condition of the world in todays’ time whereas many victims are found to be victimized to be slavery and oppression. However,these should be a concept of mind that be written through poem entitled “The Rebellion” by the poet.

The choice of words by the poet is precisely right and the figures of speech is really suitable for constructing poem. So, my suggestion to other readers is that they should read and analyse this poem in order that they can improve their knowledge in terms of writing poems besides knowing the social condition described by the poet.

IV. REFERENCES

Alexander, L.G. 1977.Poetry and Prose Appreciation for Over Sea Studies.
London :Longman Group.
Aminur Rahman.2016. Perpetual Diary. Persatuan Sastrawan Malaysia.Kuala Lumpur.

Arthur , B. 1968. Reading Literature and Learning a Second Language. Language
Learning 18(3-4), 199-210.

Benton, M. & Fox, G.1987. What Happens When We Read Poems in Lee, V J.(ed)
English Literature In Schools,Milton Keynes : Open University Press

Booth, D.E,& Moore,B.1988.Poems Please.Markham,Ontario Pembroke PublisherLtd.

Carter, R & M. Long. 1991 Teaching Literature.Longman



APRESIASI GLIMPSED PADA PUISI SHAKIL KALAM ′′ AKU MENCINTAIMU ′′
OLEH: Siamir Marulafau, dosen Sastra Inggris
Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia
Email: penyairdcm2@gmail.com


AKU MENCINTAIMU

Di air sungai yang jernih Padma, wajahmu tersenyum dan mengapung,
Dalam bayang-bayang bulan; udara membuat gelombang kecil,
Dan tersesat menuju yang tak terbatas dan menuju tujuan yang tak diketahui.
Malam gaib pake gaun glamor
Di malam bulan purnama; di siang hari hujan di air hitam waduk yang besar;
Bunga yang menakjubkan dimekarkan di sana, kau akan datang.
Menghitung jam tunggu bersama, cahaya hari redup,
Matahari tenggelam, cahaya emas di langit barat.
Kamu datang, tapi kamu belum datang,
Kepada siapa aku mengungkapkan kesedihanku?
Ke hutan, ke sungai, ke matahari, ke bintang-bintang di langit, ke burung-burung terbang!
Kini langit penuh dengan pemuda terang bulan yang gegabah,
Kosmosku yang acuh!
Apa yang akan dia dengarkan untukku!
Memudar satu malam yang enigmatis, mengisi kedalaman hitam.
Di siang hari, gemerlapnya sinar mentari dalam semilir angin,
Cahaya terus menyala dalam kegelapan, malam berlalu dan fajar baru datang,
Sampai sekarang Anda tidak datang ke jagung jendela pikiran.
Saya menghabiskan malam tanpa tidur; itu adalah malam yang sangat tragis!
Kamu bukan berasal dari gunung awan dengan pakaian putih,
Saya berjalan dengan peta kota yang tidak dikenal.
Apa yang telah saya dapatkan dalam hidup yang singkat! Apa lagi yang tidak mendapatkan!
Pemandangan yang luar biasa! Pemandangan yang luar biasa! Berapa banyak kehidupan yang tersisa?
Mencocokkan akun dalam buku kehidupan - semuanya secara acak.
Berjemur di sekeliling, mata terbuka lebar, dan jam tangan mati.
Dalam Padma yang bergejolak, ada ombak besar - gila;
Kapal besar ngebut masuk angin
Menuju pohon beringin besar di tepi sungai, pikiranku menjadi berani.
Meninggalkan biru langit abu-abu, Anda mengerti ini!
Kau akan berkata dengan suara yang rendah dan lembut, aku mencintaimu.

Bangladesh, Asia
Copyright:Shakil Kalam

Saya. DISKUSI DAN ANALISIS

Sungguh menakjubkan membaca ini di atas berjudul ′′ Aku Mencintaimu ′′ oleh Shakil Kalam. Mengapa saya harus tertarik membaca dan memberikan sedikit apresiasi pada puisi ini karena puisi di atas ini memiliki banyak kata-kata kiasan dan makna literal yang baik dari cinta yang memiliki makna yang sangat dalam di balik tulisan huruf pada puisi itu sendiri. Tak heran, jika banyak pembaca merasa menarik membaca puisi ini karena penyair disebut sebagai penyair terhormat dan telah diketahui kembali di beberapa belahan dunia.

Shakil Kalam adalah teman facebook saya, yang mau menerima saya sebagai teman. Dia yang telah menjadi penyair selama bertahun-tahun. Meski aku belum begitu mengenalnya dalam dunia menulis puisi, tapi aku tahu dia terus terang dan mudah memberikan senyuman kepada mereka yang ingin menulis karya sastra seperti puisi. Dari sudut pandang literatur menulis puisi, ia diklasifikasikan sebagai seorang cemerlang untuk mengungkapkan sebuah gagasan tentang CINTA terkait sebagai salah satu penulis khas dalam mengungkapkan cintanya. Mungkin diterjemahkan dalam bahasa Bangladesh. Kalau memang demikian, saya ingin membaca puisi dalam bahasa Bangladesh, tetapi saya tidak mengerti dan tidak bisa berbicara Bangla. Salah satu penyair Bagladesh, yang namanya Aminur Rahmah pernah bilang ke saya ketika kami berada di Kuala Lumpur saat Festival Sastra yang dilakukan NUMERA pada tahun 2017. Beliau bercerita bahwa ada beberapa penyair besar di negaranya. Memang benar apa yang dikatakannya dan saya ambil bukti sampai hari ini saya bertemu sahabat, Shakil Kalam.

Dalam baris pertama puisi di atas, penyair tampaknya menggunakan bahasa kiasan yang indah yang diungkapkan dalam bentuk personifikasi. Ia menguraikan wajah gadis itu, yang benar-benar ia cintai, Padma tersenyum melayang di atas air bersih. Sementara itu, di baris-baris puisi di atas berikutnya, penyair benar-benar mengungkapkan pikirannya dalam penggunaan Hyperbola sehingga melebih-lebihkan sesuatu terhadap cintanya dengan mengatakan bahwa ia tersesat menuju tujuan yang tak terbatas dan tidak diketahui. Artinya penyair itu hampir tidak merasa bingung menyambut seseorang yang sangat dicintainya. Sebenarnya, penyair lebih lanjut mengungkapkan perasaannya terhadap mencintai gadis itu dengan mengatakan beberapa bahasa puitis yang indah dalam beberapa garis di bawah ini:

′′ Di air bening sungai Padma, wajahmu tersenyum dan mengapung,
Dalam bayang-bayang bulan; udara membuat gelombang kecil,
Dan tersesat menuju yang tak terbatas dan menuju tujuan yang tak diketahui.
Malam gaib pake gaun glamor
Di malam bulan purnama; di siang hari hujan di air hitam waduk yang besar;
Bunga yang menakjubkan bermekaran di sana, Anda akan datang."


Di garis berikutnya, penyair tampaknya tidak punya semangat untuk menghitung jam ketika ia bertemu gadis itu. Dia mengatakan bahwa matahari terbenam dan memiliki cahaya emas dan menjadi redup untuk menunggu kedatangannya. Cewek itu, yang sayang gak ikut. Penyair hampir tidak menjadi frustrasi untuk menunggu dan menunggu. Sebagai bukti, kepada siapa ia mengungkapkan kesedihannya jika bukan kepada gadis itu. Tidak mungkin untuk mengungkapkan kepada matahari, sungai, bintang di langit atau burung-burung terbang. Dalam gambarannya, langit yang ia pandang penuh dengan pemuda cahaya bulan meskipun mereka kosmos yang acuh. Itu adalah beban hati yang benar-benar di elakkan oleh sang penyair mengingat cinta murni yang ditemukan dalam beberapa garis puitis yang tertulis dalam puisi di atas. Mari kita lihat berikut ini:

′′ Menghitung jam tunggu bersama, cahaya hari redup,
Matahari tenggelam, cahaya emas di langit barat.
Kamu datang, tapi kamu belum datang,
Kepada siapa aku mengungkapkan kesedihanku?
Ke hutan, ke sungai, ke matahari, ke bintang-bintang di langit, ke burung-burung terbang!
Kini langit penuh dengan pemuda terang bulan yang gegabah,
Kosmosku yang acuh!
Apa yang akan dia dengarkan untukku!"

Sungguh indah mengenali sang kekasih sebagai penyair untuk memiliki semangat dalam menunggu Padma, seorang wanita cantik usia muda. Penyair di sini menggambarkan pembaca berapa lama ia menghabiskan malam tanpa tidur yang membawanya datang di malam yang sangat tragis dan berjalan ke kota yang tidak dikenal dengan peta di tangan. Tapi, apa yang mencari tahu? Kyknya gk dpt apa2 Dia hanya mengungkapkan waktu dan menghitungnya untuk mencari dalam kehidupan yang singkat. Dia datang untuk mengatakan bahwa untuk mendapatkan cinta sejati bukanlah pekerjaan yang mudah jika pencocokan benar-benar dihitung dalam hidup. Ini terlihat seperti apa yang dia impikan untuk mencari tahu sesuatu secara acak. Mari kita lihat garis berikut ini:

′′ Memudar satu malam yang menyenangkan, mengisi kedalaman hitam.
Di siang hari, gemerlapnya sinar mentari dalam semilir angin,
Cahaya terus menyala dalam kegelapan, malam berlalu dan fajar baru datang,
Sampai sekarang Anda tidak datang ke jagung jendela pikiran.
Saya menghabiskan malam tanpa tidur; itu adalah malam yang sangat tragis!
Kamu bukan berasal dari gunung awan dengan pakaian putih,
Saya berjalan dengan peta kota yang tidak dikenal.
Apa yang telah saya dapatkan dalam hidup yang singkat! Apa lagi yang tidak mendapatkan!
Pemandangan yang luar biasa! Pemandangan yang luar biasa! Berapa banyak kehidupan yang tersisa?
Mencocokkan akun dalam buku kehidupan - semuanya secara acak ′′


Di garis terakhir puisi, penyair benar-benar jatuh cinta dan menyatakan bahwa ia mencintai gadis itu. Tentunya, ia berkata dengan suara rendah dan lembut. Dia terus terang mencoba menjadi pemberani untuk mengatakan sesuatu agar kekasihnya mengerti perasaannya selama dia meninggalkan langit biru abu-abu, dan dia tidak peduli segalanya meski ada ombak besar untuk menentangnya mencapai target CINTA benar-benar ada dalam pikirannya. Mari kita garis-garis berikut:

′′ Berjemur di sekitar, mata terbuka lebar, dan jam tangan
Pergi.
Dalam Padma yang bergejolak, ada ombak besar - gila;
Kapal besar ngebut masuk angin
Menuju pohon beringin besar di tepi sungai,. Pikiranku menjadi pemberani
Meninggalkan biru langit abu-abu, Anda mengerti ini!
Kau akan berkata dengan suara yang rendah dan lembut, aku mencintaimu. ′′


II. OPINI KRITIK DI LITERATURE

Setelah membaca ini di atas puisi, dapat dikatakan bahwa puisi ini adalah tulisan prosa narasi. Sang penyair menceritakan kisah gadis yang bernama Padma. Mengenai bahwa gadis itu mungkin pasangannya, dan dia sangat mencintainya. Penyair menggunakan labguage sederhana, yang tidak begitu sulit untuk dimengerti. Pantun itu tampak sangat indah karena penyair menggunakan tokoh-tokoh ucapan yang membuat menarik untuk dibaca.

Penyusunan kalimat sangat baik dan diksi-diksi tersebut digunakan untuk membangun kalimat secara literer. Puisi ini dapat dianalisis menggunakan pendekatan tekstual dalam metode intrinsik seperti yang ditemukan dalam Teori Rene Wellek & Austin Warrent (Teori Sastra). Tapi, ini tergantung pada researher untuk menggunakannya. Singkatnya, ia harus bisa merumuskan teori tentang masalah pembahasan. Puisi di atas adalah yang modern dan bukan dalam bentuk konvensional. Artinya penulis bebas mengekspresikan ide-idenya dalam bercerita tentang cintanya berdasarkan tema sendiri. Kurang lebih yang dibahas dalam tulisan ini perlu permintaan maaf untuk diwakafkan karena pembaca dan penulis komentar ini masih hijau literatur.

Salam,
Tidak ada yang lain
Siamir Marulafau



SEKELUMIT PEMAHAMAN TENTANG “PUJANGGA” Karya :
Mazlan Noor, Along
Oleh : Siamir Marulafau
Fib USU,Medan –Indonesia
penyairdcm2@gmail.com


PUJANGGA

gelombang boleh kau pintal-pintal.
menjadi ombak kehidupan.
gunung adalah banjaran bermain dalam perasaan.
ombak adalah deru dan irama.
gelombang bagi mu adalah perjalanan.
buih-buih adalah pedoman erti kehidupan.
embun mengingatkan kita erti pagi.
daun menandakan berbagai musim.
pohon-pohon terkumpul menjadi rimba.
bunga-bunga mendambakan agungnya cinta.
ranting dan dahan adalah usia.
renik-renik tumbuhan adalah padang cemerla mata.
cakerawala itu misteri rahsia yang tak terjangkau.
unggas dan cengkerik beralun bila malam tiba.
bulan dan bintang menghiasi malam terakam didada.
mentari adalah cahaya seluroh alam semesta.
awan dan corak menganyam bingkai naluri.
angin dan ribut adalah nafas yang melingkari.
hujan adalah simfoni membasahi bumi.
flora dan fauna adalah rujukan teman manusiawi.
lagu dan nyanyian adalah halwa pengaman sanubari.
gendang rebana dan kompang meriuhkan suasana diri.
gurindam seloka, syair dan pantun dikarang tulis mengekal tradisi.
keragaman politik di sentuh buat membela nasib rakyat
kekalutan aliran dan mazhab wajar selalu diperingat.
keagamaan tunggak kepada setiap rancangan.
fakir dan hartawan dijauhkan kastaan.
semuanya direnungkan oleh sang pujangga.
penafsir alam manusia dan kemanusiaan.
karang mengarang untuk dibaca orang.
berbagai kisah dan tauladan sebagai renungan.
bingkisan demi bingkisan tidak kejemuan.
kalam-kalam mutiara yang insan perlukan.
tidak akan digelar pujangga
jika dia memang bukan pujangga.
jika yang dikarang penuh kepura-puraan
dusta-dustaan.

mazlan noor along
30 mei 2019
pondok gemahati

I. PEMBAHASAN DAN KAJIAN

Setelah saya membuka face book saya, saya merasa tertegun membaca karya seorang pujangga dan pelukis Malaysia bernama Mazzlan Noor alias Along. Tak heran lagi jika Beliau ini adalah ahli dalam mengulas sebuah puisi panjang berbentuk puisi prosa liris yang sangat indah dan sangat bermagna untuk dibaca di kalangan para pecinta seni puisi baik di kalangan pembaca Malaysia maupun Indonesia dan negara-negara lainnya karena penyair seperti Along ini sangat arif meletakkan kata –kata yang penuh dengan bahasa majas dan puitis sehingga puisi terasa indah untuk dibaca.

Saya sangat tertarik membaca puisi ini karena pada baris terakhir, penyair menyatakan bahwa “Tidak digelar pujangga //jika dia memang bukan pujangga//jika yang dikarang penuh kepura- puraan dusta- dustaan// Hal seperti ini akan timbul pertanyaan kepada kita selaku pembaca ,apakah memang benar pujangga itu berpura-pura dan dusta dalam menulis sebuah karya sastra? Saya sebagai sastrawan tidak akan setuju jika pujangga itu diklaim sebagai seorang yang dusta. Hal ini bisa saja akan terjadi bila seseorang itu akan berpura-pura jadi pujangga atau penyair dalam menulis sesuatu akan kelihatan di dalam karya itu akan terdapat sifat yang mengarah pada kenafikan. Pujangga bukan sembarang orang dan dia telah memiliki keahlian dan bakat serta imajinasi yang sangat tinggi untuk menciptakan karya sastra maupun karya seni lainnya. Renungannya terhadap sesuatu yang diciptakan adalah sangat tinggi dan tercuat dan muncul di berbagai media sosial. Kita bisa memahami opini penyair, Mazlan Noor dalam puisi ini bahwa dalam benak pujangga itu akan ada sesuatu yang sangat menyimpan rahasia yang misterius. Dapat dikatakan imajinasi dan perasaan serta pikiran Pujangga itu memikirkan tentang flora dan fauna dan hal ini merujuk kepada kemanusiaan. Dengan pengertian bahwa pujangga sebagai manusia harus sayang dan senang pada flora dan fauna sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan ini merujuk kepada KEMANUSIAAN (Humanity). Kepekaan seorang penyair dalam puisi ini adalah merujuk pada sifat keterbukaan dengan perasaan yang sangat peka, yang dalam benak si penyair terekam bahwa sesungguhnya lagu dan nyanyian yang menggunakan alat- alat musik dan lain sebagainya adalah hanya bersifat menghibur diri. Tetapi yang paling penting adalah PENAFSIRAN ALAM MANUSIA antara sesama. Dengan pengertian bahwa Manusia harus dapat membela antara yang satu dengan yang lainnya, terutama orang-orang yang berpotensial dalam sebuah negara . Mereka harus dapat membela walaupun mereka memiliki mazhab yang berbeda- beda. Hal seperti ini tertuang dalam pikiran sang pujangga sebagai bahan renungan untuk dipikirkan. Tak heran lagi jika masalah ini tertanam dalam pikiran pujangga. Sebagai bukti dapat dilihat dalam baris- baris puisi ini :

“flora dan fauna adalah rujukan teman manusiawi.
lagu dan nyanyian adalah halwa pengaman sanubari.
gendang rebana dan kompang meriuhkan suasana diri.
gurindam seloka, syair dan pantun dikarang tulis mengekal tradisi.
keragaman politik di sentuh buat membela nasib rakyat
kekalutan aliran dan mazhab wajar selalu diperingat.
keagamaan tunggak kepada setiap rancangan.
fakir dan hartawan dijauhkan kastaan.

semuanya direnungkan oleh sang pujangga.
penafsir alam manusia dan kemanusiaan.
karang mengarang untuk dibaca orang.

berbagai kisah dan tauladan sebagai renungan.
bingkisan demi bingkisan tidak kejemuan.
kalam-kalam mutiara yang insan perlukan”


Selanjutnya, salah satu hal dari kesemuanya yang membuat pembaca tertarik pada puisi ini adalah perangkaian kata-kata yang indah dengan metaforik yang tepat dan hal ini akan terlihat pada beberapa baris- baris puisi membuat hati pembaca hanyut dalam gelombang walaupun menjadi gelombang kehidupan. Dalam pikiran penyair gelombang itu akan menjadi PERJALANAN yang harus ditempuh dan meskipun badai menerpa sebuah kapal , nakhoda harus arif dan bijaksana dalam mengendalikan gelombang. Karena gelombang itu punya berbagai irama. Gelombang akan menjadi buih yang memiliki arti dalam perjalanan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan. Dengan kata lain bahwa semua isi alam ciptaan Tuhan akan mempunyai arti dan tak obahnya seperti EMBUN juga punya arti yang turut mengingatkan manusia bahwa itu adalah petanda waktu pagi . Dengan ulasan penggunaan majas ,seperti gaya bahasa PERSONIFIKASI : “ embun mengingatkan kita erti pagi”//”bunga-bunga mendambakan agungnya cita”// akan membuat puisi indah dan berarti. Lihat pada baris—baris puisi di bawah ini :

“ gelombang boleh kau pintal-pintal.
menjadi ombak kehidupan.
gunung adalah banjaran bermain dalam perasaan.
ombak adalah deru dan irama.
gelombang bagi mu adalah perjalanan.
buih-buih adalah pedoman erti kehidupan.
embun mengingatkan kita erti pagi.
daun menandakan berbagai musim.
pohon-pohon terkumpul menjadi rimba.
bunga-bunga mendambakan agungnya cinta.
ranting dan dahan adalah usia.”


II. KRITIK OPINI DALAM ILMU SASTRA

Setelah membaca dan meninjau penulisan puisi ini , saya menyatakan bahwa tulisan puisi seperti ini adalah sebuah puisi berbentuk prosa liris yang mengulas tentang peran seorang PUJANGGA sebagai Penyair yang memiliki perasaan yang sangat peka terhadap sesuatu apa yang dialami dan dilihat dalam celah-celah kehidupan. Tak heran lagi bila seorang pujangga seperti MAZLAN NOOR, alias ALONG memiliki perasaan peka dan pikiran yang amat jernih dalam memikirkan nasib rakyat, yang tergolong sebagai makhluk Tuhan.
Ini petanda bahwa seorang PUJANGGA adalah menjadi pilar dalam sebuah negara untuk memberikan ulasan tentang kemanusiaan kepada PIHAK YANG BERWENANG dalam urusan kemanusiaan. Pokok pemikiran ini tertuang dalam ulasan puisi ini yang dapat dijadikan sebagai bahan dan acuan bagi para pembaca, terutama di kalangan mahasiswa di berbagai universitas di Malaysia maupun Indonesia dan negara-negara lainnya. Puisi yang agak panjang ini dapat dianalisis dengan menggunakan TEORI SEMIOTIK, SOSIAL BUDAYA, RELIGI, FILOSOFIS dalam sebuah buku teori sastra, yakni Teori sastra Rene Wellek & Austin Warrent ( The Theory of Literature).

Dalam pengamatan saya sebagai pembaca dan bertindak sebagai KRITIKUS SASTRA menyatakan bahwa karya puisi bertajuk “PUJANGGA” adalah sebuah karya yang memiliki kharisma merujuk pada PUJANGGA. Dalam analisis saya, penyair puisi ini bukan hanya saja PELUKIS tersohor di Asia Tenggara tetapi juga Pujangga yang sangat berkompetensi dalam bidangnya , terutama dalam penulisan karya sastra,puisi.

Puisi yang ditulis ini adalah terangkai dalam bahasa Melayu Malaysia dengan diksi yang tepat dan rangkaian kalimat yang tepat dengan gaya bahasa hyperbola , personifikasi, dan mengandung arti filsafah kehidupan merujuk pada filsafah kemanusiaan. Dengan pengertian, penyair mengajak seluruh umat manusia di dunia supaya cinta kepada FLORA DAN FAUNA. Jika hal ini tercapai maka kehidupan dirasakan lempang ke depan tanpa adanya KONFILIK antara sesama, dan inilah yang paling dicintai dan disenangi oleh Tuhan.

Dalam pengungkapan, Penyair tidak salah karena Ia memiliki keilmuan pujangga dalam mengulas arti yang tersirat di balik tersurat, dan ini adalah salah satu ajaran bagi manusia di dunia supaya cinta kepada alam yang membalut kehidupan Flora dan Fauna. Puisi ini juga dinilai tidak menyalah dalam pemakaian STRUKTURAL. Dengan pengertian bahwa penyair menggunakan Struktur : SUBJEK----PREDIKAT----OBJEK----OBJEK-----KETERANGAN ,Contoh :

Embun mengingatkan kita erti pagi
S V(P) O O Ket

Semuanya direnungkan oleh sang pujangga
S V(P) Objek Pelaku

Demikianlah sekelumit tinjauan dan apresiasi serta kajian puisi bertajuk “PUJANGGA” karya Mazlan Noor, Along oleh ; Acc. Prof Udtsz. Siamir Marulafau, Drs,M.Hum dari Fib USU-Medan Indonesia untuk dijadikan bahan acuan dan pandangan dalam mengkaji karya sastra. Bila ada kesalahan serta kekhilafan dalam pengulasan dan pemaparan, mohon dimaafkan karena pembaca adalah manusia biasa dan masih hijau dalam ilmu sastra.

Wassalam,
dtt
Ascc.Prof.Udstz.Siamir marulafau,Drs,M,Hum
Nip. 19580517 1985031003



SEPENGGAL APRESIASI DAN TINJAUAN BUKU ANTOLOGI PUISI BERTAJUK "DI PELATARAN SENJA'KARYA :Sri Sunarti
Oleh : Siamir Marulafau


Buku Antologi Puisi bertajuk "Di Pelataran Senja ' ini membuat jantung-ku berdebar. Mengapa?Di saat Munsi III berlangsung,seorang peserta Munsi III juga menyerahkan bukunya kepada saya tanpa bayar. Wah, aneh dalam pikiran-ku, dan tentu saya menerimanya dengan hati yang ikhlas . Saya sadar bahwa penyair ini adalah teman fb saya. Orang cantik bangat, dan cuma saya tak tahu apa sih pekerjaanya. Mungkin ia seorang GURU. Orangnya sangat ramah dan setiap waktu makan bersama dia selalu menegurku, perhatianku kadang tertuju padanya. Hampir wajahnya terselip dalam sanubariku. Aku sudah mulai memperhatikan karyanya.

Tapi setelah saya balik ke Medan tgl 7-11-2020, saya tak menyenggol dan memperhatikan buku antologi itu,karena saya terlalu lelah dan sibuk dengan pekerjaanku di Kampus. Entah mengapa hatiku teringat membaca buku antologi puisi Sri Sunarti. Setelah saya baca dan mengamati buku ini,ternyata ada Kang Soni Farid Maulana sebagai Pengatantar. Wah, dalam hatiku,jika Penyair senior ini yang memberikan kata pengantar antologi puisi ini, berarti buku ini tidak lagi disangsikan kwalitasnya karena Soni Farid Maulana adalah seorang sastrawan Indonesia yang telah mempublikasikan karya sastra dan bukunya pun telah lolos di HPI dua tahun yang silam.

Merujuk pada buku antologi puisi bertajuk" Di Pelataran Senja', dapat dilihat bahwa buku ini memang kumpulan-kumpulan puisi yang judulnya beraneka ragam.Buku ini memang menarik karena penulis puisi terinspirasi dengan kehidupan yang dialami selama berkeliling di wilayah Indonesia. Tetapi walaupun banyak judul yang ditulis tapi hanya satu judul yang membuat saya tertarik,yakni bertajuk"PENGAKUAN"pada halaman 51. Semua judul dan isi puisi dalam antologi puisi ini bagus-bagus dan menarik untuk dibaca.

Jika ditanya pada saya,mengapa tertarik dengan judul puisi "PENGAKUAN"? Lantas saya jawab : Karena semua diksi dalam puisi ini sangat dibumbui dengan MAJAS dan bahasa indah.Jadi,membuat hati saya tersentuh,dan coba anda bayangkan pada baris pertama dan ke dua : Penyair menggunakan majas 'Hyperbola" yang amat menarik dengan ungkapan:

"hempaskan tubuhku tak berdaya
serahkan jiwaku di persinggahan kalbu"

Jika diamati bahasa puitis pada puisi di atas ternyata penyair merasa pasrah akan segalanya karena dia merasa dirinya tak berdaya lagi dengan sesuatu yang menggugah perasaannya akan senang untuk singgah dalam kalbu. Mengapa dia singgah dalam kalbu itu? Kemungkinan hatinya telah tersentuh dengan aroma seseorang yang dia lihat bahwa itu yang membuat dia bahagia di dunia ini.

Kemudian, pada baris berikutnya ,penyair berterus terang menyatakan bahwa dia sungguh membuka jendela hatinya walaupun dia melihat rentangan yang dusta. Hal ini dapat saja diakui bila kasih dan cinta itu tak benar lagi dan hanya dari bibir yang manis saja tanpa ada bukti, itu bisa digolongkan sebagai hal yang dusta dan akan membuat dosa bagi manusia.

"kubuka jendela hati
kuliaht rentangan-rentangan dusta"

dan untuk meyakinkan hati pembaca , ternyata sang penyair sebagai seorang yang percaya pada Tuhan dengan tidak lupa mengingat nama Tuhan dan berzikir selalu dalam kehidupan ,dia berterus terang bahwa segala tindakan manusia di bumi adalah bisa saja mengandung dosa. Oleh karena itu ,penyair mengakui bila berzikir dan pasrah serta menyerahkan segalanya pada Tuhan di MULTAZAM, maka dosa-dosa itu akan terhempas dan berhamburan. Dia mengakui bahwa jendela hati yang terbuka untuk menerima segalanya untuk cinta yang tak terpercaya akan mengandung dosa bila hal itu tidak tercapai dan diabaikan. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada baris-baris puisi di bawah ini :

"dosa-dosa berhamburan
dalam hitungan tasbih
zikir dilantunkan semakin keras tubuhku
terhempas
karena di Multazam telah kupasrahkan segalanya"


Jika diperhatikan pada baris-baris puisi selanjutnya, penyair juga tidak lupa mengatakan bahwa insan di dunia ini tak perlu angkuh antar sesama selagi berjalan di muka bumi Tuhan. Maka dengan demikian manusia harus sadar dan harus membaca dalam diri untuk mengetahui bahwa manusia diciptakan dari seonggok daging dan tidak bersisa jika manusia telah mati. Hal ini dapat dilihat pada baris-baris puisi di bawah ini:

"tiada yang tersisa
kecuali seonggok daging berbalut keanggkuhan
berjalan menapaki bumi"

KRITIK OPINI DALAM ILMU SASTRA:

Jika puisi bertajuk " Di Pelataran Senja" diamati dengan cermat, dapat dikatakan bahwa puisi ini memang bagus dan bermakna.Susunan kata-kata dalam bentuk penulisan juga bagus,terutama dalam pemilihan diksi yang dibumbui oleh majas yang tepat sehingga puisi terasa indah. Isi puisi mengandung falsafah kehidupan yang cenderung harus mengingat pada Pencipta bahwa manusia itu diciptakan dari segumpal darah dan tak perlu sombong dan angkuh selama hidup di dunia.

Demikian sekeping ulasan tentang puisi bertajuk "Di Pelataran Senja" karya : Sri Sunarti" oleh pembaca dan apabila ada hal yang kurang tepat dalam analisis, harus kembali kepada penyair..Pembaca tak lupa juga minta maaf atas segala kekurangan.Moga semua ini menjadi barokah karena Allah.

Wassalam,

dtt
Drs.Udtsz.Siamir Marulafau,M,Hum
Nip. 19580517 1985031003



JANGAN BIARKAN MATAHARI PERGI
Marulafau Siam


Jangan biarkan matahari pergi
Selama pencahayaannya berkilau
Siapa tau nanti ada di negaramu mengejar virus berhamburan
Sejak kehidupan terlihat seperti gua gelap
Tak perlu khawatir untuk menekankan rasa kosong
disebabkan oleh pandemi virus hantu
Upaya berjalan untuk mencari
Sampai vaksin akan ada di tangan sana untuk menyembuhkan

Medan, 25 November 2020, Hak Cipta



SEKILAS ULASAN TENTANG SASTRAWAN :(Essei)
Oleh Siamir Marulafau


Saya sebagai salah seorang sastrawan Indonesia merasa kagum dengan 14 orang sastrawan Malaysia yang tertera di bawah ini:

aftar penerima[sunting | sunting sumber]
1981 : (Dr) Kamaludin Muhammad atau Keris Mas
1982 : Prof. Emeritus Dato' Dr. Shahnon Ahmad
1983 : Datuk (Dr.) Usman Awang
1985 : Datuk (Dr.) A. Samad Said
1987 : (Dr.) Muhammad Dahlan Abdul Biang atau Arena Wati
1991 : Prof. Emeritus Dr. Muhammad Haji Salleh
1993 : Datuk Noordin Hassan
1996 : Datuk Abdullah Hussain
2003 : Prof. Madya Dr. Syed Othman Syed Omar atau S. Othman Kelantan
2009 : Dato' Dr. Anwar Ridhwan
2011 : Datuk Dr. Ahmad Kamal Abdullah atau Kemala
2013 : Datuk Baha Zain
2015 : Datuk Dr. Zurinah Hassan
2019 : Siti Zainon Ismail

Kita tidak bisa menentukan siapa yang lebih aktif dan unggul jika kita membaca karya-karya mereka.Tetapi namun demikian beberapa yang akrab dan saya kenal termasuk Bpk,Dato Dr Kemala yang tak asing lagi kita kenal dengan menulis banyak karya sastra yang tak terhitung di berbagai pustaka negara Malaysia. Maaf saya bukan memuji tapi ternyata menjadi fakta bagi saya selaku salah seorang anggota Sastrawan NUMERA Malaysia,yang akan dinobatkan menjadi TOKOH PATRIA NUMERA MALAYSIA yang insya Allah 30 January, 2021. Sastrawan Negara Malaysia,Dr Ahmad Khamal Abdullah adalah salah seorang yang sangat populer di Malaysia yang mendapat Penghargaan atas karyanya bertajuk "LAUT TAKJUB". Saya dari Medan-Indonesia merasa bangga atas perolehan piagam penghargaan itu.Tidak heran jika karya itu mendapat perhatian yang baik di kalangan pembaca karena karya berjudul"Laut Takjub" itu sangat bagus untuk dibaca.

Mengingat sastrawan Malaysia yang terakhir dinobatkan di Malaysia, yakni Ibu DR Zurinah Hassan,dan Ibu Siti Zainon Ismail adalah juga sastrawan Negara yang telah menulis banyak karya sastra dan karya-karyanya telah banyak dipublikasi dan ditempatkan di beberapa perpustakaan Malaysia. Sehemat saya,Ibu Dr Zurinah Hassan adalah salah seorang yang produktif menulis karya sastra dan memberikan pencerahan dan ceramah tentang karya ilmiah di berbagai daerah dan negara baik secara Daring maupun temu muka sebelumnya. Cuma sayang sekali saya tidak bisa mengikuti pencerahan dan ceramahnya tertanggal 24 November 2020 yang merujuk pada pembicaraan "Normal Baru Dan Media Baru' berhubung karena tak bisa masuk ke dalam forum walaupun beberapa kali saya akses Meeting Number dan Passsword. Tapi tak mengapalah. Saya berdoa sebelumnya bahwa Acara ini akan lancar dan sukses. Saya mengira bahwa apa yang disampaikan Sastrawan Malysia ini sangat bermanfaat bagi kita semua dan juga bagi umat manusia di dunia secara Daring.

Salah satu indikasi yang membuat saya simpatik dan terpesona atas munculnya 13 sastrawan Negara Malaysia muncul di dunia ini adalah KEHIDUPAN PARA SASTRAWAN YANG TAK TERABAIKAN OLEH NEGARA/KERAJAAN :Yang artinya mereka ini semua adalah sangat diperhatikan oleh negara sebagai sastrawan. Tak heran jika mereka ini semua semangat dalam memproduksi karya sastra karena apa -apa yang mereka buat selalu didukung oleh kerajaan Malaysia. Dan mungkin dalam persepsi saya mereka mendapat insentif dalam menulis karya sastra dan lain sebagainya.

Saya juga sangat simpatik melihat beberapa satrawan Malaysia seperti : Bpk,Dr Radzuan Ibrahim, Zaleena e- naa, Latty Latisa, Dr.Nashuha, Prof. Dr A. Halim, Mazlan Noor, DR.Saleh Rahmad, DrRaja Rajeswari Sheenta Raman, Norazima Abubakar, Shirley Idris dan yang lainnya karena mereka sangat produktif dalam menulis karya sastra.

Kegiatan dan penulisan karya sastra di Malaysia sangat produktif dan saling terkait antara satu dengan yang lain.Mereka sangat kompak dan sangat membantu baik dari kalangan sastrawan, penyair, pendidik sangat dukung mendukung. Saya sangat kagum melihat kegiatan sastrawan di berbagai daerah di negara ini.

Salah satu Grup Pemuisi Berkarya yang ada di Malysia dan dikelolah oleh Bpk Dr Radzuan Ibrahim, yang sangat berjaya dalam mengampu penyair-penyair Malaysia dan juga penyair-penyair di Indonesia. Beliau ini sangat produktif dalam menulis karya sastra dan kita doakan akan menjadi Sastrawan Negara Malaysia. Yang membuat saya simpatik dalam Grup ini adalah keaktifan dan keteguhan serta kesungguhan yang sama dengan GRUP NUMERA Malaysia dan sangat mengikat hubungan PERSAUDARAAN antara sesama membuat dunia GEMPAR dan sebagai buktinya Sastrawan Malaysia ini (DR Radzuan Ibrahim) membuka forum bagi penyair/satrawan untuk ambil bagian untuk menghantar karya-karya PUISI DOA DEKLAMASI pada maklumat yang diberitakan. Grup Ini sangat ampuh dan patuh dihargai karena penulisan karya sastra diutamakan BAHASA MELAYU BAHASA MALAYSIA yang menjadi Khazanah budaya Negara Malaysia. Saya sebagai sastrawan dari Indonesia juga mendoakan semoga BAHASA MELAYU MALAYSIA MENJADI BAHASA INTERNASIONAL.

Jika ditanya pada saya bagaimana kehidupan sastrawan di Indonesia? Jawab : Saya tidak bisa berbincang apa-apa, dan lantas saya katakan tidak sama dengan dengan kehidupan, kegiatan sastrawan di Malaysia. Cuma dalam pikiran saya, sudah ada beberapa sastrawan yang paling top dan mendapat PENGHARGAAN YANG SETINGGI-TINGINYA DARI PEMERINTAH, dan seharusnya diberi perhatian oleh PEMERINTAH. Karena sastrawan adalah termasuk PILAR Negara yang berucap melalui KATA_KATA, dan tak dapat dibiarkan begitu saja.

Demikianlah Ulasan tentang Sastrawan- Sastrawan Malaysia , dan jika dalam pengulasan ini ada kekhilafan terdapat hal yang yang tak tepat dibicarakan, saya mohon dimaafkan.

Wassalam,
dtt
Ascc.Prof Udstz. Siamir Marulafau,Drs, M.Hum
NIP.19580517 1985031003



GURU-KU YANG SETIA
Siamir Marulafau


Guru-ku membuat aku dapat menelusuri jalan hidupku di ruang gelap
dan menjadikan aku insan berkharisma di alam yang tak kekal ini
aku sadar, jalan kutempuh penuh duri
tak bisa dijalani tanpa obor menyala

Guru-ku ,sungguh kau pahlawan tanpa tanda jasa
tanpa merasa lelah menghidupkan api yang padam jadi terang benderang

membuat pohon di tengah hutan berdaun rimbun
tak akan bisa tumbang walaupun angin kencang menerjang
sungguh jasamu bagaikan pilar emas tak bisa dibayar

aku hanya diam dan tak banyak berbincang
karena mulut-ku membisu ditikam suara yang tak berpaling
membuat hatiku mengenang akan roda-roda kujalankan dalam hidup

sungguh roda itu berguling di lembah sunyi
hanya berputar di jalan lempang yang tak berliku-liku

sm/24/11/2020



UCAPAN TERIMA KASIH :
Oleh : Siamir Marulafau


Kaos Alumni MUNSI dan buku kumpulan puisi Ibu Nia Samsihono telah sampai di tangan saya.
Saya pun terkejut mendengar klakson Ojek yang mengantar paket ini di rumah saya tepat pada salat magrib. Mengejutkan hati,dan rupanya paket kiriman Ibu Nia. Tak lama kemudian setelah salat magrib, saya membuka antologi kumpulan puisi Ibu Nia Samsihono dengan tajuk" Nyanyian Alam". Ternyata setelah saya amati dan membaca judul puisi yang ditulis Ibu Nia, nampaknya bagus-bagus walaupun judul puisi beraneka ragam tapi kesemuanya merujuk pada alam,dan pantas jika penyair-nya juga berbisik dan menyanyi pada alam. Mata saya tertuju pada satu judul,yaitu "BULAN"pada halaman 17. Sebelum saya membacanya , saya mengucapkan terima kasih atas pengiriman paket ini kepada saya

Tajuk puisi " BULAN" adalah sangat bagus karena melambangkan cahaya dan kecantikan serta penerangan. Puisi yang ditulis penyair kita ini sungguh cantik karena dihiasi dengan diksi yang indah serta metaforik yang indah pula walaupun bahasanya sederhana tapi maknanya sangat menyentuh hati. Hal ini dapat dilihat pada puisi I baris 1 s.d. 4:

"mengapakah bulan keabuan
tak sejernih dulu lagi
mengapakah banyak bintang
tak secerlang matamu lagi"

Saya sebagai pembaca pun terheran -heran,mengapa penyair bertanya selalu tentang keabuan bulan dan bintang tak cemerlang lagi? Jika hal ini dikaitkan dengan usia manusia di bumi,hal ini juga akan menjadi simbol bagi setiap makhluk terutama manusia di bumi. Mengapa? Karena jika usia sudah lanjut seperti bulan yang cahayanya tak terang benderang lagi dan akan terlihat keabuan yang merujuk pada usia lanjut. Dengan demikian ini salah satu indikasi bagi pembaca bahwa perjalanan kehidupan manusia itu bagaikan bulan yang diikuti oleh waktu.

kemudian yang paling menarik lagi adalah pembicaraan penyair pada puisi berikutnya dengan mengumpamakan musim yaitu musim kemarau tiba. Dalam hal ini, jika musim kemarau tiba, maka alam itu cerah, dan langit pun cerah. Tapi kali ini,penyair melihatnya tidak. Sepertinya ada sesuatu yang mengubah pendirian dan sikap dalam kehidupan. Penyair kemungkinan merasa kehidupan yang dialami sekarang ini tidak seperti kemarau pada masa yang lalu, yaitu cerah dan cemerlang. Kemungkinan perasaan tercekam akan sesuatu hal yang membuat diri tak bersemangat lagi ibarat hutan yang terbakar dengan hanya menanggung kepedihan. Hal ini dapat dilihat pada puisi ke III sbb :

"Mengapakah bulan memudar
pucat dan membisu
mengapakah bintang terbakar
hangus dalam kepedihan"

Akan membacakan puisi bertajuk “ Negara-ku Akan Bersinar lagi"
melalui Vidio berdurasi 4 menit atas anjuran DEKLAMASI PUISI DOA UNTUK MALAYSIA di TV PEMUISI, Anjuran PEMUISI.

NEGARA-KU AKAN BERSINAR LAGI
Pengarang : Siamir Marulafau
Negara : Indonesia
#tvpemuisi
#doauntuk malaysia


ya Allah, ya Tuhan kami
dengan doa kusuguhkan
dari lubuk hati mendalam
memohon pada-Mu
selamatkanlah kami,negara kami
tertimpa musibah Covid-19

ya Allah,ya Tuhan kami
kuatkanlah hati kami
menghadapi segala cobaan
dan kami tak akan berpaling
sujud 1/3 malam selalu
meminta ampun dari segala dosa

ya Allah ,ya Tuhan kami
perkenankanlah doa kami
berilah kekuatan kepada kami
tiupkanlah angin segar serta sinar di negara kami
moga semua kehidupan berkembang bagaikan
bunga di musim semi
berikanlah kesehatan dan kesejahteraan pada pemimpin
dan rakyat kami,malaysia
moga semua berdaulat,sejahtera dan selamat dunia akhirat
aamiin,aamiin ya rabbal alamin

Medan, 22-11-2020




BAGAIMANA SAYA BISA DATANG UNTUK MENGGELAR MATAHARI?
Marulafau Siam


Bagaimana saya bisa datang untuk mengambil matahari?
Berarti sementara itu berkilau membakarku
Sejak Covid-19 seperti tumbuh daun palem
Itu membunuh semua tanpa peringatan
Semua pada putus asa untuk menjalankan kehidupan
Dan tidak ada tempat untuk mengeluarkan
Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali tinggal di pondok

Medan, November 21,20202



SEKILAS INFO :
Oleh : Siamir Marulafau


KATANYA KALAU KARYA SASTRA TIDAK DITULIS DALAM BAHASA INTERNASIONAL DENGAN TULISAN SENDIRI (BUKAN TERJEMAHAN), SEPERTI BAHASA INGGRIS, SPANYOL, ARAB ,JERMAN, PRANCIS, DAN BELANDA, KARYA ITU TIDAK TERMASUK DALAM KELAS DUNIA DAN PENULISNYA JUGA TIDAK TERMASUK PENULIS DUNIA, APAKAH BETUL ATAU TIDAK???

TAPI JIKA ANDA MENGUASAI DAN MAMPU MENULIS KARYA SASTRA ITU DALAM SALAH SATU BAHASA TERSEBUT DI ATAS, DAN KARYA ANDA DIKURASI OLEH MEREKA YANG AHLI DENGAN SALAH SATU BAHASA TERSEBUT DI ATAS, MAKA KARYA ANDA TERMASUK DALAM KATEGORI KARYA INTERNASIONAL DAN ANDA JUGA PENGARANG INTERNASIONAL MERUJUK PADA POSISI SASTRA INTERNASIONAL (INTERNATIONAL LITERATURE)

HERAN JIKA ADA SEBAHAGIAN DI NEGARA INI MENULIS KARYA SASTRA DAN KARYANYA DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA ASING MERASA BAHWA KARYA ITU SUDAH MENJADI KARYA INTERNASIONAL,DAN MERASA DIRINYA SUDAH MENJADI PENGARANG INTERNASIONAL.

DI MUNSI III, SAYA MENGUSULKAN SUPAYA BAHASA INDONESIA DI JADIKAN MENJADI BAHASA INTERNASIONAL,SUPAYA HASIL KARYA PENYAIR/PENGARANG INDONESIA INI MENJADI KARYA INTERNASIONAL DAN SEKALIAN PENYAIR/PENGARANGNYA JUGA MENJADI PENYAIR/PENGARANG INTERNASIONAL. DI NEGARA INI ADA DUA ORANG PENGARANG YANG INTERNASIONAL SEPERTI : PRAMOEDIA ANATATOUR YANG AHLI DALAM BAHASA PRANCIS,DAN BELANDA DAN MENULIS KARYA SASTRA DALAM BAHASA PRANCIS DAN BELANDA . KEMUDIAN, SITUR SITUMORANG JUGA AHLI DALAM BAHASA BELANDA MENULIS KARYA SASTRA DALAM BAHASA BELANDA,MAKA MEREKA TERMASUK PENGARANG INTERNASIONAL. TAK HERAN JIKA PRAMOEDIA ANATATOUR DIJULUKI ALBERT CAMUS PRANCIS.

MENGAPA TERPIKIR SEKILAS INFO INI KARENA DALAM ILMU SASTRA BANDINGAN ( COMPARATIVE LITERATURE), ADA PERBANDINGAN KARYA SASTRA YANG MERUJUK PADA BENTUK KARYA SASTRA YANG NASIONAL DAN INTERNASIONAL.
===========

SAYA SEBAGAI PENYAIR/SASTRAWAN NASIONAL JUGA MENYADARI HAL DEMIKIAN MAKA BERBUIH MULUT SAYA BERBICARA PADA KEPALA BALAI BAHASA PUSAT UNTUK DISAMPAIKAN KEPADA KEMDIKBUD SUPAYA BAHASA INDONESIA DIJADIKAN MENJADI BAHASA INTERNASIONAL. SUPAYA SEMUA PENGARANG INDONESIA MENJADI PENGARANG DUNIA. SASTRA ITU ADALAH ALATNYA BAHASA MERUJUK PADA PENGGUNAAN KATA DAN MEMBENTUK KALIMAT YANG BERMAKNA,IYA APA TIDAK? MESKIPUN KITA BERKOAK-KOAK DAN MENGKLAIM DIRI KITA SEBAGAI SASTRAWAN INTERNASIONAL DAN MENULIS KARYA SASTRA ITU DALAM BAHASA INDONESIA, APAKAH KARYA ITU DAPAT DIMENGERTI DI BARAT. MESKIPUN KARYA ITU DITERJEMAHKAN, APAKAH HASIL TERJEMAHAN ITU SAMA DENGAN ASLINYA? (L1- L2)

TAPI JIKA KARYA SASTRA YANG DITULIS SASTRAWAN INDONESIA DALAM BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA INTERNASIONAL DAN BAHASA ITU DIKENAL DUNIA MAKA TERWUJUDLAH NAMA SESEORANG DI NEGARA INI MENJADI SASTRAWAN INTERNASIONAL,BETUL ATAU TIDAK?

NAH, BAGAIMANA PULA JIKA KARYA SEORANG PENGARANG INDONESIA MENULIS KARYA SASTRA PUISI ATAU CERPEN DALAM BAHASA ITALIA, RUSIA, BANGLADESH, DLL. APAKAH PENGARANG ITU DAPAT DIANGGAP SEBAGAI PENGARANG INTERNASIONAL? SEMENTARA BAHASA ITU HANYA BERKECIPUNG DI NEGARA ITU SENDIRI. HAL SEPERTI ITU BELUM MENDUNIA. TETAPI JIKA KARYA SASTRA ITU DITULIS DALAM BAHASA SPANYOL DAN INGGRIS (BUKAN TERJEMAHAN) DAN KEMUDIAN DIKURASI, LAYAK ATAU TIDAK KARYA ITU DIMASUKKAN DALAM SEBUAH ANTOLOGI, MAKA KARYA SASTRA DAN PENGARANGNYA TERMASUK KELAS INTERNASIONAL.

Demikianlah sekilas info untuk menjadi bahan pertimbangan dan apabila ada kekhilafan ,mohon dimaafkan. Dan apabila ada yang merasa jengkel dengan info ini,mohon jangan dimaki saya,hehehe.Maksih.

Wassalam,
dtt
Drs.Siamir Marulafau,M.Hum
Nip.19580517 1985031003



SEPENGGAL APRESIASI
Oleh: Siamir Marulafau


Buku antologi puisi yang ditulis oleh Suyadi San bertajuk "SAJAK ULAT BULU ini berkisar 438 halaman. Setelah saya baca dan mengamati antologi puisi ini ternyata semua puisi-puisi di dalam antologi ini bagus-bagus. Tetapi ada salah satu topik yang menarik bagi saya sebagai pembaca ,yakni : "POLUSI"(Halaman: 226)

Mengapa topik ini saya pilih menjadi bahan apresiasi saya? Karena topik ini unik dan menyangkut masalah polusi yang terkait di kota saya. Sungguh peka perasaan dan pikiran penyair menuturkan dan mengulas apa yang terjadi di kota saya melalui sebuah puisi berbentuk ' Puisi prosa liris' yang dibumbui dengan diksi yang tepat dengan metaforik bahasa yang tepat.

Dalam sajak ini, penyair merasa jenuh dan tak enak melihat situasi dan kondisi kota di mana dia tinggal. Mengapa demikian? Karena hal ini dapat dilihat pada baris- baris puisi dalam sajak I. Penyair sungguh prihatin melihat keadaan kota yang semrawut dan tak terurus. Jika dilihat dari sudut penataan kota, ini sudah tidak termasuk kategori yang diinginkan oleh masyarakat. Jadi, semua yang dilihat oleh penyair terasa mencekam dan tak enak dipandang. Ini suatu kritikan pedas yang amat tajam bagi yang berwenang. Saya sebagai pembaca sangat setuju dan bahkan mengangkat jempol saya sebelah kanan dan kiri membenarkan hal yang terjadi dan sesuai dengan pikiran dan perasaan saya sebagai pembaca:

"Bau asap dari trotoar jalan-jalan beraspal
beterbangan debu dari asap-asap mana saja
selalu kutemui kesenjangan-kesenjangan
yang mendasar-dasarkan haluan
semua menyesakkan
semua memuakkan
semua menerasingkan"

Pada sajak ke II, penyair merasa jengkel dan marah atas wajah kota yang dibayangkan seperti kubangan,dan sangat menjijikan. Suasana jadi muram dan tidak sedap di pandang serta dicium baunya. Penyair pada akhir puisinya berterus terang bahwa orang yang berwenang dan berpotensial menangani masalah ini haruslah benar-benar memikirkan bahwa kebersihan kota itu adalah hal yang paling penting dibina dan dijaga supaya kehidupan itu lempang. Tapi dalam pokok pemikiran penyair turut mengekspresikan bahwa memang begitulah watak manusia zaman sekarang alias tak mau tahu dengan keadaan yang membuat kehidupan murka.

"Sudahlah kerumuni saja lalat-lalat yang
tetap mencari mangsa di kubangan sana
biarlah semua menjadi seteru alam
yang muram, sekalian menunggu datangnya
sang akhir zaman ini yang merasa murka,
dari pada hidup ini seperti polusi"

OPINI DALAM KRITIK :

Jika kita telusuri penulisan puisi ini tidak berseberangan dengan kaidah dan sistem penulisan puisi. Diksi yang dipakai adalah tepat dengan bahasa yang sederhana tetapi mengandung makna yang tajam. Dalam pemikiran pembaca, puisi ini agaknya menyorot kinerja kepemerintahan sebuah daerah.

Puisi ini sangat singkat, dan ditulis dengan gaya bahasa yang lazim dijumpai dalam ilmu sastra. Salah satu gaya bahasa "SIMILI" (Perumpamaan) dijumpai pada akhir baris puisi pada sajak yang ke II, seperti :" Sang akhir zaman ini yang merasa murka,//dari pada hidup ini seperti polusi"

Puisi ini dapat dianalisis dengan berbagai teori ilmu sastra seperti teori Sosio Budaya, teori filsafah kehidupan, teori Rene Wellek, teori struktural, dll. Dengan lahirnya penulisan puisi yang singkat ini, penyair-penyair dapat mengenal lebih mendalam bahwa kualitas sebuah puisi tidak tergantung pada panjang pendeknya sebuah puisi yang ditulis tetapi tergantung pada makna yang berakar pada "KATA". Puisi merujuk pada bentuk puisi modern.,yaitu puisi yang tak terikat pada bentuk puisi yang konvensional. Puisi ditulis dengan bebas merujuk pada tema tertentu oleh si penyair.

Demikianlah ulasan yang sedikit dipaparkan oleh pembaca yang ilmunya masih hijau di bidang sastra. Jika ada kekhilafan dan yang tak menyenangkan dalam perasaan,pembaca mohon maaf karena pembaca adalah manusia biasa. Makasih.

Wassalam,
dtt
Drs Siamir Marulafau,M.Hum
NIP. 19580517 1985031003