RUANG SENDU
By Tati Kartini
Kuhabiskan waktuku
Pada ruang-ruang penuh sembilu
Disetiap waktu menghujam dadaku
Tanpa ragu
Kunikmati pedih ini
Tak ada jalan untuk memilih
Selain mengharap uluran belas kasih
Dari yang maha kasih
Diamku bukan membisu
Asaku berharap lugu
Tentang surga milikMu
Tuhan … ampuni aku.
Tetesan pertama rinai hujan kali ini
Terasa sejuk, dingin basahi hati sepi
Jakarta, 2 November 2019
BAITI JANNATI
By Tati Kartini
Bagaimana bisa kutinggalkan
Rumahku ... berdinding cinta
Beratap kasih sayang
Berlantai kepercayaan
Allah maha kasih sayang
Ada banyak pilihan, tawaran
Dalam batas keinginan
Aku hanya inginkan kesempurnaan
Yang juga ditawarkan
Dunia hanya persinggahan
Biarkan sayap jiwa kita bebas
Mengepak, mengangkasa pada batas
Diluar jangkauan netra kita
Ada keindahan yang tak pernah terlintas dalam pikiran
Mustahil semua kita tak mengharapkannya
Menempati rumah kita yang sesungguhnya
Dikeabadian, disana….
Pondok gede, 26 Oktober 2019
TERTIPU
Karya : Tati Kartini
Pernah kah kamu tahu rasanya menunggu?
Jangankan seperti yang kurasakan, sudah lebih 2 tahun menunggumu.
Untuk beberapa jam saja banyak orang bilang menunggu itu adalah hal yang teramat membosankan.
Hingga kapankah aku harus menunggumu?
Padahal kenyataan hidup berkejaran dengan kematian.
Apakah harus aku biarkan aku lengah dari mengingat Nya?karena dibenakku dipenuhi bayang dan kata manis mu.
Sehingga aku sempat larut dan kadang tak sempat merunut.
Kembali kepada pemikiran bahwa hidup bukanlah sekedar untuk hidup
Tapi untuk mempersiapkan diri menyongsong kematian.
Demi kehidupan di alam keabadian.
Jakarta, 27 Oktober 2020
AMBIGU
Karya : Tati Kartini
Begitu banyak wanita mengelilingimu
Terbaca kaulah laki-laki itu
Yang selalu mengukir kekagumanku
Mengapa harus aku?
Kagum ku bukanlah rasa cinta nan bara
Ada seseorang telah sekian lama bertahta
Mengisi ruang atma
Mengapa harus dia yang aku cinta
Kalau untuk tanyaku, jawabnya ada padamu?
Bersabarlah, aku tengah menghitung waktu
Adakah kelak jawab atas cintamu
Aku di fase ambigu
Jakarta, 27 Oktober 2020
PUDAR
Karya : Tati Kartini
Inginku diam sejenak
Memaknai kebenaran ku terhenyak
Serupa kesadaran yang purna
Tentang cinta kita
Tiada penyesalanku mencintaimu, dengan sungguh
Bagaimana mungkin biduk bisa dikayuh
Segenap jiwa ragaku luluh
Dalam cintaku kepadamu dan cintamu kepadaku
Lalu apakah yang membuatmu seakan tak mampu
Menjabarkan rasamu yang terus saja berkibar
Memenuhi segenap debar
Hingga akupun tersamar
Merasakan keindahan bak seberkas denyar
Yang kian memudar
Jakarta, 22 Oktober 2020
TITIP RINDU
Karya : Tati Kartini
Pada bayu ku titipkan rindu
Berharap sampai di pelukanmu
Rasaku teramatlah syahdu
Biarlah ku simpan saja perih ini
Demi bahagiamu kekasih ….
Jakarta, 22 Oktober 2020
ASAKU
Oleh : Tati Kartini
Berjuta rayuan berhamburan
Piawai merangkai kata-kata mesra
Atas nama cinta, asmara pun bergelora di dada
Cinta abal-abal membuat hilang akal
Mengira hidup ini kekal
Sadari sebelum azal, agar tak menyesal
Jangan goyah, cinta yang indah hanya ada pada syari'ahNya
Bujuk rayu hanyalah serupa upaya setan
Untuk menyeret ke neraka jahanam
Istikamah dalam hijrah
Tetaplah menapaki jalan hidayah
Hingga ke Jannah
Jakarta, 12 November 2020
KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI
Oleh : Tati Kartini
Sejatinya terlalu banyak ukuran kebahagiaan, pada diri setiap orang.
Boleh jadi tergantung kepada situasi, pengalaman dan harapan yang berbeda-beda.
Tidak ada tolak ukur kekhususan dalam merasakan kebahagiaan.
Disaat balita kebahagiaan tertinggi adalah saat kita berada pada dekapan bunda tercinta, beranjak remaja kita pun mulai berangan-angan tentang keindahan cinta, seakan-akan itulah kebahagiaan sesungguhnya.
Begitulah hingga kita dewasa, setelah berhasil meraih ilmu dan dan segenap fasilitas yang dibutuhkan didalam kehidupan, kita mulai berpikir untuk memperoleh pasangan sebagai pelengkap kebahagiaan kita.
Lalu bertambah lagi dengan keinginan berketurunan.
Bila kita ikuti sesungguhnya tidak akan pernah tercukupi semua mimpi-mimpi kita tentang standar kebahagiaan yang hakiki.
Karena dunia bukanlah tempat bersenang-senang untuk mencari kebahagiaan semata.
Bila kita ibaratkan dunia adalah ladang pertanian, maka inilah saatnya kita menanam dengan bibit yang terbaik, untuk kelak kita tuai kebahagiaan di kehidupan yang sesungguhnya, di alam keabadian
Marilah kita mulai menanam dengan membina kebahagiaan yang terkecil dimulai dari rumah kita.
Sebagai wanita adalah madrasah pertama bagi anak-anak nya.
Jadilah wanita mulia sebagaimana dicontohkan oleh ibunda Siti Khadijah, yang berani berkorban demi cinta suci kepada seluruh anggota keluarganya.
Sehingga memperoleh keturunan-keturunan yang teramat mulia seperti Siti Fatimah yang sederhana penuh kasih kepada sesama.
Kita mungkin tidak akan pernah bisa seperti mereka, cukuplah jadi idola bagi putra putri kita yang merasa bangga beribukan kita.
Jadilah sumber kebahagiaan bagi keluarga sebagaimana kodrat wanita.
Seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut:
“Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.
Artinya: Ibu adalah madrasah (Sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Jelaslah dari kata bijak tersebut bahwa ibu adalah madrasah pertama yang nantinya akan memberikan keteladanan bagi sikap, perilaku dan kepribadian anak.
Jika seorang ibu itu baik maka baik pula anaknya. Secara tidak langsung semua tindak tanduk ibu akan menjadi panutan atau sebagai suri tauladan bagi anaknya.
Ketika seorang ibu menjalankan kewajiban dan fungsinya dengan baik dalam rumah tangga, bukan tidak mungkin akan melahirkan anak-anak yang sholih-sholihah yang kelak menjadi tunas berdirinya masyarakat yang berbakti kepada kedua orang tua, berkualitas dan berbudi pekerti luhur.
Itulah kebahagiaan hakiki yang akan menjadi kebahagiaan kita kaum wanita dari dunia hingga kelak di alam keabadian, insaAllah.
Sumber :
-Oppri
Jakarta, 7 November 2020
PUDAR
Karya : Tati Kartini
Inginku diam sejenak
Memaknai kebenaran ku terhenyak
Serupa kesadaran yang purna
Tentang cinta kita
Tiada penyesalanku mencintaimu, dengan sungguh
Bagaimana mungkin biduk bisa dikayuh
Segenap jiwa ragaku luluh
Dalam cintaku kepadamu dan cintamu kepadaku
Lalu apakah yang membuatmu seakan tak mampu
Menjabarkan rasamu yang terus saja berkibar
Memenuhi segenap debar
Hingga akupun tersamar
Merasakan keindahan bak seberkas denyar
Yang kian memudar
Jakarta, 22 Oktober 2020
DIAM
Karya : Tati Kartini
Jiwa nan bergelora
Terkadang meracau tanpa makna
Haruskah aku bicara?
Sedang jauh di lubuk hatiku ragu
Akankah kebaikkan tersampaikan?
Bila kata bukan lagi azimat
Bila tak ingin terlaknat
Diam lebih selamat
InsyaAllah ....
Jakarta, 28 November 2020
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
LANGKAH
Karya : Tati Kartini
Langkah ….
Hari ini terasa lelah, jangan menyerah
Kuat kan tekad untuk tetap istiqomah
Berjuang sekuat tenaga menuju arah
Langkah…
Yang kemarin jadi acuan
Pelajari tentang kebaikan, lakukan
Dan lupakan
Langkah
Tegar kedepan meniti hari perpisahan
Pada akhir kehidupan
Sempurna kan pembekalan.
Jakarta, 14 November 2019
TATI KARTINI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar