UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 13 November 2020

Kumpulan Puisi Idrus Jungkat - SEBAIT DO'A OENTOEK PAHLAWAN


 
SEBAIT DO'A OENTOEK PAHLAWAN
Idrus Jungkat.

Jang dipertoean agong padoeka soeltan
Tjietjoe radja agong Soeltan Syarif Abdoel Rahman
Izinkan sebait do'a aku persembahkan kehadapan Toehan sebagai pengakoean
Aku pohonkan syafa'at atas rasoel pilihan
Semoga jannah diserahkan pada padoeka sebagai tempat kediaman.

Toehan jang maha esa
Engkaoe adjarkan kepada aku tjara-tjara beradab, tentang keadilan dan memanoesiakan manoesia
Telah Engkaoe toendjoekkan kepada aku i'tibar pemimpin rakjat sedjak zaman kenabian
Engkaoe adjarkan kepada aku kekhidmatan bermusyawarat dalam memutuskan kebidjakan melaloei mereka jang dipertcaja'i sebagai perwakilan
Engkaoe adjarkan kepada aku tentang keadilan oentoek seloeroeh jang Engkaoe tjiptakan

Poedji beserta syoekoer atas karoenia-Moe oentoek padoeka dapat merangkainja dengan tinta
Dan mereka menyebutnja Pantjasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara di nusantara jang bernama Indonesia

Indonesia jang lahir dari rahim kehantjuran
Merangkak dengan pengorbanan
Menapak dengan perdjoewangan
Dewasa.bersama kemerdekaan

Terima kasih poela kepadamoe doehai pedjoewang
Tetesan keringat dan boeah pikiranmoe dibenak aku terkalang
Meski si bangsat mengatakan bahwa padoeka adalah pengkhianat
Sedjarah akan teroes mentjatat bahwa padoeka adalah salah satoe anak Indonesia jang hebat

Padoeka Soeltan Syarif Hamid II
Pengabdianmoe tak 'kan aku loepa
Pantjasilamu melekat erat di kepala
Walau sebahagian mereka berpoera

Keinginan berbangsa boetoeh perdjoewangan
Perdjoewangan bernegara boetoeh pengorbanan
Mewoedjoedkan berbangsa dan bernegara boetoeh pedoman

Padoeka adalah pahlawan
Meski mereka tidak menulisnja sebagai pengakoean
Pada hakekatnja pedoman hidoep Indonesia raya telahpoen padoeka toeliskan atas berkat dan rahmat Engkau ja Allah Toehan jang maha kuasa.

Aamiin

tok dalang
2 November 2020
08:50 WIB




KHAYAL
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Sudut ruang saksi bisu
Lamunan terbuai rindu
Ingin ku raih rembulan
Sabit atau gerhana

Lukisan abstrak kanfas gelas
Retak, leleh tinta warna
Cipta pola tak nyata

Sudut lain ruang bisu
Purnama menari
Gemulai meliuk manja
Goda jiwa ikut irama
Angkuhmu luluhkan hati
Tuk terus terbang tinggi

Purnama, sabit, atau gerhana
Buai lamunan rinduku
Lelap ku dalam mimpi
Entah kapan terhenti

Terminal Jungkat
22 Maret 2017
22.03 WIB



RASA
Curahan Hati : IDRUS ( Tok Dalang )


Ketika rasa mulai bicara
Haruskah ada yang terluka
Soalan hati yang mengira
Meski rasa terkadang salah

Ketika rasa mulai bicara
Haruskah rindu buncahi jiwa
Senyum manis berubah arah
Mencipta angkara murka

Ketika rasa mulai bicara
Alangkah indah jika dirasa
Menghirup madu asmara
Meski cuma hayalan jiwa

Ketika rasa mulai bicara
Bergejolak ombak samudra
Angin topan datang melanda
Longsor meraja lela

Ketika rasa mulai bicara
Lemah lembut mengucap kata
Gemulai kala melangkah
Bibir tersungging indah merekah

Rasa
Ketika kau mulai bicara
Baik buruk tetaplah pasrah
Suka duka haruslah redha
Karen kaulah tujuan cinta

Warung kopi 28 april 2017.. 23:30 wib
Suasana hati yang gundah gulana



SURGA
Karya : IDRUS ( Tok Dalang )


Hijaumu menghampar menyejukkan mata.
Menguning bunga di padang luas.
Jingga mentari menyinari, pancarkan kilau permata biru.
Buih memutih beraroma nyiur melambai tertiup angin sepoi-sepoi
Sebongkah salju beku penyejuk hati, kokoh melindungi.

Oh .Sungguh Indah pesona ciptamu adinda.
Ingin segera ku dekap sepenuh jiwa.

Nafsu membara tuk meraih warnamu,
Merasakan nikmatmu,
Duhai...CENDOL GULA MERAH



Secuil Harapan : Idrus ( Tok Dalang )
NAK..

Semakin kurus dirimu Nak.
Hitam terbakar Matahari
Tiada letih kau berlari
Tak lelah kayuh sepeda
Tenggorokan kering bukan masalah.

Terlalu kuat dirimu Nak.
Dihadapmu godaan menerpa
Kue jajan teman sebaya
Tak hirau, kau terus berlari
Tertawa riang, menari bahagia

Terlalu sabar dirimu Nak.
Menunggu, meski kadang bertanya
Pak. Sekarang pukul berapa?
Azan magrib berapa lama lagi?
Jawaban bohongku selalu kau percaya
Kau kayuh lagi sepeda
Hingga ku teriak, Naak mandi..

Mandi... Isyarat menjelang senja
Saatnya mengganti busana
Lalu bersila engkau cerita tanpa sensor
Editing apa lagi
Mimikmu tak palsu
Gayamu?..Bukan akting penghuni senayan

Suara menggema dimana-mana
Alunkan lagu karya Bilal bin Rabah
Spontan kau teriak Alhamdulillah
Saatnya berbuka puasa

Nak..Kurusmu, hitammu
Smoga tak kurus dan hitam masa depanmu.

Kontrakan13 Juni 2017
Buat anakku Digjaya Natakusuma



DO'A DALAM AMARAH
Karya IDRUS ("Tok Dalang")


Kau boleh hancurkan raga
Tapi tidak hati dan jiwa
Walau lautan tinta mengering
Kami tak bergeming
Cepat atau lambat itu urusan Mu

Karena kami tau
Semua harus berpisah
Hanya cara dan waktu pembeda
Kalau ku boleh mengemis
Jangan buat ku menangis

Kalau ku boleh mengharap
Jangan beriku ratap
Agar ku dapat mengukir
Sebuah patung tak kikir
Yang mulutnya dipenuhi zikir
Patung yang selalu dijaga oleh Mu

Kalau ku boleh meminta
Dahulukan diriku
Agar ku dengar do'anya
Mengharap pengampunan Mu
Dahulukan diriku
Agar ku dengar ayat ayat Mu
Dari bibirnya syahdu

Kau tak kan pernah bisa hancurkan jiwa kami
Karena kami telah memahat batu karang
Dengan ketabahan dan kepasrahan

Jungkat 7 November 2017
Untuk anakku DIGJAYA NATAKUSUMA yang terbaring sakit



MAUT
Karya "Tok Dalang"


Wahai
Ketika sangkakala ditiupkan
Terpejam diam membeku badan
Terbaring menunggu harapan
Nyata ataukah khayalan
Upah yang dijanjikan

Duhai
Ketika sangkakala ditiupkan
Tanya perlu jawaban
Bangkai gentayangan
Apa yang kau lakukan
Kenalkah kau akan Tuhan

Duhai
Ketika sangkakala ditiupkan
Tiada sanak tiada teman
Selain amal perbuatan
Hukum ditegakkan
Tak kenal pangkat jabatan

Wahai
Ketika sangkakala ditiupkan
Sorga bukan tuntutan
Neraka bukan pilihan
Bagkit kau dari buaian
Ikuti kemana Tuhan

Pemangkat ,5 November 2017



CINTAKU DI PADANG RUMPUT
Karya : IDRUS (Tok Dalang )


Mi mi mi
Panggil ku
Di sini rerumputan hijau menanti
Lekaslah datang kekasih
Kutakut mentari meninggi
Bakar kepala tak bertopi

Embun pagi menghilang sudah
Melangkahlah kemari
Duhai pujaan hati
Saatnya dikau nikmati
Anugerah pengatur bumi

Jungkat 2 November 2018



TAKUT
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


kuntilanak melayang
Rampas belulang
Lapar berubah kenyang
koreng meradang
lengking kekeh terngiang
Tak kuat kupandang
Segera kupasang
Jurus Lintang
Melintang pukang
Tunggang langgang
Tak sadar kaki menendang
pantat kuntiku sayang



ZIKIR
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


hujan luluhkan beSi
Matahari mulai mencair
Hening, sunyi berteman lilin
Bibir gemetar menyebut namaMu
Semakin kukejar semakin jauh
dekati diriku kekasih
Kangkangi aku
Agar kita dapat menyatu
Dalam desahan nafas rindu
Hingga nikmat melupakan diri

Kuingin bersetubuh denganMu
Diranjang bertabur bunga
Desahan nafas membara
AH' lautan nikmat hempaskan nafsu

Lidahku bermain dibibirMu
Terbang diawang asmara
Bersatu ku dengan Mu
Peluh mengalir di kelopak mata
Gemetar jantung tatap pesonaMu
Huuuu!
Kau telanjangi aku



ZIKIR 2
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Genderang
Bukan perang
Pesta perayaan manten sunatan
Mengalun puji pujian
Pada maha Rahman
Harap syafaat Rasul pilihan

Menari ikut irama
Bernyanyi bersama
Syair indah bermakna
Lantunkan kalimah
Laa ilaha illallah
Muhammadurrasulullah

Tetes bening meleleh dipipi
Ingat padamu nabi
Karenamu kami disini
Dalam majlis silaturahmi
Ya Nabi salam alaika
Ya Rasul salam alaika
Ya Habib salam alaika
Shalawatullah alaika



BUAT KAU YANG PEDULI WIDHIE
Karya ; Idrus (Tok Dalang)


Disini kau bergerak
Tak perduli badai
Tak hirau panas
Terus bergerak
Perlahan namun pasti

Disana sikecil berharap
Berharap kesembuhan
Berharap pertolongan
Berharap mukjizat
Walau tak berharap pada kau disini

Disini kau merasakan sakitnya
Disini kau mainkan alat musik
Disini kau berceloteh
Disini kau bardansa
Harap belas dari penderma
Demi sikecil disana

Kau!.
Terlalu peduli walau dirimu tak kau duli
Kau rogoh sakumu walau sakumu juga perlukan isi.

Kenapa mesti kau yang bergerak
Kenapa kau yang merasa
Dimana Penguasa, Kemana ahli Ibadah
Disaat sikecil butuh uluran tangan
Adakah dia di televisi?
Ataukah mengunjungi Masjid dan Gereja?
Sembari menjual kecap nan manis ?
Terlalu manis hingga lalai pada diri.



GUDANG GARAM
Panton Idrus ( Tok Dalang )


Abes saor ,kusambong tidok
sholat suboh ,nantilah dolok
Maseh ade ,suboh yang besok
mudah mudahan, ku tidak sebok

Pukol enam, aku pon bangon
cuci muke, memakai sabon
Maseh ade ,sisa kelepon
menggoda iman, oh minta ampon

Tebayang bayang, segelas kopi
kopi panas, buatan bini.
Sambel ngerokok, di atas kursi
Tambah sepotong, kue serabi

Haddoooiii......

Dudok sebentar , menonton TV
siaran berita, didalam negeri
Pagi siang ,dan sore hari
Selalu same, pasal korupsi

Ditambah lagi, kabar polisi
telah berhasil, nangkap pencuri
Pengedar sabu, pemaen judi
Persekusi, berita inti.

Rase bosan, mulai menghantam
Nengok berite , yang banyak ragam
Liorku mulai, terase masam
Aku jeling, si gudang garam

Gudang garam ,didalam canting
tiada henti, aku meninting.
Bini aku , mulai ngerising
Tunjok peninju, tepat di kening

Iyelaaaaaaaah, aku mengalah
dari pade, jadi masalah
Gegare rokok, dose bertambah
puase batal, astaghfirullah

Cepat-cepat ,kupegi mandi
Tidak lupa ,menggosok gigi
Habis mandi, kutolong bini
Dudok nyangkong, ngawankan nyuci

Tengok jam dinding, setengah dlapan
aku merugas , tarek setelan
Siap berangkat, tempat cangkulan
tugas rutin, seorang karyawan

Kemane pulaaaaaak, die tenggelam
Kace mate , bewarne hitam
Kucari sampai, kepala medam
Adooooooohai,
tepandang agik ,si gudang garam

Tungguuuu kau, hati mendendam
mane lior, semakin masam
Awas kau , hai gudang garam!
Sore nanti , kau ku tungam

Kace mate , udah kudapat
Konci pulak, mane melesat
( becari laaaaaah pulak..)
Eee, Tepandang agik, same si bangsat
Gudang garam, pembawa berkat

Untung cepat , ku dapat konci
Tidaklah lagi, becari-cari
Gudang garam, ku jeling lagi
Baca bismillah ,akupun pergi



ANGKUH
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


Kuasamu melebihi kodratmu
Lagakmu melebihi mampumu
Sehingga kau lupa
Lupa pada bumi
Lupa siapa diri
Lupa karena serakah

Pohon kau tebangi
Ba'da nya kau tanami
Kapan membesar ?
Tak mungkin
Karena tipu dayamu
Sebusuk bangkai tak bernyali

Curi curi dan curi
Rampok rampok dan rampok
Kerakusan tampak nyata
Walau kau terus berkilah
S'moga sang pohon menimpa
Kepalamu



OPLET
Karya Idrus ( Tok Dalang)


gerimis sore basahi terminal
terminal ku sayang
terminalku malang
satu dua oplet datang dan pergi
sepi penumpang akibat industri

kuda besi dimana mana
ciptaan tuan penjajah
mesin pembunuh ganti senjata

oplet tua pilot tua
bekerja dengan sisa tenaga
satu satu nafas kau hela
sunyi dari keluh dan kesah

topi lusuh tutup kepala
celana pendek pelindung paha
sandal jepit menjaga langkah

oplet satu dua
tak pernah kau khianat
walau dikau sasaran umpat
gerimis sore terminal
tempat bercanda melepas penat.



AKU BUKAN PENGHIANAT
Karya : Idrus ( Tok Dalang )


Ringan namun berat
Pikul harus kuat
Jinjing apa lagi
Melawan kodrat
Sebab amanat
Batin mengumpat
Kalahkan diri
Aku bukan penghianat

Inginkan tata
Kaca benggala
Retak oleh benturan
Cetakan tinta jadi aturan
Merantai hati yang pasrah
Argumen jadi senjata

Pundak kuning
Badan meng abu
Kaki membiru
Sumpah setia telah terucap
Firman ilahi di atas kepala
Tak kan ternoda oleh iba
Karena sudah tersurat

Kamu kamu dan kamu
Sama di mataku
Walau adil ku tak tau
Itu aku bukan kamu

Permata bukan citaku
Puji bukan inginku
Hina bukan karenamu
Sumpah bakti membelenggu

Gertak kasarmu
Ancam kerasmu
Lelucon basi purbakala
Percuma !
Karena aku bukan penghianat

Terminal 14 April 2017



DI BALIK PINTU
Karya: Idrus ( Tok Dalang )


Sedih ku tanpa mu
Sepuluh detik lalu
Lama ku rasa itu
Terus menunggu mu
Menatap langit di balik pintu

Mentari di ufuk timur
Merah di ufuk barat
Sabit jadi purnama
Gonta ganti tiada henti
Terus menunggu mu
Menatap langit di balik pintu

Rindu semakin rindu
Entah , Aku tak tau
Khilaf
Beradu dalam buai nafsu
Sesal memburu bak peluru
menerjang jantung menanggung rindu

Sepuluh detik lalu
Cinta berubah rindu
Kau !
Berlari jauh bersama semu
Sementara aku ?
Sedih
Rindu
Terus menunggu di balik pintu

Terminal jungkat 10 pebruari 2017



PAHLAWAN
"Idrus Jungkat"


Saat kau keluar menatap dunia
Aku berpakaian putih biru
Menyimpan buku di saku
Dan tak tahu di mana suara tangis mu
Tangis yang mungkin memanggil namaku

Bertahun-tahun waktu berlalu
Aku mengerti, kau adalah pahlawan
Setia dengan senyuman walau terkadang dipaksakan
Karena kau tahu arti kesetiaan

Tak lelah kau menendang dapur
Tak letih kau meninju sumur
Tenang ketika aku menganggur
Tabah meski harus makan bubur
Kau tetap bersyukur

Jahilku tak membuat kau pergi
Meski aku tahu kau tersakiti
Kau tak inginkan dendam
Sepi seperti malam
Pada lelaki kau diam

Perjuanganmu begitu berat
Menjaga aku yang sekarat
Tanpa senjata kau beraksi
Menjaga marwah dan harga diri

Umayrah

Aku mencintaimu

tok dalang
10 November 2019



GERAM
" Idrus Jungkat "


Ingin kupecahkan Kepalamu
dengan ribuan anak bedil,
untuk kau tau betapa benciku

Kurebahkan jasadmu di pembaringan kaca
Kubaluri tubuh indahmu dengan formalin, untuk kumaki setiap pagi, kuludahi dimalam hari
Agar selalu ku ingat saat kau merampok hatiku.

( Jungkat 18 Januari 2018 )
Tok dalang



SENGGAMA
" Idrus jungkat ''


Jantungku berdetak kencang
Saat kau ajak berperang
Bertarung di ranjang
Dari malam menuju siang

Panahku tepat tancapnya kuat
Otakmu muncrat rasakan nikmat
Busurmu hebat melekat erat
.
Air matamu berurai saat ku terkulai
Jutaan benih kusemai di ladangmu " Bohay "
Rawatlah jangan lunglai, sampai kita tuai
Sebagai saksi bahwa nikmat ini tak akan usai.

( Wajok hilir 20 Januari 2018 )
Tok dalang



ZINA
" Idrus Jungkat"


Kubuka serambi hatimu
saat hujan menatap murka
dan angin tiupkan angkara
pada bumi yang histeris
melihat kita mendesis
bergumul di ranjang iblis

Inginku halalkan dirimu
duhai pemuas nafsu
agar hujan tak murka
angin tak marah
dan bumi tak histeris
melihat kau meringis
saat Khuldimu kutusuk Keris

( 15 Januari 2018 )
Tok dalang



AKU INGIN LAGI
"Idrus jungkat '


Dibawah rimbun pohon
bibir kita saling mengatup
dan nafasmu menutup jantung meletup .

Tak perduli pada Enggang yang memandang kita bergoyang, beriring desahan nyanyian rembulan, di padang rerumputan berdendang, tanpa sehelai benang lalu menghilang.

Dan kini,
Bersama sepi
Kuharap kau kembali obati hati
yang letih menanti

( Jungkat 22 Januari 2018 )
Tok dalang

IDRUS JUNGKAT
(TOK DALANG)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar