UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 21 Maret 2021

Kumpulan Puisi Putra Pengembara Azza - SURAT PENGAKUAN


 

SURAT PENGAKUAN

Ku tulis surat ini untukmu dik ...
selain ingin menanyakan kabar tentangmu
juga tak muluk-muluk aku masih rindu padamu
jika mengenangmu semuanya jadi terasa menentramkan
burung-burung berkicau, ikan-ikan riang berenang
embunpun seakan ikut tersenyum menyapa

Daun-daun yang kering dan jatuh di tanah
mengingatkan akan sendu kisahmu saat tangan kita tak lagi bergandengan

engkau menangis
aku juga sedih
aku menangis
engkau mungkin tidak sedih

Surat ini ku tulis khusus untukmu dik ...
selain menanyakan kabar tentangmu
juga tak basa-basi aku masih rindu padamu
andai teriak tidak menganggu orang
aku sudah meracau tak karuan
sekarang aku sering sedih
dan juga cemburu
cemburu pada masa lalu

Ingin aku tak peduli
tapi aku tak kuasa
daun-daun yang berguguran tak lagi ku perdulikan
kemana akan tertiup angin
lalu aku hanya ingin ada hujan, ada sepi
seperti saat aku menunggu kabarmu
tapi tak segera ku terima salam beritamu

Kini
Kuikhlaskan caramu mencari cara ntuk membenciku
biarlah aku berteman gemuruhnya angin didada
atau tetesan hujan yg sering membasahi wajah
engkau tak usah nemperdulikannya
karena memang sekarang engkau sudah berubah
namun doaku tetap engkau nendapatkan yg terbaik dariNya



SEBUAH TAKDIR

Mampukah memahami takdir dirimu
Terkadang engkau berencana, namun mengapa begitu semakin jauh... ?
sudah begitu matang, tapi kian jauh dari harapan..

Terkadang tak engkau rencanakan, malah begitu saja engkau dapatkan
terkadang tak siap, Justru sudah ada di depan mata
terkadang di gadang2, Justru malah gagal total
terkadang begitu kerasnya kau berusaha, namun begitu saja lepas dari genggaman..

Terkadang tak engkau harapkan, malah engkau diberikan
terkadang engkau tak mampu menentukan takdir dirimu
saat begitu banyak pilihan menunggu putusan...
terkadang engkau hanya mampu terduduk dalam diam
dan tak tahu harus memilih apa,
hanya membiarkan kisahmu mengalir apa adanya
membiarkan waktu membawamu ke muara...
..
Takdir itu ada di tanganmu... Jika kau mampu tentukan jalanmu...
tetapi jika engkau ragu.. Bawa galaumu dalam keheningan malam nan syahdu...
tunduklah..
menyerahlah...
pasrahkanlah....
bawa kisahmu kepadaNNYA
Biarkan DIA menyelesaikan dan memilihkan takdirmu..
karena PilihanNYA takkan pernah menjerumuskanmu...
dan jangan pernah engkau ragukan itu...

Kadang pilihan itu tak selalu sesuai dengan inginmu
tetapi yakinlah dalam ketidakinginan itu,
mungkin banyak terkandung banyak kebaikan untukmu....

Selamat Berjuang...!!!
Semoga Piala Kehidupan yang indah engkau dapatkan,..

Oleh : Putra Pengembara Azza



KALAH

Tajam pedang yg menembus dadaku
tak seberapa tajam dari bahasamu
begitu kental melipat sukma menjadi sepucuk puisi

Dan ktika pengkabaran itu tiba
semakin tajam lagi bahasa burung mengokang senjata
melihat dengan sebelah mulut dan mata
hingga jadilah gerimis
walau suaranya tak lagi nyaring.

Ahh..
aku tak berdaya lagi
mendapati segudang kebencian yg meronta-ronta
saat pulang sebelum usai berjuang

Oleh : Putra Pengembara Azza



KERINDUAN


Badai perlahan berlabuh
selaksa dataran bergelombang, menjadi danau keruh
senja lekas meremang
angin berlalu membohongi dirinya sendiri
mengurai luas samudra air mata

Malam merajam
dan mematikan redup cahaya bulan
tinggal diriku bercumbu dengan bayang
selebat abu dan arang
laksana burung telah bepergian
tiada kan dapat bertandang pulang

Jangan salahkan kepadaman yg kian membaja
lantas memancangnya di langit gelap
sebab purnama telah melayang kemarin lusa,
dan kemarin lusa
lebih lusa lagi
terdekap megah sang awan
bersama dinding-dinding kebisuan

Malam kian melarut
Ada setangkai bunga tersenyum bertirai sutra
dalam terang rembulan
memaknainyapun aku tak berdaya
karena madu telah membaringkanku di atas tungku tanpa bara
tanpa sebaris kata jumpa
tanpa sebaris tanya
sehebat rumah tua

Barangkali satu kali lagi telaga kan bermuara
membungkus kering dahaga
menimbun benih-benih hujan air mata
dari sisa-sisa kerinduan
dalam butiran kasih sejati

Dan esok pagi,
saat sambut matahari mengawali hari
berharap di hamparan kudapati sekuntum mawar merubah warna
menjadi cerahnya waktu
meminum lahap nanar lukaku
lantas membasuhnya dengan sapuan hangat kasih
sesejuk embun menengadah
sebab badai kembali terbang

Dan di meja sebuah ruang
akan tersedia sebatang kalbu
menjaga rindu yg lembut dalam secangkir kopi

"Arrgghhhh....
engkau tahu
aku sudah terlalu lama menunggu
ijinkan kukenang sejenak jejak perjalanan
sebagai buah pengalaman
dan kumaknai siluet yang tersimpan di matamu.

Yahhhhh...
Dalam jeruji kerinduan tinggallah diriku saja
mengeja namamu
seindah waktu meraba tiada layu
meski ditelan samudra biru
dan biarlah kerinduan ini kian tak menentu
selama aku mengadu dalam kelambu bisu...
sebelum dingin mengaburkan mataku
mari kita teguk bersama selagi hangat..."
pintaku

Karya : Putra Pengembara Azza



JIKA

Andai cintaku tak sampai akhir
bukan aku yang mengakhiri
cinta itu tetap ada dan telah ku tinggalkan di hatimu
karena jika kepergian tak bisa lagi terhindari

Hidup memang tak selalu bisa bersama
namun ketika kita bersama adalah kebahagiaan yang tak bisa dikata
dan itu hanya untukmu, hanya bersamamu

Biarkan saja jika aku harus menangis, hanya bisa melihatmu.. Melihat gambarmu
mungkin ingin ku raih tanganmu walau saat ini aku pasti tak bisa
tak bisa berbuat apa-apa
aku sudah senang jika lambaian tanganmu
kau tangkupkan di dadamu
usaplah airmataku jika ada
aku akan merasa betapa sangat damainya .....

Jika hidupku tak akan tersisa lagi ...
bukan aku yang menginginkannya
aku hanya milikNya dan harus kembali kepadaNya
entah kapan Dia menginginkannya
dan aku harus menurutinya
karena tak bisa menghindari

Mungkin kelak kita akan bersama jika Tuhan kasihan padaku
engkau telah berdoa sepanjang hidupmu, untukku
dalam Sholatmu, begitu khusuknya
begitu ikhlasnya, begitu sabarnya
walau kadang engkau tersia-sia ketika aku deksura .....

Jika cintaku tak sampai akhir
tetap senyumlah...
agar aku juga bisa tersenyum melihatmu
walau engkau tak bisa melihat senyumku .....

Karya : Putra Pengembara Azza



SONETA

Ia kekasihku ...
tetapi ia tak lagi kasih kepadaku

Ia kesayanganku ...
tetapi ia tak lagi sayang kepadaku

Ia kecintaanku ...
tetapi ia tak lagi cinta kepadaku

Ia hanya angin lalu yang bertiup sejenak lalu senyap
ia hanya rembulan di malam hari yang akan memudar
ia hanya matahari di siang hari yang akan tenggelam
pasti akan menjadi sesuatu yang sunyi
walau tetap menjadi kenangan
dan pengalaman di pahitnya hati .....

Ia terkasihku ...
walau kelak hanya bisa terindukan

Ia tersayangku ...
walau kelak hanya bisa terbayangkan

Ia tercintaku ...
walau kelak hanya bisa terimpikan

Jika memang ia harus pergi, tak usah ditangisi
air mata pasti akan sia-sia dan takkan membawanya kembali
jika pun kembali maka angin tetap takkan berhembus
jika pun pulang maka rembulan tetap takkan bercahaya penuh
jika pun datang maka matahari tak akan cemerlang lagi
akan tetap redup
dan pedih di jiwa .....

Ia tetap ia ...
bukan lagi engkau
tak akan bisa aku meraihnya
memeluknya
biar ia menjauh, bahkan jauh sekali, harus ku biarkan
tetapi ia akan selalu ku sebut di tiap puisiku
dan mungkin di mimpiku ....

Karya : Putra Pengembara Azza
#coretan_hati




Jumat, 19 Maret 2021

Kumpulan Puisi Syamsul Rizal (Tok Laut) - RENUNGAN PENYAIR


RENUNGAN PENYAIR

Ketika burung tidak lagi bernyanyi di hutan
Kita tidak akan bertemu lagi dengan ranting dan dedaunan

Ketika ikan tidak lagi berenang di laut
Kita tidak lagi bertemu dengan airnya yang dikena bayangan akan terbagi dua di kakimu

Ketika canda tidak lagi menggelar tawa
Kita tidak lagi bertemu dengan tangis yang akan mengandungkan isaknya

Ketika puisi tidak lagi mendawatkan jiwanya
Kita tidak akan bertemu lagi dengan penyairnya
Selamat Jalan Sahabatku
Al Fatihah....

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera utara
DARI ; KAMAR PUISI TOK LAUT




BUNGA LANGKA SORGAWIKU


Dinda.....
Hidup memang sebaris puisi.......
kau telah lama kusimpan dalam bait hidupku...
dan tetap kusajakkan dalam jiwaku....
malam takkan menjadi siang tanpa kau...
imajinasi akan terkekang tanpamu....
kutunggu pastimu

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera utara
DARI ; KAMAR PUISI TOK LAUT




BELANTARA JIWA


Ketika tatap kita bertemu
Hening dan rindu bergelora
Melanglang berpetualang
kebelantara jiwa

Ku ulurkan tanganku
Menyapamu penuh ragu
Degup jantungku terpana
Menanti sapaan semesta

Senyum tersipumu
Melahirkan getaran jiwa
Doaku melanglang kelangit jingga
Berlayar menuju pelabuhan penuh makna

Kaulah sang putri sorgawi
Yang akan terus mewangi
Menghiasi hari-hariku oh kasih
Dekap dan rebahkan wajahmu di didadaku
Kaulah cinta kasihku
Aku tak bisa hidup oi tanpamu.

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,sumatera Utara
DARI : KAMAR PUISI TOK LAUT




ADIKKU BANGUNLAH.....


Ada yang terlelap pulas dibuai mimpi...
ada yang tak terjaga dipasung naluri
adikku...bangunlah .....
dijam seperempat senja ini
kau masih mengintipku dari balik pelukan bantal gulingmu
jangan biarkan wajah bidadari sorga ini layu ditelan zaman tanpa mentari
luapkan kerinduan dan emosi pada dinihari
dan merebahlah dalam telaga zam-zam
teguk dengan dahaga air kasih suci itu malam ini
adikku...bangunlah..........

Oleh : Syamsul Rizal ( Tok Laut )
Tanjungbalai,Sumatera utara
Dari : KAMAR PUISI TOK LAUT




LEMBARAN RENUNGAN PENYAIR


Kita disergap lahar darah
yang memuncratkan amis diwajah
meregang liang luka
puisi kita seedang onani

Dari : KAMAR PUISI TOK LAUT
HIDUP ADALAH SEBUAH PERSEPSI DAN ILUSINASI
Oleh: Syamsul Rizal (Tok laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara




DEWI KU

Hoi sang malam
Kau dngarkah kegelisahanku
Menanti pajar diteriknya siang
Meniti senja di ujung malam

Hoi..sang malam
Puisi meretas remang-remang
Rindu jagalah aku membelaimu
Kaulah desah napas hidupku
Sang Dewiku

Sajakku lahir dari geliat rindu
Rinduku hadir senyum mengerai rambutmu
Bertapalah sayang dalam jiwaku
oh...

Damailah sayang dalam kalbuku
Jangan biarkan aku merindu
Damailah sayang dalam jiwaku
Menjelmalah sayang dalam tidurku
oh...

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
DAR : KAMAR PUISI TOK LAUT
Art Institute Of Empowerment Coastal Community
Tanjungbalai City 2013




SHIMPONY HATI


Jemari nakal menelusuri pinggul gitar
yang berbau napsu
Merebahkan mimpi kelangit tinggi
Melengkingkan sajak rindu yang kemarin hilang
Lahirlah benih sajak luka
Mengoyak tabir hati kita

Oleh : Syamsul Rizal ( Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera utara
Dari : KAMAR PUISI TOK LAUT




JIWA

Matahari meluruhkan kabut diatas himpitan jiwa
Keceriaan menyapa kesunyian
Pintu langit terkuak di jam 24 malam tahajjud kita
Membingkai bunga langka yang jatuh dipangkuan kita
Ma...inikah permadani tempat kita bersila dihari tua

Oleh Syamsul Rizal ( Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dari : KAMAR PUISI TOK LAUT




IBU

Ibu........
Ibu kau dengarkah desir pantai yang tak henti-hentinya
meratapi tonggak rumah kita
disana ada beribu jeritan
menyerbu penuh dendam

Ibu...
Lihat gambar rumah kita
yang mulai usang dan gontai
ia sedang ditelan kehidupan
disusupi angin tanpa warna nyata

Ibu...
Lihat wajah kita dicermin
kita buta
kita tuli
sekarang kita hanya bisa meraba
meraba cahayanya tanpa mata
meraba suaranya tanpa telinga
meraba...dan teruskah meraba.....
ah......

Karya : Syamsul Rizal ( Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dari : KAMAR PUISI TOK LAUT




SAJAK AUMAN SRIGALA DI PADANG NISTA


Apakah mayat saudara kita ini memerlukan puisi para penyair
Apakah mayat saudara kita ini memerlukan lagu-lagu duka,
yang tercabik tubuhnya dan surat yang berlumur darah ditangannya.

Yang mengerikan dalam hidup bagi orang-orang yang berselimut kegetiran dan kesengsaraan bukanlah maut,
namun ketika mereka diberlakukan tidak begitu manusia diatas mayat-mayat saudaranya, dan tak satupun orang-orang diatas langit punya gelagat untuk menghitungnya sebagai makhluk penghuni bumi persada.
Mungkin mata kita telah buta sehingga tak bisa menatap mereka
Mungkin jiwa kita telah kehilangan naluri dan makna

Di malam gelap pekat….ku melihat mereka merayap bagaikan srigala
membawa panasnya api dendam dari jauhnya jalan ketidakrelaan
Riuh amarah dan kegeraman adalah luas hamparan samudera air matadan lautan darah yang membasahi sucinya bumi pertiwi

Ruh sirna kealam bisu sepi, dan tak ada yang meratapi, kecuali sanak saudara mereka sendiri yang telah me- muncrat-kan darah nadi
Diduka ini tak ada bendera setengah tiang, barangkali karena para almarhumah
tak memiliki kartu tanda kemanusiaan, dan dimata mereka ….dimata kita …..mungkin dia tidak pernah ada
Ketegasan sejarah juga tidak akan pernah ada , yang mengakui mereka adalah manusia

Malam amis yang berbau nista….adalah auman ganas srigala-srigala
yang telah tuntas mencapai titik nadir kedukaan anak negri zamrud khatulistiwa
Gegap gempitanya pesta pora mereka diatas pundak-pundak kesengsaraan kita adalah catatan luka yang tetap menjadi pamlet potret kita
Pamplet potret negri sinandong yang terus menangiskan andung

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
KAMAR PUISI TOK LAUT CENTER
ART LABORATORY
TANJUNGBALAI CITY-SUMATERA UTARA
inspirasi puisi ini lahir dari geliat pamlet Drs Mustahari Sembiring



SI RAJA BURUNG NEGRI ZAMRUD

Hoi…Sang burung diangkasa raya
Kau memang raja dari segala raja
Menoleh kekanan berusaha menyapa kami dengan mesra
Cakarmu yang menancap tetap menggenggam tanah leluhur
Kami berteduh dibawah sayapmu
Mengintip dari calah bulu – bulumu
Mengamati takdirmu diketuaan itu
Kakimu yang mulai kapuran dan encokan
Bulu lamamu yang mulai berjatuhan
mengusik kecemasanku
Meski kau berusaha untuk tetap tegar
aku khawatir…
Kerentaanmu yang telah mengeluarkan aroma bau tanah
membuat orang – orang menutup hidung
karna menyengitkan bulu roma
Dan kadang orang – orang celoteh
bahwa kau sudah bergabung bersama para burung hantu
Aku was – was dan betul – betul ketakutan
lagi pula setua ini kau belum juga punya keturunan
Aku tak tahu apakah kau lahir tunggal
dan tak sempat pula kukenal ibu bapakmu
sebab setelah aku lahir kaupun telah ada
Dulu bulu – bulu halusmu lah
yang selalu menghangatkan tidurku dulu
Sang majikan yang menemukanmu sempat menyematkan
rantai bermata lima dilehermu
Dari dulu kau setia dan tak pernah melepasnya
meski kutahu rantai itu kebesaran buatmu
Aku mengerti kau tak kuasa menolaknya
Saat ini permata itu sudah pula kulihat berdebu
Tak sampai pula jangkauan tanganku untuk merawatnya
seperti majikanmu saat itu
embun
hujan
dan terik panas mentari
membuat wajahmu dari hari kehari tambah kerutan danberbintik hitam
Matamu yang berpendar keputihan membuat
pandanganmu tidak bisa menatap mana yang benar dansalah lagi
Kadang genggamanmu pun kulihat gemetar
Orang – orang yang berteduh dibawah bulu sayapmu
hanya memikirkan dirinya sendiri
dan seolah – olah tidak mau mengerti
bahwa mereka masih berlindung dibawah sayap kebesaranmu itu lagi
Kadang mereka berkelahi dan saling mencaci maki karna saling berebut kursi
Permata limamu hampir tak terlihat,
sehingga peraturan yang ada disitu tak terbaca kini
Dan kenapa pula kau seolah – olah tak mengacuhkan yang terjadi
Apakah kau kecewa
tiga energy ruh kekuasaanmu
yang saat ini tinggal dua
menghantui salahmu dulu
Atau kau sudah pasrah dan tawakkal
Pintu kuburkah yang kau bayangkan
Atau kau sudah mati suri
Sebab sudah cukup lama juga kau tak kudengar bernyanyi
Aku tak mau kau seperti slogan pajangan
yang indah dilihat tapi tak berfungsi
para bocah disekolah
para pejabat di apel pagi
para organisasi dipentas bumi
tak pernah terdengar menyanyikan lagumu
Dapatkah kau tangkap dari indra keenammu
bahwa ada yang ingin mencabuti bulu – bulumu
Aku tak kuasa menahan mereka
sebab mereka sangat ramai dan cukup berani
Kalau terus menerus begini
aku takut-aku tinggal sendiri
Liar binar mata mereka
yang memprovoganda banyak orang
akan mengusirmu terbang dari negri zamrut ini
Aku kasihan padamu…
bulu – bulumu yang renta itu
tak akan mampu menerbangkan besar tubuhmu
dan semua ranting dahan di negri orang
telah patah dan hilang karna ditebang
dan tak rela pula aku melepasmu untuk hinggap
diatap gedung pertokoan
sebab aku takut kau ikut dijual
Kesetiaanmu dikhianati disenja ini
padahal akibat beban yang berat itu
selama – lamanya kau tak mampu menoleh kekiri
dan itu pulalah yang membuat orang salah mengerti
nampaknya takdir beda dan ternoda
ditelan zaman bersama mimpi buruk kita
Kalaupun mereka panggil yang lain
untuk menggantikan kedudukanmu
diranting dahan emas itu
sebagai Raja burung di Negri Zamrut ini
aku tak yakin…
Ia tak setia kau dan seperkasamu
Sudahlah…
Jangan kau meneteskan air mata
Ketika mendengar kata – kataku
Aku maklum kerentaan yang membuatmu begini
mudah sedih
mudah tersinggung
tapi biarlah takdir yang menentukan
Dan jangan kecewa dengan ketuaanmu
aku tetap setia padamu mewakili majikanmu dulu
Tertawalah…
hai Raja burung Negri Zamrutku
Tunjukkan kebesaran jiwamu
Jangan buat aku malu karna mengagungkanmu
karna itu cukup membahagiakanku
Meski gemetar dan lesu darahmu
berusahalah bertahan
Aku akan tetap berdoa
Sambil merenda perban hatimu yang luka

( Sajak Buat Anak Negri Zamrud )
Oleh : Syamsul Rizal
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dari : Kamar Puisi
Tok Laut Center
Selasa, 09 Juli 2013




BULANKU LUKA PARAH

Cawan tak lagi berisi tetes dahaga
Sesal tersedak tarikan asa
Kerontang seruput mimpi
Tak bisa obati ringkih
Luka batin kusingkapkan
Tirai kasih yang sepotong karat

Oleh : Syamsul Rizal
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dari : Syair Tok Laut Dan Sajak Puisi Ws Rendra Siburung Merak
Selasa, 09 Juli 2013




HOI ... PUTRA-PUTRA LANGIT TANAH PADUKA

Aku ditengah srigala - srigala yang haus darah
Pada hutan rimba yang penuh onak duri
Tanganku terhuyung menggapai kaki langit di seperempat malam
Ingin membalut luka parah-nya rembulan
Kulecut tulang dan nadi dikenistaan naluri
Menatap cahaya tanpa mata sajak puisi yang tak bernyawa
Lahirlah suara sumbang alam maya tanpa bunda
Genggaman cita dan luapan lahar gunung jiwa
Jadi gemuruh yang meluluh lantakkan
tapak tanah tempat suci rumah tua kita sendiri
Arus deras mem-bawaku ketitik pusar gelombang
menukikkan kepala meng-hamba pada kaki-kaki samudera
Hanyutlah sinandong dibawa angin berpusaran tinggi
Lancang yang kupersembahkan tanpa gong sitawak-tawak dan dupa wangi
Tak menegur sungai asahan yang lagi menyesali diri
Tampuk pusar tambu sang putra serambi tanah paduka
Kini tempat berjoget orang-orang berlagak priyai
Kursi reot yang sakral tanpa mantra
Keris pusaka usang tanpa permata
Tombak Marzanji tanpa panglima
Baju hitam kebesaran anak raja
kini koyak penuh liang luka tanpa muka
Hoi....putra langit tanah paduka
Mana tatapan tajam dan arah telunjukmu
Santri Panglima hitam kini menunggu fatwamu

Oleh : Syamsul Rizal ( Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
( Malam minggu jam 23.05 wib pada 19 Mei 2013, Inspirasi sajak puisi ini lahir setelah TOK LAUT kedatangan Sahabat Pekerja Seni
“ Abdi Nusantara “ anak santri Teater Patria Medan yang kini telah bermukim di Kota Kelahirannya Tanjungbalai yang juga masih Kerabat Turunan Kesultanan Asahan. )




MENJARING PUISI

Menjaring puisi didanau toba
Mantra bersungut dirimba raya
Lolongan srigala liar mengendap kosa kata dimalam senyap berbisa
Dijurang terjal corong aksara

Kulihat pamplet diatas gundukan batu gunung

" elang laut... pulanglah kegunung "

Birat didahan tualang bekas cakarmu
Masih disulut api ombak laut
Yang dulu membuat sayapmu selalu basah
Hingga membentuk nyalimu seganas hempasan gelombang

74 bukanlah bilangan yang semu
Saatnya kembali kerimba
Tancapkan cakarmu sekuatmu

" elang laut..bertenggerlah diujung langit "

Lihatlah hamparan jagad raya
Dengan begitu 'kau bisa melihat dengan benar
Dan leluasa seluas cahaya permata yang pernah kau terima

Elang laut...
Dengan begitu kau kembali jadi Raja burung di rimba zamrud khatulistiwa

Biarkan laut bergemuruh menentukan nasibnya
Biarkan ombak saling hempas melampiaskan dukanya
Biarkan angin meluluhlantakkan ke'egoisannya

Camar
Hiu
Bangau dan ikan belanak
Biarkan leluasa menikmati senjanya

Renungan Penyair Si Elang Laut
Tok Laut
(tanjungbalai adalah mutiara selat malaka yang berada dihilir danau toba)
Kamis, 06 Juni 2019




6 JUNI 1901
DI HAUL SANG AKTOR JAGAD BUMI NUSANTARA

BUNG KARNO

Bergemuruh dan gegap gempita suaramu
Menggiring anak negri ini melepas mata rantai dari hausnya kekuasaan
Kau lecut tulang dan nadi keangkasa
Meliuklah pusaka itu dijiwa negri zamrud khatulistiwa

Pleno pertama sepakat menobatkanmu jadi aktor nomor satu dinegri tercinta
Tepuk tangan riuh menyambutmu dengan suka cita
Dan sinandongku kau tenggerkan di istana

Hari hari berlalu...tanah airku yang berbau mimpi
Memasuki lorong lorong tak bertepi
Dan kusapa kau dalam sunyi
Tak kau beri aku mengusap air matamu
Kau tolak aku ketika aku merangkulmu
Dan bibir yang pernah menggemparkan puisi pada pentas dunia itu kembali menyentakkan'ku
" aku tidak pernah mencanangkan akan seperti ini Indonesia Raya "
Kenapa kesetiaan harus dibeli
Kenapa hukum jadi lat transaksi
Kenapa seni kalian pinggirkan kelaut tak bertepi
Kenapa sekian lama kita merdeka benderaku tetap kalian gerek dengan tali
Sehingga sekarang kalian hanya tau mencaci maki dan saling berebut kursi

Sinandong yang kau lantunkan memang sedikit meredakan kedukaanku

Sinandong yang kau lantunkan memang sedikit bisa meredakan kerisau'an-ku

Tetapi sapalah abak negri ini dengan sinandong menggugatku
Agar merasa terwakili rasa kegelisahanku
Doaku bersamamu
Sang Aktor Jagad bumi Nusantarakus

Syamsul Rizal alias Tok Laut
Diujung Selat Malaka kediamanku
Tanjungbalai Adalah Mutiara Selat Malaka Yang Berada Dihilir Danau Toba
Kamis, 06 Juni 2019




SOROT MATA TOK LAUT

Tatkala kegembiraanmu memuncak kelangit
Disaat itu pula aku cukup sedih melihatmu
Kegembiraanmu sebenarnya adalah luka
Yang kau sendiri tak merasakan perihnya
Aku pandangi wajah polos tanpa dosa
Terpuruk dalam liang lobang yang menganga

Kucoba mengulurkan tanganku
Karna uri tambu kita pada lobang yang sama
Emosiku memuncak dalam dada
Amarahku muncrat bak lahar gunung jiwa
Senyumku liris memaksa tawa
Agar kegelisahan dan kegeramanku
Tak dapat kau baca
Kuikuti tarian dan lagu yang kau dendangkan
Meski pikiranku melayang

Kadang aku merasa terhina
Atas apa yang kulihat didepan mataku
Kadang semua itu harus kutepis jauh-jauh
Agar hal itu tidak menggerogoti gula darahku

Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Kau juga kulihat terdiam kaku
Dan kadang sedikit senyum
Hanya untuk berlindung dimuara kegundahanmu

Ribuan pasang mata
Seolah mempelototi kita
Sesak didada adalah ledakan emosi
Yang tak mungkin kita tahan lagi
Kesederhanaan puisi dan keindahan liris prosa
Akhirnya harus kita tuturkan
Agar cara mereka menangkapnya
Tidak terlihat siapa-siapa

Hai ... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Wajarkah emosi lautan api ini
Atau hanya sekedar jadi sajak sajak yang mengiang ditelinga
Atau hanya jadi sajak sajak yang berumur seketika
Atau masih tertuliskah dihati kita
Pamlet cinta para moyang moyang kita

Hai...Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Apkah hanya kita patok tiang paduka yang tersisa
Rasa yang tertera pada lontar milik baginda
Yang membuat kita ingin merenda nilai abadi
Dari ujud rasa persaudaraan kita yang hakiki
Atau melebihi agad roh bumi
yang mencintai segala isinya

Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Kau RAJA HATIKU
RAJA HATI MEREKA
yang menumpahkan rasa sayang tiada tara
mari menjaga TUMPUAN HATI kita
agar menjadi BUNGA LANGKA SORGAWI
yang tumbuh subur pada BUMI PERTIWI
untuk menghias serambi tanah paduka ini
dan menebarkan wangi kesturi
menjadi altar permata pada sila kita
dihari senja........

Hai..Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Ulurkan tanganmu kepadanya
Karna akupun telah mengulurkan tanganku kepada sahabatnya

Hai ... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Aku melihat kantong koyak
Tak be REMANG PATI
Hai... Tengku Sang Datuk Tujuh Petala Langit
Sudahlah.......
Ayo mengukir sejarah kembali.....



SAHABAT SEDARAH SENADIMU
TOK LAUT


Senja mati suri diremang jiwa
Berdenyut nyeri dalam sum sum nadi
Tergeletak pada dipan hati
Gentayang di tiang langit mimpi
lima tahun jejak langkah ruang pekerja seni
bernapaslah dalam sorga sorganya puisi
yang hidup kembali pada serambi tanah penyair ini
hai bung ahmed el hasby...
teruslah merenda juang kita
yang tak kenal lelah menoreh mega cakrawala kita
angkat salut kami semua
adalah jabat selamat ultah buat sang penyangga tatanan susila
pada uri tambu lahirnya komunitas penyair sajak sajak cinta kita



HAI PUTRA-PUTRA SANG FAJARKU
Karya :TOK LAUT


Melajulah menembus tapal batas jagad negri zamrud khatulistiwa kita
hai putra-putra sang fajarku
gelora arus samudera adalah kenderaanmu menapak kaki langit
jangan ada kata bimbang dihatimu
sebab energy maha zat ada di lathifathul Ruhmu
jangan pernah menoleh kebelakang jika ingin mengukir sejarah
sebab sejarah tidak pernah berjalan mundur
namun ingat sejarah juga moment hebat yang terus mengesankan
dan karena itu sekian dari banyak orang menjadi besar
hak paten kaca mata hatimu sudah kita tempa bersama matahari
tak ada yang mampu bersembunyi dari kerling matamu
dan tak ada yang mampu bersembunyi dibalik bayang-bayangmu
teguh hatimu yang pernah kita bangun bersama adalah batu karang
yang kita jemput dari ganasnya ombak diupuk selat malaka
karna itu darah yang mengalir pada dirimu pahit berbusa garam
langkahmupun kujemput dari kakek buyutmu sang panglima layar
kau lihatkah diatas kepalamu
garuda perkasa terus mengawasi alur pikirmu
jangan sekali kali meneteskan air mata jika tak perlu
kecuali jika pada malam-alam panjangmu kau bercinta dengan SANG KHALIQ-MU
jika akal pikiranmu kisruh bermanjalah kepada-NYA
sebab disana akan kau temui telaga sejuk penawar semua hamba
hai putra-putra sang fajarku
menggeliatlah dengan suka cita
sesungguhnya aku juga tetap merenda doa
tiap detak detik denyut nyawa napas dunia
hai putra – puta sang fajarku
dendangkanlah sajak-sajak cintamu di kamar puisi malioborro
bersama sahabat sedarah sahabat senadi mu disitu dulu
sebelum pintu gerbang istana menantimu



ULTIMATUM SRIGALA MALAM

kami memang rimbunan puisi srigala malam
api kami masih membara ditengah kerumunan gelapnya kelam
kesucian kami tak bisa dinodai sebab potret kami tetap hitam
berjalan dibalik bayang-bayang menyusupi alir darahmu
toleransi masih kami gantung ditiang jeruji
sebelum tokok palu kami gelar di altar



PUISI PADA DIMENSI LAIN

Petunjuk membaca puisi :

Anda boleh terus memandangi puisi dibawah ini
dengan kedua belah mata anda
dan visualisasikan ke dalam pikiran anda makna yang dikehendakinya.

Ketika anda mencamkan dalam ingatan,
lalu perhatikan dengan seksama makna yang tersirat dalam puisi ini
rasakan setiap kata kata dipuisi ini mengaliri jiwa anda
hingga membawa anda berada dalam ruh-ruh puisi ini

Kosongkan pikiran semua, relaks,
nikmati rasa keindahan setiap kata pada puisi ini,
biarkan setiap pembuluh darah dan setiap syaraf yang mengendor
seolah ikut membacanya

Sekarang, kirimkan rasa keindahan puisi ini ke seluruh
jiwa anda, mulai dari ujung kepala hingga ke ujung ibu
jari kaki anda puisi itu mengalir mewakili bahasa jiwa anda
.Biarkan setiap pembuluh darah dari syaraf mengendor, melemas dan relaks.
Anda sekarang sedang merasakan indah dan fenomenanya makna bahasa jiwa yang sedang anda baca
Lebih relaks dan lebih dalam lagi ( konsentrasi full )

Sekarang puisi hampir selesai ....
dan begitu anda selesai membacanya
kelopak mata terasa berat, mengantuk dan makin mengantuk.

Anda merasa lebih relaks, jangan ditahan semua rasa yang bergelora
hingga terasa mengantuk .....
lalu tidurlah bersama puisi ini dalam dimensi lain..........

PUISI YANG AKAN DIBACA :

banyak cerita yang ingin kulukiskan
ketika kita memasuki bulan madu setengah hati
pada ranjang yang berbau mimpi
kau kulihat ragu merangkul tanganku
apalagi mencumbui rinduku
tak kuasaku terpaksa kulepas
tatkala aku memintamu
untuk mencium aroma wanginya sayangku
memang kau nampak begitu ikhlas ketika melakukan itu
namun mata batin cinta kita
kuihat memandang dengan tatapan kosong
inspirasiku
apakah keterjagaan naluri cintaku
dapat kau tangkap bersama sakralnya hasratmu
bersama kesucian hatiku untukmu
atau berada pada titik nol kah
kesempurnaan banyak angka dialam pikiranmu
atau tanpa bilangan dan hurup kah
naluri batin tempat singgahku
inspirasiku
apapun sajak yang tertulis diatas takdirku
aku memang sungguh mencintai kesederhanaanmu
karna itu adalah sikap yang agung
yang ditunggu ruang hatiku
bersama kesiapanmu
untuk berlayar kelautan kasih
dan berlabuh dipelabuhan kita yang penuh makna
inspirasiku
jangan takuti gelora dan gelombang rindu
sebab ombakpun telah restu menghantar perahu kita
ke samudera kasih yang abadi
inspirasiku
kemarilah sayangku
genggamlah tangaku
satukan jiwa
kita bersama merenda kasih
diatas sutera biru milik kita
Inspirasiku
aku kan tidur bersama puisi jiwamu



RENUNGAN PENYAIR

Akal pikir merupakan kulit jiwa yg senantiasa mengorbit mengelilingi inti jiwa. Seperti hukum dunia atom, semakin berat elektron, semakin jauh dia dari intinya. Sebaliknya semakin ringan elektron, semakin dekat dia dengan intinya. Demikian pula pikiran, semakin berat pikiran kedunia'an, maka semakin jauh dia dari Tuhan, semakin ringan pikiran kedunia'an, semakin dekat dia dengan Tuhan.

Jadi tidaklah ada jaminan bagi seseorang yang tampil dengan prediketnya' seolah-olah fatwa yang dipaparkannya adalah jaminan bagi jati dirinya, tapi lihatlah gerak dan tindakannya.

Kita merindukan sosok figur yang dapat menyeimbangkan antara pikiran dan hawa nafsu ( atom = jiwa )

TOOK LAUT



Ilustrasi : Rehat Sejenak Bung.....

ANAK TERTUA SIMARDAN

Anak tertua simardan
lama mengembara
dicari diwilayah selatan
akhirnya ditemui sedang duduk diatas kursinya
yang kaki kursinya menembus perut bumi
terasa kokoh jika dipandang
namun roboh tanpa di goncang

Dibebani malu dan ketakutan
bunda surut bertutur perlahan ;

Anakku...anakku jangan berlayar lagi
lihat layar perahumu sudah koyak
dan hulubaangmupun sudah semua pergit
tak mungkin kau pergi berlayar sendiri....
sudahlah.......



RENUNGAN PENYAIR
sajak sajak cinta tok laut
episode :

PENGANTIN PENGANTIN MEMPESONA.
(sajak buat Al Aqso Palestina)


parade pengantin-pengantin
pulang bersama darah yang tumpah
bintang gemintang turun dari langit
sinari rahasia-rahasia keterjagaan dibumi
cahaya jemput aksara tanpa abjad dan angka
ketajaman itu adalah penglihatan yang bermukim diladang cinta

hai.. pengantin pengantin dihiasi senyum
napasmu adalah kesturi yang harum
yang dijemput ribuan banyak kaum

hai... pengantin pengantin
kau sedang diarak rebana jagad bumi
bersama takbir dan air mata yang tumpah dari langit mimpi
telaga bening yang kau teguk hari ini
adalah dahaga bumi menyirup banyak darah yang kita beri

hai... laut merah yang merah merona
hai... negri tua peradaban dunia

sajak dan cinta kita yang tetap bergelora
akan terus mengarak pengantin pengantin mempesona

KITA ADALAH SANG PENGANTIN YG SEDANG MENUNGGU IJAB QABUL ATAS AL AQSO DAN PALESTINA

Allahuakbar..........

TOK LAUT



TOK LAUT dalam SAJAK MELODI GITARKU

Jemari nakalku yang berbau nafsu
membelai pinggul gitar yang mempesona diatas peraduan
dan merebahkannya kelangit tinggi
untuk melengkingkan sajak rindu yang kemarin belum tuntas
nyanyikan syair cinta yang kan kita renda bersama
Art Institute of Empowerment Coastal Community-Tanjungabalai City

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai, Sumatera Utara



Catatan Tok Laut

Angin semilir pantai asahan
menerpa sang nyiur yang sedang termangu
membawa instrumen jiwa ke rumahku dulu
ia bawa keyakinan
ia gendong harapan
terbang keatas kerumunan rimbunan orang
bersama siasat pagi hari
untuk merelung berkas embun
yang dititipkan jalangnya malam
Ada yang terlelap pulas dibuai mimpi – mimpi
Ada yang telah lama terjaga dan duduk dikursi
menggendong bantal guling berludah basi
yang menyengatkan penciumanku dari atas tiang jermal
diupuk timur ini
Naluri merah putihku berorasi dalam hati
menghunjam pikiran kelangit jingga melecut nadi
Goyangan ombak samudra pantai
menjatuhkan darah merah dikalbuku
mengaliri acungan tanganku
Loyalitas kita terombang ambing
kesana
kesini
berserak dihempas tirani
Mencibir serat wajah bumi
Ia tak sudi kita bermukim disini
Akakah ia akan mengeluarkan marah
dan memuntahkan lahar…meluluhlantakkan rumah ini
Akankah debu lahar dingin membuat mata kita semu
menyeringai dan melepaskan gandengan tangan itu
Kuhadang batu tajam yang terhempas dari atas langit
Kurentang jendela kalbu
agar tetap terpancang diatas perut bumi
Biarlah laharnya menghanyutkan kursi
asal tidak seluruh isi rumah yang kucintai
Bawalah kursi itu ke selat malaka
akan kugandengi kau meniti alun samudra
dan kuseru sipuntung tali arus untuk menghantuinya
meski kutahu bangsiku menangis tak rela
Takkan kusapu sengat keringat darah didahiku
Dan tak kugenggam lagi pundakmu
meski terhuyung jalanku
Cukup sudah kuberikan tangan dan bahuku
Menggendongmu
Darah merah yang tumpah ini
Adalah telaga dari dosa – dosamu hari ini
Saat ini…
Aku akan bergandengan tangan
bersama marahnya bumi
Meski marahnya tak tentu arah
tapi istiqomahnya terarah

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)

--------------------------------

Selembut kapas pun..
Masih tetap berbiji
Seindah mawar pun
Masih tetap berduri
Tak terada ramadhan kan tiba
Andai terselip khilap dalam canda
Tergores luka dalam tawa
Tersinggung rasa dalam berbicara
Maafkan lidah yang tak terjaga
Marhaban ya ramadhan
Mohon maaf lahir dan batin
Untuk semua sahabat fbku
Moga ramadhan indah membawa berkah
Untuk kita semua....

------------------------------------

GUGATAN PUISI PADA BUNGA LANGKA BERDURI

menggantung bayang-bayang tanpa tali
sibak luka ditiang merah merona pada elegi senja
bukanlah sekedar sajak petaka basa basi kita
mendaki pendar di ujung tombak puisi
membentang kertas putih diujur suci
rebah dipangkuan bunga langka berduri
robekkan tangis kita dimanis senyum
hentakkan pilu dimerah bibir
luluh renyah dikunyah takdir
hidup bukanlah sekedar syair

Dari : SAJAK-SAJAK CINTA TOK LAUT

----------------------------

Tak kujelang jendela bibir senja
Apalagi mengecup bibirmu yang merah merona
Belaian angin yang menggeliat
Adalah jalangnya birahi yang tak bermuara
Merujuk arus tanpa ombak
Menelantarkan gelombang diperaduan
Disenggama laut yang tidak pernah selesai
Duh...ranjang karang yang berbau mimpi
Teruskah gentayang merajuk sukma yang sakit hati


-------------------------

kujelang rindu diujung rambut malam
berlari mengejar sang rembulan dengan seribu sayang
ternyata gerhana bulan yang kudapatkan
aku hanya bisa senyum menyeringai
menahan rimbunan kecewa yang terhentak-kan
kuajak jiwaku menasehatiku
don corleo...sudahlah......

------------------------------------------

Ketika kau pernah merasakan hidup sendiri, aku berkeyakinan bahwa kau tidak akan mau lagi merasakannya untuk kedua kali, karena ketika bersamamu yang kurasakan ada apresiasi hidup yang bermakna, dan hal itu mampu menjadikannya sebuah cermin untukku

Namun senar gitar tidak akan menjadi nada sebelum engkau memetiknya
Dan lagu tidak akan pernah mengikuti nada sebelum engkau menyanyikannya
Begitu juga dengan apresiasi hatimu
Tidak akan bermakna apa-apa bagi taman hatiku
jika kau tidak meletakkannya disana

---------------------------

" kadang kegersangan jiwa itu bisa pupus tatkala mendengar dan merasakan sejuknya nada syairmu, seolah syair yang kau lantunkan seperti ombak yang menggulung peraduan kasih sejati yang sedang menjaring mimpi "

TOK LAUT

--------------------------------

" kesederhanaan puisi yang kita liris adalah keseimbangan jiwa yang harus kita kawal bersama, sebab gejolak bisa bermakna ganda jika sorot mata jiwa salah mengarahkan telunjuknya "

-------------------------

" monumen puisi yang kita bangun adalah rumah besar jiwa tempat kita merenda hari esok yang penuh gelora "
TOK LAUT

-------------------------------------------

kujelang rindu diujung rambut malam
berlari mengejar sang rembulan dengan seribu sayang
ternyata gerhana bulan yang kudapatkan
aku hanya bisa senyum menyeringai
menahan rimbunan kecewa yang terhentak-kan
kuajak jiwaku menasehatiku
don corleo...sudahlah......

Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai, Sumatera Utara

-------------------------------------

kuseru kau jadi api yang menjilati bara diujung ubun
menyingkap tabir mimpi yang hilang di ruh ruh para pujangga
menela'ah sajak kita malam ini tanpa lirik liris bernada
mata kita kosong menganga tanpa suara
dialoq batinkah ujud cinta kita
kutulis sajak ini khusus buatmu yang sedang tidur diperaduan mimpi
TOK LAUT

-----------------------

kujelang rindu diujung rambut malam
berlari mengejar sang rembulan dengan seribu sayang
ternyata gerhana bulan yang kudapatkan
aku hanya bisa senyum menyeringai
menahan rimbunan kecewa yang terhentak-kan
kuajak jiwaku menasehatiku
don corleo...sudahlah......


------------------------

" monumen puisi yang kita bangun adalah rumah besar jiwa tempat kita merenda hari esok yang penuh gelora "
TOK LAUT

-------------------------

" kesederhanaan puisi yang kita liris adalah keseimbangan jiwa yang harus kita kawal bersama, sebab gejolak bisa bermakna ganda jika sorot mata jiwa salah mengarahkan telunjuknya "
TOK LAUT
---------------------------

" kadang kegersangan jiwa itu bisa pupus tatkala mendengar dan merasakan sejuknya nada syairmu, seolah syair yang kau lantunkan seperti ombak yang menggulung peraduan kasih sejati yang sedang menjaring mimpi "
TOK LAUT

------------------------------

kujelang rindu diujung rambut malam
berlari mengejar sang rembulan dengan seribu sayang
ternyata gerhana bulan yang kudapatkan
aku hanya bisa senyum menyeringai
menahan rimbunan kecewa yang terhentak-kan
kuajak jiwaku menasehatiku
don corleo...sudahlah......

-----------------------


olongan srigala dikesunyian malam
pada gerhana ditengah gema suara kwang kwang
tak mampu redakan gelap gulita dan riuh rentak kecamuk jiwa
jari tangan malam dan sebilah pisau tak dapat lagi kuhadang
akan muncul dari atas langit membelai pundakmu
tuk mengkosek kosek pipi dimalam panjangmu
pada dinihari di jam siang
jika cahaya yang ia sulut jadi redup remang dan gentayang

Dari : SAJAK-SAJAK CINTA TOK LAUT

Lolongan srigala diliang luka gerhana bulan kita

-------------------------------------

kuseru kau jadi api yang menjilati bara diujung ubun
menyingkap tabir mimpi yang hilang di ruh ruh para pujangga
menela'ah sajak kita malam ini tanpa lirik liris bernada
mata kita kosong menganga tanpa suara
dialoq batinkah ujud cinta kita
kutulis sajak ini khusus buatmu yang sedang tidur diperaduan mimpi
TOK LAUT

------------------------

Altar suci milikmu
Yang disuguhi anggur para penyair
Adalah dahaga lepas yang akan tuntas
Dibelai kidung dan napas klasik guitar kita
mari dendangkan nyanyi rindu untuk mengajak rembulan
agar gerhana tak kembali terulang
dan kita jemput untuk mainan bidadari putri mungil milik kita
lalu kita pajang di altar istana hati yang merona
duh....pesona bunga langka
mari menapak jejak langkah mengitari poros bumi
menjelang mentari agar kembali
menyinari jalan kita mengurai mimpi
kan kita jelang taman firdaus
yang dihiasi ranting sajak puisi kita
ditengah telaga danau haru biru
yang pernah tertulis ditakdir kitab casanova

-----------------------

GUGATAN PUISI PADA BUNGA LANGKA BERDURI

menggantung bayang-bayang tanpa tali
sibak luka ditiang merah merona pada elegi senja
bukanlah sekedar sajak petaka basa basi kita
mendaki pendar di ujung tombak puisi
membentang kertas putih diujur suci
rebah dipangkuan bunga langka berduri
robekkan tangis kita dimanis senyum
hentakkan pilu dimerah bibir
luluh renyah dikunyah takdir
hidup bukanlah sekedar syair


SYAMSUL RIZAL
(TOK LAUT)



Kamis, 18 Maret 2021

Kumpulan Puisi Herawati - KOTA KECIL SAKSI CINTA




NUBARETO
Oleh Herawati


Sudut Gubuk di suatu kota kecil penuh kenangan
Tempat di mana kita jumpa pertama kalinya
Tempat segala asa tertumpahkan
Segala rindu tercurahkan

Aroma tubuhmu masih jelas lekat di penciuman
Belaian lembut tanganmu saat mengusap rambutku masih kurasakan
Dan tatapan mata penuh kasih
Menghunjam manis di ingatan

Ah ... ternyata seminggu telah berlalu
Di sudut sunyi kamar ini, kucoba tepis bayangmu
Kerinduan yang kini menari di jiwaku
Bermuara di dalam rasa

Kasih ....
Semoga akan ada temu yang memupus rindu
Dan kita takkan berpisah lagi
Bersama selamanya, menua dalam rahman-Nya

Surakarta, 13 Maret 2021



KOTA KECIL SAKSI CINTA
Oleh Herawati


Bersama terik sang surya menghatarkanku ke kota kecil penuh cerita
Ada tawa, tangis bahagia
Mungkin inilah yang disebut dunia milik kita berdua

Serasa tak percaya jika aku bisa menjumpaimu
Penuh tantangan, penuh perjuangan
Kugapai dan kuterjang dan akhirnya kita pun bisa berjumpa dalam rengkuhan

Wajahmu yang penuh kebingungan dapat kurasakan
Aku pun dalam gelisah dan kebingungan
Namun dengan sederet perjuangan dan kesabaran akhirnya kita dapat dipertemukan Tuhan

Bahagia saat itu ....
Mencurahkan rasa kerinduan
Berdua kita mengarungi harapan yang kita impikan
Entah bagaimana kuungkapkan rasa bahagia saat itu

Dua senja kuhabiskan denganmu tanpa jeda
Dan saat melepaskan kuharus terbangun dan merelakan
Kebersamaan sesaat dan kesedihan menguar merembes air mata menjadi saksi kita
Kita harus berpisah tuk sementara

Kau hantarkan aku ke perbatasan kota dan aku pulang dengan rasa sedih kutahu hatimu juga berat melepaskan
Matamu memerah tangis tertahan
Membuatku berat tuk melangkah meninggalkan
Aku pun begitu tak ingin jauh darimu
Betapa kejamnya rindu telah pisahkan jarak dan keaadaan

Di persimpangan jalan kita berpisah tuk sementara
Harapan kita segera berjumpa kembali di ujung kota kecil penuh kenangan
Aku selalu menunggumu, Sayang
Di peraduan cinta
Jaga selalu hatimu untukku dan untuk kita

; Banjarsari saksi kita berdua
Surakarta, 10 Maret 2021



KETULUSAN HATI


Sebening embun kasihmu
Sejernih sumber mata air pegunungan
Dan rindu bergelora, bermuara pada ikrar suci,sehidup semati

Mendamba cinta sejati
Berharap ketulusan terpatri
Seia sekata saling memberi
Menerima kekurangan dengan setulus hati

Setahun kita lewati bersama
Meski kadang aral merintangi
Menjadi duri dalam arungi bahagia
Tapi tak goyahkan segala harap kita

Bahagia 'kan kita jelang
Berdua menghadapi dunia
Semoga selalu abadi
Sampai kelak kita menutup mata

Karya : Herawati
Solo, 30 November 2020
·
HERAWATI

Kumpulan Puisi Suneni - JANGAN PERNAH MEMBUANG WANITA SALEHAH



JANGAN PERNAH MEMBUANG WANITA SALEHAH

Wanita salehah bercahaya Surga
Pada wajahnya bersinar cahaya bidadari
Wanita salehah berakhlak mulia
Diistimewakan oleh Allah Ta'ala
Karena ibadahnya di dunia

Jangan pernah...!
Jangan pernah membuang wanita salehah!
Bila kau membuangnya, kelak kau akan menyesal!
Sebab wanita salehah serupa pelita
Yang akan menuntunmu menuju Surga
Wanita yang ikhlas dan rida mendampingimu hingga akhir hayatmu

Di tubuh wanita salehah
Terdapat dada lapang dan pohon rindang
Daun-daunnya rimbun meneduhkan
Buahnya manis dimakan
Serta telaga susu
Tempat kau melepaskan segala letihmu

Karya : Suneni
Indonesia, 31 Januari 2021



SURAT UNTUK IBU
Karya : Suneni


Rentang waktu telah berlalu
Menjadikanku haus kasihmu Ibu
Aku serupa tanah gersang butuh tetesan hujan
Sedari balita hingga belia

Ibu merantau ke negeri minyak
Terpisah jarak, ruang dan waktu amat lama
Ibu, kau wanita perkasa
Penolong palamarta
Wajahmu pancarkan cahaya kesabaran nan tulus
Hatimu mulia serupa bidadari Surga

Ibu, kau saka guru keluarga
Kau memburu sesuap nasi
Mengarungi luasnya samudra
Kau daki gunung tinggi bebatuan
Kau tapaki panasnya gurun Tabuk yang membara
Peras peluh hingga letih
Hingga air matamu membeku merupa darah

Ibu, ini surat untukmu
Ibu, taukah apa yang aku rasakan selama ini?
Aku bagaikan berpuasa di musim kemarau
Tenggorokan kering, perut kosong, lesu
Aku haus kasih sayang darimu
Aku dahaga perhatian darimu
Selama ini yang kau bubuhkan hanya materi
Bukan hanya itu yang aku butuhkan
Perhatian juga aku dambakan darimu Ibuku tercinta

Ibu, aku sayang padamu
Aku merindu sentuhanmu nan lembut, selembut putih telur
Kuambil air wudu
Salat dan tafakur pada Tuhan
Semoga Ibu lekas pulang ke negeri tercinta Indonesia
Dengan selamat jiwa raga
Tanpa kurang apa pun
Aamiin

Karya : Suneni
Indramayu, 22 Desember 2020



PEREMPUAN HEBAT
Karya : Suneni


Perempuan hebat
Kau laksana gunung batu yang tak longsor
Walau diterpa badai kencang dan panasnya terik mentari
Kau tetap berdiri kokoh menjulang tinggi

Perempuan hebat
Kau bagaikan atmosfer
Yang melindungi makhluk hidup di bumi dari radiasi ultraviolet
Dan benda-benda luar angkasa

Perempuan hebat
Kau wanita kuat
Tak peduli seberapa keras kehidupanmu
Kau tetap bertahan
Mampu melawan hawa nafsumu
Walau hatimu terluka
Kau serupa bidadari penyelamat
Melindungi dengan hebat

Indramayu, 26 Maret 2021



WANITA SALEHAH
Karya : Suneni

Allah bubuhkan cahaya putih bidadari
Pada wajahnya yang manis
Pancaran cahayanya berbinar terang serupa bintang Sirius
Berkilau indah menghias malam
Aroma tubuhnya wangi bunga sepanjang masa
Ketulusan hatinya menggetarkan dunia.

Oh, wanita salehah
Wanita bercahaya Surga
Wanita berbusana rapi seperti peri
Wanita yang istimewa
Wanita yang menjunjung tinggi agamanya
Wanita yang berakhlakul karimah
Yang senantiasa bertakwa, lapang dada dan rida
Dari cobaan yang menimpanya dalam kehidupan fana.

Indramayu, 20 April 2020

S U N E N I







Kamis, 11 Maret 2021

Kumpulan Puisi Tati Kartini - PENJAHAT CINTA


 
UNTUK PENIPU
Karya: Tati Kartini


Kau bisa percaya kepadaku, tapi aku takkan pernah percaya lagi kepadamu
Lidahmu memang tak bertulang
Semburkan racun mematikan

Seberapa pun kau inginkan
Walaupun kau berlutut di hadapan
Jangan harap, aku takkan pernah memaafkan

Bukan tentang cinta yang bukan lagi milikku
Tapi caramu menipuku
Sungguh kejam tak berperasaan

Jakarta, 8 Maret 2021



PENJAHAT CINTA
Oleh : Tati Kartini


Kucoba berbagai cara untuk membuat diriku bahagia, sekedar usaha untuk melupakanmu yang telah menyakitiku
Salahkah caraku?

Bukankah pernah kuingatkan kepadamu kalau aku mau, aku pun bisa dapat yang lebih segalanya darimu?

Sungguh menyedihkan, jual tampang pake modal poto editan, belagu gak ketulungan
Sadarlah kau kawan, janganlah bersikap memalukan.

Jangan kau buat dunia maya dunia tipu-tipu saja.
Satu saat kau akan terkena karmanya.

Dalam sedihku, hatiku dipenuhi syukur
Bahwa pada akhirnya aku bisa lepas dari cengkeramanmu.
Wahai, penjahat cinta.

Jakarta, 8 Maret 2021



CINTA JANGAN PERGI
Oleh : Tati Kartini


Indah wajahmu menghiasi hari
Senyum manismu meluluhkan hati

Hari demi hari terasa sepi
Bila tawamu tak mengiringi

Tetaplah menjadi penenang hati
Karena dirimu sangatlah berarti

Kumohon..
Jangan pernah berniat untuk pergi
Ataupun rasa untuk membenci
Karena aku ingin kau tetap disini

Menemani..
Menjaga hati yang telah kau kunci..
.
Jakarta, 03 Mei 2020



CINTA PERTAMA

Mungkin tak seperti pada umumnya
Aku jatuh cinta pada teman satu sekolah
Di kelas yang sama

Di usia yang masih remaja
Kala aku masih duduk di sekolah menengah pertama
Di kelas tiga

Dia remaja pria yang sangat pendiam
Kubiarkan saja cinta ini terpendam
Walau cinta di hatiku teramat dalam

Hingga di akhir kisah kita berpisah
Melanjutkan tingkatan sekolah
Semua berakhir sudah

Satu hari kuterima kabar duka
Dia telah berpulang ke hadiratNya
Cinta pertamaku menggores luka di dada

Kandas tanpa pernah saling sapa
Sama-sama menahan gejolak rasa
Hingga semua berakhir dalam duka

Nasib cinta pertamaku lara
Harus menanggung sesal yang bara
Hingga kini tak bisa ku lupa.

Tatap mata cinta dari dirinya
Kekasih yang telah tiada
Semoga kau bahagia di sana

Jakarta, 3 Mei 2020



MAU KU
Karya : Tati Kartini feat Jiwa


Mauku hanya mencintaimu
Kutulis lagi tentangmu
kulukis lagi perasaanku kepadamu
Mau ku bersamamu selalu

Maafkan sayang, kenyataan tak seindah keinginan
Aku belum bisa mendampingimu
Walau di hatiku, betapa aku ingin menjadi seseorang yang sederhana dihatimu
Menjadi hal kecil yang menetap dipikiranmu

Sayang..
Aku dengan sungguh
ingin membuatmu bahagia
Menjadikan tatap matamu hal yang sangat berharga
Sebagaimana kejujuranku padamu.. .

Jakarta, 020520



FIRASAT KU
Karya : Tati Kartini


Hal tersulit bagiku untuk bisa mengerti kamu
Terlalu banyak hal yang tersembunyi dalam dirimu
Membuat aku terkadang meragukan mu
Walau tak kupungkiri begitu banyak kebaikan dalam dirimu

Terkadang terlihat begitu dewasa, arif bijaksana
Ayolah, tunjukkan dirimu yang sebenarnya
Jangan membiarkan aku dirundung bingung
Dalam angan yang membumbung

Jauh di dalam hatiku, aku sangat takut kehilanganmu
Aku memohon dalam setiap doaku
Firasat ku adalah kamu
Yang akan bersamaku hingga akhir waktu

Jakarta, 1 Mei 2020



RINDU UNTUK IBU
Oleh : Tati Kartini


kenagan tentangmu menusuk jiwaku
takan pernah kutemui lagi pengganti dirimu
kerinduan ini membuncah, menyeruak
rasanya ingin aku berteriak

tapi suara telah serak
rasapun mengerak
tak kuasa beranjak
dari kerinduan maha jarak

Jakarta, 24 April 2019
#TK_JKT



AKU KEPARAT
By Tati Kartini


Aku pernah keparat, seperti bangsat
Belanja, kalau kembalian lebih kusikat
Alhamdulillah belum terlambat
Allah beri kesempatan bertaubat

Yaa, Rabb Kau Maha pemberi Rakhmat
Maha penerima taubat
Janganlah aku di laknat
Berilah aku tempat yang baik di akhirat

Aamiin ….

Jakarta, 20 Mei 2020



AKU TUKANG BOHONG
By Tati Kartini


Aku anak kolong, terkenal baongbaong
Tak jarang juga berbohong
Disuruh ibu belanja uang kembalian nya di colong
Beda tipis sama tukang nodong, hahaha

Berlagak sok pahlawan
Bikin geng tandingan, perang-perangan
Orang tua pun dilawan
MasyaaAlloh, kebablasan

Bila Ramadan datang, tarawih sambil bercandaan
Benar-benar gak tahu aturan, kurang kerjaan
Berjuta kenakalan dilakukan
Berjuta penyesalan kini dirasakan

Mari lakukan pertobatan kawan-kawan
Anak angkatan sezaman
Yang memiliki darah pahlawan
Hiasi hidup dengan penuh iman

Jakarta, 23 Mei 2020



DUA CAHAYA MATAKU
Oleh : Tati Kartini


Betapa berat merasakan kehilangan
Ditinggal oleh kesayangan
Berpisah yang tiada lagi sua
Di dunia fana

Percayalah Allah Maha Kasih Sayang
Tiada kehilangan melainkan tergantikan
Pada dua bola mata pandang
Aku menikmati indahnya dua senyuman

Gadis kecilku yang rupawan
Engkaulah harapan cintaku sekarang
Sejuk kedua mata ku memandang
Elok tiada bandingan

Dua cahaya mataku
Engkau lah kesayanganku
Tempat menambatkan rindu
Yang tak lekang oleh waktu

Jakarta, 19 Mei 2020



GADIS PERINDU
Karya : Tati Kartini


Kau gadis cantik rupawan
Tenggelam dalam keluh kerinduan terdalam
Berteriak memecah gemuruh ombak
Menghilang terbawa bayu melaju

Terngiang cerita, kisah masa kecilmu
Yang tumbuh di antara rumpun perdu, yang kini kau rindu
Entah apa yang membawamu
Hingga kau terdampar jauh dari pulaumu

Wahai gadis manis perindu
Bersabarlah hingga bertemu pada titik waktu
Dimana sang bayu kembali membawamu
Ke tempat mu di masa lalu yang kau rindu

Jakarta, 18 Mei 2020



EKSOTIS
By : Tati Kartini

Sungguh, sinar matamu menyilaukan aku
Mata belo nan sayumu, berubah bak sembilu
Menembus jauh, ke dasar hati ku
Kau tidak nakal seperti teman dumayku, gkgkgk

Kaulah kucing lembut kesayanganku
Wajahmu sendu, mengharu ….
Aku sayangi kamu selalu

Jakarta, 18 Mei 2020



KEABADIAN
Oleh : Tati Kartini


Lakukanlah, semua mimpi dan keinginan
Selagi mentari masih setia menyinari bumi
Karena akan ada satu hari
Disaat kita bangun di pagi hari
Mentari tak menampakkan diri

Yang ada hanyalah kegelapan abadi
Membuat kita tak mampu mengingat apapun lagi
Selain ketakutan yang mencengkeram setiap hati

Disaat itulah berakhirnya semua mimpi-mimpi
Dan kita semua berpindah
Menapaki alam nyata di keabadian
Dengan bekal amalan sekarang

Jakarta, 7 Mei 2020



ISTIKAMAH
Oleh : Tati Kartini


pada saat aku lelah
aku tertunduk melenguh pasrah

diam sejenak agar tak hilang arah
mengulang ulang lafadz dzikrullah
penenang hati penunjuk arah
berharap tegap kaki melangkah
menapaki jalan barokah
untuk meraih istikamah

Jakarta, 5 Mei 2020
TATI KARTINI

Sabtu, 06 Maret 2021

SEMANGATKU BERBINAR LUAR BIASA


 


Sudah lama tidak bercengkrama
Di antara makna kata
Kiasan yang indah mempesona
Merangkai kata nan indah
Lalu terciptalah bahagia
Ketika mata melihat dan membaca
Tentang kisah yang ditorehkan dalam bahasa

Indah,
Itulah makna
Sudah lama tak terasa
Hilang kata dan rasa
Ah, tidak
Tidak sama sekali
Begitulah hati berkata

Siang itu
Ketika mentari menari
Di antara gumpalan awan
Tak pernah terlintas di benakku,
Akan ada tanya diantara canda itu
Eh, kenapa tidak menulis puisi lagi?
Sesaat aku tercengang
Mencari alasan
Untuk lisan yang beralasan
Ah, tidak
Memang lagi tidak menulis saja
Itulah jawaban

Aku tak pernah sadar
Bahwa sajak yang kukisahkan
Adalah perindu pengobat luka
Luka hati,
Atas serpihan yang meratapi
Luar biasa
Sesaat, aku tahu
Bahwa aku akan tetap berkarya
Berdiri kokoh
Tanpa goyah
Betul bukan?
Semangatku berbinar luar biasa

Karya : novrida
Batam, 5 Maret 2021




Kumpulan Puisi Lina - AIR MATA KECEWA



AIR MATA KECEWA


Ini tentang air mata, yang tertumpah oleh dusta, kecewa terhimpit luka, mengganas kuasai raga

Iringan bayu begitu syahdu, merayap masuk meresidu, rangkaian aksara turut mati, bertinta hitam, darah anyir mengaliri

Apa jadinya madah yang tersimpul indah, serupa kamboja putih, di atas noda yang membuih

Ingin kujejaki, setiap jengkal harapan, mencari arah kembali ingatan, namun kaki ini serasa buta, sesat gelap meraih asa

Cinta menenggelamkan akalku, kebohongan dianggap buaian surga biru, meronta batin nanar menyeringai, bagai gagak pemangsa yang selalu mengintai

Sosok ayu kini menjadi pemburu, hasrat dendam tersampaikan bak peluru, menghancurkan tiap bejat kesombongan laju, pada dinding-dinding ego kepalsuanmu

LINA
Ptk, 4 Maret 2021



PERMAINAN NASIB

Kerling mentari menyilaukan hati
Semburat rona jingga menawarkan keindahan
Pada wajah lusuh nan layu
Terhimpit beban kehidupan

Cintamu bagai baju bersulam duri
Berpayung nestapa merubung hati
Kasihmu laksana belati menikam perih

Kujalani walau terdampar
Kulakoni dengan hambar
Kuusap darah walau tak serap
Kuseka airmata walau tak kasat

Inilah hidup ku
Penuh liku menghiris pilu
Permainan nasib serasa susu
Bercampur tuba meracun rasaku

LINA 29-06-20
Assalamualaikum....
met siang shbt2 di sini



PEMBIDIK ULUNG

langit memerah
Panas membara
Kwintal beban di pundak
Cucuran keringat

Basah membanjiri diri
Tak berasa kaki tercabik
Segar noda membasahi bumi
Meninggalkan jejak kaki
Pun tiada peduli

Cermin keadaan negri
Dipenuhi kuli-kuli berdasi
Pongah sepak terjang menghakimi
Rakyat miskin terkuliti

Bangkai-bangkai berjalan tak berakal
Hanya mementingkan tembolok jadi kenyang
Nasi-nasi basi si jelata dimakan
Tanpa otak kepala kosong kerontang

Dasar tikus berupa monster
Pemakan segala yang kotor

Oleh : LINA
TAURUS,100820
#diaryku



DUNIA MUNGIL

Senja itu
Kala rintik hujan perlahan membasahi rerumputan
Burung-burung kecilpun menari riang
Menikmati indahnya suasana nan tentram

Senja itu
Duduk seorang bocah bertelanjang dada
Isak sesenggukan sayup terdengar
Tersamarkan oleh derai hujan

Senja itu
Tanah merah basah
Dengan dua tiang di atasnya
Tanpa kembang kamboja dan harum aroma pandan

Senja itu
Goresan ku tak dapat kuguratkan
Hanya memandang
Perbedaan di sana

Burung kecil dan bocah menggigil
Hanya sebuah misteri kehidupan
Tak bisa diterjemahkan
Hanya takdir yang bisa menjawabnya

Indah dunia tak dapat dikecap bocah sebatang kara,
Tak seperti burung kecil yang selalu riang menari tanpa beban

Seraut wajah cahaya memberi pesan

TUNJUKKAN JALAN MENGGAPAI
" DUNIA MUNGIL "

LINA Taurus
Kalbar,221020



SAHDUNYA CINTA

Seperti langit mencurah hujan
Layaknya bulan selalu setia pada malam
Itulah sahdunya cinta bersemayam
Menyulam rindu dalam penantian

Oleh : Lina Taurus
Ptk, 25 Januari 2021



SENJA BERBUNGA

Jingga keemasan
Warna warni senja
Serupa bidadari
Menghias taman surgawi

Bunga-bunga bersemi
Kuncup beraroma wangi
Menanti kekasih
Seindah titi pelangi

Datanglah...
Aku di sini sendiri
Tiada lelah mematri mimpi
Demi dikau duhai pujaan hati

Lina
Ptk, 080321



PERINDU DI UJUNG SENJA

Ranting patah tanpa tunas hijau
Mengering tanah imbas kemarau
Debaran kalbu tak bermaya
Menyudutkan hati yang sedang berkelana

Sinaran mentari tak sehangat buai menyapa
Sang perindu menanti di ujung senja
Terdiam sepi mengabut bersama renta
Tiada pasti pertemuan nyata

Layu kembang di taman hati
Tak bermadu sendu gugur ke bumi
Mengharap kumbang datang menyambangi
Namun rindu hanya sebuah mimpi

LINA
Ptk, 070321



CINTA YANG LUKA

Kau serupa bayang-bayang mengikuti ke mana diri berjalan, dan menghilang setelah malam menjelang seperti angin berhembus berlalu menampar kebisuan

Datang dan pergi sesuka hati, meninggalkan tanda memar membiru lebam karna rindu yang menggenang

Cinta ini bersemi, mekar indah tanpa ruas kesempurnaan, merambah masuk ke relung jiwa terdalam, meniduri puing-puing luka dan tak bisa lagi tersadarkan
Hanya hujan, begitu paham memberi arti diri untuk tandusnya jiwa nan gersang, membasahi kerontangnya qalbu dengan iman

LINA
Ptk, 120321



RINDU TAK BERTUAN


Dalam hening ada kisah
Kisah yang terpenggal dengan waktu
Waktu yang menjadi saksi
Saksi tentang sebuah misteri

Masih ada kerinduan
Kerinduan yang tak bertuan
Bertuan pada semu
Semu semua yang kucumbu

Malam
Dalam kelam
Kulukis namamu buram
Samar dalam sepi mencekam

Lembaranku telah usang
Tanpa guratan memerah
Tak lagi ada yang dikenang
Hilang tak berkisah

ANTING PUTRI
PTK, 18 Maret 21



RINDU ANUGRAH

Ranting kering luruh mengabu
Tunas-tunas baru terkulai layu
Bumi tergarang, rekah terbelah
Menelan nista sampah-sampah

Congkaknya sebongkah batu
Jumawa merengkuh tabu
Ricuh angin lenggang berlalu
Menampar luruh raga berpeluh

Laku lampah menapak kelam
Menabur sunyi di langit suram
Setangkup angan berkalung kalam
Sambut mentari di bibir malam

Di mana cahaya itu
Mengapa sembunyi malu
Kami menadah tangan rindu, ya Rabbku
Akan anugrah terindah-Mu

LINA
Ptk, 24 Maret 2021

LINA