Kamis, 30 Mei 2019
ALUR JEMARI
Seni adalah seni
Inspirasi jiwa
Dimana kita berkarya
Tuliskan segala
Curahan jemari yang berkata
Menikmati sebuah karya
Karya : Sonia
Jateng,27 mei 2019
#Alur jemari#*😊🙏
PUISI DINI HARI, TIRAI AIR MATA
Jangan kau teduh kan pandangan mata mu
Apalagi sampai meneteskan air mata
Sebagai tirai air untuk menutupi wajah dan bibir mu
Yg menyembunyikn
Lidah mu yg pandai memutar balik kata yg penuh dusta.
Lama aku mencoba untuk membaca melalui jendela hati
Apa yg tersurat dalam benak mu
Namun kau selalu menghilangkan arti sebuah tatapan
Seakan semua sudah ter selesaikan dalam bijak atas tahta
Kucoba melepas hayal ku untuk
Menghitari dalam tahta kuasamu
Kau Hanya
menancap kan paku bumi sebagai tanda titik ambisi
bertahta kembali.
Atas rido ilahi sebagai tanda peduli
Ku bujur kan diri ini
Sebgai jembantan untuk mu meniti menghantar kan ukiran harap mu dalam tembikar besi yg ber patri
Ketaman sorga yg abadi
Sebagai tanda kau kembali bertahta lagi
Karya : Makmur Panjaitan
Kiriman : Tan Ahmad Sibarani
BELENGGU RINDU
Masih seperti hari lalu
Bayangmu menguasai hidupku
Rindu begitu lekat menyatu
Entah sampai kapan berlalu
Masih hanya namamu
Terpatri indah dalam sanubariku
Mungkinkah kau juga sepertiku
Terbelenggu rasa yang bernama rindu
Karya : Jenk Yulva
#jelangsahur
Kumpulan Puisi Samodera Berbisik - RINDU TAK TERBATAS WAKTU
KEPADA KEKASIH PUISIKU
Karya: Samodera Berbisik
Kepada kekasih puisiku
Mungkin aksara-aksara kita terbentur oleh gelombang murka. Dan akupun terbawa arus untuk hanyut dalam tsunami rindu pada bait-bait berikutnya. Namun kuharap diksi-diksimu masih memelukku dengan segenap rasa. Sehingga puisi kita tetap berlayar mengarungi samudra
.
Kekasih puisiku andai saja engkau menyerah dengan robeknya layarmu, aku akan tetap melanjutkan pelayaranku sendiri melawan angin bergulung dengan ombak dengan tubuh ringkihku untuk menemukan pelabuhan harapan
.
Aku tak akan lagi menunggu hadirmu bila engkau ingin berlalu. Karena langkahku akan terus melaju dan puisiku tak akan pernah kehilangan aksara
.
Teruntuk dirimu kekasih puisiku kutitipkan bait rindu pada telaga netramu dan ijinkan aku melanjutkan pengembaraan ini. Kejarlah bila engkau memang ingin menghidupkan kembali anak-anak puisi dan tinggallah dengan kegundahanmu bila engkau telah menyerah pada patahnya dayungmu
.
Dengan atau tanpamu pengembaraan aksaraku tak akan pernah terhenti selama roda dunia masih berputar
Salam damai dalam keindahan dariku perempuan puisi
Tangerang, 29 Mei 2019
TERULANG KEMBALI
Karya: Samodera Berbisik
Perempuan puisi kembali menyambut pagi dengan senyuman yang masih terasa menyayat perih. Membasuh debu hati tak semudah mencuci kaki berselimut lumpur persawahan. Lagi dan terulang kembali debu melekati jiwa
.
Kesadaran akan kurangnya diri, riuh gemuruh dalam silau kisah fana mewarnai lembar-lembar cerita pengembaraan aksaranya. Terkadang membuat lena meluka lara sukma. Bait bait mencecapi keindahan bisu membelenggu kalbu. Ia tetap bersama meski logika melawan rasa
.
"Ya robb... belum pantaskah diri ini mengetuk pintu suci-Mu di keindahan ramadan ini?." Jerit batinnya dalam bersimpuh air mata
.
Lagi... terulang kembali terhinggapi debu serpihan imaji semu yang sejatinya meluruhkan setitik demi setitik kedamaian dalam keheningan. Merangkai perlahan sececap dalam tegukkan tetes-tetes kekhilafan. Menebalkan butir-butir debu merasuki bilik hati
.
Pengembaraan aksara menempa luka memahat kata-kata bermakna untuk merangkaikan untaian doa
pengampunan-Mu ya robb.
Untuk datang dan terulang kembali mengetuk pintu-Mu sebelum ramadan benar-benar pergi meninggalkan aku yang masih tertimbun butiran debu hati
Ya Illahi robbi... kepada-Mu aku kembali
Tangerang, 29 Mei 2019
TERLANJUR MERINDU
Karya: Samodera Berbisik
Terlanjur jatuh kata iya terucap
Tak mudah untuk #tidak menguap
Aku tak bisa berlalu dari senyum tertancap
Kau terlanjur indah kudekap
Kau telah mengisi hari-hariku
Menemani kesunyian bisu
Pandangan netramu menyentuh kalbu
Dan aku selalu merindu
Genggaman jemari kita
Masihkah bisa bersama
Merangkai indahnya aksara
Mengumbar senyum kecup mesra
Aku masih di sini menunggu datangnya malam
Untuk kembali berteduh di bening telaga tentram
Kusebut namamu dalam diam
Untuk menyentuh lukisan tenggelam
Maafkan atas yang telah kuucapkan
Mengalir tanpa cegah menahan
Tiada kini guna tersesalkan
Engkau telah berlalu dari dekapan
Terlanjur merindu
Terlanjur berlalu
Terlanjur pilu
Terlanjur tersedu
Namun aku rindu
Padamu
Kekasihku
Puisi kalbu
Tangerang, 28 Mei 2019
#PUISIKUKEKASIHKU
KUBIARKAN
Karya: Samodera Berbisik
Setitik rindu yang ada pun kubiarkan terlepas dan singgah di awan tanpa harus dijemput pulang kembali ke sanubari.
Biarlah dia indah dalam pandangan
.
Aku tak mau lagi memelihara rindu dalam perjalanan panjang ini.
Karena berlabuhpun terasa begitu berat untuk kujalani. Kini hanya keyakinan yang merajai diri menjemput mimpi dalam pasti
.
Kubiarkan saja tentang semua pesona menggoda jiwa. Tatap lurus kedepan pusatkan pikiran satu tujuan. Bahagia menunggu pelukan penuh kemenangan. Karena telah berjuta kepahitan terlewatkan
.
Pemahaman makna yang maha sulit untuk menerjemahkan sebuah pertunjukan fragmen kehidupan mengajarkan diri untuk melengkapi inti kehidupan dengan garis kuasa Illahi
.
Hanya campur tangan Allah SWT semua bisa terjadi tak dapat ditawar ataupun dihindari dan terkadang tak terjangkau dalam pikiran insan di dunia ini. Hanya keikhlasan mampu menerimanya
.
Maka kubiarkan saja rindu pergi terlepas dan sirna entah kemana
Tangerang, 28 Mei 2019
MENYAPA PAGI
Karya: Samodera Berbisik
Pagiku terasa begitu indah
Bersama senyum merekah
Mewarnai hari tanpa gundah
Bersama hadirmu kekasih puisi megah
Hari hari tak lagi sunyi penuh inspirasi
Membangunkan anak-anak puisi
Bernyanyi bersenandung tanpa beban memberati
Bersamamu meracik diksi
Duhai kekasih puisi pujaan
Tulusmu menggenggam jemari impian
Untuk merangkaikan aksara-aksara nikmat sebuah perjalanan
Mengalir ringan tanpa beban
Lukisan yang engkau tinggalkan pada malam kecupan
Menyapa pagi penuh pengharapan
Untuk aku kembali menapakkan masa depan
Bersamamu kekasih puisi pujaan
Engkau memeluk kebekuan hati
Mengecupi dengan ketulusan diri
Tanpa mengharap senyumku kembali
Menjabat uluranmu pemuisi
Dan engkau tetap menyapa pagi
Bersama hangatnya mentari
Entah aku berdiam diri
Atau sedikit tersenyum dalam misteri
Tangerang, 28 Mei 2019
#Kekasihpuisipujaan
MELUKIS MALAM
Karya: Samodera Berbisik
Engkau datang dalam malam kelam membawakan selusin warna. Sapuan kuas lembut memadukan garis-garis pelangi pada kanvas lusuhku. Seiring lantunan suara hati menyanyikan lagu rindu
.
Bergandeng kita mendaki bukit kepenatan rutinitas. Memuncaki hasrat dengan melukis malam dalam cumbuan mesra yang terendapkan pada buaian punggung rembulan. Senyummu memagut kelopak ranumku melumat resah dalam senandung gundah. Pancaran bening netra berpadu menyejuki telaga hati. Tubuhku dalam erat pelukmu menyatukan jerit kenikmatan yang tertunda pada angan kepakan malam tak bersayap
.
Seluruh persendian bilik lekuk tubuh saling bersambut bergesekan bak denting merdu penabuh rindu
.
Kebersamaan ini untuk meracik warna, melukis malam dengan senyuman asmara bergelora memecah keheningaan. Mengisi kesunyian dengan saling silang tanpa sebuah tekanan, untuk sebuah kebahagiaan
Tangerang, 27 Mei 2019
#Karyasederhana
#Semogaberkenan
#Maafbilataksesuaiharapan
RASA KITA
Karya: Samodera Berbisik
Tak ada istimewa terlalu datar untuk sebuah kisah
Hadirmu adalah suatu resah
Menyapa hatiku yang gundah
Berlalu tanpa sebentuk arah
Hari berganti tak ada setitikpun tersisa
Kenangan tertinggal dari percakapan kita
Engkau dan aku hanya sebuah cerita
Usai dengan hampa
Semua berubah tanpa dimengerti
Rasa kita merangkai hati
Berpadu pada janji
Aku kamu tak lagi sendiri
Mengalir tanpa terkendali
Membobol pertahanan hati
Rasa kita membuka cerita inspirasi
Aku kamu merangkai diksi
Sang pengisi jiwa rapuhku
Engkaukah yang seharusnya menyelimuti kalbu
Menyanyikan bait bait rindu
Hingga terlelap tidurku dalam pelukmu
Rasa kita telah menyatu
Memanah rindu di langit biru
Memetik bintang menyematkan pada segenggam haru
Mencumbu mimpi dalam dekapan sayu
Rasa kita biarlah bersama
Mengarungi samudra cinta
Menggenggam kasih apa adanya
Sederhana tanpa rekayasa
Tangerang, 27 Mei 2019
#Semogaberkenan
SALAHKAH AKU?
Karya: Samodera Berbisik
Saat keputusan menyanjung sunyi
Mendekap sepi
Larut dalam keheningan diri
Terucap dari sepasang tutur ini
Kebekuan berawal kekecewaan
Tentang kasih terabaikan
Ketulusan sebuah kiasan
Sementara diri mengagungkan
Mengapa tertuang setetes madu
Melambungkan angan dalam rindu
Yang akhirnya hanyalah lagu pilu
Memasung hati dalam dungu
Bisuku semakin beku membelenggu hasrat
Mematahkan sebongkah semangat
Berpeluk erat adalah mengeja sekarat
Seperti terik merenggut mentari hangat
Kupangkas setiap detak imajinasi
Kupusarakan senyum inspirasi
Kupungkasi riuh sorai aksara puisi
Darimu yang telah mencabik ketulusan ini
Salahkah aku menerima kelembutan sederhana
Merambati setiap lekuk sapuan lara
Berdoasakah aku menerima rasa cinta
Yang selama ini hanya aku berikan saja
Kini aku menikmati keindahan di sayangi
Berpeluk dalam kasih sejati
Salahkah aku menyambut ini
Atau tetap bergelut saja menyanjung sunyi
Tangerang, 27 Mei 2019
PUISIKU
Karya: Samodera Berbisik
Tergoreskan aksaraku tentangmu
Rinduku yang sempat meragu
Untuk menyambut dekapmu
Kekasih puisiku
Jantungku berdegub berdetak tak beraturan
Saat tatap kita menyatu dalam pandangan
Aku tertunduk menahan getaran
Dan engkau tersenyum penuh kemenangan
Puisiku kemana arah tertuju
Sementara aksaraku aksaramu menyatu
Dalam alur yang berselimut kelabu
Dapatkah cinta memeluk rindu dalam satu kalbu
Biarlah waktu yang mempertemukan hasrat
Hatiku hatimu tersemat
Dalam keindahan penuh nikmat
Atau bahkan kegetiran yang menyengat
Aku sambut jabat tanganmu untuk menggenggam jemari
Seiring cerita luka diri mewarnai
Kita bersatu memulai inspirasi
Agar tercipta sebuah puisi hati
Puisiku kusandarkan pada diksimu
Kita rangkai dalam alur biru
Dan aksara-aksara akan bersenandung merdu
Melupakan kisah sendu
Puisiku
Aku rindu
Padamu
Setiap detak detikku
Tangerang, 30 Mei 2019
RINDU TAK TERBATAS WAKTU
Karya: Samodera Berbisik
Rindu yang tak akan pernah salah mengaliri persendian darah dalam setiap hembusan nafas di mana nadi tiada pernah berhenti berdenyut. Selalu memanggil asma-Mu ya robb
Kecintaan tak akan pernah menyakiti hati. Selalu berkumadang dalam kedamaian. Memeluk kasih sayang sejati bersama ramadan yang sebentar lagi akan pergi menyambut datangnya hari fitri.
Aku masih di sini berselimut noda yang semakin tak bisa dimengerti mengotori jiwa ini.
Ya robb...ketika malam datang aku bersimpuh dihadapan-Mu memohon ampunan. Dan saat pagi hingga petang menjelang debu kembali mengotori hati ini dengan urusan duniawi yang masih menguasai. Rintihan jerit tangis kerinduanku memanggil-Mu menyerahkan segala kekhilafan demi kekhilafan yang tiada henti bewarnai catatan diri
Ramadan akan segera berlalu aku masih terpaku pada keangkuhan yang sejatinya merobek pilu pertahanan batin ini. Berkutat dengan pemikiran dungu tentang rindu dan cinta semu sementara hati seharusnya berpasrah diri pada sucinya cinta-Mu dalam kerinduan tak terbatas waktu
Tangerang, 30 Mei 2019
Minggu, 12 Mei 2019
Kumpulan Puisi Genoveva Manuhara - AKU
AKU
Aku adalah desir rindu yang telah hilang dari hatimu
Aku adalah kembang cinta layu yang gugur di awal musim semi di kisah hidupmu
Aku adalah nada-nada sumbang di gita cintamu yang mengalun tak tentu lagu
Aku adalah cahaya redup yang kian redup di antara gemerlap pestamu
Ah, sudahlah
Satu pintaku
Tetaplah kau di situ
Biar kudapat memandangmu dengan hati penuh rindu dan mata yang selalu kagum pada senyum rekahmu
Gk, 20190511
(Genoveva Manuhara)
TAPEL WATES KUTHA YOGYA
Dalan iki ndak pecaki
Isih kaya wingi uni
Kiwa tengen tansah ngabarke rasa kangen lan sepi sak jeroning ati
Namung wewayanganmu tansah ngreridu
Setiya tuhu jangkung lakuku
Gawang-gawang lelakon setahun kepungkur
Ing tapel wates kutha Yogya
Ndak tinggal sliramu ing pucuking perih
Ndak rajah atiku kanti mantra suci
Ing pungkasaning wektu enggal bali
Oh ... kutha katresnan
Mestine dalanmu sumilak
Nalika lakuku wis tedak
Oh ... langit pengayoman
Genea mripatmu brebes mili
Nalika aku bali netepi janji
Duh Gusti
Paringana kuat wak mami
Jebul sliramu cidra ing janji
Sedela maneh nyambut silaning akrami
Awit sing putri wus nggarbini
Gk, 20190516
(Genoveva Manuhara)
SYAIR KEMATIAN
Burung gagak bermata kelam
Mengepak sayap di langit berawan
Pekik nyaring menyanyikan syair kematian
Jerit lengking mematuk jiwa-jiwa sepi
Arakan bidadari berjubah hitam
Menangis mencipta gerimis
Duh, Gusti
Andai ini tanda bagiku
Andai ini waktu untukku
Aku serahkan tubuh jiwa dan rohku
Gk, 20190514
(Genoveva Manuhara)
Jumat, 10 Mei 2019
TENTANGMU
Ini kali kesekian aku menjengukmu
Duduk bersandar pada tiang bambu
Sambil menghisap sebatang cerutu
Bukan rokok kenamaan kelas satu
Atau rokok kesukaan anak muda se-zamanku
Aku melihatmu dengan mata sayu
Pandangan yang jauh cukup mewakili perasaanmu
Itu pikirku tentangmu
Sesekali bibirmu berdecap
Mendesah menyebut satu kata
Barangkali nama yang telah membuatmu bermandi lara
Terdengar lirih suaramu beku
Ditelan angin hembusan asap cerutu
Kau menunggu?
Nama yang kini buta
Nama yang telah tuli termakan waktu
Dia tak akan pulang
Dia mati dalam kepungan waktu
Biarlah dia mengembara ke rantau jauh
Berkelana di deretan naskah yang berserakan
Sementara engkau ; Bangkitlah
Tinggalkan batang bambu yang menjadi tiang asamu
Dia telah jauh
Kau menunggu?
----------
Asahan, 2019
___Muara Senja___
Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - AKU PERNAH MERASAKAN
# AKU PERNAH MERASAKAN #
Aku pernah merasa,
Bagai seekor kibas Terluka di antara gerombolan burung nazar,
Merintih menjadikan suara kan nazar kegirangan,
Sakiti luka yang kian parah menyakiti,
Dan terus mengiringi kibas yang kian kesakitan,
Hingga kini kibas yang terluka,
Melangkah Tak tentu arah dan tujuan yang iya kan tempuh.
LUmbang KAyung
Medan 07:05:2019
# SADARILAH AKAN MAKNA KEMERDEKAAN #
Apa sebenarnya menjadikan mu gerah dan gelisah,
Hingga marahmu menjadi jadi,
Menimbulkan onar di sana sini,
Melahirkan huru hara juga Adu domba,
Hingga kerukunan ummat beragama tak lagi nyaman.
Kita ini lahir dan mati di tanah air Indonesia,
Tanah Air lahirnya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Bukan di negara 1001 malam dan antah brantah kawan,
Dari semua itu jangan marah marah lagi,
Kalau hanya mempertahankan kesilapan dan kebodohan,
Hingga kau ingin hancurkan dan musnahkan,
Keberadaan di bumi pertiwi indonesia,
Ingat sumpah dan tujuan para sang Pahlawan,
Mereka ikhlas dan rela mati hanya untuk kita,
Dan mereka tidak banyak meminta,
Ia hanya meminta kita,
Bisa membangun hasil kemerdekaan yang ia telah berikan, Juga pertahankan pancasila dan Bhineka Tunggal ika,
Dari semua itu coba rasa dan sadarilah,
Hasil kemerdekaan yang telah mereka berikan,
Tetapi kalau kamu tak juga dapat menyadari,
Percayalah sedikitpun aku takkan pernah takut menentang mu,
Walaupun tubuh ini dalam keadaan sakit yang mendera,
Semua ini kulakukan demi cintaku kepada NKRI.
LUmbang KAyung
MEDAN 11:05:2019
Kumpulan Puisi Puji Astuti - JANGAN PERGI
JANGAN PERGI
Karya : Puji Astuti
Kau selalu menyisihkan amarah
Menungguku dengan senyum menggayut
Tanpa pedulikan retaknya hati
Karena hujaman dari diri ini
Aku yang menyia-nyiakan rasa
Menganggap kau seakan tak ada
Padahal menjagaku adalah maumu
Dengan segenap cinta di dadamu
Maafkan khilafku
Betapa tidak berharganya jiwa dalam raga
Mengerdilkan kasihmu yang setia
Mengikuti setiap jejakan kakiku di jalanan
Tumpahkan segala sesalku
Membanjiri tetesan air mata di pelupuk
Jangan pergi dari rapuhnya rasa
Hingga aku kembali menyadarinya
Tuntun jemariku
Dengan genggaman telapak tanganmu
Peluk sekujur mimpiku
Bersamamu kuteduhkan harapanku
Jogja, 07.05.2019
DALAM TIMANGAN PAHALA
Karya : Puji Astuti
Menjadi insan taqwa kewajibanku
Menjalani segala perintah Illahi dan sunah Rasulku
Manisnya akan rerasa nanti
Berat rintangan menjadi saksi
Ramadhan telah bergulir beberapa hari
Menjaga kekhusukan merupakan kewajiban
Seperti menjaga perintah ibunda
Senantiasa dilaksanakan dengan senyuman
Haus dan lapar adalah penghantar
Menuju limpahan pahala yang besar
Sabar, pantang menyerah melawan hawa nafsu
Selalu ingat akan dekapan istiqomah itu
Mengisi detik demi detik bersama alunan ayat Alqur'an
Dzikir menghisai bibir dan bathin
Hanya diri dan Pencipta ada jalinan yang tak terpisahkan
Timangan hangat merasuk jiwa
Bersujudlah diri
Pergilah dengki hati
Banjiri hari Ramadhan ini
Dengan penuh niat yang suci
Jogja, 11.05.2019
Karya : Puji Astuti
Kau selalu menyisihkan amarah
Menungguku dengan senyum menggayut
Tanpa pedulikan retaknya hati
Karena hujaman dari diri ini
Aku yang menyia-nyiakan rasa
Menganggap kau seakan tak ada
Padahal menjagaku adalah maumu
Dengan segenap cinta di dadamu
Maafkan khilafku
Betapa tidak berharganya jiwa dalam raga
Mengerdilkan kasihmu yang setia
Mengikuti setiap jejakan kakiku di jalanan
Tumpahkan segala sesalku
Membanjiri tetesan air mata di pelupuk
Jangan pergi dari rapuhnya rasa
Hingga aku kembali menyadarinya
Tuntun jemariku
Dengan genggaman telapak tanganmu
Peluk sekujur mimpiku
Bersamamu kuteduhkan harapanku
Jogja, 07.05.2019
DALAM TIMANGAN PAHALA
Karya : Puji Astuti
Menjadi insan taqwa kewajibanku
Menjalani segala perintah Illahi dan sunah Rasulku
Manisnya akan rerasa nanti
Berat rintangan menjadi saksi
Ramadhan telah bergulir beberapa hari
Menjaga kekhusukan merupakan kewajiban
Seperti menjaga perintah ibunda
Senantiasa dilaksanakan dengan senyuman
Haus dan lapar adalah penghantar
Menuju limpahan pahala yang besar
Sabar, pantang menyerah melawan hawa nafsu
Selalu ingat akan dekapan istiqomah itu
Mengisi detik demi detik bersama alunan ayat Alqur'an
Dzikir menghisai bibir dan bathin
Hanya diri dan Pencipta ada jalinan yang tak terpisahkan
Timangan hangat merasuk jiwa
Bersujudlah diri
Pergilah dengki hati
Banjiri hari Ramadhan ini
Dengan penuh niat yang suci
Jogja, 11.05.2019
![]() |
PUJI ASTUTI |
Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - BERTANAM RINDU
Karya :.Suyatri Yatri
Antara kau dan aku dipisahkan dengan titik
Berjajar dengan garis-garis pepohonan
Dan berakhir pada senja yang sesaat lalu
Kemudian hilang ditelan malam
Sementara purnama masih bercanda mengintip di helaian dedaun
Menatap senyum bercampur kelakar bintang
Dan aku menanti penuh harap
Kapankah ia mengakhiri agresi perang yang mengalir di perut rasa?
Agar bebas merdeka saat melepaskan dahaga di kanvas makna
Ach ...
Segenggam impian di rengkuh angan masih membayang
Tuhan, dengan belaian rida
kusesapi keindahan berkah-Mu
Menatap lurus seiring langkah
Syukurku bermunajad pada-Mu
Bertanam rindu di taman bunga mengalir sungai keteduhan
Jiwa meniti makna yang sejuk di antara riuhnya dunia
Rokan Hulu, 8 Mei 2019
HENING
Dalam hening
bening
kuteguhkan hati
di cecap dingin
Menguak tabir
menitipkan ingin
Di kedalaman jiwa
menyimpan makna
yang paling
mesti melangkah
ke depan
dalam rindu
merangkau doa
di sekujur risalah
Rokan Hulu, 11 Mei 2019
Suyatri Yatri
PUNGGUNG MAKNA DI BUKIT RASA
karya : Suyatri Yatri
Jangan mengikutiku sebab aku bukan pengejar pahala jihad yang ingin meledakkan bom di negeri seputih kapas ini
Aku hanya menikmati indahnya rembulan kala sepi
Dan menatap syahdu pucuk-pucuk kinari
Melepaskan segala resah di lereng-lereng bukit
Menyandarkan makna di bebatuan cadas
Tak usah membebankan punggung dengan tumpukan larva
Sementara kau tak terusik oleh bisingnya deru angin
Biarkan gelak bertaut senyum di rumah damai yang kusebut negeri makmur
Rokan Hulu, 19 Mei 2019
RUMAH TEDUHKU TERPURUK GADUH
karya :Suyatri Yatri
Aku hanya bisa diam saat badai melanda rumah teduhku
Tak ada ketenangan
segala riuh gaduh
Memperebutkan kursi yang diduduki saat pakaian kebesaran lekat pada diri
Kapankah jelaga tak menguapkan asap memerihkan mata?
Saat kerikil kecamuk menggelinding menimbun kebenaran
Hingga terpuruk menyuruk makna
Hilang rasa yang tak seharusnya ada
Ancaman belati di tepian jurang mesti harus memilih jalan mana diarahkan langkah
Gelisah berkubur bersama fitnah hingga lahirkan anak jadah
Mengadu domba
Tergeruslah etika
Tak lagi simpati
mengendap di hati
Kekacauan menjadi pelik
Saat ungkapan tercatat pada delik
Hingga samar berlahan memudar
Terancam nyawa di ujung senjata
Sekali tebas terusut tuntas
Tanpa pembelaan dari sebuah penjelasan
Rokan Hulu, 16 Mei 2019
Hak cipta © 2019 Suyatri Yatri
Semua hak terpelihara
RINAI
Suyatri Yatri
Andai kau tahu hujan memberi teduh
takkan hadir keluh
Andai syukur mengendap ikhlas
Takkan resah setiap pijakan langkah meretas
Biarkan kuyup bertangkup
Basah tak jengah membalik lelah
Mengguyur gugur putik rinai
Jiwa mendebur nyanyian punai
Syahdu menitipkan rindu dari tatapan matamu
Rokan Hulu,,15 Mei 2019
![]() |
SUYATRI YATRI |
Jumat, 03 Mei 2019
SENJA DI JALANAN PANJANG
Kau
Pulanglah
Sudah terlalu lama kau pergi
Langit senja di tanahku
masih merindu warnamu
Pulanglah
_SENJA DI JALANAN PANJANG_
MS
1 Mei 2019
Kumpulan Puisi Ahmad Effendi Sibarani - BURUH
"" BURUH ""
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani.
ENGKAU DISEBUT BURUH
ATAU PEKERJA
ATAU JUGA PELAYAN
BAHKAN DISEBUT KULI DAN BABU.
DENGAN BAHASA HALUSNYA ENGKAU DISEBUT SEBAGAI PELAYAN.
PELAYAN PARA MAJIKAN DAN TUAN.
YANG BEKERJA TAK TENTU WAKTU.
ENGKAU BEKERJA TAK PANDANG BULU.
BERANGKAT DARI RUMAH KAMPUNG HALAMANMU. MENUJU TEMPAT KERJAMU BAHKAN NEGARA JIRANMU.
DEMI MENCARI UANG SAKU MENGHIDUPI ANAK, ISTRI DAN KELUARGAMU.
TETAPI APAKAH TERBERSIT DALAM PIKIRKAN BENAKMU.
PERLINDUNGAN APA YANG KAU DAPATKAN DARI NEGARAMU. PEMIMPINMU, PEMERINTAHANMU DAN PARA PEMBUAT KEBIJAKAN DAN UNDANG-UNDANG.
BAHKAN KABAR, PESAN DAN DERITAMU KAU TANGGUNG TAK TENTU MALU.
TIADA SEORANG PUN NAN TAU.
KAU BERIKAN KEUNTUNGAN KEPADA NEGARAMU BAHKAN BIRO JASAMU.
TETAPI SAYANG PEMIMPINMU TAK TAU MALU DAN TAK MAU TAU.
#SELAMATHARIBURUH
#HAPUSKANOUTSOURCHING
Kumpulan Puisi Iis Yuhartini - BUTIRAN RESAH
BUTIRAN RESAH
Aku tiada berdaya
lenyapkan butiran resah
menghalangi semua jalan
melumpuhkan semangatku
Aku hampir terpuruk
gelisah menghadapi hidup
terkurung dalam gulita
tiada setitik cahaya
Aku mencoba bangkit
dalam sunyi yang menghimpit
di sepertiga malam aku bersimpuh
mohon di bukakan pintu kalbu
Padamu ya Allah aku berserah
atas semua gundah yang meraja
pendarkan cahaya kasih-Mu
karena Engkau Maha seluruh
Bekasi, 260419
PEREDAM RINDU
Ada rasa tertinggal
ketika aku mulai menjauh
gerimis membasahi kalbu
mendung kian menghitam
Dada ini terasa sesak
aku mulai menyayangimu
kau selalu datang
ciptakan seribu mimpi
Mengapa harus bertemu
dalam irama cinta nan syahdu
walau hanya sebatas angan
aku terperangkap di dalamnya
Menatapmu begitu indah
kau beri aku segenggam rasa
berdua terbang bahagia
di cakrawala senja menjingga
Maafkan atas hadirku
bila hanya melukai kalbu
kutulis aksara untukmu
sebagai peredam rindu
Bekasi, 290419
AKU JATUH HATI
Aku jatuh hati
pertama menatap netramu
ada gemuruh di dada
buncahkan seribu duka
Gadis kecil bermata bundar
ada gerimis di senyummu
ada duka takdapat kau simpan
ketika mata kita bertemu
Kau terus bernyanyi
dengan irama kedua tanganmu
lembut terdengar suara
nyanyikan lagu merindu ibu
Gadis kecil bermata bundar
mencari segenggam asa
menjual suara di jalan raya
demi sesuap nasi mengganjal lapar
Di Ramadhan penuh berkah
kaki mungilmu terus melangkah
berharap kasih mereka yang iba
mendapat recehan untuk berbuka
Gadis kecil bermata bundar
semoga mereka mau berbagi
memberimu sedikit rejeki
agar hatimu dapat bernyanyi
Bekasi, 070519
MEMELUK DUSTA
Betapa perih kurasa
mengingat dosa menjulang
merangkai doa dalam rintih
memohon ampunan diri
Perjalanan waktu tersia-sia
karena terlena indah dunia
begitu banyak mendulang dosa
hingga tak ingat usia menjingga
Begitu banyak aku merugi
biarkan diri terlena duniawi
tertawa bangga memeluk dusta
kini tersisa sesal di dada
Menderas hujan air mata
waktu tinggal sepenggalan
bersimpuh aku berserah
akankah kugenggam akhir yang indah
Bekasi, 150519
TERSESAT DI NETRAMU
Tak sengaja aku hadir
di ruang netramu nan sunyi
begitu dingin dan senyap
aku hampir beku
Ijinkan aku di sini
warnai indah netramu
nyanyikan simphoni syahdu
agar duka segera berlalu
Tutup lembaran itu
derita bukan lagi milikmu
hadirlah dengan senyuman
hadapi dunia tanpa rintihan
Hapus rinai di netramu
terus melangkah walau tertatih
bersahabat dengan kehidupan
di sana pasti terbentang harapan
Bekasi, 140519
DASAWARSA RUANG PEKERJA SENI
aku mengenalimu lima tahun yang lalu
ruang pekerja seni
satu dasawarsa kau mengudara
majas-majas indah disusun di rumah sastra
ada kata berlipat makna menyimpan rasa
aku mengenalimu lima tahun yang lalu
abang Ahmed El Hasby
satu dasawarsa berkarya tanpa kenal jemu
hujan panas kau hadapi tanpa lilin menerangi
jiwamu bersuluh
aku mengenalimu lima tahun yang lalu
komunitas sastra tanjung balai medan
satu dasawarsa menyusun sajak-sajak indah
seniman berjiwa militan
aku menilaimu sosok yang dewasa
tanpa pamrih berkerja
meski badan berpeluh kau rasa
peluhmu mengalir bening dari hulu ke muara
aku menghargaimu
abang ahmed presiden ruang pekerja seni
jika aku dapat bersua nanti
kubisikan satu isyarat;
berdiri terus tegar mandiri
sampai seribu tahun lagi
selamat milad ruang pekerja seni
berkarya di dekade yang mantap
aku hormat kau terhormat
Romy Sastra
Jakarta 15 Mei 2019
Milad ke 1o Ruang Pekerja Seni
Menyambut 10 Tahun RUANG PEKERJA SENI 09 Juni 2009 – 09 Juni 2020, jayalah di dunia maya, jayalah di dunia nyata bersastra.
Kumpulan Puisi Isa Suhanda - SASTRAMAN
SASTRAMAN
260419
oleh Isa Suhanda
Kepada Yang berdiri
di gendongan tengah malam
"Mujur sekali nasib ini SIS"
Kata yang tak tersampaikan sekian kali
Ada dulu kesatia "Moe" yang kini yakini,
Yang mampu merubah air mata menjadi liur
Yang menatapi pagi
Kata SAHAJA' -
"SAJA" yang punya
Berbekal ingatan ia melangkah
Kedua kakinya terkubur baitul - baitul
Kedua tangan dia mencengkram
di setiap ubun rumah
Di anggap TUA
Karena oleh semua umatnya
Keriput wajah yang jadi abu
Apa bila di sentuh
"Minggir!" Dia juga yang punya jalan
Lintasan kata - kata yang tak ter ELANG kan.
Tanpa melihatnya Kau mengingat DIA
Dan Tanpa melihatnya Engkau mengingati Dia
NASIB
00:30
120519
Bilamana...
Aku berdiam
Bungkam renung
Aku yang memperjuangkan semuanya
Sendiri,sindiri!
Aku menyindir
Bau harum
Keputusan Asa
Cuma setiap pagi
Setiap setiap melakukannya
Jawabannya
Sindiri kata.
Yang dilarang
An-anack Minna RA
Naum...
Bicarakan sambil melihatnya
Zam-zam...
Zam-zam
Mengalir mahrah RA
Sedenyut dengan,
Jangan-jangan
Api kekhawatiran
Buatan buat aku,dariMoe
JAYALAH RPS KU TERCINTA
Hari itu akan datang...
Hari kelahiranmu RPS ku tercinta
Juga hari kelahiran presdir RPS Ahmed El Hasby
10 tahun telah terlewati
Merangkai kata penuh cinta
Bait demi bait yang indah
Telah banyak kugubah
Puisi puisi cinta yang menggelora
Puisi memelas hingga aku harus menangis meneteskan air mata
Dan canda mesra dari semua keluarga besar yang bernaung di dalamnya
Indah penuh pesona
Keakrab an yang tulus
Persaudaraan yang ikhlas
Semua ada di dalamnya
Berbagi suka dan duka
Hingga aku betah berlama lama
Saat kebersamaan tiba
Terima kasih RPSku tercinta
Telah mempertemukan aku dengan mereka saudara yang seiya sekata
Teman bercanda di kala susah
Dan mendapat gelar BUNDA AKOKO dari tok laut yang jenaka
Begitu banyak kudapat saudara tempat bercurhat ria..
Jayalah RPS ku tercinta
Berlayarlah terus di dunia maya
Dengan gubahan indah penuh cinta
Dan bertatap muka di dunia nyata dengan canda yang penuh jenaka bersama saudara tercinta
RPS ( RUANG PEKERJA SENI )
======
BY Endang Misnawaty
Di gubuk tua tercinta
Mei 2019
Milad ke 10 Ruang Pekerja Seni
Kumpulan Puisi Wahyu Sumut Kembara - KERETA API FAVORITKU
GALI KEMBALI.
Kurobek batas fikirku
Kukoyak rasa minderku
Kuteriakkan aku mampu
Lalu izin-NYA menuntunku...
Ketiadaan bukan jalan pasrah
Kelebihan tak sudi congkakkan diri
Menepi sejenak merenung langkah
Menyapu rintang yang melintang
Menegapkan jalan dan maju
Semua 'kan terlewati
Walau tersandung kanan dan kiri
Menjejali hati
'Tuk menggali kembali
Siapa sesungguhnya diri.
"GALI KEMBALI."
'Bisa kerna terpaksa juga anugerah'
Senin, 05 Agustus 2019.
By : Wahyu Sumut Kembara
At : Pe Em i
Dan airmataku mengalir,
Mengenang masa - masa itu,
Kereta Api Tanjungbalai - Medan,
Begitu dulu kusebut benda itu.
Penjaja Novel Favoritku,
Pedagang yang siap datang ke bangku,
Kesesakan yang tak menentu,
Hilir mudik tak terasa waktu.
Ada yang selalu setia menemani,
Novel, TTS, Rokok, Kratingdaeng,
Pop Mi dan Cappucino pasti ada.
Aku tak butuh tisu,
Karena tempat favoritku didekat pintu,
Angin yang menghembus
Ketika pergi dan pulangku,
Menjadi sapaan wajib perjalananku..
Pengamen yang ternyata anak kuliahan,
Pedagang Cappucino yang ternyata guru bahasa inggris,
Pedagang Ceker yang selalu menggendong anaknya,
Penjual mi yang tak pernah lelah menurunkan dan menaik kan kembali jaja'annya di atas kepala.
Ada yang paling kurindukan,
Keakrabannya...
Walau tidak saling kenal
Kadang kami dapat bercerita bersama, bernyanyi bersama dan tertawa bersama.
Kereta Api Tanjungbalai -Medan,
Begitu biasa ku sapa.
Kelas Ekonomi, bernama Putri Hijau.
By : Wahyu Sumut Kembara
Senin, 29 April 2019
"Kereta Api Favoritku."
♥♥♥
Tetamu Berdatangan,
Hantaran diberikan,
Disambut dan digendongkan,
Calon Menanti Dibilik Kanan,
Terima Bingkisan tanda berkenan,
Cincin Emas Lalu disematkan,
Berurai Air mata Tak tertahankan,
Mufakatpun Diteruskan,
Tentukan Waktu kapan Naik Pelaminan,
Calon Tersipu tak karuan,
Kiranya Impian Kan Jadi Kenyataan,
Dan Senyum Itu Kini Telahpun Bertuan.
By : Wahyu Sumut Kembara
"Senyum itu kini telah bertuan"
Senin, 29 April 2019.
DERMAGA KISAH
Raihlah...
Raihlah bahagiamu dalam do'a dan ucapan selamat,
Jangan tangisi duka perpisahan,
sebab harusnya kau bahagia dalam ikatan..
Lihatlah ia sebagai Arjuna dalam bulir airmata suka,
sedang aku cukup kau kenal sebagai penyair kelana...
Aku tidak singgah untuk mengambil hatimu,
Kisah hidup kadang memang harus begitu,
Tapi percayalah,
Manis akan hadir pada waktunya...
Jangan kau fikirkan aku akan tenggelam dalam lara,
Sebab telah jauh ku arungi samudera,
Labuhanku kadang memang hanya sementara,
Kelak akan kutambat tali pada dermaga,
Untukku....
Untuknya....
By : Wahyu Sumut Kembara
Rabu, 28 Desember 2011, (Teras Malam)
MENITI JALAN PULANG
Aduhai...
Titianku menapak lalu diam,
Papan pijakan tertutup kabut mengaburkan,
Sejenak hening mengingati jalan,
Adakah masih lurus...!
Atau justru lena dibelokan...!
Yang kutahu aku terus saja maju kehadapan...
Aduhai...
Aku huyung ditepian,
Memegang kuat tali jembatan,
Khawatir jatuh kelembah nan dalam,
Yang memelukku hina dalam keabadian.
Aduhai...
Dimanakah kawan sama berjalan...!
Mengapa sunyi sepanjang pandangan...!
Ataukah aku memang harus jalan sendirian...!
Dalam Meniti langkah Menuju Jalan Pulang.
Wahyu Sumut Kembara
Sabtu, 4 Januari 2012. ( Jendela Asa )
Tanjungbalai, Sumatera Utara.
TAFAKURI DIRI
Apa yang salah dengan takdir...???
ia hanya berjalan menuruti titah TUHAN_nya...
Kenapa mengutuk panasnya mentari...???
Suhunya juga menurut titah TUHAN_nya...
Sebagian kekeringan dan sebagian kebanjiran...
adakah ini ketidak adilan TUHAN...???
Lalu kebenarankah itu yang kita lakukan...???
Kita dimata TUHAN,
Telah tertulis didalam kitab_NYA...
mengapa tidak mencari melalui hati...???
Lalu tanya apa yang telah diyakini...
Kadang aku tak mengerti...
Kadang kau tak mengerti...
Selalunya kita banyak yang tidak peduli...
Sinyal kebenaran sejati telah diberi,
Hatipun membenarkan dengan bijak sekali,
Namun akal banyak yang mati,
Sehingga tertutup jalan menuju putihnya tuntunan diri.
Apa yang salah dengan takdir...???
Sedang ia hanya bergeser mengikut titah TUHAN_nya.
Marilah tafakuri diri sendiri...???
By : Wahyu Sumut Kembara,
Sabtu, 18 Februari 2012, (Ruang menata hati)
Tanjungbalai, Sumatera Utara.
*** SANG PELAUT ***
Lautku malam
Sepi mengeram
Ombak menggeram
Menghitam.. Menghitam..
Kapal laju
Memecah menderu
Buah putih beribu
Tujuan satu
Hasil dicari
Ikan menari
Jaring bertali
Sambut rezeki
Semoga melimpah
Diperoleh berkah
Atas nama Allah
Didapatlah upah
Laut menjelang pagi
Kini kulihat tepi
Muatan naik pasti
Riang berhitung kembali.
Jermal Delapan,
Sumatera Utara
Kamis, 6 Januari 2022
By : Wahyu Sumut Kembara
Kumpulan Puisi Masita Shanti - CINTA YANG TAK KUHARAPKAN
![]() |
CINTA YANG TAK KUHARAPKAN
Sejak pertama kali kau mengenalku
Berkisar diantara tiga purnama lampau
Lalu kau jatuh cinta padaku
Pada pandangan pertama..
Sejak saat itu
Kau selalu hadir mencoba merangkulku
Memaksaku menerima kehadiranmu
Meskipun aku tak pernah mau
Kau menjeratku menerima segala kesakitan
Rasa nyeri yg terasa sampai ke ubun-ubun
Kadang berpikir bagaimana caranya melenyapkanmu dari hidupku
Sanggupkah aku mengusirmu dari hidupku
Tanpa harus membawa bagian dari diriku
Sungguh hadirmu hanya memberiku siksa
Cintamu tak sedikitpun kuharapkan
Wahai sakit gigi pergilah ,enyah dan menghilanglah..
Masita shanti
Takalar.29-april-2019
SUBUH
Gema takbir berkumandang menggetarkan seluruh alam...
tapi kita manusia congkak
tak tersentuh sedikitpun..
Kita kenikmatan terbuai diatas kasur yg empuk..
Yang segera berubah jadi bara..
Kita kenikmatan dalam balutan selimut hangat..
Yang segerah jadi lelehan timah panas...
Naudzubillah...
Wahai jiwa yg haus akan kasih-Nya
Bangkitlah bersedekap
Menghadap Tuhanmu
Palingkanlah wajahmu sejenak dari kenikmatan dunia yang sesaat...
Rangkullah Mahabbah dari Tuhanmu yang akan membawamu
Pada kenikmatan yang haqiqi
Masita shanti
Takalar.26-april-2019
NAMA MU
Aku pernah melukis banyak wajah didinding anganku
tapi hanya wajahmu yang menghiasi kanvas hatiku
aku pernah menulis banyak nama dipapan hayalku
tapi hanya namamu yang terukir indah diatas prasasti jiwaku
Oleh : Masita Shanti
Takalar, Sulawesi Selatan
DUKA
Sampai kapan kumeredam laraku
mengendapkan semua kecewa kedasar lubuk hatiku...?
Sampai kapan kubertahan dalam limbung,kala duka menyeretku tak berdaya meratapi garis tanganku yang telah dilukis sedemikian rupa oleh-Nya Sang penentu...????
Oleh : Masita shanti
Takalar, Sulawesi Selatan
CINTA DAN NADA
Jangan mainkan lagi irama itu
irama yang nadanya mampu mencabik akal sehatku
yang mengoyak kesadaranku
hingga hatiku berterbangan bagai kapas tertiup angin...
Oleh : Masita Shanti
Takalar, Sulawesi Selatan
TIRANI RINDU
Aku masih buta dan tuli
u/ berkaca pada gambar abstrakmu
dan mendengar pada samar denting rindu yang kau petikkan.
Oleh : Masita Shanti
Takalar, Sulawesi Selatan
MASIH NAMAMU
Masih namamu menjadi shimponi yg indah u/ qnyanyikan
masih namamu menjadi untaian kata yg indah u/ qpuisikan
masih namamu menjadi nada yg indah qmainkan
dan masih namamu menjadi cerita yg indah u/ qsahirkan.
Oleh : @Masita shanti
Takalar.30-04-2013
SETIA
Setialah...
Seperti setianya mentari pada siang
khan qjaga hatiq u/mu
seperti rembulan menjaga setianya pada malam
yang kendatipun harus berpaling
ia akan berpaling tanpa cahayanya.
Oleh : Masita Shanti
@Takalar.29-04-2013
AKU
Aku menentang dunia
dengan berlari meraih tanganmu
ketika dunia menginginkanku
tapi kau menentang dunia
dengan tetap menggenggam erat tanganku
disaat dunia menyisihkanku...
By : Masita Shanti
Takalar.25-04-2013
# SENJA KEMBALI BERSERI #
Tengelam ku Bersamamu,
Hanyut dalam Keindahan,
Merenangi Gelobang tenang,
bersama warni Pelangi kini hiasi Senja,
Yang Tadi Mendung telah Menutupi Mentari.
Tak lagi Terlihat Cermin kusam,
Diantara Janji yang Terbengkalai,
Yang hanya Menjadi Kepedihan,
Bersama Bara Api Ke Egoan,
Kala Hati ini tersakiti.
Ku Tuang Kini Air yang tersisa di Hati,
Biar mengalir ke Muara Lutan,
Menjadi Potrek Kenangan Abadi,
Di dalam kenangan yang tak Terlupakan.
Oleh : Masita Shanti
Takalar, Sulawesi Selatan
Kumpulan Puisi Puji Astuti - KOPI TERAKHIR
KOPI TERAKHIR
Karya : Puji Astuti
Tenda masih terpasang kokoh
Kursi-kursi tersusun rapi di serambi
Malam-malam seakan tertutup mendung
Keikhlasanku terkuras tuntas
Siang itu begitu dekat dudukmu di sebelahku
Seakan enggan untuk menjauh
Sesekali kau peluk aku di antara tawamu
Melambangkan perpaduan cinta dalam hatimu
Kepulan kopi hangat masih tersaji
Minumlah dari cangkirku, pintamu
Senyum menggembang di wajah sendu
Menyuguhkan keikhlasan begitu teduh
Ternyata itu kopi terakhir untukmu
Dan kebahagiaan terpenggal bagiku
Kau berpulang untuk selamanya
Meninggalkan duka yang tak terkira adanya
Hangatnya kasih masih terasa
Betapa berat luka di dada ini
Kini tinggalah kenangan
Yang tak akan mungkin terlupakan
Jogja, 26.04.2019
SENJA TERAKHIR
Karya : Puji Astuti
Tangan kita terpaut erat
Menyusuri sepanjang tepian pantai
Senyum menghiasi kebahagiaan tak terbendung ini
Semilirnya angin laut menambah syahdunya rasa dua hati
Duduklah kita di sebongkah karang
Wajahmu terlihat sedikit redup
Mengapa kau sembunyikan sesuatu?
Pertanyaan berkecamuk di dadaku
Senja semakin turun seiring waktu
Dekap erat lenganmu di pundakku
Berdesir jiwaku seakan tak percaya
Begitu dalam percikan cinta yang ada
Jangan pergi pintaku
Walau ada derita di ragamu
Kita lewati saat-saat perjuangan
Antara nyawa dan keberadaan
Kuasa Tuhan lebih memilihmu
Aku kau tinggalkan selamanya
Dalam menapaki jalan kehidupan
Senja itu adalah senja yang terakhir
Meninggalkan kilasan perih di setiap ingatanku
Jogja, 19.05.2019
BELALANG
Di antara deru mesin-mesin berpacu
Tenangnya dirimu menggerus daun
Untuk kelangsungan kehidupan
Tanpa peduli apapun yang terjadi
Belalang kesiangan
Di waktu pagi ini kau menapaki tangkai-tangkai
Menjelajah rimbun pepohonan
Nenyiangi dan memilih keinginan hati
Matamu berkutik saat tahu aku perhatikanmu
Menyelidik seakan ingin aku pergi
Sejenak mengganggu kesenanganmu
Mengenyangkan perut dengan memagut
Belalang pagi
Teruslah bergerak
Jangan berhenti
Jika ingin terus hidup dan tidak mati
~ Puji Astuti ~
Jogja, 17.05.2019
TAKUTNYA HATI
Karya : Puji Astuti
Gelegar halilintar mengejutkan rasa
Sedangkan hawa panas masih terasa
Di ujung barat terlihat sarat mendung menggantung
Terbayang derasnya di sana
Kupercepat langkahku
Untuk segera bisa tiba di dalam rumah
Menghindari rintik air yang mulai turun
Karena hati paling takut akan kehujanan di tengah jalan
Terlintas peristiwa
Saat berkendara di tengah lebatnya
Menggigil tak tertahankan
Hingga badan basah kuyup dan kedinginan
Hilangnya keseimbangan
Mengakibatkan olengnya kendaraan
Terjerembab di bumi yang basah
Hingga seketika tak sadarkan diri dan pingsan
Mendung membawa cerita
Histeris di dada
Ketakutan hati
Lebih baik menghindari
Jogja, 15.05.2019
Karya : Puji Astuti
Tenda masih terpasang kokoh
Kursi-kursi tersusun rapi di serambi
Malam-malam seakan tertutup mendung
Keikhlasanku terkuras tuntas
Siang itu begitu dekat dudukmu di sebelahku
Seakan enggan untuk menjauh
Sesekali kau peluk aku di antara tawamu
Melambangkan perpaduan cinta dalam hatimu
Kepulan kopi hangat masih tersaji
Minumlah dari cangkirku, pintamu
Senyum menggembang di wajah sendu
Menyuguhkan keikhlasan begitu teduh
Ternyata itu kopi terakhir untukmu
Dan kebahagiaan terpenggal bagiku
Kau berpulang untuk selamanya
Meninggalkan duka yang tak terkira adanya
Hangatnya kasih masih terasa
Betapa berat luka di dada ini
Kini tinggalah kenangan
Yang tak akan mungkin terlupakan
Jogja, 26.04.2019
SENJA TERAKHIR
Karya : Puji Astuti
Tangan kita terpaut erat
Menyusuri sepanjang tepian pantai
Senyum menghiasi kebahagiaan tak terbendung ini
Semilirnya angin laut menambah syahdunya rasa dua hati
Duduklah kita di sebongkah karang
Wajahmu terlihat sedikit redup
Mengapa kau sembunyikan sesuatu?
Pertanyaan berkecamuk di dadaku
Senja semakin turun seiring waktu
Dekap erat lenganmu di pundakku
Berdesir jiwaku seakan tak percaya
Begitu dalam percikan cinta yang ada
Jangan pergi pintaku
Walau ada derita di ragamu
Kita lewati saat-saat perjuangan
Antara nyawa dan keberadaan
Kuasa Tuhan lebih memilihmu
Aku kau tinggalkan selamanya
Dalam menapaki jalan kehidupan
Senja itu adalah senja yang terakhir
Meninggalkan kilasan perih di setiap ingatanku
Jogja, 19.05.2019
BELALANG
Di antara deru mesin-mesin berpacu
Tenangnya dirimu menggerus daun
Untuk kelangsungan kehidupan
Tanpa peduli apapun yang terjadi
Belalang kesiangan
Di waktu pagi ini kau menapaki tangkai-tangkai
Menjelajah rimbun pepohonan
Nenyiangi dan memilih keinginan hati
Matamu berkutik saat tahu aku perhatikanmu
Menyelidik seakan ingin aku pergi
Sejenak mengganggu kesenanganmu
Mengenyangkan perut dengan memagut
Belalang pagi
Teruslah bergerak
Jangan berhenti
Jika ingin terus hidup dan tidak mati
~ Puji Astuti ~
Jogja, 17.05.2019
TAKUTNYA HATI
Karya : Puji Astuti
Gelegar halilintar mengejutkan rasa
Sedangkan hawa panas masih terasa
Di ujung barat terlihat sarat mendung menggantung
Terbayang derasnya di sana
Kupercepat langkahku
Untuk segera bisa tiba di dalam rumah
Menghindari rintik air yang mulai turun
Karena hati paling takut akan kehujanan di tengah jalan
Terlintas peristiwa
Saat berkendara di tengah lebatnya
Menggigil tak tertahankan
Hingga badan basah kuyup dan kedinginan
Hilangnya keseimbangan
Mengakibatkan olengnya kendaraan
Terjerembab di bumi yang basah
Hingga seketika tak sadarkan diri dan pingsan
Mendung membawa cerita
Histeris di dada
Ketakutan hati
Lebih baik menghindari
Jogja, 15.05.2019
![]() |
PUJI ASTUTI |
Kumpulan Puisi Julinar Sinaga - BERITA SENJA
BERITA SENJA
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Seuntai senja
yang tak sempat
kuberitakan kepadamu
wahai anak- anakku
Sebab berita suri
tenggelam di pagi buta
bersama jeritan suram
tangisan patriot malam
Hanya kepadamu
akan kusinggahkan
berita di esok hari
Dengan senyumanmu
caraku memikat waktu
dalam pesan- pesan rindu
mengabarkan berita senja
dalam pancaran mata dunia
Senin 290419/04.00 wib, Jaksel
Album puisi #BidaraJingga
IBU, KUCIUM SURGA MEWANGI RAHIMMU DI SANA
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Seperti Cinta mengabadi surya
Rahimmu menuju surga
Cinta yang kau lahirkan
menempatkanku disana
Ibu, sepenggal kataku
Aku rindu belaian kasihmu
Rindu menyandar dirahimmu
meneduh dalam dekapan dunia
rasa hangat belaian kasih sayang bunda
Ibu, tak dapat kusanjung nilai leluhurmu
Ketika kau menyusuiku dalam belaian
masih kuingat tatapan matamu
sungguh dalam
tak pagi siang dan malam
Kau bersenandung rindu menghantar nyenyakku
di ayunan buaian tangan membelaiku
Begitu lembut dan hangat kurasakan
Ibu, Ingin ku masuk kerahimmu
menghangatkan jiwa dalam
kepenatan dunia
Tapi kau senantiasa menabur jiwa
menyanjung sukma memanggil namaku
disana
Dan aku siap siaga menjaga suaramu
menyuarakan namaku,
membujuk hatiku
dari paraunya jeritanmu mengisahkan
keluhan rindu, sampai lelah menyapaku
Tuhan menyempurnakan tanganmu
menuntunku kelangit
meneduhkan kasih sayangmu
menjadi taman surga membukit
Ibu, aku tetap menyanjungmu
di kaki langit
seribu taman surga menjemput raga
menghapus dosaku menyimpuh surga
ditelapak kakimu kucium Cinta belaian
kasih dan sayang bunda
Ibu, kucium surga
mewangi rahimmu disana.
#MahaRinduBunda
#AnandaSenantiasaBerdoa
Jaksel, minggu 050519/10.10 wib
ANAK- ANAK NEGERI
Karya: Julinar Sinaga
#BidaraJingga"
Tercatat rapi dalam agenda ,
Padat bahkan sudah tak muat
Untuk diabadikan menjadi duplikat
tersusun rapi untuk diabadikan
buat anak negeri, mewarnai kehidupan
Rona rona pelangi, seperti apa kita nanti
Siapa yang tahu, mau jadi apa aku
Karena aku hanya sebuah amanah
menghitung waktu mengambil hikmah
Karena hidup proses perjalanan
Karena hidup hitungan abjad-abad perubahan
membentang lahan lahan kehidupan
Anak anak negeri makin bergejolak
Menemukan jati diri,siapa mereka kini
karena hidup sedang berputar
karena hidup sedang terdampar
Terlantar nasib mereka" mau jadi apa"
Aku hanya perantara kata kata
Mutiara kehidupan menjadi pedoman
Merangkulmu adalah keikhlasanku
Membimbingmu adalah ketulusanku
Untukmu anak anak negeriku
Pengalamanmu karya hidupmu
Jadilah kamu menjadi sosok pemberani
menghantarkan kebenaran buat pertiwi
Sesungguhnya tugasmu adalah
penegak pemimpin negeri sejati
Podomoro city jaksel
Minggu 12 Mei 2019/11.53
SANGAR JIWA
By : Julinar Sinaga
#BidaraJingga
Jangan kau pikir senjatamu
bisa menembus bibir sangarku
Karena kerangkaku tetap terpalang
menampar pedang terhunus
yang siap menyincang,
mencabir rahang birahimu
Tidak kah kau tahu
Elang mati meninggalkan bangkai
Tapi..cakar maut tetap suri menjadi bingkai
Nyarisku
di padang lara
Menembus api membara
Podomoro city Jaksel
Minggu 12 Mei 2019/ 12.43
TERSUMBAT
By : Julinar Sinaga/#Juliet
#BidaraJingga
Julinar. !
Aku telah kalah dalam perkelahian massal
dengan perasaan sendiri
terbentur ribuan kali
selama puluhan tahun
Bicaralah Julinar !
tentang rumah yang diramaikan
tawa anak-anak dan suara-suara daun
malam hari
betapa aku haus seribu sumur dan ladang
yang menanam cahaya matamu
tak ada kekayaanku selain puisi
tak ada mawar bisa kucium selain di tamanmu
Bicaralah Julinar !
Sebelum awan jadi bendungan
mendung dan lahan menguap keudara
kekalahanku begitu menyesakkan
sebab semua telinga tersumbat harum
ruang tamu
sedang suara-suara mereka seperti bendera
tanpa negara
tak ada yang dapat kubanggakan selain ketulusanmu
yang dapat mematahkan seratus pilar kabut
disepanjang perjalananku
kekalahanku ini telah memberi luka
tapi betapa hebatnya aku bertahan karena cinta
Bicaralah Julinar !
Sebelum aku kehabisan darah
untuk membangun jalan menuju alamatmu
Podomoro city Jaksel
Minggu 12 Mei 2019/13.00 wib
HIDUP INI KERAS..JENDRAL !
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Kau bagaikan senjata nuklir
yang sedang beridealis
mengasah di otakku
Ketika aku terdiam
di kegelapan malam
Tak pagi siang dan malam
air mata ini menetes menjadi bara api mengasah raga dalam perjuangan hidup
memikirkan Negeri
" Seperti di katakan"
HIDUP INI KERAS , JENDERAL"
Menghormatimu sebatas
pahlawan tak bernama,
Tapi Kau tetap diam
Jika kutahu ini jalanmu
"Bidara Jingga"
Ragamu membara menepis kabut
di pagi hari
Patriotismemu membentang
seperti terang di saat rembulan
menantang di kegelapan malam
Jika peluru menyasar sangar ragamu
tercabik- cabik, lalu senjata nuklirmu
menjadi benteng di malam hari,
mengasah mental dalam keabadian
merakit mimpi di esok hari...
#RumahRakyatProklamasi
Senin,13 Mei 2019/ 06.30 wib, Indonesia🇮
![]() |
JULINAR SINAGA |
Kumpulan Puisi & Tausiah Siamir Marulafau - TAUSIAH SASTRA
TAK AKAN KUTULIS LAGI
Siamir Marulafau
sekali ini aku tulis puisi padamu
jika hatiku menyelinap dalam kalbu
meskipun bulan purnama jauh dari pandanganku
tapi suatu ketika aku tak mau lagi
karena senyummu terulas di balik tirai terselubung
kapankah senyum itu berakhir?
tak kusangka seekor kumbang hinggap di atas kembang
tapi kau tak mengukir lagi senyum itu
sepertinya hanyut di air sungai tak bertepi
dan aku hanya menghanyut di batang kayu tak berteduh
apakah aku sampai ke muara menelusuri atau tidak?
hanya Tuhan tahu
perihal pedih perihku akan berakhir di tanah tak bersuluh
sm/15/05/2019,Kampus Fib USU
Merepotkan
Siamir Marulafau
Tidak ada yang menangis ketika saya sedang dalam masalah
Tidak ada yang bisa memberikan bantuan ketika saya sedang dalam dilema
Tapi banyak dari mereka yang tersenyum ketika aku sedang dalam kebahagiaan
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan
Kepada Siapa saya harus alamat ini
Untuk sekali terjadi dalam hidup
Wherever be found once upon a time
Saya rasa begitu
Since there is a chance to exchange
Jika semua kesalahan akan meminta maaf
sm/15/05/2019
Matahari bukan musuh saya
Siamir Marulafau
Saya hanya mengatakan bahwa matahari tidak
Musuh saya
Meskipun terlalu panas untuk kulit anda
Dan itu tidak pernah membunuhku selama ribuan kali
Oleh Karena itu aku pernah merasa bahagia
Bahwa semuanya akan baik-baik saja
Since the sun is the mother of all
That the creatures be in no trouble
Tidak pernah mereka dalam keluhan
So as to struggle in lives
Kita mungkin tidak mencoba untuk membenci matahari
Untuk memberikan kesuburan di bumi, Tuhan suka
It enlightens all the dark that brings golden lives
Sedangkan kehidupan tampak seperti surga
sm/04/05/2019
RINAI HUJAN
Siamir Marulafau
tak akan kubiarkan rinai hujan membanjiri bumiMu
sepanjang ramadhan berkibar
doa-doa besenandung di langit biru
dengan ayat-ayat mengupas keheningan
zhikir melantun di atas awan
meskipun jasad tak sekokoh batu pualam
napas tersendak tapi asmaMu kusebut juga
petanda Khalidku,Penyayang merangkul kasih tak terhingga
dan sujudku menghitamkan keningku
tertuju untukMu selalu
sm/14/05/2019,Fib USU
Kumpulan Puisi Hidayat Almansuri - TENTANG RASA
TENTANG RASA
*Hidayat*
hembus angin menderu
hadirkan seutas bayang semu
tentangnya
yang kini jauh dariku
kan ku titip
rasa hati ini
pada Sang mentari
yang akan beranjak pergi
tuk sampaikan padanya
tentang rindu hati
yang kelabu biru
entah kapan kan berpadu
selalu ku bertanya
akan arti hadirnya
masih pantaskah aku
untuk mendampinginya
sedang tiada apapun
yang bisa ku banggakan
atau sekedar melengkapi
rasa bahagia di jiwanya
#kediri 03/05/19
SESUCI LANGIT
*Hidayat*
rasa jiwa merajam
membuat mataku
susah tuk terpejam
hingga di sepertiga malam
sepi
hanya berteman angin
dan senyum
bayangan rembulan
seakan menemani rasa
untuk tetap setia
padamu
yang jauh disana
suci nya cinta dan sayangku
bagaikan langit biru
yang begitu bersih
tanpa terkotori nafsu
#kediri 02/05/19
KALIMAT RINDU
*Hidayat*
kutuangkan rasa
pada lembar putih jiwa
di pagi buta tak bersuara
kalimat rindu
yang tersusun dalam kalbu
begitu nyata dirasa
padamu
yang berada jauh dariku
berpegang teguh
pada rasa yang satu
menunggu waktu
hingga nanti saat bertemu
kekasihku
yakinlah atas rasa kita
yang telah kita cipta
dari kedalaman jiwa
walau kau jauh disana
aku kan selalu ada
menemanimu
dalam do'a-do'a
di sepanjang waktu
#kediri 01/05/19
BAHAGIA DI AWAL PAGI
bahagiaku pagi ini
bersama kicau burung
yang bernyanyi penuh suka
menyambut hari ceria
penaku berlari menggores kata
diatas kertas putih
yang selalu ceria
menemani luapan rasa jiwa
mengiringi Sang Surya
dengan sinar cerahnya
menjaga hati dan rasa
agar tetap bersyukur
pada Yang Maha Kuasa
#Proling 30/04/19
PAGI DI DESA KU
*Hidayat*
cahaya pagi yang merasuk
diantara dedaunan hijau
di rimbunan pepohonan
dan rumpun bambu
seakan mengajakku
tuk menyambut hari ini
dengan penuh keceriaan
dan kegembiraan
awan awan hitam
yang coba mencumbu mentari
seakan cemburu
akan ketulusan pancaran kasihnya padaku
sepoi angin yang berbisik
menambah indah suasana
membuat burung pagi berhamburan dan menari
bernyanyi merdu
penuh kegembiraan
inilah pagi di desaku
terasa begitu asri dan damai
sangat bersahaja
tanpa setitik kegalauan
#Proling 29/04/19
RINDU DI DINGIN PAGI
*Hidayat*
Gelisah melanda hati
kala pagi terselimut sepi
tanpa sentuhan mesra
sinar Sang Surya
Kuingin melangkah
namun dingin membeku kaki
seakan tak merestui
tuk tinggalkan mimpi
yang terangkai malam tadi
Dia yang merindu
begitu hangat di hati
terasa mengaliri sukma
dengan bisikannya
Semoga siang kan terang benderang
agar ku bisa leluasa
menjelajahi sudut-sudut rasa
dalam kebisuan tanya hatinya
#Proling 28/04/19
SETULUS MENTARI
*Hidayat*
senyummu
bagai ceria mentari
yang menyapa diri
di cerahnya hari ini
begitu memikat
menyentuh di ketenangan hati
menyemangati rasa jiwa
untuk sambut
awal hari penuh cinta
semburat warna langit
bagai lukisan di hatiku
selalu berwarna
tergambar
oleh rasa sayangmu
semoga keindahan ini
kan selalu ada temani pagi
tanpa harus terusik
oleh nafsu yang memburu hati
#kediri 27/04/19
SEIKHLAS SANG SURYA
*Hidayat*
bidadari
yang tersenyum ceria
sebagai
tanda bahagia
laksana
sang surya
yang menyinari dunia
di langit sana
ikhlas berdoa
pada Sang Pencipta
akan limpahan nikmat
dalam kehidupannya
aku pun
berharap semoga
akan selalu bisa
tuk melihat senyumnya
sebagai
pengingat nikmat
pada
Sang Maha Kuasa
#kediri 26/04/19
MENGALIR BAGAI AIR
*Hidayat*
aktifitas mengikuti alur
dari kehidupan
berjalan bagai air mengalir
walau kadang batu
dan akar-akar pohon
mencoba merintangi
mulusnya perjalanan
tapi hidup
harus terus berjalan
maju melaju
menuju akhir tujuan
biarkan saja
rerumputan dan kotoran daun
seakan mengusik kejernihan
tapi kesucian
harus tetap dipertahankan
agar semua bisa
mendapat manfaat
dan kegunaan
tak perlu marah
walau kadang kondisi alur
yang tak ramah
mungkin itu cara Tuhan
agar kita fleksibel
dan bisa bergerak lebih cepat
dari sebelumnya
#kediri 10/05/19
GELISAH RINDU
*Hidayat*
mentari sembunyi
kala awan gelap menyelimuti
membuatnya tak nampak
dari pandangan mata bumi
sepasang burung senja
terbang melintasi bayangan awan
seperti tak peduli
dengan apa yang terjadi
tinggallah ku sendiri
mencoba cari jawaban pasti
akan nasib diri
di atas hamparan bumi ini
masihkah kan direstui
rasa rindu ini
untuk kumiliki
wahai bidadariku
pujaan hatiku selalu
tetaplah genggam rasaku
agar tiada lagi ragu
yang kan menikam rindu
#kediri 09/05/19
BAYANGAN PENGIKAT RINDU
*Hidayat*
luluh lantak rasa jiwaku
terbius oleh candu
dari sebuah bayangan semu
gambaran wajahnya
begitu sempurna dalam pandanganku
hadir mengikat rindu
yang terbuai
dalam relung kalbu
senyummu menyemangatiku
jadi pengiring setiap langkah
tertanam selalu di hati
bahwa kau ada menemani
selalu kau ketuk hati
dengan satu kata pasti
bahwa adamu nyata
bukan sekedar mimpi
#kediri 08/05/19
TERSENYUMLAH BIDADARIKU
*Hidayat*
bidadari yang hadir
temui aku kala sendiri
moga kan kau temui
harapan indah di hati
bidadariku
maafkan aku
yang tak sanggup berjanji
melebihi kemampuan diri
sudilah kiranya
untuk memaklumi
namun
aku kan selalu berusaha
tuk menjaga asa bahagia
demi nyanyian tunggal
di dalam hati
bersama
hingga akhir nanti
tersenyumlah selalu
wahai bidadariku
pandanglah dunia
dengan keindahanmu
inilah diriku pribadi
yang tak bisa
tuk ku ingkari
#07/05/19
SEMANGAT HARI
*Hidayat*
angin menderu sepoi
menyapaku yang sendiri
diatap rumah ini
awan diatas langit
seakan malas tuk beranjak
seakan memilih pasrah
mengikuti kehendak angin
membiarkan sang mentari
bersinar penuh menyapa bumi
dan para insan
yang sedang berjuang
tuk meraih mimpi
sepasang burung
hinggap di atas atap
bernyanyi bersautan
seakan sengaja datang
untuk menyemangatiku
#kediri 06/05/19
JANJI INDAH DI SENJA
*Hidayat*
bermandi sinar surya
di siang membahana
dengan iringan laju
angin yang melaju memburu
terangnya melebihi lentera
membias mata
dan silaukan retina
begitu memaksa
membuatku tak bisa
untuk melihat nyata
ku tatap gunung disana
mungkin hijaunya bisa
tuk tentramkan jiwa
tp percuma
karna sang gunung pun rikuh
terhalang awan tebal yang angkuh
seekor burung yang bernyanyi
beterbangan kian kemari
seolah hadir dan berkata
tunggulah tibanya senja
tuk melihat keindahan dunia...
# kediri 05/05/19
LUKISAN RASA
*Hidayat*
ijinkan ku hadir
di kesepian taman cinta
tuk coba melukiskan rasa
di putihnya hatimu
dengan goresan isi jiwa
yang beraneka warna
berharap selalu
tuk jadi lukisan indah
dalam panorama asmara
sambil memandang jauh
di kejernihan langit biru
diantara gumpalan awan putih
di sudut cakrawala cinta
semoga kan jadi
lukisan rasa yang indah
menenangkan
setiap mata yang memandang
#kediri 04/05/19
PENUNGGU FAJAR
*Hidayat*
Sendiri di keheningan malam
aku sudah biasa
sambil menyaksikan dedaunan pohon
yang melambai-lambai
Tersiram dinginnya
tetesan embun
aku sudah biasa
sambil menatap langit berbintang
walau kadang tertutup
mendung kelam
Berbincang dengan imaji
di ketenangan rasa hati
aku sudah biasa
sambil mengumpulkan
jutaan aksara yang terpancar
dari kedalaman relung jiwa
hingga sang fajar
hadir menyapa
Bersama bias cahaya nya
yang menggaris di kaki langit sana
#kediri 12/05/19
TERTELAN SINAR TERANG
*Hidayat*
kau
yang dulu pernah ada
lalu menghilang
mengapa
kini kau datang
mengundang kembali rasa
yang dulu kau bawa terbang
apakah ini caramu
agar ku penasaran
dan mencarimu
tuk meminta penjelasan
oh cinta
sudahlah pergi
tak usah kau tanya lagi
tentang isi hati
sebab ia tak ada lagi
karena sekarang
rasa itu telah hengkang
bak tertelan
di dalam sinar terang
#kediri 11/05/19
MENGUNDANG INSPIRASI
Kusaksikan sang embun
yang berbisik lirih merdu
membangunkanku
dari mimpi-mimpi malamku
Sebelum akhirnya
ia beranjak lalu
terusir sinar mentari
yang menyilaukan mata
tiada pilihan bagiku
tuk membiarkan kesejukan berlalu
hilang bersama angin
dan bersembunyi
diantara lipatan dedaunan
Hanya pada burung-burung pagi
yang bernyanyi memulai hari
kusapakan imaji
agar inspirasi pagi ini
segera datang menghampiri
#Hidayat
kediri 29 mei 2019
DIBALIK TABIR CINTA
Terdiam ku merenung
akan sisa-sisa rasa hati yang berlari
diantara lelah dan kebencian
Tabir gelapmu
yang mulai terkoyak
dibakar oleh api cemburu
yang tersulut perlahan
Seakan ingin menunjukkan
tentang dirimu
yang sebenarnya
pada dunia cinta
Dan mulai menampakkan
goresan-goresan rasa
yang telah tercipta
diantara hati kita
#Hidayat
kediri,28 mei 2019
DIANTARA BUMI DAN FOTOMU
Kujalani kehidupan
dengan harapan dan keyakinan
dalam bulatnya dunia
yang penuh tantangan
Kupandangi fotomu
dalam bingkai kotak hp ku
begitu sayu
bagai terbalut rindu
Seakan mengetuk rasa
dengan kata-kata mesra
yang tertulis nyata
seolah penuh harapan rasa
Tahukah kau
diantara bulatnya bumi
dan kotaknya gambar foto mu
Ada sebongkah rindu beku
yang selalu menanti
untuk kau cairkan
#Hidayat
kediri 26 mei 2019
MENUNGGU INSPIRASI
Terdiam di malam sepi
menunggu hadirnya inspirasi
yang hingga kini
belum menyapa diri
Rasa jiwa terjeruji
oleh aktifitas hari ini
sedari siang terbakar mentari
hingga ke malam sunyi sepi
Tersenyum lirih
menyaksikan semut-semut menari
hilir mudik kian kemari
seakan tak peduli
akan adanya diri ini
Namun selalu ku singgahi
istana bersama hasrat hati
berharap tuk temui
secercah harapan esok pagi
#Hidayat
26 mei 2019
BERHARAP DI MIMPI
Senggang malam
berbisik pada jiwa
tentang lelah tubuh yang mendera
Dan memaksa tubuh
untuk terpejam lena
di asa hati yang ceria
Imaji yang terkunci
mendekam
tersandra lelah tubuh ini
Membuatku termenung
dan memikirkan kembali
atas apa yang telah kulakukan
di seharian ini
Kuharap mimpi kan hadir menyertai
agar ia membantu jiwa
tuk merangkai aksara
dalam buaian mesra
#Hidayat
kediri ,25/05/19
SYA'IR LAUT BIRU
Sya'ir laut biru
terkata syahdu
diantara puluhan perahu
yang asik melempar sauh
Dikedalaman jauh
ikan-ikan menari riuh
kesana kemari mengisi waktu
mengikuti takdir yang tlah ditentu
Sepoi angin membelaiku
membawa lena dalam bayangan sayu
membiarkan ombak mengayun tubuh
serasa meninabobokanku
Dirimu satu
tempat segala curahan rasa ku
usah meragukan seriusku
dan tunggulah dipantai ridu
tuk melabuhkan rasa
yang terpancar dari dalam kalbu
#Hidayat
kediri,24/05/19
SELALU ADA UNTUKMU
Sekeping hati
yang bercerita tentang luka
di masalalu nya
Sanggupkah
kau berdusta
akan kenyataan yang ada
Di hampir sepanjang malam
kau ceritakan semua
pada rembulan dan bintang gemintang
diatas langit sana
yang seakan diam
tak peduli pada semua
Pun demikian
dengan Sang Surya
yang jua seakan acuh
seolah tak berperasaan
Sudahlah
tak usah kau paksa
tuk bercerita pada mereka
Simpanlah semua
dan ceritakanlah kepadaku
karena aku
akan selalu ada untukmu
#Hidayat
kediri,23/05/19
MENGHARAP PURNAMA
Aku selalu berdo'a
dengan harapan sepenuh jiwa
jika nanti Sang rembulan
sudi turun menyinari taman hati
Kuharapkan ia kan disana
hingga saat purnama tiba
tuk bersinar dengan sempurna
Kuharapkan awan-awan mendung
tiada kan datang
menghalangi pancarannya
Agar ku bisa melihat
tawa ceria bocah yang bermain
dibawah curahan keindahan malam
bisa kita rasakan dalam damai
Hingga suasana indah ini
bisa untuk kita abadikan
dan terkenang
di sepanjang perjalanan kehidupan
#Hidayat
kediri..22/05/19
DI BAHAGIA NYA
Ia yang terikat masalalu
selalu merasa ragu
bak diburu waktu
Akankah bahagia
walau nanti
memaksa masuk di hati
dengan jaminan janji-janji
Entah
aku pun tak mengerti
hanya ingin bersamanya saat ini
tanpa menjadi beban dihati
Aku tak keberatan
jika nanti ia pasrahkan
untuk terus bersama
menjalani apa yang ada
Pun ku tak terpikirkan
jika nanti ia berubah
tuk berjalan kelain arah
bahkan jika harus lepas dari genggaman
Karena bagiku
menemaninya saja
sudah cukup bahagia
tanpa harus memaksa
untuk terus bersama
Karena dia berhak
tuk tentukan hati
dan langkah kehidupannya sendiri
#Hidayat
kediri,21/05/19
MENTARI
Awal pagi
kulihat mentari
tampak enggan bersinar
seolah berat tuk beranjak
dari peraduan
Awan putih
perlahan pergi bersama angin
meninggalkan sisa-sisa goresan
mencipta sebuah lukisan alam
Duhai mentari
sinarilah bumi mu
tak usah kau sembunyi
di balik awan-awan yang kan berlalu
Tiada guna kau lakukan itu
karena sang waktu tak mau tau
akan tetap memaksa
walau kita tiada pernah suka
#Hidayat
kediri,20/05/19
KELELUASAAN RASA
*Hidayat*
Kubiarkan
lelah hati terbang
bersama sepoi angin
yang membelai dedaunan kecil
diantara rerumputan
yang membentang
sepanjang mata memandang
Kumanjakan pandangan
jauh berkelana
tanpa batasan
menyisir cakrawala dunia
dengan keindahan nuansanya
Semoga kan temui
keindahan nyata
yang mendamaikan rasa jiwa
Agar tiada lagi resah
dan kegalauan
yang selalu datang
dan timbulkan beragam pertanyaan
#Kediri 18/05/19
SEMANGAT PAGI
*Hidayat*
Bias cahaya mentari
terpancar di langit
menjadi pertanda awal pagi
bersama asa bahagia
Cerahnya langit pagi ini
secerah harapan hati
menggugah semangat diri
untuk mengisi hari-hari
Berjuta burung pagi
yang riuh bernyanyi
seolah mengingatkanku
untuk selalu optimis
walau apa yang terjadi
Menjalani semua sepenuh hati
tanpa mengeluh kekurangan diri
demi satu harapan abadi
bahagia di sore nanti
#17/05/19
DI BAYANGAN BULAN
*Hidayat*
Sendiri di sudut malam
mengingat wajahmu
yang tersenyum merindu
dalam bayangan bulan
di genangan air laut ini
Kau disana
selalu menunggu pasti
akan kesungguhan hati
pada sebentuk kata janji
Semoga ku bisa
jejakkan langkah kesetiaan
pada hati dan cintamu
Sebab ku tak kan mungkin
sanggup tuk saksikan
mata indahmu
meneteskan embun
kekecewaan yang mendalam
#kediri 15/05/19
TERAMPAS EGO
Anganku melayang tinggi
menerawang mencari arti
akan tulusnya rasa di dalam hati
di awal hari yang sepi ini
Rasa yang kusimpan
tlah terampas dan terbuang
tanpa kepastian
di pinggiran jalan
Tercecer
di sisi-sisi trotoar
bersama
sampah-sampah jalanan
dan debu kendaraan
Akankah semua
bisa kembali tercipta
seperti sedia kala
tanpa harus ada yang tersia-sia
#15/05/19
ASA DI SETITIK PAGI
*Hidayat*
Malam kan berlalu
gelapnya yang kelam
kan segera tersisir fajar
bersama bias cahaya yang menyapa
Dan semua hal
yang selama ini misteri
akan segera berakhir
dengan iringan kokok sang jantan
yang menyambut pagi
Inilah saat kurasa
tuk kembali bersuara
berkata pada dunia
dari tempat semula
Berharap tiada lagi
badai ego yang melanda diri
agar bisa kembali
bermain dan berbagi
seperti dulu lagi
#kediri 14/05/19
MENJAGA SEMAI ASA
*Hidayat*
Kau yang hadir
dari balik riuhnya
gelombang laut
di kehidupan
Coba membawa asa
yang terselip di do'a suci
semoga kan abadi
apa yang telah
kau tanam di hati
Jaga dan siramilah
rasa yang telah kau semai
agar terus bisa berkembang
dan bertahan
di tengah riuhnya gelombang ini
Karena hanya itu
yang bisa membuatnya kuat
dan menjadi pelindungmu
di kemudian hari nanti
#kediri 12/05/19
10 TAHUN RUANG PEKERJA SENI
Dari melata lata sampai akhirnya berdiri tegak perkasa
merajut suara hati seturut kata
menumpahkan nurani berjiwa satria
Ruang Pekerja Seni wadah bagi karsa
menampung semua cita cinta prahara
Ketika satu persatu kata di runut jadi nostalgia
bung Ahmed El Hasby pengasuh nan setia
meluruskan salah baca maupun salah nuansa
Begitulah Ruang Pekerja Seni menata kita
ujung timur ke barat selatan ke utara
kita satu dalam cita dan karsa
Tetaplah perkasa RPS hingga tutup cerita
bhaktiku padamu tetap setia
Karya Ms Sang Muham
#Billymoonistanaku, Rabu, Mei 15-2019 = 07:57 wib
merajut suara hati seturut kata
menumpahkan nurani berjiwa satria
Ruang Pekerja Seni wadah bagi karsa
menampung semua cita cinta prahara
Ketika satu persatu kata di runut jadi nostalgia
bung Ahmed El Hasby pengasuh nan setia
meluruskan salah baca maupun salah nuansa
Begitulah Ruang Pekerja Seni menata kita
ujung timur ke barat selatan ke utara
kita satu dalam cita dan karsa
Tetaplah perkasa RPS hingga tutup cerita
bhaktiku padamu tetap setia
Karya Ms Sang Muham
#Billymoonistanaku, Rabu, Mei 15-2019 = 07:57 wib
Kumpulan Puisi Retno Rengganis - TENTANG KAMU
TENTANG KAMU
Karya : Retno Rengganis
jika hujan bukan gelombang sungai-sungai
mana mungkin awan adalah titik-titik air
aku ingin melihat jelai bunga ilalang
di raut wajahmu
bersinar matahari
ketika kerontang menggerogoti daun kering jiwa
kini atas kuyubmu ciptakan tirta bening air surga
hiduplah yang gugur menjelma tunas-tunas
kemudian menebarkan harum rahmat
di antara bunga-bunga air mata
mengucurlah basah hati
akan kecintaan pada sang
maha abadi.
Cepu 3-5-2019.
PENDEKAR IDOLAKU
Karya : Retno Rengganis
Sekuntum cempaka indah beraroma manja
kelopaknya bagai sisik emas naga puspa
Sepuluh kali kekuatan dari pancaran indah sorot matanya
tertutup gerai rambut melambai-lambai
Di batas malam yang gerhana
engkau memahat kepingan bintang
menjadi sebuah pusaka bertajuk asmara laya
Kau sembunyikan senyummu di balik tudung caping
keangkuhan hatimu yang melati
membuat jiwa ini jatuh hati
Bagai paralayang berwajah tampan
terbang lalang mencari jati diri
engkau sang pangeran meremas matahari
kau pecahkan wajah rembulan
Dalam bisik kidungmu yang lirih
"Jagad ini penuh topeng-topeng kepalsuan yang bisu, ingin kutumpas dengan runcing pedangku,"
Engkau memang lelaki yang datang dari kabut biru
membaca cakra dunia persilatan
berguru pada orang bijak penumpas jumawa
menghardik embun dengan lenguh gelembung jiwa
Kembaramu adalah setia pada janji dari harumnya kemenyan dan setanggi
pada tekat genggam bara api hingga menjadi hitam arang
Rambutmu tergerai seriap reranting
mendepani hari-hari yang semakin mencabar
keutuhan tekat sumpah keramat
dikau pendekar berwajah sendu
idolaku.
Cepu 7-5-2019
KERETA KEMATIAN
Karya : Retno Rengganis
Matahari mulai lingsir wengi
Seperti gelap yang akan meninabobok jiwa
Lamat-lamat terdengar suara kereta
Malaikat merayap-rayap mencari nama-nama
Yang menangis meratap hiba
"Tuhan lepaskan jerat urat nadi napas ini, dengan ciuman lembut, agar rasa pedih tidaklah tersayat biru, dan lemparkan aku ke surga-Mu,"
Kereta datang berbunyi gemerincing
Mata-mata neon memicing
Sebab aroma kematian bagai baling-baling
Aku menunggu di tikungan rel selanjutnya
Telah kuukur panjangnya
Seberapa dekatkah hari-hari akan berhenti kereta mati
Ada bisikan angkuh
"Wahai makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada,"
Pasrah dalam kereta
Menuju kota baru akhir amalku terhakimi
Belantara sunyi sendiri setasiun akhir rumahku
Gemerincing berlalu aku membisu
Tiada teman kecuali amalku.
Cepu 9-5-2019
PERADABAN JIWA MENUJU SANG HAQ
Karya : Retno Rengganis
Aku manusia dari kumpulan debu hina
merindu kasih dan pelita
Pada sebuah dunia tubuhku terjebak hidup
seperti pesta dan perhelatan
mataku melukis peradaban
Rindu rasa rindu cinta
cahaya suluh yang menerangi gulita
terdengar mengalun sepanjang kehidupan
Aku melihat ke angkasa
ada gugusan bintang memahkotai angkasa
rembulan sebagai merah pipinya
Sorot matanya sepijar matahari
tetes keringatnya bening permata telaga embun
Aku terkesiap
inikah negeri dongeng
ketika surga adalah seindah-indahnya tahta
Malaikat-malaikat tersenyum
inilah peradaban jiwa menuju Arasy
bersujud pada Sang Mahabesar
Andai tiada Dia
tiada mungkin aku
niscaya tiadalah yang ada
Pada segala hal ada tanda
menunjukkan bahwa ia adalah Dia
pecipta peradaban.
Cepu 10-5-2019
OH PELANGI OH BIANGLALA
Karya : Retno Rengganis
Semburat warna warni indah di langit
selepas jarum hujan memanah alam
Datang sang dewa matahari
membias sinar kehangatan
menginspirasi kidung puisi
Pelangi adalah bianglala
wujud mimpi permainan anak-anak
Cinderella
terbang jauh berputar-putar
di angkasa
"Hoee... Pelangi selendang putri negeri dongeng,"
Keindahan bianglala bercumbunya
hujan dan mentari
melahirkan bias anak-anak warna warni
Pelangi oh bianglala
cerita kehidupan atau retorika
Jatuhnya hujan adalah kesedihan
pastinya datang terang kebahagiaan
Matahari mencerahkan
setelah mendung hitam merintik
memetik hikmah pembelajaran masalah
bianglala adalah pelangi
inspirasi.
Cepu 12-5-2019
MEMERAM RINDU IKLASKU
Karya : Retno Rengganis
Puing-puing rindu telah tercecer sepanjang jalan cinta
tinggalah hujan melukis sedih
menggenangi tapak kaki
Sebelum berakhir catatan ini
sejenak kusandarkan lelah
di tungku batu
Angin yang sedari tadi membisu
menarilah bersama dedaunan
biar kurasai semilirmu
sambil kudengar gemeretak kuningnya,
yang luruh satu-satu
Dan secuil lara kuninabobokkan
sejenak
Di setiap waktu terlewat
kunikmati mengeja namamu
sambil mengingat saat bersenda
mendebat rasa mengukir cinta di lembar ingatan
Betapa sedih melihat mentari mulai lelah ingin tidur di malam gundah
langit mulai kelam merasuk hati memeram rindu kian tenggelam
Ada rindu menggantung di sukmaku
terpatri hanya padamu
rindu ini mengalahkan gelisah dan gundah
seperti harmoni yang merajah
Lagi-lagi aku kebingungan
kukatakan pada kunang-kunang
dingin malam tak segera hilang
rinduku makin mabuk kepayang
Waktu terus berpacu tak pernah berhenti
suara-suara langit makin menekan hati
aku sungguh tertawan dalam kesendirian
Bagaikan rembulan yang setia pada janji di malam hitam
memanggul cahaya untuk tetap temaram
Detik yang berdetak terus bergulir
mencari sedikit harapan saat dingin mulai menjalar
tak ada yang lebih ramah kecuali sabar dan ikhlas.
Cepu 9-3-2019
KAPANKAH TIBA MASANYA
( Kidung kembang kecubung )
Karya : RETNO RENGGANIS
Kembang kecubung di sudut lorong sepi
dipetik menjadi terompet sakti
melantunkan kidung bagai sajak mati
lengkingnya jerit kaku tiap ruh diri
beku biru dalam peti
jika sudah begini?
tiada perduli!
Yang hidup, terus lari menuju lembah qur'ani
bunga kecubung tetap tergenggam jemari
ikut antri mencari pintu-pintu alkhafi
sambil meneriakkan doa-doa puisi
agar terhindar fitnah keji
dari rasa nyeri
terperi
Kembang kecubung terompet dewa
tertiup kencang seumpama sendawa
merintih memandang pusara
sebab ini kisah hancurnya nyawa
pembersihan tak kentara
dunia fana
Kembang kecubung lepas di tangan
membayang dunia fakir nan hina
tiada perduli kehendak sang pencipta
insan lena akhir binasa
kemana?
surga?
neraka?
yang jelas kembali pada tuannya
Cerita kembang kecubung
terompet mimpi yang terkandung
bukan lelucon atau lelidung
Ini sesulih, imagi terbawa kelana
kau tau, akhirnya nyawa terpana
namun sesal tiada guna
harus di terima.
Cepu 11-10-2018.
I'TIKAF
Karya : RETNO RENGGANIS
sejenak kusandarkan rindu di punggung tuan
atas nama cinta dari ruh
ketika datang menyapa semilir jiwa
lalu menjadi sebuah cahaya
kemudian terang
di antara celah celah
pula kupetik kunang kunang
semakin benderang
kueja kata seperti sajak doa
yang kuketik ketika malam tiba
"aku ingin pulang" kataku
pada rumah kekasih
yang kutinggal sekian lama
dari pengembaraan
jemari ini menggenggam tasbih
dari butir-butir biji genetri
lelah kaki
bersimpuh
dalam akhir tangis i'tikafku.
Cepu. 9-10-2018
Assalamualaikum warohmathullohi wabbarokhatu.
JALAN INI
Kamu lupa kalau jalan ini pernah kita lewati
Tetap sepi dan lenggang
Hanya sedikit beda, tanpa lubang tikus dan tidaklah rindang
Kini sedikit gersang
Kamu lupa jalan ini pernah mencatat kenangan
Saat rindu padamu kita merangkai cerita
Mengukur jengkal jejak rasa
Kamu tahu, kini aku berada disini
Di jalan ini
Dan jika suatu hari nanti kamu lewat jalan ini
Usah jatuhkan gerimis di matamu
Sebab aku takut, kau akan tenggelam
Seperti aku yang tenggelam saat ini
Jangan....
Jangan datang
Ada banyak sekali hal yang tak bisa kuutarakan
Di jalan ini.
Cepu 26-10-2018
RETNO RENGGANIS.
ADA NAMAMU
Karya : RETNO RENGGANIS.
pagi ini kutulis namamu
pada lembar-lembar daun basah
terhiasi kerlip butiran embun tasbihku
kupetik cahaya seterang matahari
untuk gulirkan bening-bening doa
indah dentingnya melantun namamu
menjadi nada puji-pujian
aku tersenyum dalam i'tikafku
dan kulihat langit seperti istana surga
di balik tirai kabut mata batinku
namamu terus kusebut
bahkan kunisbatkan
menjadi kuntum melati putih
harum di dadaku
tanpa jeda waktu terus kusirami
agar tetap mekar di halaman jiwa
selamanya.
Cepu 20-10-2018.
KIDUNG KEMBANG KECUBUNG
( RETNO RENGGANIS )
Lihatlah kembang kecubung ungu
Seperti paruh perkutut bersiul merdu
Bertengger di ranting kemuning itu
Setiap hari menyanyikan selaring gending
hanya untuk gadis lencir kuning
Kecubung terompet sakti
Saboyo pati lelidung jiwa murung
Ilir ilirnya jeritan hati
Gandrung lewung
Sayup-sayup rintih merintih
Perih
Kembang kecubung lewung
Ketika pangeran Bayu Tirta
Tiupkan semilir angin, merintikkan embun suci
Pada dedaunan kemuning kering
Lalu iramakan gending sigrak rancak
Makin memikat, dan kramat
jiwa-jiwa sekarat.
Cepu 30-10-2018
KIDUNG HATI
( Oleh : Retno Rengganis )
Di ingatan yang terbatas, maafkan jika pada akhirnya beberapa kenangan lupa aku eja. Sejenak kulepas semua beban pikir.
Mulai menjaga raga rapuhku memohon agar tidak patah dan luruh.
Kini benar-benar seperti kembang kamboja yang tumbuh di atas awan jingga.
Aromanya sengir manja.
Sepanjang hari jam berputar, malam menjadi pagi, pagi menjadi malam, begitu seterusnya. Membunuh semua ingatan, memaksa mati yang masih tumbuh.
Tidak ada yang paham, jika sejauh ini semuanya telah rapuh.
Dan sikap kalian tetap wajar, biasa-biasa saja. Seperti aku dalam senyuman.
Love you 😘. All
Cepu 8-11-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokhatu. Jaga diri baik-baik dan jaga kesehatan kalian yak. Aku sayang kalian semua.
Aku Bunuh Kamu Munafikun
I KILL YOU HYPOCRITE
( Retno Rengganis )
Ingin kusembelih seribu urat di jantungmu
Dengan tangan hidayah cinta-Nya
Ingin kusayat-sayat
Lalu kucincang-cincang
Tiap hancurmu, mengalir darah kemunafikan
Berkata apa saat sujudmu di bumi ini?
Dengan syahadat-Nya, ketika aku bersaksi
Ingin kupanggil gelombang badai
Ingin kupanggil gemuruh petir
Menggelegar, menyambar ruhmu
Apa yang akan engkau teriakkan pada Sang Maha di Maha
Ketika kulihat kilas balik hidupmu
Penuh daya tipu angkara murka
Yang kau timang dengan rasa manja
Cepu 31-10-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatuh.... hai all.... Sebelum malam tiba, baca satu baris surat Al Kahfi ( kita hafalkan ya ). Agar terhindar dari fitnah Dajjal yang sudah mulai menjerat kaki-kaki insan Bismillah.
TAWADUK
Air matanya berlinang
Membanjiri kata-kata untuk di tenggelamkan pada luka
Terisak menangis dalam teriak histeris
Teramat miris
Meletakkan mukanya yang pucat
Akan dosa-dosa
Pada bahu yang rapuh
Sama-sama jatuh
Meninggalkan peran dalam sandiwara zaman
"Jika kamu tidak menemui aku di surga, maka tolong tanyakan pada Allah tentang aku"
Cepu 23-11-2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatu... semoga hari ini penuh barokah. Serta selalu dalam lindungan Allah. Aamiin yaa robbalallamin.
ANGKARA
Napas berat....
usap keringat keparat!
Kelam di bola matanya penuh dendam
angkara murka!
Perempuan berwajah pucat meraung membusung
Meneriakkan rasa kedada kacung
Mengapa rahimnya meronta histeris
saat menenggak cairan dari moncong kendil
Itu karena...
Tanpa ada keadilan, saat senjata laknat menancap?
Akhirnya...
Menguraikan sesal derai, meneteskan perih
Suara bayi tak bermata menggigir di padang api
Hai!
Mengapa aku ada...?
Di sini hitam, kusam....
Panas.... Bara!
Cepu 31-8-2018
RETNO RENGGANIS
YAKIN
Rindu pada denyut nadi biarlah terus mengalir
Walau kupendam hasrat dengan derai air mata
Biarlah secarik perih di ladang gersang
Tetap sabar tanamkan benih keyakinan
Mungkin waktu belum berpihak
Namun terus kuuntai doa-doa
Pagi, siang dan malam
Pada-Mu.
Cepu 28-8-2018
RETNO RENGGANIS
CERITA_KHAYALKU
MELARUNG ASA TENGGELAM RASA MATI DI ATAS TITIAN CERITA
Satu-satu langkah kaki ini kupaksakan berjalan di atas titian waktu
Segudang cerita kukemas dalam diariku
Dan kini tiba di akhir catatan
Lelah yang teramat payah membuat sendi tubuhku makin rapuh
Daya ini kian terjerembab pada ceruk luka teramat dalam
Aku tenggelam pada lorong sunyi entah
Sendiri bermain ayun pada imajinasi khayalku
Seperti tak perduli lagi akan hiruk pikuknya alam, yang kau miliki
Kusingkirkan
Kupaksakan
Kutenggelamkan
Kumatikan
Dari masaku
Biarlah kumulai kisah....
Sekian tahun perjalanan hidup ini cukuplah sudah kumengerti
Dari tumbuhnya kembang bakung di pinggir kali rerungkut pohon bambu rumah tua huniku
Asyikku menikmati sunyi, mendengarkan derit laguan seruling Sulaiman yang identik dengan dongeng pohon berumpun
Sungai bening gemericikkan kerikil yang bercumbu dengan arus
Sungguh masa bergelut dengan pikiranku menjelajah dunia antah, alam dongeng milikku
Ini kisah ceritaku, di mana dulu-dulu saat pertama mengenal sang kasat
Awal pesta berkolusi, beradaptasi, membiarkan nurani dan jiwaku tenggelam menuntunku memimpin negeri dongeng
Mereka laun membutakan mataku memabukkanku, mengajakku berdansa pada pilar-pilar istana beraltar permata
Aku sebagai ratu pada imagiku
Keasyikanku semakin tenggelam pada rumah khayal
Yang berbenteng mantra kapur sirih sedap melati
Aromanya tertiupkan pada ubun-ubunku, merasuk sukmaku
Dan rasanya aku mampu menelan pahit getirnya getah darah keturunan
"Nenek ... ini bukan karmakah?" tanyaku
"Cucuku ... leluhurmu adalah darahmu, yang harus kau terima dalam satu wadah raga ... usah takut, sebab adanya itu, adalah ruhmu sendiri."
kata Nenek di sela percakapan malam yang dingin
Waktu runtun berdetak menit ke menit menggeser malam mencolek fajar, mencabik siang, mencumbu senja jumpa malam lagi terus begitu seiring jalannya kehidupan
Dari episode kisah ini, ada sesal mencekik
Semakin jauhnya aku dari potongan-potongan darah sekandung ragaku
Aku terbutakan
Aku tertulikan
Dan kini seperti sendiri
Pantaskah aku meraung histeris meneriakkan ketidakadilan?
Sementara mereka saat ini, asyik bermain petak umpet di labirin cinta di taman flamboyan
Sedangkan tubuhku saat ini bagaikan bergelantung di atas pohon langit
Terhimpit gelembung awan hitam
Mataku meneteskan rintik hujan darah, tanganku gemeretak menggapai-gapai bagaikan ranting-ranting patah, tetap saja mereka tiada perduli
Seperti terbutakan
Seperti tertulikan
Sebab kini kita, aku dan saudaraku, seperti sudah beda dimensi imaji.
Cepu 3-9-2018
RETNO RENGGANIS.
SEKEDAR WAYANG MEMAINKAN PERAN
Langit kelam,
awan mencekik matahari
Rintih tangis biru
Butiran debu tak lagi angkuh
Mengejar angin
yang membawa dupa kesombongan
Tanpa gerak dan kedip mata
Diam seribu kata dalam problema
Seperti wayang menjalankan peran.
Cepu 11-9-2018
RETNO RENGGANIS.
KUPELUK BUAH CINTAKU
Jangan menjauh anakku,
dekatlah di sisi ibu
Biar kukecup keningmu
Biar kupeluk tubuhmu
Biar kuusap air matamu
Tidurlah di pangkuan ini
Akan ibu ceritakan tentang negeri pelangi
Ikuti jemari ibu anakku
Saat memainkan biji Genitri yang kutasbihkan
Melafat asma Allah
Lihat sayang
Tiap asma-Nya ada aura warna warni
Seindah pelangi
Pandanglah anakku
Negeri indah pelangi surga
Semakin dekat
Semakin dekat
Pintu-pintunya telah terbuka
Sebentar lagi kita kesana
Berdua saja
Sementara adik
Biarlah menyelesaikan tugasnya
Mengarungi lautan kisah
Bersama bahteranya.
Cepu 10-9-2018
RETNO RENGGANIS
TUAN KUNIKMATI BAIT PUISIMU
Karya : RETNO RENGGANIS
Tuan....
Biar kucium wangi surbanmu
Sebab aromanya seharum kasturi
Tak bisa hati ini mengingkari
Di matamu ada Tuhan yang memancarkan cahaya nur Illahi
Di tubuhmu ada kemuliaan pembungkus kehidupan
Tuan....
Bait-bait ucapmu lantunan ayat-ayat Qurani
Yang berguguran bagai bintang-bintang
Dengan kerlip asma ul husna
Tuan....
Kini tak kuingkari jalanmu kuikuti
Kunyalangkan mata nyalar
Sebab nyawa nyata dimiliki-Nya
Dan risalah ini seperti hujan yang merintik dalam tandusku
Bagaikan puisi indah merindu Sang Maha Puisi.
Cepu 21-9-2018.
AKU PENYAIR GILA YANG MERAJA-RELA
Karya : RETNO RENGGANIS.
Aku belajar menulis puisi dari congor diktator
lepas bicara ngocor tak terkontrol
Dari perutnya buncit kelakuan anjrit
Teriak-teriak melengking seperti an.... jing
Mungkin karena penguasa yang konglomerat
Jadinya hobi menindas kaum melarat
Juling mata-mata mbeling
Koruptor kerja-kerja kantor
Provokator sikat sini, sikat sana di olor-olor
Dasar para-para maling
Pengkianat bangsa yang suka nuding-nuding
Aku belajar menulis puisi dari para gali
Karena mereka banyak ide dan imagi
Walau sambil menenggak wiski menari birahi
Melukis pesona mucikari
yang kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki
memeras mesin para pencetak orok
lalu menggorok
ini salah satu tendangan menohok
para gali pikiran brilyan walaupun mabok
Aku belajar menulis puisi dari sebuah dunia bubrah
Kucipta kosa menjadi kata, dari orang-orang susah sampai bromocorah
Biarpun banyak fitnah tetap gagah
Dan aku terus melangkah dengan bekal bismillah
Dari belajar, kini aku menjadi penyair gila
Ciptaan dari wanita-wanita cinderela
Mengorek arti pancasila, untuk apa sebagai lambang negara, jika rakyatnya pada fakir norma-norma
Dan akhirnya aku tetap bicara, menulis berjuta-juta kata
Menceritakan segala elemen kehidupan nyata.
CEPU 20-9-2018
Salam, jumpa lagi sama Retno Rengganis yang hitam manis.
Mungkin kalian merasa lucu ya dengan postinganku kali ini.... Tidak mengurangi rasa hormat, ini semua cuma sebuah catatan, tidak ada unsur apapun, kecuali mengajak kalian semua untuk mencintai sastra dan negara. Met fitas all, love you forever. Maaf baru bisa jumpa kalian lagi.
JANGAN SEPERTI BUIH
Bagai buih di atas air
Ketika sepoi tiupkan semilir
Napas mentari membakar
buih putih akan hilang entah
Air tetap tenang sembahyang
Lantunkan lagu rindu penetap liuk cinta
Pada hempasan-hempasan waktu
Tiada berbapak jua ibu
Tahukah kamu...
Di antara indahnya buih putih yang mati
Seperti catatan hidup sekedar mimpi
Keabadian tiada termiliki
Lenyap entah
Kesenangan sementara
Yang berguna tetaplah menetap
Sebab itu garis ketetapan ditetapkan-Nya
Jangan kataku!
Usah pengejaran yang akan lenyap engkau cari bermandi getih perih
Lalaikan tugas membangun jiwa
Sebab buih sekedar buih lenyap tanpa sulih
Menggelembuh mbambung
Membumbung hilang disela hidung
Cepu 26-7-2018
RETNO RENGGANIS.
Indahnya Curuk kedinding dan cagar alamnya.
PANORAMA KEDINDING
Nuansa yang indah idaman para pecinta kedamaian hati. Dari titik Selatan Kabupaten Blora, sebelah barat kota Cepu, tepatnya Kec Kedungtuban ada obyek pariwisata yang belum di jamah tangan-tangan seni. Desa Kedinding tepatnya wadah dari pesona yang masih perawan.
Adanya kawasan hutan jati yang identik dengan Kabupaten Blora, kini aku ajak singgah kalian, mengintip pesona di balik keangkuhan pegunungan Kedinding. Di samping panorama terpendam, ada pula mitos serta tempat-tempat sejarah yang berhubungan dengan penguasa kerajaan Jipang Panolan.
Aryo Penangsang tidak asing lagi bagi kita, pegunungan Kedinding pula menyimpan banyak misteri, sebuah cungkup makam di atas bukit, adalah makam kuda jantan serta cantrik pangeran Aryo Penangsang.
Lain itu kita juga terbetik satu sajian klenik acara sesaji pada sang Hiyang Widi yang senantiasa di lakukan pada ritual tahunan, yang di beri nama sedekah bumi ( manganan)
Mengapa hal ini selalu dilakukan oleh masyarakat setempat, lain tidaknya hanya rasa syukur terhadap lelakon kehidupan.
Senja merah masih saja pancarkan senyumnya yang saga. Aku kembali menyusuri jalan setapak berbatu, keanggunan desa ini membawa semakin ingin menguak tabir.. Kujumpai sahabatku masa sekolah Bapak Sumarji yang saat ini menjabat sebagai kepala desa di Kedinding tepatnya masuk wilayah desa Ngraho. Beliau betapa arifnya menyambut kedatanganku, tak segan - segannya menjawab semua pertanyaanku, bukan hanya tentang mitos dan sejarah namun juga masalah keinginan beliau menciptakan desa kecil itu menjadi sebuah obyek wisata yang penuh keindahan. Sedikit demi sedikit di buatlah taman selfi demi rakyatnya yang butuh hiburan refresing.
Semakin salut diriku padanya, dengan kegigihannya, beliau tetap terus melangkah, pemprof mungkin telah tau, tetapi tindak lanjut keinginan belumlah terwujud, semua karena dana. Ya dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, kita musti sabar walau hati tetap tegar dalam upaya bagaimana segalanya lancar.
Beliau juga bilang kepada saya, tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan, seandainya ada donatur yang ingin membangun, dengan tangan terbuka sangatlah dipersilahkan. Sebab apa, andai bukan karena saling bahu membahu, sebuah karya tidaklah akan terwujud. Semoga impian bapak Lurah yang juga sahabatku terwujud.
Kedungtuban harus berbenah, jangan sampai tertinggal. Kita punya lahan, kita punya alam hanya perlu polesan demi kedamaian.
Salam santun dari bapak lurah Sumarji dan segenap masyarakat desa Ngraho, dukuh Kedinding pada khususnya. Sukses selalu.
Cepu 5-8-2018.
RETNO RENGGANIS .
AURORA
langit itu indah
melukiskan larik-larik warna
seperti negeri dongeng
angin surya
mencumbu Dewi Fajar Senja
rona merah pipinya
begitu kentara
aku terpesona akanmu
di antara pantulan sinar yang membentuk lengkung pada titik ke titik
satu sama lain terhubung
tanpa adanya koma
interaksi medan magnetik mencumbu partikel
dari sebentuk hangat dekapan sang surya
membawaku pada khayal tingkat dewa
menarikan daya pikir menjangkau ruang
dalam berjuta tanya
tanpa jawab.
Cepu 11-8-2018.
RETNO RENGGANIS.
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokhatu... Pagi all...semoga hari ini
kita semua senantiasa dalam lindungan Allah, serta berkah yang melimpah. Aamiin yaa robbalalamin.
Cover : Me & Dik Iin Muhidin... Akting fotogenik yang indah.. Hasil jepretan ROMY SASTRA.
Terinspirasi puisi Iin Muhidin
PENYAIR GELADIR
Geladir itu pandir
Mencium aroma lalu jungkir-jungkir
Biarlah cemooh hadir dia tetap bergaya tajir
Abaikan cerecah dari berbagai cibir
Tetap Geladir mangkat di panggung-panggung jubir
Sebab geladir
Adalah orang-orang setengah kentir
Syair geladir
Ratapan orang-orang pinggir
Membawa takbir agar tak di usir
Tetapi geladir
Tetaplah geladir penyair
Akhirnya mati terbawa takdir
Catatan kaki :
Geladir : lendir atau kotoran.
Cepu 16-8-2018
RETNO RENGGANIS.
BILIK KECIL SANG MAESTRO SOESILO ANANTA TOER
Kubuka jendela sedikit memicingkan mata mengintipmu wahai penyair idola
Runtun bening seperti jatuh pada kertas usang
Tetesnya seakan menimbulkan retak dan lusuh
Kucel ragamu dari balutan lukisan daun jati, yang identik dari pinggiran alas Blora
Memelintir kisah kemarin mangkir tanpa buah bibir
Kini ketika wajah-wajah sang Maestro mewarnai kaca media televisi
Sederet pengagummu berbaris menangisi
Siapa engkau dan mengapa engkau
Wahai TOER dari penggalan kata bahasa jawa " Tansah Ora Enak Rasane" celoteh canda jenaka adik PRAMOEDYA ANANTA TOER, memakai kata dari penggalan nama TOER.
yaaa....
Engkaulah sang Maestro tak di kenal SOESILO ANANTA TOER
laki-laki nerimo dalam iklas pada kesederhanaannnya
Walau perjalanan hidupnya terseok, adakah ketidak adilan pada nasibnya?
" Tidak" jawabnya
" sebab semua pekerjaan itu mulia, walau aku sebagai pemulung, namun hasilnya mempunyai nilai lebih jika kita bisa menikmati keikhlasan, nilai harta yang kuterima berapapun itu cukup yang penting tidak mengemis" 😭
Oohh.... bapak Soesilo Ananta Toer yang tidak pernah mengeluh dan rapuh
Semangatnya menjadikan inspirasi,
Senja semakin membuka tabir, yang tidak jauh beda dengan PRAMUDYA ANANTA TOER...
SOESILO ANANTA TOER seorang doktor di bidang politik dan ekonomi lulusan Uni soviet
Tetapi ijazahnya tidak pernah di akui oleh negara, tanpa dendam, hanya menyalahkan diri pribadi.
Jeruji besi pula pernah menenggelamkan dari kebebasan hak, hanya karena sebentuk alasan sepele tidak dapat menghadiri acara doa bersama enam jenderal di kedutaan Rusia, sehingga di cap sebagai pro orde lama.
Maestro yang dulu bergelimang harta selama 11 tahun bekerja di Rusia, kini bagaikan kerontang di negeri sendiri, mengais sampah, membuang sepah
Satu-satu jalannya terus tetap di tuju, pada akhir yang entah itu
Semangat ayah
Semangat!
Cepu 11-7-2018
RETNO RENGGANIS.
PAGI JELANG ILALANG JALANG
tetes embun jatuh satu-satu
ciptakan irama melodi syair bisu
penari ilalang makin jalang
menenggak bening dari pucuk daun goyang
gemulai runtun anggun berduyun-duyun
gila!
semakin mabuk kepayang akal hilang
teriak meronta-ronta hangat mentari menggoda
geliat cumbu makin erotis saja
semyum terukir di sudut bibir bukan cibir
indah sungguh indah pagi tanpa gerah
semua pecah
tangan-tangan alam serentak melambai-lambai
menghardik permainan segeralah usai
jelang ilalang pucat pasi mosak masai
lepas lelah pasrah.
Cepu 5-7-2018
RETNO RENGGANIS
KAU LELAKI KARISMATIK KEKASIHKU
engkau melukis senja dengan warna rindu yang saga
pada dadamu yang bidang penuh tembang kenangan bersamaku
dalam tiap gelora lewat bisikan desir angin laut, engkau sketsa wajah kita di dinding cakrawala
dengan bertahtakan manik-manik kasih berhias pelangi rindu
pada sunyi demi nama janji, berharap semua tidak hanya mimpi
sekuntum cinta sempat layu, kini mekar kembali dalam warna yang berbeda
semakin harum wangi nan indah
terpupuk dalam palung jiwa
kembali pada jingga memerah tembaga
terukir rupawannya kisah kasih, saat kau memandang laut lepas
tak puas tak luput dari ingatan sebuah cerita
engkau selalu ada di hatiku, pula aku selalu ada di hatimu
pada riak samudera yang berguguran, adalah
bening kasih kita yang merintik seumpama tirai pengantin
melambai lambai, meliuk gemulai menuju ke muara tanjung harapan
negeri impian, di bukit cinta saling genggam jemari
saling tetap setia mengi'tikafkan doa-doa.
kau...
tetap memandang samudera, dengan tenang dalam karisma yang tetap aku kagumi
Cepu 1-7-2018
RETNO RENGGANIS.
KARENA ALLOH DERITA ITU INDAH
Aku berdiri di antara jarum-jarum duri
Racunnya semakin merapuhkan raga
Nyawa terhimpit sesak meraja
Kantuk yang perih biarlah rebah saja
Bau alkohol menyengat rasa
Suntikan-suntikan, luka-luka nganga
Dada-dada terasa pecah tanpa benci
Walau iklas yang pasi biarpun terkuliti
Kubiarkan tangis mengaliri raga
Alloh memberi daya dari percik-percik cahaya
Hangat menyelimuti menjelma kasih abadi
Tanpa menunggu kamu-kamu menggendongku
Lalu meletakkannya di atas bongkahan senyum palsu
Biarlah Alloh menjagaku dalam pelukan doa-doa
Yang tak henti getarkan langit
Hingga sedak sesak lepas
Dan menjeritlah aku dalam kepuasan
Sampai air mataku kembali tumpah
Seperti anak-anak sungai melarungkan resah
Begitu indah.
Cepu 29-6-2018
RETNO RENGGANIS.
OH MATAKU PEJAMLAH
pejamlah mata, pejamlah
ada negeri dongeng
menanti jiwamu hadir
pejamlah mata, pejamlah
biarkan bibir bersenandung zikir
meninabobokkan ruh yang fakir
lepas beban, lepas persoalan terpikir
lihatlah, ragaku bagaikan mayat tercibir
lelah, sayah hingga jelang pagi kan hadir
Bismillah tidur!
Cepu 24-6-2018
RETNO RENGGANIS.
HILANG DI NEGERI DONGENG
tertawan di negeri akar
terjerembap di atas tumpukan daun-daun gugur
terhimpit ranting patah
kuyup oleh hujan
pada saat seperti itu
kebingungan semakin meraja,
bagaimana mengingatmu
bayangan sendiri menjelma malaikat
mengintip di sela akar dan ranting
diam menatap penuh ambisi
seperti pemeran mati
tak ada pelukan lebih erat dari doa-doa
pelukan akhir daun-daun gugur
lorong sepi jadi saksi
tak terdeteksi
Cepu 16-7-2018
RETNO RENGGANIS.
TERSAPU OMBAK SENJA
kutulis namamu di atas pasir tepi pesisir
saat riak menyapu mencumbu
tiba-tiba aku menggigil
ombak telah merebutmu dari jemari lentikku
membawa bait-bait cinta ke tengah samudera
termangu diam membisu, runtun bulir jatuh satu-satu
padamu senja kini menjadi kelabu abu-abu
dalam hening yang pening
lelakiku telah berada di ujung cakrawala
ada yang robek saat temaram menjadi gelap
seperti malam tandus tanpa kunang-kunang
gelombang diam menunggu kaki-kaki melangkah pulang
di tepi pantai itu kehilangan namamu
hingga batas tak tentu.
Cepu 8-6-2018
RETNO RENGGANIS
CIBIRAN
Lukisanmu begitu indah
Namun sayang....
Sedikitpun tak ada harganya di mataku
Sebab warna yang kau sapukan pada lembar kanvas
Seperti warna mesum birahimu
Koleksi bibir bergincu
Membuat dada bidangmu sombong
Hatimu pualam
Geloramu api kemunafikan
Cepu 6-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Puisi adalah catatan kehidupan. Tak ada unsur menghina siapapun.. Setiap catatan pastinya instropeksi diri oke all.
AKU TELAH MATI DI MATAMU
aku telah mati di matamu
aku tersedak, bahkan tak bisa mengucapkan resah
sayup kudengar suaramu makin menjauh
aku semakin terjerembap
pada saat seperti itu aku sadar
kau bukan apa-apaku
kulihat kelebat bayangmu lagi di beranda
diam, tak menatap, tak memeluk
ya....
aku benar-benar telah mati
di hatimu
di matamu.
Cepu 2-6-2018
RETNO RENGGANIS
PELANGI DI ANTARA SENJA MATAHARI
Warna pelangi itu kamu
Di antara senja yang gerimis paling liris
Pada luka dan derita, di punggungmu terbebani anak surga
Yang jatuh dari ketiak ibu, tanpa susu dan layu
Dari waktu ke waktu
Bunga matahari pancarkan eloknya
Menyinari senyum bunga bakung di pinggir lorong
Dan.... dari kejauhan anak manja bergelayut di lengan papa
Tanpa rundung tetapi sebalik malah bahagia
Tole yang berlari-lari tanpa tahu nyeri telapak kaki
Dalam dekap erat, hangat sang ayah ridho Illahi Robbi
Pelangi, senja dan matahari
Mengiringi ceritamu dalam kisah seribu masalah
Tiadanya rembulan tetap inginkan, dikelilingi bintang - bintang.
Cepu 25-5-2018
RETNO RENGGANIS
TAK AKAN LAGI KE KOTAMU
aku menikmati banyak purnama indah, namun kali ini terasa pecah
waktu seakan membungkam kisah di kota itu
meski hati riuh menyebut doa-doa
tak akan mungkin lagi aku singgah
hanya sisa-sisa arang dari bara tungku yang tadinya membara
seolah dipaksakan dingin untuk melupakan kenangan manis menjadi hitam
ini bukan kehendak tarian jemari
seperti angin mempermainkan pelangi
meliuk memburu keangkuhan jiwa
pertikaian dalam tubuh menjadi peperangan
aku benci dan tak akan kembali ke kotamu
semakin berlari meninggalkan masa yang ungu
seperti hujan pada bait-bait rintik awan retak
dan tirai kabut biarlah menutup semua,
tentang kamu, tentang kotamu tentang yang pernah ada
kali terakhir kuucap lagi kekata " aku tak akan singgah lagi di kotamu "
Cepu 16-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Karya : Retno Rengganis
jika hujan bukan gelombang sungai-sungai
mana mungkin awan adalah titik-titik air
aku ingin melihat jelai bunga ilalang
di raut wajahmu
bersinar matahari
ketika kerontang menggerogoti daun kering jiwa
kini atas kuyubmu ciptakan tirta bening air surga
hiduplah yang gugur menjelma tunas-tunas
kemudian menebarkan harum rahmat
di antara bunga-bunga air mata
mengucurlah basah hati
akan kecintaan pada sang
maha abadi.
Cepu 3-5-2019.
PENDEKAR IDOLAKU
Karya : Retno Rengganis
Sekuntum cempaka indah beraroma manja
kelopaknya bagai sisik emas naga puspa
Sepuluh kali kekuatan dari pancaran indah sorot matanya
tertutup gerai rambut melambai-lambai
Di batas malam yang gerhana
engkau memahat kepingan bintang
menjadi sebuah pusaka bertajuk asmara laya
Kau sembunyikan senyummu di balik tudung caping
keangkuhan hatimu yang melati
membuat jiwa ini jatuh hati
Bagai paralayang berwajah tampan
terbang lalang mencari jati diri
engkau sang pangeran meremas matahari
kau pecahkan wajah rembulan
Dalam bisik kidungmu yang lirih
"Jagad ini penuh topeng-topeng kepalsuan yang bisu, ingin kutumpas dengan runcing pedangku,"
Engkau memang lelaki yang datang dari kabut biru
membaca cakra dunia persilatan
berguru pada orang bijak penumpas jumawa
menghardik embun dengan lenguh gelembung jiwa
Kembaramu adalah setia pada janji dari harumnya kemenyan dan setanggi
pada tekat genggam bara api hingga menjadi hitam arang
Rambutmu tergerai seriap reranting
mendepani hari-hari yang semakin mencabar
keutuhan tekat sumpah keramat
dikau pendekar berwajah sendu
idolaku.
Cepu 7-5-2019
KERETA KEMATIAN
Karya : Retno Rengganis
Matahari mulai lingsir wengi
Seperti gelap yang akan meninabobok jiwa
Lamat-lamat terdengar suara kereta
Malaikat merayap-rayap mencari nama-nama
Yang menangis meratap hiba
"Tuhan lepaskan jerat urat nadi napas ini, dengan ciuman lembut, agar rasa pedih tidaklah tersayat biru, dan lemparkan aku ke surga-Mu,"
Kereta datang berbunyi gemerincing
Mata-mata neon memicing
Sebab aroma kematian bagai baling-baling
Aku menunggu di tikungan rel selanjutnya
Telah kuukur panjangnya
Seberapa dekatkah hari-hari akan berhenti kereta mati
Ada bisikan angkuh
"Wahai makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada,"
Pasrah dalam kereta
Menuju kota baru akhir amalku terhakimi
Belantara sunyi sendiri setasiun akhir rumahku
Gemerincing berlalu aku membisu
Tiada teman kecuali amalku.
Cepu 9-5-2019
PERADABAN JIWA MENUJU SANG HAQ
Karya : Retno Rengganis
Aku manusia dari kumpulan debu hina
merindu kasih dan pelita
Pada sebuah dunia tubuhku terjebak hidup
seperti pesta dan perhelatan
mataku melukis peradaban
Rindu rasa rindu cinta
cahaya suluh yang menerangi gulita
terdengar mengalun sepanjang kehidupan
Aku melihat ke angkasa
ada gugusan bintang memahkotai angkasa
rembulan sebagai merah pipinya
Sorot matanya sepijar matahari
tetes keringatnya bening permata telaga embun
Aku terkesiap
inikah negeri dongeng
ketika surga adalah seindah-indahnya tahta
Malaikat-malaikat tersenyum
inilah peradaban jiwa menuju Arasy
bersujud pada Sang Mahabesar
Andai tiada Dia
tiada mungkin aku
niscaya tiadalah yang ada
Pada segala hal ada tanda
menunjukkan bahwa ia adalah Dia
pecipta peradaban.
Cepu 10-5-2019
OH PELANGI OH BIANGLALA
Karya : Retno Rengganis
Semburat warna warni indah di langit
selepas jarum hujan memanah alam
Datang sang dewa matahari
membias sinar kehangatan
menginspirasi kidung puisi
Pelangi adalah bianglala
wujud mimpi permainan anak-anak
Cinderella
terbang jauh berputar-putar
di angkasa
"Hoee... Pelangi selendang putri negeri dongeng,"
Keindahan bianglala bercumbunya
hujan dan mentari
melahirkan bias anak-anak warna warni
Pelangi oh bianglala
cerita kehidupan atau retorika
Jatuhnya hujan adalah kesedihan
pastinya datang terang kebahagiaan
Matahari mencerahkan
setelah mendung hitam merintik
memetik hikmah pembelajaran masalah
bianglala adalah pelangi
inspirasi.
Cepu 12-5-2019
MEMERAM RINDU IKLASKU
Karya : Retno Rengganis
Puing-puing rindu telah tercecer sepanjang jalan cinta
tinggalah hujan melukis sedih
menggenangi tapak kaki
Sebelum berakhir catatan ini
sejenak kusandarkan lelah
di tungku batu
Angin yang sedari tadi membisu
menarilah bersama dedaunan
biar kurasai semilirmu
sambil kudengar gemeretak kuningnya,
yang luruh satu-satu
Dan secuil lara kuninabobokkan
sejenak
Di setiap waktu terlewat
kunikmati mengeja namamu
sambil mengingat saat bersenda
mendebat rasa mengukir cinta di lembar ingatan
Betapa sedih melihat mentari mulai lelah ingin tidur di malam gundah
langit mulai kelam merasuk hati memeram rindu kian tenggelam
Ada rindu menggantung di sukmaku
terpatri hanya padamu
rindu ini mengalahkan gelisah dan gundah
seperti harmoni yang merajah
Lagi-lagi aku kebingungan
kukatakan pada kunang-kunang
dingin malam tak segera hilang
rinduku makin mabuk kepayang
Waktu terus berpacu tak pernah berhenti
suara-suara langit makin menekan hati
aku sungguh tertawan dalam kesendirian
Bagaikan rembulan yang setia pada janji di malam hitam
memanggul cahaya untuk tetap temaram
Detik yang berdetak terus bergulir
mencari sedikit harapan saat dingin mulai menjalar
tak ada yang lebih ramah kecuali sabar dan ikhlas.
Cepu 9-3-2019
KAPANKAH TIBA MASANYA
( Kidung kembang kecubung )
Karya : RETNO RENGGANIS
Kembang kecubung di sudut lorong sepi
dipetik menjadi terompet sakti
melantunkan kidung bagai sajak mati
lengkingnya jerit kaku tiap ruh diri
beku biru dalam peti
jika sudah begini?
tiada perduli!
Yang hidup, terus lari menuju lembah qur'ani
bunga kecubung tetap tergenggam jemari
ikut antri mencari pintu-pintu alkhafi
sambil meneriakkan doa-doa puisi
agar terhindar fitnah keji
dari rasa nyeri
terperi
Kembang kecubung terompet dewa
tertiup kencang seumpama sendawa
merintih memandang pusara
sebab ini kisah hancurnya nyawa
pembersihan tak kentara
dunia fana
Kembang kecubung lepas di tangan
membayang dunia fakir nan hina
tiada perduli kehendak sang pencipta
insan lena akhir binasa
kemana?
surga?
neraka?
yang jelas kembali pada tuannya
Cerita kembang kecubung
terompet mimpi yang terkandung
bukan lelucon atau lelidung
Ini sesulih, imagi terbawa kelana
kau tau, akhirnya nyawa terpana
namun sesal tiada guna
harus di terima.
Cepu 11-10-2018.
I'TIKAF
Karya : RETNO RENGGANIS
sejenak kusandarkan rindu di punggung tuan
atas nama cinta dari ruh
ketika datang menyapa semilir jiwa
lalu menjadi sebuah cahaya
kemudian terang
di antara celah celah
pula kupetik kunang kunang
semakin benderang
kueja kata seperti sajak doa
yang kuketik ketika malam tiba
"aku ingin pulang" kataku
pada rumah kekasih
yang kutinggal sekian lama
dari pengembaraan
jemari ini menggenggam tasbih
dari butir-butir biji genetri
lelah kaki
bersimpuh
dalam akhir tangis i'tikafku.
Cepu. 9-10-2018
Assalamualaikum warohmathullohi wabbarokhatu.
JALAN INI
Kamu lupa kalau jalan ini pernah kita lewati
Tetap sepi dan lenggang
Hanya sedikit beda, tanpa lubang tikus dan tidaklah rindang
Kini sedikit gersang
Kamu lupa jalan ini pernah mencatat kenangan
Saat rindu padamu kita merangkai cerita
Mengukur jengkal jejak rasa
Kamu tahu, kini aku berada disini
Di jalan ini
Dan jika suatu hari nanti kamu lewat jalan ini
Usah jatuhkan gerimis di matamu
Sebab aku takut, kau akan tenggelam
Seperti aku yang tenggelam saat ini
Jangan....
Jangan datang
Ada banyak sekali hal yang tak bisa kuutarakan
Di jalan ini.
Cepu 26-10-2018
RETNO RENGGANIS.
ADA NAMAMU
Karya : RETNO RENGGANIS.
pagi ini kutulis namamu
pada lembar-lembar daun basah
terhiasi kerlip butiran embun tasbihku
kupetik cahaya seterang matahari
untuk gulirkan bening-bening doa
indah dentingnya melantun namamu
menjadi nada puji-pujian
aku tersenyum dalam i'tikafku
dan kulihat langit seperti istana surga
di balik tirai kabut mata batinku
namamu terus kusebut
bahkan kunisbatkan
menjadi kuntum melati putih
harum di dadaku
tanpa jeda waktu terus kusirami
agar tetap mekar di halaman jiwa
selamanya.
Cepu 20-10-2018.
KIDUNG KEMBANG KECUBUNG
( RETNO RENGGANIS )
Lihatlah kembang kecubung ungu
Seperti paruh perkutut bersiul merdu
Bertengger di ranting kemuning itu
Setiap hari menyanyikan selaring gending
hanya untuk gadis lencir kuning
Kecubung terompet sakti
Saboyo pati lelidung jiwa murung
Ilir ilirnya jeritan hati
Gandrung lewung
Sayup-sayup rintih merintih
Perih
Kembang kecubung lewung
Ketika pangeran Bayu Tirta
Tiupkan semilir angin, merintikkan embun suci
Pada dedaunan kemuning kering
Lalu iramakan gending sigrak rancak
Makin memikat, dan kramat
jiwa-jiwa sekarat.
Cepu 30-10-2018
KIDUNG HATI
( Oleh : Retno Rengganis )
Di ingatan yang terbatas, maafkan jika pada akhirnya beberapa kenangan lupa aku eja. Sejenak kulepas semua beban pikir.
Mulai menjaga raga rapuhku memohon agar tidak patah dan luruh.
Kini benar-benar seperti kembang kamboja yang tumbuh di atas awan jingga.
Aromanya sengir manja.
Sepanjang hari jam berputar, malam menjadi pagi, pagi menjadi malam, begitu seterusnya. Membunuh semua ingatan, memaksa mati yang masih tumbuh.
Tidak ada yang paham, jika sejauh ini semuanya telah rapuh.
Dan sikap kalian tetap wajar, biasa-biasa saja. Seperti aku dalam senyuman.
Love you 😘. All
Cepu 8-11-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokhatu. Jaga diri baik-baik dan jaga kesehatan kalian yak. Aku sayang kalian semua.
Aku Bunuh Kamu Munafikun
I KILL YOU HYPOCRITE
( Retno Rengganis )
Ingin kusembelih seribu urat di jantungmu
Dengan tangan hidayah cinta-Nya
Ingin kusayat-sayat
Lalu kucincang-cincang
Tiap hancurmu, mengalir darah kemunafikan
Berkata apa saat sujudmu di bumi ini?
Dengan syahadat-Nya, ketika aku bersaksi
Ingin kupanggil gelombang badai
Ingin kupanggil gemuruh petir
Menggelegar, menyambar ruhmu
Apa yang akan engkau teriakkan pada Sang Maha di Maha
Ketika kulihat kilas balik hidupmu
Penuh daya tipu angkara murka
Yang kau timang dengan rasa manja
Cepu 31-10-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatuh.... hai all.... Sebelum malam tiba, baca satu baris surat Al Kahfi ( kita hafalkan ya ). Agar terhindar dari fitnah Dajjal yang sudah mulai menjerat kaki-kaki insan Bismillah.
TAWADUK
Air matanya berlinang
Membanjiri kata-kata untuk di tenggelamkan pada luka
Terisak menangis dalam teriak histeris
Teramat miris
Meletakkan mukanya yang pucat
Akan dosa-dosa
Pada bahu yang rapuh
Sama-sama jatuh
Meninggalkan peran dalam sandiwara zaman
"Jika kamu tidak menemui aku di surga, maka tolong tanyakan pada Allah tentang aku"
Cepu 23-11-2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatu... semoga hari ini penuh barokah. Serta selalu dalam lindungan Allah. Aamiin yaa robbalallamin.
ANGKARA
Napas berat....
usap keringat keparat!
Kelam di bola matanya penuh dendam
angkara murka!
Perempuan berwajah pucat meraung membusung
Meneriakkan rasa kedada kacung
Mengapa rahimnya meronta histeris
saat menenggak cairan dari moncong kendil
Itu karena...
Tanpa ada keadilan, saat senjata laknat menancap?
Akhirnya...
Menguraikan sesal derai, meneteskan perih
Suara bayi tak bermata menggigir di padang api
Hai!
Mengapa aku ada...?
Di sini hitam, kusam....
Panas.... Bara!
Cepu 31-8-2018
RETNO RENGGANIS
YAKIN
Rindu pada denyut nadi biarlah terus mengalir
Walau kupendam hasrat dengan derai air mata
Biarlah secarik perih di ladang gersang
Tetap sabar tanamkan benih keyakinan
Mungkin waktu belum berpihak
Namun terus kuuntai doa-doa
Pagi, siang dan malam
Pada-Mu.
Cepu 28-8-2018
RETNO RENGGANIS
CERITA_KHAYALKU
MELARUNG ASA TENGGELAM RASA MATI DI ATAS TITIAN CERITA
Satu-satu langkah kaki ini kupaksakan berjalan di atas titian waktu
Segudang cerita kukemas dalam diariku
Dan kini tiba di akhir catatan
Lelah yang teramat payah membuat sendi tubuhku makin rapuh
Daya ini kian terjerembab pada ceruk luka teramat dalam
Aku tenggelam pada lorong sunyi entah
Sendiri bermain ayun pada imajinasi khayalku
Seperti tak perduli lagi akan hiruk pikuknya alam, yang kau miliki
Kusingkirkan
Kupaksakan
Kutenggelamkan
Kumatikan
Dari masaku
Biarlah kumulai kisah....
Sekian tahun perjalanan hidup ini cukuplah sudah kumengerti
Dari tumbuhnya kembang bakung di pinggir kali rerungkut pohon bambu rumah tua huniku
Asyikku menikmati sunyi, mendengarkan derit laguan seruling Sulaiman yang identik dengan dongeng pohon berumpun
Sungai bening gemericikkan kerikil yang bercumbu dengan arus
Sungguh masa bergelut dengan pikiranku menjelajah dunia antah, alam dongeng milikku
Ini kisah ceritaku, di mana dulu-dulu saat pertama mengenal sang kasat
Awal pesta berkolusi, beradaptasi, membiarkan nurani dan jiwaku tenggelam menuntunku memimpin negeri dongeng
Mereka laun membutakan mataku memabukkanku, mengajakku berdansa pada pilar-pilar istana beraltar permata
Aku sebagai ratu pada imagiku
Keasyikanku semakin tenggelam pada rumah khayal
Yang berbenteng mantra kapur sirih sedap melati
Aromanya tertiupkan pada ubun-ubunku, merasuk sukmaku
Dan rasanya aku mampu menelan pahit getirnya getah darah keturunan
"Nenek ... ini bukan karmakah?" tanyaku
"Cucuku ... leluhurmu adalah darahmu, yang harus kau terima dalam satu wadah raga ... usah takut, sebab adanya itu, adalah ruhmu sendiri."
kata Nenek di sela percakapan malam yang dingin
Waktu runtun berdetak menit ke menit menggeser malam mencolek fajar, mencabik siang, mencumbu senja jumpa malam lagi terus begitu seiring jalannya kehidupan
Dari episode kisah ini, ada sesal mencekik
Semakin jauhnya aku dari potongan-potongan darah sekandung ragaku
Aku terbutakan
Aku tertulikan
Dan kini seperti sendiri
Pantaskah aku meraung histeris meneriakkan ketidakadilan?
Sementara mereka saat ini, asyik bermain petak umpet di labirin cinta di taman flamboyan
Sedangkan tubuhku saat ini bagaikan bergelantung di atas pohon langit
Terhimpit gelembung awan hitam
Mataku meneteskan rintik hujan darah, tanganku gemeretak menggapai-gapai bagaikan ranting-ranting patah, tetap saja mereka tiada perduli
Seperti terbutakan
Seperti tertulikan
Sebab kini kita, aku dan saudaraku, seperti sudah beda dimensi imaji.
Cepu 3-9-2018
RETNO RENGGANIS.
SEKEDAR WAYANG MEMAINKAN PERAN
Langit kelam,
awan mencekik matahari
Rintih tangis biru
Butiran debu tak lagi angkuh
Mengejar angin
yang membawa dupa kesombongan
Tanpa gerak dan kedip mata
Diam seribu kata dalam problema
Seperti wayang menjalankan peran.
Cepu 11-9-2018
RETNO RENGGANIS.
KUPELUK BUAH CINTAKU
Jangan menjauh anakku,
dekatlah di sisi ibu
Biar kukecup keningmu
Biar kupeluk tubuhmu
Biar kuusap air matamu
Tidurlah di pangkuan ini
Akan ibu ceritakan tentang negeri pelangi
Ikuti jemari ibu anakku
Saat memainkan biji Genitri yang kutasbihkan
Melafat asma Allah
Lihat sayang
Tiap asma-Nya ada aura warna warni
Seindah pelangi
Pandanglah anakku
Negeri indah pelangi surga
Semakin dekat
Semakin dekat
Pintu-pintunya telah terbuka
Sebentar lagi kita kesana
Berdua saja
Sementara adik
Biarlah menyelesaikan tugasnya
Mengarungi lautan kisah
Bersama bahteranya.
Cepu 10-9-2018
RETNO RENGGANIS
TUAN KUNIKMATI BAIT PUISIMU
Karya : RETNO RENGGANIS
Tuan....
Biar kucium wangi surbanmu
Sebab aromanya seharum kasturi
Tak bisa hati ini mengingkari
Di matamu ada Tuhan yang memancarkan cahaya nur Illahi
Di tubuhmu ada kemuliaan pembungkus kehidupan
Tuan....
Bait-bait ucapmu lantunan ayat-ayat Qurani
Yang berguguran bagai bintang-bintang
Dengan kerlip asma ul husna
Tuan....
Kini tak kuingkari jalanmu kuikuti
Kunyalangkan mata nyalar
Sebab nyawa nyata dimiliki-Nya
Dan risalah ini seperti hujan yang merintik dalam tandusku
Bagaikan puisi indah merindu Sang Maha Puisi.
Cepu 21-9-2018.
AKU PENYAIR GILA YANG MERAJA-RELA
Karya : RETNO RENGGANIS.
Aku belajar menulis puisi dari congor diktator
lepas bicara ngocor tak terkontrol
Dari perutnya buncit kelakuan anjrit
Teriak-teriak melengking seperti an.... jing
Mungkin karena penguasa yang konglomerat
Jadinya hobi menindas kaum melarat
Juling mata-mata mbeling
Koruptor kerja-kerja kantor
Provokator sikat sini, sikat sana di olor-olor
Dasar para-para maling
Pengkianat bangsa yang suka nuding-nuding
Aku belajar menulis puisi dari para gali
Karena mereka banyak ide dan imagi
Walau sambil menenggak wiski menari birahi
Melukis pesona mucikari
yang kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki
memeras mesin para pencetak orok
lalu menggorok
ini salah satu tendangan menohok
para gali pikiran brilyan walaupun mabok
Aku belajar menulis puisi dari sebuah dunia bubrah
Kucipta kosa menjadi kata, dari orang-orang susah sampai bromocorah
Biarpun banyak fitnah tetap gagah
Dan aku terus melangkah dengan bekal bismillah
Dari belajar, kini aku menjadi penyair gila
Ciptaan dari wanita-wanita cinderela
Mengorek arti pancasila, untuk apa sebagai lambang negara, jika rakyatnya pada fakir norma-norma
Dan akhirnya aku tetap bicara, menulis berjuta-juta kata
Menceritakan segala elemen kehidupan nyata.
CEPU 20-9-2018
Salam, jumpa lagi sama Retno Rengganis yang hitam manis.
Mungkin kalian merasa lucu ya dengan postinganku kali ini.... Tidak mengurangi rasa hormat, ini semua cuma sebuah catatan, tidak ada unsur apapun, kecuali mengajak kalian semua untuk mencintai sastra dan negara. Met fitas all, love you forever. Maaf baru bisa jumpa kalian lagi.
JANGAN SEPERTI BUIH
Bagai buih di atas air
Ketika sepoi tiupkan semilir
Napas mentari membakar
buih putih akan hilang entah
Air tetap tenang sembahyang
Lantunkan lagu rindu penetap liuk cinta
Pada hempasan-hempasan waktu
Tiada berbapak jua ibu
Tahukah kamu...
Di antara indahnya buih putih yang mati
Seperti catatan hidup sekedar mimpi
Keabadian tiada termiliki
Lenyap entah
Kesenangan sementara
Yang berguna tetaplah menetap
Sebab itu garis ketetapan ditetapkan-Nya
Jangan kataku!
Usah pengejaran yang akan lenyap engkau cari bermandi getih perih
Lalaikan tugas membangun jiwa
Sebab buih sekedar buih lenyap tanpa sulih
Menggelembuh mbambung
Membumbung hilang disela hidung
Cepu 26-7-2018
RETNO RENGGANIS.
Indahnya Curuk kedinding dan cagar alamnya.
PANORAMA KEDINDING
Nuansa yang indah idaman para pecinta kedamaian hati. Dari titik Selatan Kabupaten Blora, sebelah barat kota Cepu, tepatnya Kec Kedungtuban ada obyek pariwisata yang belum di jamah tangan-tangan seni. Desa Kedinding tepatnya wadah dari pesona yang masih perawan.
Adanya kawasan hutan jati yang identik dengan Kabupaten Blora, kini aku ajak singgah kalian, mengintip pesona di balik keangkuhan pegunungan Kedinding. Di samping panorama terpendam, ada pula mitos serta tempat-tempat sejarah yang berhubungan dengan penguasa kerajaan Jipang Panolan.
Aryo Penangsang tidak asing lagi bagi kita, pegunungan Kedinding pula menyimpan banyak misteri, sebuah cungkup makam di atas bukit, adalah makam kuda jantan serta cantrik pangeran Aryo Penangsang.
Lain itu kita juga terbetik satu sajian klenik acara sesaji pada sang Hiyang Widi yang senantiasa di lakukan pada ritual tahunan, yang di beri nama sedekah bumi ( manganan)
Mengapa hal ini selalu dilakukan oleh masyarakat setempat, lain tidaknya hanya rasa syukur terhadap lelakon kehidupan.
Senja merah masih saja pancarkan senyumnya yang saga. Aku kembali menyusuri jalan setapak berbatu, keanggunan desa ini membawa semakin ingin menguak tabir.. Kujumpai sahabatku masa sekolah Bapak Sumarji yang saat ini menjabat sebagai kepala desa di Kedinding tepatnya masuk wilayah desa Ngraho. Beliau betapa arifnya menyambut kedatanganku, tak segan - segannya menjawab semua pertanyaanku, bukan hanya tentang mitos dan sejarah namun juga masalah keinginan beliau menciptakan desa kecil itu menjadi sebuah obyek wisata yang penuh keindahan. Sedikit demi sedikit di buatlah taman selfi demi rakyatnya yang butuh hiburan refresing.
Semakin salut diriku padanya, dengan kegigihannya, beliau tetap terus melangkah, pemprof mungkin telah tau, tetapi tindak lanjut keinginan belumlah terwujud, semua karena dana. Ya dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, kita musti sabar walau hati tetap tegar dalam upaya bagaimana segalanya lancar.
Beliau juga bilang kepada saya, tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan, seandainya ada donatur yang ingin membangun, dengan tangan terbuka sangatlah dipersilahkan. Sebab apa, andai bukan karena saling bahu membahu, sebuah karya tidaklah akan terwujud. Semoga impian bapak Lurah yang juga sahabatku terwujud.
Kedungtuban harus berbenah, jangan sampai tertinggal. Kita punya lahan, kita punya alam hanya perlu polesan demi kedamaian.
Salam santun dari bapak lurah Sumarji dan segenap masyarakat desa Ngraho, dukuh Kedinding pada khususnya. Sukses selalu.
Cepu 5-8-2018.
RETNO RENGGANIS .
AURORA
langit itu indah
melukiskan larik-larik warna
seperti negeri dongeng
angin surya
mencumbu Dewi Fajar Senja
rona merah pipinya
begitu kentara
aku terpesona akanmu
di antara pantulan sinar yang membentuk lengkung pada titik ke titik
satu sama lain terhubung
tanpa adanya koma
interaksi medan magnetik mencumbu partikel
dari sebentuk hangat dekapan sang surya
membawaku pada khayal tingkat dewa
menarikan daya pikir menjangkau ruang
dalam berjuta tanya
tanpa jawab.
Cepu 11-8-2018.
RETNO RENGGANIS.
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokhatu... Pagi all...semoga hari ini
kita semua senantiasa dalam lindungan Allah, serta berkah yang melimpah. Aamiin yaa robbalalamin.
Cover : Me & Dik Iin Muhidin... Akting fotogenik yang indah.. Hasil jepretan ROMY SASTRA.
Terinspirasi puisi Iin Muhidin
PENYAIR GELADIR
Geladir itu pandir
Mencium aroma lalu jungkir-jungkir
Biarlah cemooh hadir dia tetap bergaya tajir
Abaikan cerecah dari berbagai cibir
Tetap Geladir mangkat di panggung-panggung jubir
Sebab geladir
Adalah orang-orang setengah kentir
Syair geladir
Ratapan orang-orang pinggir
Membawa takbir agar tak di usir
Tetapi geladir
Tetaplah geladir penyair
Akhirnya mati terbawa takdir
Catatan kaki :
Geladir : lendir atau kotoran.
Cepu 16-8-2018
RETNO RENGGANIS.
BILIK KECIL SANG MAESTRO SOESILO ANANTA TOER
Kubuka jendela sedikit memicingkan mata mengintipmu wahai penyair idola
Runtun bening seperti jatuh pada kertas usang
Tetesnya seakan menimbulkan retak dan lusuh
Kucel ragamu dari balutan lukisan daun jati, yang identik dari pinggiran alas Blora
Memelintir kisah kemarin mangkir tanpa buah bibir
Kini ketika wajah-wajah sang Maestro mewarnai kaca media televisi
Sederet pengagummu berbaris menangisi
Siapa engkau dan mengapa engkau
Wahai TOER dari penggalan kata bahasa jawa " Tansah Ora Enak Rasane" celoteh canda jenaka adik PRAMOEDYA ANANTA TOER, memakai kata dari penggalan nama TOER.
yaaa....
Engkaulah sang Maestro tak di kenal SOESILO ANANTA TOER
laki-laki nerimo dalam iklas pada kesederhanaannnya
Walau perjalanan hidupnya terseok, adakah ketidak adilan pada nasibnya?
" Tidak" jawabnya
" sebab semua pekerjaan itu mulia, walau aku sebagai pemulung, namun hasilnya mempunyai nilai lebih jika kita bisa menikmati keikhlasan, nilai harta yang kuterima berapapun itu cukup yang penting tidak mengemis" 😭
Oohh.... bapak Soesilo Ananta Toer yang tidak pernah mengeluh dan rapuh
Semangatnya menjadikan inspirasi,
Senja semakin membuka tabir, yang tidak jauh beda dengan PRAMUDYA ANANTA TOER...
SOESILO ANANTA TOER seorang doktor di bidang politik dan ekonomi lulusan Uni soviet
Tetapi ijazahnya tidak pernah di akui oleh negara, tanpa dendam, hanya menyalahkan diri pribadi.
Jeruji besi pula pernah menenggelamkan dari kebebasan hak, hanya karena sebentuk alasan sepele tidak dapat menghadiri acara doa bersama enam jenderal di kedutaan Rusia, sehingga di cap sebagai pro orde lama.
Maestro yang dulu bergelimang harta selama 11 tahun bekerja di Rusia, kini bagaikan kerontang di negeri sendiri, mengais sampah, membuang sepah
Satu-satu jalannya terus tetap di tuju, pada akhir yang entah itu
Semangat ayah
Semangat!
Cepu 11-7-2018
RETNO RENGGANIS.
PAGI JELANG ILALANG JALANG
tetes embun jatuh satu-satu
ciptakan irama melodi syair bisu
penari ilalang makin jalang
menenggak bening dari pucuk daun goyang
gemulai runtun anggun berduyun-duyun
gila!
semakin mabuk kepayang akal hilang
teriak meronta-ronta hangat mentari menggoda
geliat cumbu makin erotis saja
semyum terukir di sudut bibir bukan cibir
indah sungguh indah pagi tanpa gerah
semua pecah
tangan-tangan alam serentak melambai-lambai
menghardik permainan segeralah usai
jelang ilalang pucat pasi mosak masai
lepas lelah pasrah.
Cepu 5-7-2018
RETNO RENGGANIS
KAU LELAKI KARISMATIK KEKASIHKU
engkau melukis senja dengan warna rindu yang saga
pada dadamu yang bidang penuh tembang kenangan bersamaku
dalam tiap gelora lewat bisikan desir angin laut, engkau sketsa wajah kita di dinding cakrawala
dengan bertahtakan manik-manik kasih berhias pelangi rindu
pada sunyi demi nama janji, berharap semua tidak hanya mimpi
sekuntum cinta sempat layu, kini mekar kembali dalam warna yang berbeda
semakin harum wangi nan indah
terpupuk dalam palung jiwa
kembali pada jingga memerah tembaga
terukir rupawannya kisah kasih, saat kau memandang laut lepas
tak puas tak luput dari ingatan sebuah cerita
engkau selalu ada di hatiku, pula aku selalu ada di hatimu
pada riak samudera yang berguguran, adalah
bening kasih kita yang merintik seumpama tirai pengantin
melambai lambai, meliuk gemulai menuju ke muara tanjung harapan
negeri impian, di bukit cinta saling genggam jemari
saling tetap setia mengi'tikafkan doa-doa.
kau...
tetap memandang samudera, dengan tenang dalam karisma yang tetap aku kagumi
Cepu 1-7-2018
RETNO RENGGANIS.
KARENA ALLOH DERITA ITU INDAH
Aku berdiri di antara jarum-jarum duri
Racunnya semakin merapuhkan raga
Nyawa terhimpit sesak meraja
Kantuk yang perih biarlah rebah saja
Bau alkohol menyengat rasa
Suntikan-suntikan, luka-luka nganga
Dada-dada terasa pecah tanpa benci
Walau iklas yang pasi biarpun terkuliti
Kubiarkan tangis mengaliri raga
Alloh memberi daya dari percik-percik cahaya
Hangat menyelimuti menjelma kasih abadi
Tanpa menunggu kamu-kamu menggendongku
Lalu meletakkannya di atas bongkahan senyum palsu
Biarlah Alloh menjagaku dalam pelukan doa-doa
Yang tak henti getarkan langit
Hingga sedak sesak lepas
Dan menjeritlah aku dalam kepuasan
Sampai air mataku kembali tumpah
Seperti anak-anak sungai melarungkan resah
Begitu indah.
Cepu 29-6-2018
RETNO RENGGANIS.
OH MATAKU PEJAMLAH
pejamlah mata, pejamlah
ada negeri dongeng
menanti jiwamu hadir
pejamlah mata, pejamlah
biarkan bibir bersenandung zikir
meninabobokkan ruh yang fakir
lepas beban, lepas persoalan terpikir
lihatlah, ragaku bagaikan mayat tercibir
lelah, sayah hingga jelang pagi kan hadir
Bismillah tidur!
Cepu 24-6-2018
RETNO RENGGANIS.
HILANG DI NEGERI DONGENG
tertawan di negeri akar
terjerembap di atas tumpukan daun-daun gugur
terhimpit ranting patah
kuyup oleh hujan
pada saat seperti itu
kebingungan semakin meraja,
bagaimana mengingatmu
bayangan sendiri menjelma malaikat
mengintip di sela akar dan ranting
diam menatap penuh ambisi
seperti pemeran mati
tak ada pelukan lebih erat dari doa-doa
pelukan akhir daun-daun gugur
lorong sepi jadi saksi
tak terdeteksi
Cepu 16-7-2018
RETNO RENGGANIS.
TERSAPU OMBAK SENJA
kutulis namamu di atas pasir tepi pesisir
saat riak menyapu mencumbu
tiba-tiba aku menggigil
ombak telah merebutmu dari jemari lentikku
membawa bait-bait cinta ke tengah samudera
termangu diam membisu, runtun bulir jatuh satu-satu
padamu senja kini menjadi kelabu abu-abu
dalam hening yang pening
lelakiku telah berada di ujung cakrawala
ada yang robek saat temaram menjadi gelap
seperti malam tandus tanpa kunang-kunang
gelombang diam menunggu kaki-kaki melangkah pulang
di tepi pantai itu kehilangan namamu
hingga batas tak tentu.
Cepu 8-6-2018
RETNO RENGGANIS
CIBIRAN
Lukisanmu begitu indah
Namun sayang....
Sedikitpun tak ada harganya di mataku
Sebab warna yang kau sapukan pada lembar kanvas
Seperti warna mesum birahimu
Koleksi bibir bergincu
Membuat dada bidangmu sombong
Hatimu pualam
Geloramu api kemunafikan
Cepu 6-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Puisi adalah catatan kehidupan. Tak ada unsur menghina siapapun.. Setiap catatan pastinya instropeksi diri oke all.
AKU TELAH MATI DI MATAMU
aku telah mati di matamu
aku tersedak, bahkan tak bisa mengucapkan resah
sayup kudengar suaramu makin menjauh
aku semakin terjerembap
pada saat seperti itu aku sadar
kau bukan apa-apaku
kulihat kelebat bayangmu lagi di beranda
diam, tak menatap, tak memeluk
ya....
aku benar-benar telah mati
di hatimu
di matamu.
Cepu 2-6-2018
RETNO RENGGANIS
PELANGI DI ANTARA SENJA MATAHARI
Warna pelangi itu kamu
Di antara senja yang gerimis paling liris
Pada luka dan derita, di punggungmu terbebani anak surga
Yang jatuh dari ketiak ibu, tanpa susu dan layu
Dari waktu ke waktu
Bunga matahari pancarkan eloknya
Menyinari senyum bunga bakung di pinggir lorong
Dan.... dari kejauhan anak manja bergelayut di lengan papa
Tanpa rundung tetapi sebalik malah bahagia
Tole yang berlari-lari tanpa tahu nyeri telapak kaki
Dalam dekap erat, hangat sang ayah ridho Illahi Robbi
Pelangi, senja dan matahari
Mengiringi ceritamu dalam kisah seribu masalah
Tiadanya rembulan tetap inginkan, dikelilingi bintang - bintang.
Cepu 25-5-2018
RETNO RENGGANIS
TAK AKAN LAGI KE KOTAMU
aku menikmati banyak purnama indah, namun kali ini terasa pecah
waktu seakan membungkam kisah di kota itu
meski hati riuh menyebut doa-doa
tak akan mungkin lagi aku singgah
hanya sisa-sisa arang dari bara tungku yang tadinya membara
seolah dipaksakan dingin untuk melupakan kenangan manis menjadi hitam
ini bukan kehendak tarian jemari
seperti angin mempermainkan pelangi
meliuk memburu keangkuhan jiwa
pertikaian dalam tubuh menjadi peperangan
aku benci dan tak akan kembali ke kotamu
semakin berlari meninggalkan masa yang ungu
seperti hujan pada bait-bait rintik awan retak
dan tirai kabut biarlah menutup semua,
tentang kamu, tentang kotamu tentang yang pernah ada
kali terakhir kuucap lagi kekata " aku tak akan singgah lagi di kotamu "
Cepu 16-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Langganan:
Postingan (Atom)