KEPADA KEKASIH PUISIKU
Karya: Samodera Berbisik
Kepada kekasih puisiku
Mungkin aksara-aksara kita terbentur oleh gelombang murka. Dan akupun terbawa arus untuk hanyut dalam tsunami rindu pada bait-bait berikutnya. Namun kuharap diksi-diksimu masih memelukku dengan segenap rasa. Sehingga puisi kita tetap berlayar mengarungi samudra
.
Kekasih puisiku andai saja engkau menyerah dengan robeknya layarmu, aku akan tetap melanjutkan pelayaranku sendiri melawan angin bergulung dengan ombak dengan tubuh ringkihku untuk menemukan pelabuhan harapan
.
Aku tak akan lagi menunggu hadirmu bila engkau ingin berlalu. Karena langkahku akan terus melaju dan puisiku tak akan pernah kehilangan aksara
.
Teruntuk dirimu kekasih puisiku kutitipkan bait rindu pada telaga netramu dan ijinkan aku melanjutkan pengembaraan ini. Kejarlah bila engkau memang ingin menghidupkan kembali anak-anak puisi dan tinggallah dengan kegundahanmu bila engkau telah menyerah pada patahnya dayungmu
.
Dengan atau tanpamu pengembaraan aksaraku tak akan pernah terhenti selama roda dunia masih berputar
Salam damai dalam keindahan dariku perempuan puisi
Tangerang, 29 Mei 2019
TERULANG KEMBALI
Karya: Samodera Berbisik
Perempuan puisi kembali menyambut pagi dengan senyuman yang masih terasa menyayat perih. Membasuh debu hati tak semudah mencuci kaki berselimut lumpur persawahan. Lagi dan terulang kembali debu melekati jiwa
.
Kesadaran akan kurangnya diri, riuh gemuruh dalam silau kisah fana mewarnai lembar-lembar cerita pengembaraan aksaranya. Terkadang membuat lena meluka lara sukma. Bait bait mencecapi keindahan bisu membelenggu kalbu. Ia tetap bersama meski logika melawan rasa
.
"Ya robb... belum pantaskah diri ini mengetuk pintu suci-Mu di keindahan ramadan ini?." Jerit batinnya dalam bersimpuh air mata
.
Lagi... terulang kembali terhinggapi debu serpihan imaji semu yang sejatinya meluruhkan setitik demi setitik kedamaian dalam keheningan. Merangkai perlahan sececap dalam tegukkan tetes-tetes kekhilafan. Menebalkan butir-butir debu merasuki bilik hati
.
Pengembaraan aksara menempa luka memahat kata-kata bermakna untuk merangkaikan untaian doa
pengampunan-Mu ya robb.
Untuk datang dan terulang kembali mengetuk pintu-Mu sebelum ramadan benar-benar pergi meninggalkan aku yang masih tertimbun butiran debu hati
Ya Illahi robbi... kepada-Mu aku kembali
Tangerang, 29 Mei 2019
TERLANJUR MERINDU
Karya: Samodera Berbisik
Terlanjur jatuh kata iya terucap
Tak mudah untuk #tidak menguap
Aku tak bisa berlalu dari senyum tertancap
Kau terlanjur indah kudekap
Kau telah mengisi hari-hariku
Menemani kesunyian bisu
Pandangan netramu menyentuh kalbu
Dan aku selalu merindu
Genggaman jemari kita
Masihkah bisa bersama
Merangkai indahnya aksara
Mengumbar senyum kecup mesra
Aku masih di sini menunggu datangnya malam
Untuk kembali berteduh di bening telaga tentram
Kusebut namamu dalam diam
Untuk menyentuh lukisan tenggelam
Maafkan atas yang telah kuucapkan
Mengalir tanpa cegah menahan
Tiada kini guna tersesalkan
Engkau telah berlalu dari dekapan
Terlanjur merindu
Terlanjur berlalu
Terlanjur pilu
Terlanjur tersedu
Namun aku rindu
Padamu
Kekasihku
Puisi kalbu
Tangerang, 28 Mei 2019
#PUISIKUKEKASIHKU
KUBIARKAN
Karya: Samodera Berbisik
Setitik rindu yang ada pun kubiarkan terlepas dan singgah di awan tanpa harus dijemput pulang kembali ke sanubari.
Biarlah dia indah dalam pandangan
.
Aku tak mau lagi memelihara rindu dalam perjalanan panjang ini.
Karena berlabuhpun terasa begitu berat untuk kujalani. Kini hanya keyakinan yang merajai diri menjemput mimpi dalam pasti
.
Kubiarkan saja tentang semua pesona menggoda jiwa. Tatap lurus kedepan pusatkan pikiran satu tujuan. Bahagia menunggu pelukan penuh kemenangan. Karena telah berjuta kepahitan terlewatkan
.
Pemahaman makna yang maha sulit untuk menerjemahkan sebuah pertunjukan fragmen kehidupan mengajarkan diri untuk melengkapi inti kehidupan dengan garis kuasa Illahi
.
Hanya campur tangan Allah SWT semua bisa terjadi tak dapat ditawar ataupun dihindari dan terkadang tak terjangkau dalam pikiran insan di dunia ini. Hanya keikhlasan mampu menerimanya
.
Maka kubiarkan saja rindu pergi terlepas dan sirna entah kemana
Tangerang, 28 Mei 2019
MENYAPA PAGI
Karya: Samodera Berbisik
Pagiku terasa begitu indah
Bersama senyum merekah
Mewarnai hari tanpa gundah
Bersama hadirmu kekasih puisi megah
Hari hari tak lagi sunyi penuh inspirasi
Membangunkan anak-anak puisi
Bernyanyi bersenandung tanpa beban memberati
Bersamamu meracik diksi
Duhai kekasih puisi pujaan
Tulusmu menggenggam jemari impian
Untuk merangkaikan aksara-aksara nikmat sebuah perjalanan
Mengalir ringan tanpa beban
Lukisan yang engkau tinggalkan pada malam kecupan
Menyapa pagi penuh pengharapan
Untuk aku kembali menapakkan masa depan
Bersamamu kekasih puisi pujaan
Engkau memeluk kebekuan hati
Mengecupi dengan ketulusan diri
Tanpa mengharap senyumku kembali
Menjabat uluranmu pemuisi
Dan engkau tetap menyapa pagi
Bersama hangatnya mentari
Entah aku berdiam diri
Atau sedikit tersenyum dalam misteri
Tangerang, 28 Mei 2019
#Kekasihpuisipujaan
MELUKIS MALAM
Karya: Samodera Berbisik
Engkau datang dalam malam kelam membawakan selusin warna. Sapuan kuas lembut memadukan garis-garis pelangi pada kanvas lusuhku. Seiring lantunan suara hati menyanyikan lagu rindu
.
Bergandeng kita mendaki bukit kepenatan rutinitas. Memuncaki hasrat dengan melukis malam dalam cumbuan mesra yang terendapkan pada buaian punggung rembulan. Senyummu memagut kelopak ranumku melumat resah dalam senandung gundah. Pancaran bening netra berpadu menyejuki telaga hati. Tubuhku dalam erat pelukmu menyatukan jerit kenikmatan yang tertunda pada angan kepakan malam tak bersayap
.
Seluruh persendian bilik lekuk tubuh saling bersambut bergesekan bak denting merdu penabuh rindu
.
Kebersamaan ini untuk meracik warna, melukis malam dengan senyuman asmara bergelora memecah keheningaan. Mengisi kesunyian dengan saling silang tanpa sebuah tekanan, untuk sebuah kebahagiaan
Tangerang, 27 Mei 2019
#Karyasederhana
#Semogaberkenan
#Maafbilataksesuaiharapan
RASA KITA
Karya: Samodera Berbisik
Tak ada istimewa terlalu datar untuk sebuah kisah
Hadirmu adalah suatu resah
Menyapa hatiku yang gundah
Berlalu tanpa sebentuk arah
Hari berganti tak ada setitikpun tersisa
Kenangan tertinggal dari percakapan kita
Engkau dan aku hanya sebuah cerita
Usai dengan hampa
Semua berubah tanpa dimengerti
Rasa kita merangkai hati
Berpadu pada janji
Aku kamu tak lagi sendiri
Mengalir tanpa terkendali
Membobol pertahanan hati
Rasa kita membuka cerita inspirasi
Aku kamu merangkai diksi
Sang pengisi jiwa rapuhku
Engkaukah yang seharusnya menyelimuti kalbu
Menyanyikan bait bait rindu
Hingga terlelap tidurku dalam pelukmu
Rasa kita telah menyatu
Memanah rindu di langit biru
Memetik bintang menyematkan pada segenggam haru
Mencumbu mimpi dalam dekapan sayu
Rasa kita biarlah bersama
Mengarungi samudra cinta
Menggenggam kasih apa adanya
Sederhana tanpa rekayasa
Tangerang, 27 Mei 2019
#Semogaberkenan
SALAHKAH AKU?
Karya: Samodera Berbisik
Saat keputusan menyanjung sunyi
Mendekap sepi
Larut dalam keheningan diri
Terucap dari sepasang tutur ini
Kebekuan berawal kekecewaan
Tentang kasih terabaikan
Ketulusan sebuah kiasan
Sementara diri mengagungkan
Mengapa tertuang setetes madu
Melambungkan angan dalam rindu
Yang akhirnya hanyalah lagu pilu
Memasung hati dalam dungu
Bisuku semakin beku membelenggu hasrat
Mematahkan sebongkah semangat
Berpeluk erat adalah mengeja sekarat
Seperti terik merenggut mentari hangat
Kupangkas setiap detak imajinasi
Kupusarakan senyum inspirasi
Kupungkasi riuh sorai aksara puisi
Darimu yang telah mencabik ketulusan ini
Salahkah aku menerima kelembutan sederhana
Merambati setiap lekuk sapuan lara
Berdoasakah aku menerima rasa cinta
Yang selama ini hanya aku berikan saja
Kini aku menikmati keindahan di sayangi
Berpeluk dalam kasih sejati
Salahkah aku menyambut ini
Atau tetap bergelut saja menyanjung sunyi
Tangerang, 27 Mei 2019
PUISIKU
Karya: Samodera Berbisik
Tergoreskan aksaraku tentangmu
Rinduku yang sempat meragu
Untuk menyambut dekapmu
Kekasih puisiku
Jantungku berdegub berdetak tak beraturan
Saat tatap kita menyatu dalam pandangan
Aku tertunduk menahan getaran
Dan engkau tersenyum penuh kemenangan
Puisiku kemana arah tertuju
Sementara aksaraku aksaramu menyatu
Dalam alur yang berselimut kelabu
Dapatkah cinta memeluk rindu dalam satu kalbu
Biarlah waktu yang mempertemukan hasrat
Hatiku hatimu tersemat
Dalam keindahan penuh nikmat
Atau bahkan kegetiran yang menyengat
Aku sambut jabat tanganmu untuk menggenggam jemari
Seiring cerita luka diri mewarnai
Kita bersatu memulai inspirasi
Agar tercipta sebuah puisi hati
Puisiku kusandarkan pada diksimu
Kita rangkai dalam alur biru
Dan aksara-aksara akan bersenandung merdu
Melupakan kisah sendu
Puisiku
Aku rindu
Padamu
Setiap detak detikku
Tangerang, 30 Mei 2019
RINDU TAK TERBATAS WAKTU
Karya: Samodera Berbisik
Rindu yang tak akan pernah salah mengaliri persendian darah dalam setiap hembusan nafas di mana nadi tiada pernah berhenti berdenyut. Selalu memanggil asma-Mu ya robb
Kecintaan tak akan pernah menyakiti hati. Selalu berkumadang dalam kedamaian. Memeluk kasih sayang sejati bersama ramadan yang sebentar lagi akan pergi menyambut datangnya hari fitri.
Aku masih di sini berselimut noda yang semakin tak bisa dimengerti mengotori jiwa ini.
Ya robb...ketika malam datang aku bersimpuh dihadapan-Mu memohon ampunan. Dan saat pagi hingga petang menjelang debu kembali mengotori hati ini dengan urusan duniawi yang masih menguasai. Rintihan jerit tangis kerinduanku memanggil-Mu menyerahkan segala kekhilafan demi kekhilafan yang tiada henti bewarnai catatan diri
Ramadan akan segera berlalu aku masih terpaku pada keangkuhan yang sejatinya merobek pilu pertahanan batin ini. Berkutat dengan pemikiran dungu tentang rindu dan cinta semu sementara hati seharusnya berpasrah diri pada sucinya cinta-Mu dalam kerinduan tak terbatas waktu
Tangerang, 30 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar