UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 28 Januari 2022

Kumpulan Puisi S Pandi Wijaya - KEINDAHAN MENARI


AKU

Adalah aku
Ditempa waktu
Diajari menyanyi
Diajar menari
Dirajah jejak
Dan lakuku selayak tapak

Adalah aku
Dimainkan angin
Diambing ombak
Menjadi karang

Adalah aku
Angan yang paling ingin
Ketidakwarasan
Kenangan
Puncak cinta mencinta
Arang dan debu

Adalah aku
Dua persimpangan

SPW,
Pandeglang, 23012022
( Catatan Kelana Bodo )



DI SENJA MEREMANG 

Aku menatapmu
Senja mulai meremang
Karatnya tumpahan kopi di atas meja
Masih harummu

Aku menatapmu
Kenangan pada pepuisiku jadi tegas
Pada senyummu yang masih seperti dulu
Yang terbang, terpaksa harus kulepas

Aku menatapmu
Perempuan yang kusebut kekasih
Kemilau di senja
Ketidakwarasanku
Keinginan yang paling angan masih
Rembulan yang kunanti, purnama

Biar kuseduh lagi secangkir kopi
Dan malam kehilangan kelam

SPW,
Pandeglang, 22012022
( Catatan Kelana Bodo )



PERTEMUAN SENJA 

Yah ...
Sudah terlalu lama
Malah rembulan sudah mulai pucat
Di mata nanar rindu yang kelu
Wajah-wajah di belantara kota hanya wajahmu
Menyesak hela nafas penat
Pada langkah sang pengelana

Yah, sudah terlalu lama
Pertemuan pun hampir lepas dari angan
Sesekali kenangan memberi tamparan
Seolah menyadarkan Ketidakwarasan

Sini, duduk dekat-dekat
Senja ini hampir habis
Kopi pun nyaris tersisa ampas

Sini, ceritakan yang manis-manis
Sebelum engkau pergi lagi
Dan aku, tidak waras lagi

SPW,
Pandeglang, 22012022
( Catatan Kelana Bodo )



PURNAMA MENDUNG 

Akh ...
Bila kau memang harus terbang
Jangan biarkan awan terus mengambang
Menjadi mendung di setiap purnamanya rembulan

Dan kenangan
Ia kerap mengerang sebagai angan
Menjalin pepuisi sepi
Nyeri dalam sunyi

SPW,
Pandeglang, 22012022
( Catatan Kelana Bodo )



KEINDAHAN MENARI


Di ujung senja kulihat senyummu, di kaki pelangi
Aku menari dalam keindahan
Air hujan menggenangi kisah lama
Pada wajahmu
Kenangan jadi impian yang terus mengawan
Telah ribuan purnama
Ingan yang hanya jadi angan

Akulah bayangan Madjnun
Yang membungkus barutan duka
Dengan rajutan sutra cinta
Yang bahagia, mengintip senyum di wajahmu

Laraku biar mencari kata-kata
Lalu menceritakan mimpi-mimpi pada puisi

Di ujung senja di kaki pelangi
Aku melihat senyummu
Engkau yang selalu ada di hati
Di genang hujan, aku menarikan keindahan cinta itu

SPW,
Pandeglang, 04122021
( Catatan Kelana Bodo )



RINDU TABU

Aku hanya bisa memandangmu
Di antara awan dan gemintang
Sebagai rembulan
Rindu adalah puisi-puisi tabu bersembilu

SPW,
Pandeglang, 14122021
( Catatan Kelana Bodo )

#puisi_dan_cerpen
~" PUISI DI LESEHAN JOGYA "~



Kamis, 27 Januari 2022

TITIPKAN RINDUKU PADA KASIH SEMESTA



Telah kuseka embun yang mengantung di sudut mata
Dengan tulang-belulang penuh luka
Jari-jemari yang terbungkus nanah

Waktu demi waktu telah terlewati
Bagai sampan kecil mengarungi samudra
Bergulung dengan badai dan ombak
Berjuang untuk mengapai tujuan

Kini bukan lagi tuk meratapi nasib
Ku kan selalu bangkit walau terseok-seok
Kan selalu tersenyum di antara kemarau dan rinai

Riani Pemulung
Tegal 6 Januari

RIANI PEMULUNG


HINGGAP DI RANTING BEDA


 
Derik yang kurindukan tak lagi derak, banyak sudah yang lalu lalang ingin aku ceritakan, tentang musim yang pucat dan tentang lengang yang dicumbu malam pun tepi pagi yang bisu dicium embun, di waktu lalu selalu ada sapa manjamu yang mengingatkan subuh telah memanggil, semua kurindukan kembali riuh adanya

Ingin rasanya rentang jarak kupintal pilin biar temu tak menyalahkan waktu, sebab laluan yang kutempuh tak memberi luang ke ranah sua.

Di sini; kini dan nanti sebelum daun rengas dibelai terik, usaplah rinai rindu biar tabah dan lelap memeluk pinta, meski berakhir kau dan aku rebah dan hinggap di ranting beda nantinya

doa untukmu dalam kebahagian selalu sehat adanya nda

#bumi_minang
Januari10-2022

Kumpulan Puisi Isyak Ranga - TAFAKUR MALAM DI JIWA YANG BERTELUT


 
SULUH KISAH

Bukankah pernah kau sisipkan butiran ruh dalam aksara resahmu puan
Ketika gerimis menyetubuhi benak malam mu
dengan beribu anasir berpelangi yang membuai angan, telah kau ikhlaskan serabut pesonanya mengerami jejak waktumu melangkah

Lalu mengapa kini kau jinahi semua rasa itu
dengan gemuruh gelombang sesal yang kau cipta dari samudera kekecewaan yang terlahir dari buramnya sketsa harap diatas kanvas dedoamu

Ah puan,
bukankah langit malam pun tak harus melembabkan bebatuan kering dengan bebutiran embun
tapi setidaknya sejuknya pun sekejap nyata
sebelum sang bara waktu meninggikan nyali

Atau cemburukah hamparan pasir kering pada stepa hijau yang selalu dicumbui rama rama
tidakkah itu menampar benteng ego takdir yang berpanji keadilan
sementara di dua sisi berjurang tajam itu saling berpelukan tanpa cela

Lihatlah puan,
neraca banding itu kan selalu ada
tanpa harus merajam raga putih makna
arti cinta dan memilikinya
dan biarkan babad kisahnya bercerita tentang cerita pada ktab rasa yang tercipta

Tanpa harus memanja luka di narasinya,
puan tersenyumlah
dilangitmu itu masih ada kerlip kejora menunggu sapa

Jkt.22*IsRa*



TAFAKUR MALAM DI JIWA YANG BERTELUT

Biarkan sejenak hening bercerita
karna telah lelah dia memikul timbunan kesah dari benak benak yang berjubah ego

/
Tanpa tanya
tanpa sela
dalam setianya ia menggenggam semua serapah dan doa,
dia terbungkuk lemah dan kita tak perduli itu

/
Biarkan sejenak hening
memeras peluhnya yang berbau
di jubah kelamnya
terkontaminasi peluh
dan keluh kemunafikan rasa

/
Hingga berkarat karna bekunya angin duka dan panasnya bara yang terbuang dari kemah hayat kita
tidak kah itu menampar wajah nurani
yang bertopeng kefakiran rasa?

/
Setidaknya biarkan hening bercerita
walau hanya sejenak,
mungkin dalam tafakur ruh kita ketika mendekap pinta,
Ia pun ingin berkisah tentang ihwal keteduhan bertaut langit yang bersulam embun sejuk

/
Karena dalam heningnya hening,
ruh perawan jiwa yang bening pun riang berlarian dilembah birunya yang teduh, tanpa beban erang ketika tertikam duri kemunafikan

:::::::::::::::::::::::::::::::::
Karya : Isyak Ranga
JKT.21*IsRa*



BUTIRAN KISAH


Lihat puan,
seribu resah yang kau tabur
pada lembar waktu
telah menjadikan malam hamparan duri yang merajam raga benak
ketika menjamah kenang

Lalu semusim hening tersketsa
nyata pada kanvas lusuh jiwa
arsiran dinding sepi kokoh berdiri dirimba keriuhan kota

Diorama senja dengan alunan symponi klasik deburan ombak
ditepian pantai tempat kita meneduhkan letupan bara rindu,
telah tertutup mendung

Keterasingan telah melamurkan
netra angan mengeja lafas janji
yang dulu pernah kita ukir diatas
pasir pantainya

Ah,
memang kebodohan terlanjur
kita dekap erat dalam birahi mimpi narasi bulan memagut matahari
seharusnya diatas bebatuan karang yang kokoh guratan janji itu terukir,
dan ombak tak menghapusnya

Kini biduk tercerai dermaga
waktu terlalu tipis mengiris
pintalan senyum,
entah esok atau hanya ketiadaan
yang tersisa,
kau puan ku dan ku bait rindumu
entahlah

JKT.21*IsRa*



HADIAH DARI LANGIT

Seporsi kegetiran
secawan duka
muakan lambung rasa
goyahkan jantung berdetak
pada tingkap harap

Narasi serupa
berabad renta
hanya beda warna
terulang jalang
ruang siang berujung malam

Manifestasi setia
di kawah candradimuka
menguji pijak
di separuh benak
hitam putih menanti dekap

Dua tepi pasti
segaris misteri
pada jemari nadi
paksa ternikmati
paska lahat menanti

Berlari dan terus berlari
di atas pertiture sepi
gemuruhkan birama kering
memaksa harmoni mimpi
bersebadan asa berdaki

Tersenyum
menangis
tertawa
terluka
kelu
itu
doa
atau
lupakan
bila serupa
telah tersketsa
rajah terpatri
memaksa
cerita
kita
ah..
k
i
ta
adalah
kitab terbuka
ayat ayat kisahnya
romantika asap
menunggu
hembus
bayu
dan
ah

Karya : Isyak Ranga
JKT.21*isRa*

Kumpulan Puisi Riri Angreini - SEKUAT MELUPA SEKUAT GELORA



TANPA BATAS

Aku akan menjagamu
Hingga tak bernapas lagi
Aku akan selalu menunggumu
Hingga rindu tak berdenyut lagi

Rasa yang kupunya melebihi dalamnya samudra
Kasih yang kurentang melebihi luasnya semesta
Harapan yang kupupuk melebihi tingginya langit biru
Cinta yang kurawat seperti mata air mengalir tanpa batas

Begitu istimewa hati ini menempatkan dirimu
Hingga matahari kehilangan auranya
Engkau tetap lentera terbaikku selamanya
Sekalipun takdir berkata lain

B220122
Sabtu, 12.34.
© Riri Angreini



DEMIKIAN ADANYA

Perkara hujan yang engkau perbincangan
Kini jadi kenyataan terseret angin
Rintiknya menderas di kotaku
Adalah pesan rindu dari hatimu

Hawa dingin menyapa
Bekukan rasa yang pernah ada
Hingga musim panas menjelma
Abadinya kian nyala

Kini; aku hanya bisa tersenyum ramah
Pada tiap kenangan kita
Hadir bersama realita
Menggenang di ruang mata

Jangan tanya itu; ada semula
Cukup rasa ini saksi nyata
Hingga hujan taklagi turun
Kasih cinta ini tetap harum; penghabisan temurun

B210122
Jumat.
© Riri Angreini



SEBAB MALAM

sebab malam; dia jadi akrab dengan remang cahaya
menyimak lirik sunyi dari merdu suara jangkrik
merasakan dingin udara yang berhembus
di bawah teduhnya pohon rindang tinggi menjulang

sebab malam perjalanan ini begitu begitu ringkas
jauh terhindar dari sengatan matahari
perihnya didihan keringat
mengucur sepanjang perjuangan

sebab malam mata pena ini begitu tajam
cayahanya menari bersama diksi
merangkum segala perkara yang berdendang
jadi tambo sebagai pedoman masa mendatang

Bekasi, 16 Januari 2022.
Minggu, 21.45
© Riri Angreini



SEKUAT MELUPA SEKUAT GELORA


Engkau telah lama mati dan terkubur dalam pandangan
Namun tetap hidup dan nyala di hati dan pikiran
Begitulah rasa punya kuasa akan cinta
Tiada sesuatu pun dapat membantah

Malam menjadi terang
Terbaca segala keadaan
Nyata kisahmu berkelindan
Di antara bintang ingatan

Detik waktu bersuara
Isyaratkan rasa tiada diam
Ia selalu bergerak dan menuju
Di mana engkau melarung sunyi

Arah mata angin jadi pedoman
Agar sua kembali tercipta
Tanpa jeda dan kata pisah
Hingga dunia tutup usia

Bekasi, 30 November 2021.
Selasa, 02.49.
© Riri Angreini



SEPASANG KOTA DI JAWA BARAT

Akhir pekan, Minggu awal Desember
Dihiasi gerimis tipis-tipis
Syahdu nian udara yang menerpa
Aromakan rindu pada suatu masa

Di pelupuk mata kisah itu bercahaya
Binarnya terangi naluri
Di sana tersigi sepasang nama
Abadi melukis senja

Tiada akan pernah terganti
Hingga redup terang semula
Ia akan tetap jadi yang terindah
Seperti tatapan jingga pada semesta

Meski hadirnya sesaat
Meninggalkan kesan selalu teringat
Indahnya bukan hanya setakat
Tapi teramat sangat

Bekasi, 04 Desember 2021.
© Riri Angreini
Selamat pagi, Sabtu.
Desember hadir bersama rintik syahdu, hingga udara begitu jernih menerpa setiap pori kehidupan.



PERBUDAKAN TERSELUBUNG

Saat menikah dengan lelaki yang tepat
Perempuan akan diperlakukan layaknya seorang ratu
Saat menikah dengan lelaki yang salah
Hari-hari perempuannya tak ubahnya macam babu

Gaungan kata "sah!" hanya modus belaka
Sisanya hanya kerja rodi
Bagi wanita yang meyakini
Ucapan berbakti pada suami
Ia akan rela melalui
Meski setiap waktu bermandi air mata

Hingga akhir hayatnya
Hanya menyisakan duka yang dalam bagi sanak saudara
Ia enggan berbagi
Berbagi pun tiada yang peduli

"Toh, itu urusan rumah tanggamu
Jangan buka aib suami
Jadi istri kudu manut
Jaga kehormatan suami dan keluarga besar."

Setelah jazadnya membeku
Oleh penyiksaan tiada akhir
Baru sok peduli
Menangisi hingga penuh rasa iba
dan penuh penyesalan
Terlambat sudah!

Dunia pun tertawa
Menyaksikan kepura-puraan belaka
Dasar manusia gila rasa hormat!

Bekasi, 081221.
© Riri Angreini




TIKAM
Karya Riri Angreini


bermandi keringat dingin
kau datang padaku
bersama hati yang patah
jiwa penuh luka

darahnya menjelma air mata
turun membulir membasahi pipi pertiwi
duhai engkau, kapan lara ini
menghantammu di tikungan?

aku bisa apa, ha!
sudahlah bangkit kau dari sana
tinggalkan legam yang membuat jalan suram
langkah meragu, masa depan terpaku

aku sungguh dilema
menyaksikan kenyataan pahit
yang bersarang di ragamu
kejam, sadis, tak berperikemanusiaan
biadab memang
kau, tuan!

kuhunus saja belati ini
tepat di urat nadimu paling vital
binasalah engkau
dari muka bumi ini!

Bekasi, 040919.



RINDU DALAM SECANGKIR KOPI
; Riri Angreini

selamat pagi rindu
aromamu begitu menggoda
menyatu dalam secangkir kopi
yang kuseduh pagi ini

tentang rasa pun masih sama
begitu juga dengan rasa hatiku padamu
tak pernah berubah dari awal
pandangan itu jatuh
hingga bangkit kembali
tetap kau sewangi
kopi pagi ini
di ruang terdalam

Bekasi, 290819.



RINDU TERLALU DALAM MENGAGUMIMU
; Riri Angreini

andai engkau tahu
berulang kali sudah
kubujuk hati ini
agar bisa menerima
kenyataan
bahwa dirimu
tak harus hiraukan perasaan ini...

tapi entahlah...
di lubuk terdalam
selalu menggema namamu
di ruang mata
selalu ada wajahmu

sampai kapan...?
aku pun tak tahu
yang diketahui
hati ini selalu
ingin engkau peduli;
setiap saat, setiap detik,
hingga napas tak tersisa lagi

Bekasi, 260819.
Senin, 00.28



TENTANG RANAH
: Riri Angreini


banyak tersimpan di lubuk hati
tentang pagi, siang dan senja
selalu pada setiap musim
banyak kisah indah
yang kuhabiskan bersama ayah
masa kanak-kanak...

tentang ladang dan sawah
tentang padi dan isi kebun
ada cerita tanpa mengenal
rasa lapar dan haus

semua ada, semua tersedia
tanpa meminta, hanya memberi
ah, sungguh rindu ini
begitu mengusik; setiap persendian

kini...
ada sesal di hulu dada
ayah, kemana semua kesuburan desa kita
pada setiap air yang mengalir
ada bau kotoran yang menjijikkan

ayah...
inikah yang akan aku wasiatkan
pada generasi selanjutnya
tentang duri dan kegersangan

ayah...
aku sedih, aku kehilangan
hilang tempat bermain dan bermanja
sepulang langkah membawa kembali

Tanah Rantau, 210819.



KADO TERAKHIR
; Riri Angreini


pada siang yang bergelut debu
ada rasa paling entah bergemuruh
kisruh di hulu dada
dentumannya menghujam rindu

masih tentangmu yang di sana
ada kabar di sela tawa
yang bercampur air mata
pinangan itu beraroma entah

ragu mengusik aliran nadi
antara ada dan tiada
namun bayangmu selalu menyapa
berkata segera; lupakan tentang kita

teruslah melangkah
bisikmu dengan bibir bergetar
ada takut di sana
kehilangan untuk selamanya

Taman Rindu, 240819.
Sabtu; 13.44



PILU
; Riri Angreini


bila kau tiada
kemana rindu ini
akan pulang...?

Perjalanan, 230819.



KOTAMU
; Riri Angreini


hai,
pagi ini kamu apa kabar
bagaimana dengan musim di kotamu

hai,
aku ingin bilang
setahun lalu
aku pernah singgah di kotamu
kota hujan katamu
kota yang selalu menulis kenangan
pada setiap tetes rintik yang jatuh

dan itu katamu
setiap gemericiknya
bekisah tentang
senandung rindu
yang selalu ada di hatimu danku

hai,
aku mau bilang
pagi ini aku rindu
rindu pada senyummu
yang sejuknya
mengalahkan hujan di kotamu

Sepenggal Jarak, 240819.
Sabtu: 09.57.



SEBUTIR DARI KEPINGAN
; Riri Angreini


rindu yang kering tujuan
namun tetap bertahan
dalam kegersangan
hingga napas tak berhembus
kupastikan rasa ini untukmu
meski hanya tinggal
sebutir dari kepingan yang hancur

Bekasi, 240819.



SEDERHANA SAJA
; Riri Angreini


seperti cinta
kadang begitu lembut sentuhannya
kadang begitu perih...

namun air mata selalu sedia
jadi menawar setiap suasana
terima kasih tuhan...

sebab hidup adalah
seni dalam setiap gerak dan ucap
lindungilah hati terdalam ini

hanya pada-mu jua
tempat segalanya bermuara

Kota Hujan, 220819



SEINDAH EMBUN
; Riri Angreini


...aku menunggumu
hingga terjaga
di mana awal aku berdiri
pada pintu malam
hingga mentari
mengetuk pagi
di sudut jendela
sebab aku ...
tak ingin kau terluka
saat matamu terbuka
tiada aku di sisimu
kupastikan pagimu
dalam keadaan indah
seindah embun
yang jatuh di pucuk bunga

Bekasi, 240819.



DUH KESEDIHAN MACAM APA LAGI INI
Karya Riri Angreini


sepisau wali rindu
menyayat halus
pembuluh hati
perih nian
menguluti jiwa
entah apa, siapa,
dan di mana
rasa itu tertinggal
lelah batin menerawang
dalam sunyi

sebutir kepedihan
jatuh keceruk
terdalam
terombang ambing
dalam ketiadaan

pada siapa
pertolongan mengadu
suara pun
senyap
ditelan keniscayaan

pertiwi berduka
sakitnya
jadi derai tawa
kenikmatan
tiada tara
bagi penghianat
bangsa!

Bekasi, 080819.



SEPANJANG TAHUN BELAKANGAN
: Riri Angreini


selamat tinggal untuk waktu yang tersisa
namun kenangan itu akan tetap aku jaga
hingga napas tak berhembus lagi
adanya tetap aku perjuangkankan

terima kasih untuk segala kisah indah
dan kata manis penuh harapan
serta segala janji yang tak tertunaikan
maaf di hati selalu aku berikan

sebab cinta tak mesti menua bersamaan
kadang harus ada saling melepaskan
untuk tetap hidup setujuan
meski melewati persimpangan yang berbeda

berbahagialah dengan sunyimu
sebab sepiku adalah kehilanganmu
tawamu; luka yang kusimpan
sepanjang tahun belakangan

Bekasi, 310719.



KAU RINDU YANG KUPUISIKAN
: Riri Angreini


rindu ini selamanya akan tanpa suara
apalagi pertemuan hanya impian
biarlah...sang waktu
jadi pemberi jawaban
atas segala doa yang dilangitkan

baik-baiklah selalu dirimu di sana
sebab sakitmu adalah luka yang aku perjuangkan
hingga nadi tak berdenyut
rasa itu akan selalu hidup
dan tetap sama kadarnya
; "mencintaimu hidupku berpelangi..."

Tanah rantau, 310719.



TAK TERBILANG
: Riri Angreini

sesekali rindu itu menjelma
; linangan air mata
menitik jauh ke telaga hati
mengendap sunyi di dasar jiwa
jadilah misteri dalam tatapan hampa

Tanah Rantau, 310719.



RANAH MINANG
: Riri Angreini


sesayup rindu memanggil
sejauh mata memandang
tetaplah dikau terkenang
selama hayat dikandung badan

Tanah Rantau, 310719.



JULI YANG PATAH
: RIRI ANGREINI


... hanya bisa memberimu cinta
tak mampu menatap bahagia
jika sendiri lebih baik
maka kupatahkan sudah
segala jalan menuju tujuan
untuk bersama

pergilah...
jangan pernah tanya kabar lagi
meski itu hanya pada angin lalu
yang berhembus
usai, usai sudah

jalan yang pernah kita lalui
lorong waktu yang pernah kita singgahi
cukup jadi jejak tanda luka itu ada
tertanam pada setiap pijakan yang entah

Bekasi, 310719.



WAKTU
: Riri Angreini


begitu cepat kau berlalu
hingga malam pun berlabuh
suara suara riuh lenyap
ditelan gelap yang padam

Bekasi, 220919.
#RA

RIRI ANGREINI


Kumpulan Puisi MS Sang Muham - MEMASUKI SENJA USIA


PERCAYA TIDAK PERCAYA
Karya MS Sang Muham

(Mengenang kepergian sahabat seiman SJT/21 Jan 2022)

Kemarin masih kulihat ceritamu di grup
terkulai agak lemas di pembaringan sebuah rumah sakit
tetapi semangatmu tetap mengacungkan jempol
semangat semangat semangat gumammu
aku tak percaya jika kau bisa terbaring
cerita itu berlalu biasa biasa saja

Lalu mendadak semua beku
lalu pecah oleh tangis menyayat hati
berita itu bagai petir di siang hari
kau pergi begitu saja meninggalkan ladang tersia

Selamat jalan adinda sahabat seiman dalam Tuhan
ringan kaki ringan tangan selalu siap menuai persoalan
itulah catatan dari andai taulan


Hari ini kuantar kau hingga tempat pembaringan terakhir
di pondok kelapa jasadmu terbaring damai

#Billymoonistanaku, Mingguwage, Jan 23-2022 = 05.50 wib



SIKLUS KEHIDUPAN
Karya MS Sang Muham


Kau menatapku tajam
menembus bayang bayang kelam
bermuara ke jiwa
lebur jadi kata
dan kumuntahkan kembali dalam puisi
tentang dendam dan perlawanan abadi

Tak akan pernah usai petualangan
berakhir satu tapi berakar dalam pikiran
membiaskan berbagai sikap
tergambar dalam hidup

Aku akan pamit menuju ke keabadian putih
membiarkan segalanya kembali pulih

#Billymoonistanaku, Selasawage, Jan 18-2022 = 06.46 wib



BENCANA SEGERA TIBA
Karya MS Sang Muham

Katanya bencana segera tiba
megathrus istilah bahasa
mengguncang mayapada menggulung apa saja
luluh lantak segala galanya
semut berakal meratapi apa yang dia punya
tersisa tangis dan air mata

Bingung tunggang langgang tak tau berbuat apa
tak ada yang bisa melawan geramnya dunia
semua rata menangis pasrah tak rela
hai, mengapa, kenapa, ini salah siapa

Sebaiknya diam merenung dalam tagwa
berserah pasrah berpengharapan dalam doa

#Billymoonistanaku, Seninpon, Jan 17-2022 = 07.57 wib



PILIHAN JIWA
Karya MS Sang Muham


Tidak mengatakan sejujurnya berbohongkah itu
sementara dua kali dua tidak harus empat
menyatakan kebenaran tak selalu perlu
lebih baik mengatakan seturut mufakat
meskipun pasti menggumpal rasa ragu
tapi kau akan selamat

Itulah tafsir dunia kata dunia
mencari kebenaran sungguh memerlukan pengorbanan
tersisih atau di kucilkan dari sesama
pilihan sekarang di tangan tuan

Memilah dan memilih harum sejati
seperti menggali lubang buat diri sendiri

#Billymoonistanaku, Minggupahing, Jan 16-2022 = 21.21 wib



MEMASUKI SENJA USIA
Karya MS Sang Muham


Lama bercengkrama dengan cinta
sejak tau baca tulis hingga senja usia
dulu seruling bambu menembangkan lagu asmara
sesekali melantunkan perih dan sengsara
sayang tak tercatat untuk di baca
tapi terukir indah di relung sukma

Sekarang telah tiba di ujung senja
naluri tersaring mengendapkan kristal rasa
netra berangsur tersamar mata bathinpun terbuka
ingin rasanya menjauhi titik remik dunia

Tapi kaki masih menapak di mayapada
keseimbangan harus tetap di jaga

#Billymoonistanaku, Minggupahing, Jan 16-2022 = 08.48 wib



MENGALIR DARI HATI YANG BERSIH
Karya MS Sang muham

Andai kau sebatang harap
kelak membentangkan dahan ranting jadi atap
daunmu bersuling tertiup kelana senja
tempat sesiapapun berteduh dari renta
biarlah sejak sekarang kusirami
kucintai sepenuh hati

Kelak kau ukir wajah leluhur dengan kanvas emas
mengharumkan nama terbias
agar semerbak aroma cinta kasih
mengalir dari hati yang bersih

Begitulah nafiri kutiupkan sejak subuh hingga jelang senja
semogalah pinta terjabalkan membercikkan rasa

#Billymoonistanaku, Minggupahing, Jan 16-2022 = 08.00 wib



MENGEJA MALAM MENGHITUNG MIMPI
Karya MS Sang Muham


Bagaimana aku harus mengeja malam
tanpa mereka-reka berjuta impian
padahal semua tertulis di kalam
mungkin tak sempat kueja perjalanan
tersisihkan lama lama hilang terpendam
meninggalkan berjuta penyesalan

Ketika kalender harus berganti
seperti tersadar aku dari mimpi
tahun sudah berganti

Terus terang kumasuki tahun baru dengan gamang
terlalu banyak gagal akhirnya ragu melintang
tapi kau mungkin geleng geleng kepala
seperti tak percaya

Sekarang kupejamkan netra kubuka mata bathin
saatnya berserah diri menunggu pencerahan

#Billymoonistanaku, Jumatkliwon, Jan 14-2022 = 20.40 wib



MENUNGGU
Karya MS Sang Muham


Harus berapa lama lagi aku menunggu
menata hati seperti lugu
tersipu malu malu
ketika kau tanya siapa pencipta lagu
sungguh aku tak bisa menyodorkan bukti
bahwa akulah pewaris yang pasti

Aku seperti tertanam di sini
tak punya alasan untuk pergi
Sekarang tak ada lagi yang kumiliki
selain pasrah dan berserah diri
sementara hari pun sudah meninggi
segalanya terbatas kini

Meski terseok seok dan tak mungkin lagi berlari
tetap kumenapak dan tak mungkin henti

#Billymoonistanaku, Sabtu, Jan 08-2022 = 05.30 wib
MS SANG MUHAM



Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - HALAMAN SENJA



HALAMAN SENJA

Membaca senja dalam sunyi yang purba hadirkan rindu yang tak lekang waktu
Biarkan riuh hadir dalam hening menjadi saksi diksi berkemas bersama camar. Aku mengecup semburat jingga pada lembaran aksara yang berguguran di ranting doa. Zikir puisi pun tertera di lembaran malam yang dihiasi rembulan penuh cinta bertabur estetika di wajah langit

Rohul, 23012022
Suyatri Yatri



BAIT SUNYI

Musim jatuh di beranda , jarum langit menjahit bibir tanah. Waktu melarungkan doa di tingkap jiwa. Aku menyulam ingin di kelambu hening. Mengeja bait sunyi, kutitipkan cinta di larik sajak agar kutemukan kekasih yang menembangkan ayatayat keramat muhabah.

Rohul, 23012022
Suyatri Yatri



ABSOLUT

Bulan terbelah
Makna pecah
Di rias wajah
Kaum bedebah
Tak bisa disanggah
Dogma berdarah
: jelata kalah

Rohul, 22012022
Suyatri Yatri



HIDANGAN FAJAR

Kabut mendekap malam, bulan merapal kelam. Dan renjis rindu di hening sunyi merias musim. Reranting berderak gugur dinihari. Secawan dedoa bertabur di ladang sajadah. Sepiring rampai akan ditabur keluh yang menyesakkan dada.
Mengungkap cemas di hadapan kekasih, secangkir zikir getir bibir mengalir butiran bening netra.

Bugom, 22012022
Suyatri Yatri



ASMARADAHANA


Di tingkap rindu
Menelisik makna
Senarai kata
Mengendap minda
Keriap diksi
Jatuh di meja puisi

Aku limbung bergumul jendrang tertiup bayu
Tenggelam dalam bencah pilu
Ceruk hati bertuliskan namamu
Renjis asmaradahana
memeluk kalbu

Hijau ranum bersanding biru
Putihnya mega adalah ketulusan setia
Gelombang cinta mendebur pada resonansi atma

Rohul, 21012022
Suyatri Yatri



PESONA MATAHARI TERBIT

Jarum langit telah ditancapkan ke tubuh bumi
Benih rindu bersorak riang telah terjahitkan renda waktu
Di cungkup makna, aku merapalkan hening beningnya cinta
Ada debar bergelayut manja di dada
Riuhnya mengaliri denyut nadi
Suaramu terngiang merdu saat tembang kangen mengalun syahdu
Ach, berharap bukan sekadar mimpi melambungkan anganku di rias wajah mentari terbit memesona jiwa

Batsa, 19012022
Suyatri Yatri



NISAN NURANI

Liur menitik
    jatuh mengulum kata
Setangis pilu
    menyesak dada

Lebam di antara jumawa
    ratapan meluka
Bayang durja

Di tetak
    langkah berpijak
Purnakan
    cungkup makna
Tetiba berlari
    berteriak
Nisan nurani
    tersayat hampa

RH, 09012022
Suyatri Yatri



SUARA ALAM

Mengenang senja saat gabak berduka
Biarkan air mata langit menetes meratapi riuhnya sengketa bumi
Bandang melanda titik lemah paling pasrah yang mengental luka
Akar-akar tak lagi mencengkeram erat tubuh sebab amarah telah porak-porandakan arti damai
Tak perlu mencuci tangan agar terkesan tak makan sebab tanda tak terlihat bisa menuai simbol dari kata hati yang dibutakan oleh kemewahan
Dan di sini darah lumpur membeku
Gelondongan tulang belulang rapuh menumpuk di hilir
Menandakan bahwa ketamakan telah merajai hati menguliti hutan cinta yang memberi asri

RH, 08012022
Suyatri Yatri




JANJI TUAN MENINGGALKAN LUKA


Kukremasi diri dari bayang lampau menyulut silau berkubang dalam payau
Di bawah terik mentari kusilau angan di barisan bayu mendesau. Ada risau yang terselip di hati melihat tingkah laku kacau balau

Rusuh jiwa memapah makna yang lusuh tak lagi utuh. Sementara kuncup mekar di selusuh rindu, harapan pun luluh bermandikan peluh.
Kemana kucari suluh yang lama padam tenggelam di amuk debat yang semakin keruh?

Oh ... Tuan yang mendongak ke langit congkak, dengan berkacak tuan lampiaskan kata tak bijak. Pongah melampaui batas bumi berpijak, hingga meninggalkan jejak luka yang menghentak.

Tuan telah menganggap diri sebagai Tuhan, menepuk dada atas tangisan orang kecil tersungkur penderitaan
Manis bibir atas perjanjian
Hanya berpoles kepalsuan
Perut takkan kenyang dengan memakan rayuan
Jangan Tuan redam demokrasi yang sering sungsang dibias pencitraan

"Rintihan menggelepar di balik getar yang tersesat di negeri gusar
Antara samar melampisi pudar takkan jelas dalam tatapan nanar"

Karya : Suyatri Yatri
Rokan Hulu, 12 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak cipta © 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



PERJUANGAN PEREMPUAN GAGAH

Perempuan gagah itu memanggul cangkul
Menyusuri jalan setapak harapan
Dengan geliat asa yang diimpikan

Perempuan gagah itu menjadi pahlawan
Berjuang menikmati terjalnya kehidupan
Menghadapi badai gelombang

Perempuan gagah itu memberi senyuman kebahagiaan
Tak pernah terlukis duka di wajahnya
Sebab ikhlas menjadi dasar kesabaran

Rokan Hulu, 23 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta © 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



DEMI KEFANAAN


Kita lebih memelihara diam
Saat bara memakan belulang tiada padam
Menyusup di gelap malam
Merapal mantra mengepul asap dupa tanpa salam

Kita lebih mementingkan pengembaraan
Saat langit terbentang, mengais kefanaan
Cucurkan sejuta makna tanpa tujuan
Berkisah rasa hidup dalam keabadian

Kita sering mengabaikan kenyataan
Mengejar fatamorgana, diri terlupakan
Waktu lebih berkuasa hingga pekerjaan adalah raja
Tenggelam jiwa dalam budak dunia

Tiada cahaya menentramkan jiwa
Saat raga menjadi robot pekerja
Kekayaan telah membutakan hati
Lupa diri sebagai hamba mencari rida Ilahi

Rokan Hulu, 18 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



PERMAINAN JANJI

Secangkir kopi telantar di pahitnya rasa sebab gula tak lagi memberi manis setiap teguknya.
Menguap asap di hangatnya air telah menjadi wabah di sekitar makna
Perbaiki sajak untuk dikemas diksi agar tak merusak wadah yang dihuni

Jangan racuni sajian bersih agar tak ada kematian memagut janji
Satu titik diberi bidak catur, terlunta di pengasingan dari jujur yang ditembangkan
Arena permainan terlalu cerdik sehingga pintar pun menarik
Pelangi membias di lengkung jiwa hingga tak lagi menyentuh warnanya yang beraneka

Hembusan lembaran menjadi hijau merimbun menggiurkan
Lupa waktu bersujud pada-Nya
Tak sadar kehilangan cerita
demi langit biru yang terbentang
Menutupi kata bijak dari ayat-ayat keindahan

"Janjimu Tuan, antara api dan air maka tenggelam mati di samudra sebab fatamorgana menyelimuti makna."

Rokan Hulu, 16 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



RETAK TANAH DISAPA BENCANA
Karya : Suyatri Yatri


Bahu siapakah kan kupinjam untuk bersandar sekadar membuang butiran bening yang menetes di mataku?
Ah, terlalu berat beban yang kupikul dari luka yang mengguncang negeriku


Saat jerit pilu telah memenjarakan nestapa di tanah Donggala
Mamuju pun bersambut duka dari napas yang terhentikan
Sementara amukan sadis gelombang setinggi rumah telah meratakan Palu dengan puing-puing derita

Tuhan sedang menguji bangsa
Bertubi-tubi disapa bencana
Belum kering darah dan air mata memercik di dinding nestapa
Hempasan tragedi menimbun tubuh lemah tiada daya
Tersungkur limbung retak tanah mematah tungkai merimbun lara

Dongeng ratu bermata sayu
Mencecah kerajaan berseteru
Hingga Allah membalikkan lautan biru
Menumpah kecup daratan menggigil pilu

Nikmat yang mana disembunyikan dari Yang Mahasempurna?
Alam terbata saat tanya tiada jawabnya
Gemuruh salah menumpuk hinggapi jiwa
Jangan salahkan bumi telah menua
Sebab diri telah lena oleh kemewahan dunia

Rokan Hulu, 29 September 2018
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



KEBAHAGIAAN TERPENTING
Karya : Suyatri Yatri


Bahagia itu saat ikhlas singgahi hati
Saat menapak jejak kehidupan
Kesabaran tiada batas memberi kedamaian
Syukur atas nikmat Allah yang telah didapatkan
Hakikat hidup di bumi pengembaraan

Senyumnya yang lugu membahagiakan
Petualangan diselingi canda dan gurauan
Lepas terbebas dari segala beban
Sebab matahari masih setia memberi panasnya di bumi
Langit memayungi rindu yang terpatri

Uluran kasih dari kebermaknaan jiwa
Memberi estetika yang menyatukan cinta
Pembelajaran alam menjadi diri dewasa
Sebab rasa dan logika jalan utama

Dari tapak-tapak kebaikan
Reranting zikir sebagai kunci ketabahan
Di antara pohon doa, Allah memberi ujian
Keteguhan dan ketegaran jiwa dari sentuhan kepasrahan
Kebahagiaan hakiki sebagai bekal keabadian
Rokan Hulu, 29 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga



PALU TERGUNCANG PILU
Karya : Suyatri Yatri


Teguran Allah kembali singgahi lapisan bumi
Dari Lombok bergeser ke Palu
Getarannya hingga ke hulu.
Laut pun naik hingga tenggelamkan Masjid Agung
Kembali dipertanyakan mengapa 7 SR mengguncang negeri?

Palu terguncang pilu
Dua meter tingginya air melahap gedung hingga luluh lantah
Jerit tangis panik histeris
Luka kembali bersenandung
Kita sedang berkabung
Doa dan zikir menenangkan jiwa yang bingung
Ke mana arah yang hendak di tuju
Kejaran air telah hempaskan segalanya
Kembali muhasabah jiwa atas bencana yang melanda

Rokan Hulu, 28 September 2018
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
SUYATRI YATRI

Jumat, 07 Januari 2022

Kumpulan Puisi Tati Kartini - SAHABAT JANGAN PERGI


PuSeRik
BINTANG
Oleh : Tati Kartini


Jangan ditanya seberapa sedihku
Kehancuran seperti apa aku tanpamu
Bagaimanapun harus aku ikhlaskan
Karena kau telah memilih jalan yang berbeda
Bukan lagi jalan kita yang dulu
Yang selalu kita lalui bersama tanpa jeda

Pergilah Bintang ….
Berbahagialah bersamanya
Kita lupakan saja cerita tentang kita
Yang pernah berjanji akan saling mencintai sampai kita mati

Jakarta, 3 Januari 2022



SAHABAT JANGAN PERGI

Sahabat ....
Indah wajahmu menghiasi hari
Senyummu meluluhkan hati

Hari demi hari terasa sepi
Bila tawamu tak mengiringi
Tetaplah menjadi penenang hati
Karena dirimu sangatlah berarti

Jangan pernah berniat untuk pergi
Ataupun rasa untuk membenci
Karena aku ingin kau tetap disini
Menemani ....

Oleh : Tati Kartini
Jakarta, 27 November 2021




RIDA ORANG TUA
Oleh : Tati Kartini


Percayalah nak, takkan ada orang lain setulus ibu mencintaimu.
Bahagia 'mu juga menjadi bahagia 'ku

Bahkan seorang ibu akan lebih mementingkan kebahagiaan anak diatas kebahagiaan dirinya sendiri.
Kasih ibu tak mengharapkan balasan

Cukuplah melihat kebahagiaan dirimu, ibu turut berbahagia juga
Sapaan ramah mu menjadi penyejuk hati ibumu.
Itulah pangkal keridaan seorang ibu

Ingatlah nak, dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda
Rida Allah ada pada rida orang tuamu
MurkaNya ada pada murka orang tuamu juga

Jakarta, 17 July 2021



FATAMORGANA
Oleh : Tati Kartini

Renjana melambung atas nama cinta
Seindah syurga kau cipta
Mewangi, bunga pun bermekaran
Hiasi taman hati seindah mimpi-mimpi

Puja rayumu selembut awan di langit biru
Senada rindu kau cumbu
Mengisi hari-hariku
Melambungkan angan setinggi bintang

Sampai kapankah ku harus menunggu?
Ataukah ini hanyalah angan semu?
Keindahan sebatas fatamorgana
Melelahkan, tanpa kepastian ….

Jakarta, 10 Januari 2022
TATI KARTINI


Kumpulan Puisi Romy Sastra - KURANGKAI TRAGEDI RUMINI DI PUNCAK BAKTI



KURANGKAI TRAGEDI RUMINI DI PUNCAK BAKTI
Romy Sastra


semeru purba berkisah
tiang pancang bumi jawa
memuntahkan abu
di pagi itu

rumini tak bermimpi
koloni hitam ia saksikan
wedhus gembel rewel
runtuh takutku
palkah relung berkabung
ibu, ibu, ibu... kau di mana....?!

rumini?
tubuhmu yang sahid
sebentuk cermin surga
di bawah reruntuhan
tak lepas dekapanmu
adalah kesetiaan
meski dikurung api

rumini?
kisah heroikmu tanpa syarat
berkutat taat
setia ke ujung hayat

sementara kami yang berkabung
berkunjung dalam dekapan doa
telagaku tumpah jatuh di sudut iba

rumini?
kisahmu kurangkai di puncak bakti
rumahmu dan tubuhmu dibalut abu
tersenyumlah kau di haribaan tuhan
al-fatihah....

Jakarta, 27 Desember 2021




JIBRIL DAN ANGIN

jibril mengawinkan angin kepada awan
dentuman bersahutan
hujan menguar di udara
bumi basah
Sisakan embun di dedaunan

jibril mengawinkan angin kepada musim
satu koloni di angkasa
berarak membawa berkah
doa dipanjatkan:

ya, ilahi....
kabarkan kepada jibril
jaga kelestarian di bumi
jangan gersangi jejak-jejak khalifah
berikan seteguk kehidupan di setiap langkah

jibril mengawinkan angin kepada terik,
bumi terang
langit berlapis-lapis bukan awan
firman membawa pesan
bacalah atas nama bismillah....
sesungguhnya tiada cinta yang lebih suci
Selain kasih-sayang izati

lalu, tuhan mana 'kan disembah lagi?
taklah ada seribu tuhan di hati ini
hingga lupa ibadah

ya, jibril di bumi
mengemban amanah begitu rapi
ridwan menyambut kekasih di surga
mari menyibak mata hati
cinta bertakhta di jiwa
malaikat senantiasa mengawasi
zat ar-rabbani maha meliputi
setiap yang hidup bertasbih

Romy Sastra
Jakarta, 23 Januari 2022



PADA PELAYARAN KALI INI

awan di persimpangan waktu awal tahun bulan pertama. mendung gemuruh ritme hujan sirami taman, aurora merupa di senja yang purna

di perjalanan kisah mataku sayup menatap tabah, senyummu pesona hatiku timang-timang sayang. di ruang tunggu bertahun-tahun aku dilanda gelisah. mungkinkah dapat kugapai hatimu penuh cinta? aku bahagia

sebelumnya aku pernah singgah di dermaga yang lain, bahkan bahagia didapat sesaat. layaranku dibayangi cemas pada camar-camar menari ilusi iringi riak-riak membadai dan karam. opera itu usai

kini aku menemui dermaga baru berlabuh di hatiku. pada pelayaran kali ini, kau dan aku menanak pinak di rahim cinta, kelak lahir kedewasaan tanpa ragu pada rindu yang dipadu

senyummu aurora pagi dan senja memesona, merekahlah sepanjang mata memandang. pun seandainya padam? senja telah menikah pada malam. berharap purnama di wajahmu cinta taklah redup selagi umurku ada. setia itu kudamba

Romy Sastra
Jakarta, 14 Januari 2022



WALKING GRAVES
Romy Sastra


seeing the tombs walking in the crowd, I was among those who played a part. Then for a moment I thought about Alif standing on my body, knots of veins running from the heart point to the pulse point unbroken in rhythm with the service: yes hu... and often my soul is tempted in the beauty of the world, forgetting that the door to heaven is opened. the tombs picked up tomb fragments on display in the records of life, will be taken into account later. let me learn to walk to my own station in prostration that is drunk and longing. I wiped the spilled lake when I returned from staring at the light, it turned out that my appearance was gone.

Jakarta, 08 January 2022


Kumpulan Puisi Suneni - MEMELUK SABAR


 
MEMELUK SABAR
Karya Suneni


Hasratku bagai duri menusuk-nusuk hati
Punggungku rasanya sakit sekali
Seperti dipukul palu
Semangatku bergelora dalam dada
Mengajakku berlari mengejar mimpi

Apalah dayaku?
Proses menggapai cita-cita tak mudah
Hingga air mataku mengalir membasahi pipi
Menghitung waktu melintas di hadapanku

Aku memeluk sabar
Agar Allah Ta'ala memelukku
Mendampingiku di setiap langkahku

Indramayu, 1 Januari 2022




DEWI SRIKANDI
Karya Suneni


Dewi Srikandi
Gemar keprajuritan serupa laki-laki
Pandai menggunakan senjata panah bak kesatria

Dewi Srikandi
Suri tauladan prajurit wanita
Berperan sebagai penanggung jawab keselamatan
Pun keamanan Kesatrian Madukara dengan segenap isinya

Dewi Srikandi
Namanya harum dikenang masa
Seperti Dewi Sartika
Perintis pendidikan untuk Kaum Hawa

Indramayu, 28 Maret 2021



SRIKANDI DALAM BHARATAYUDA
Karya Suneni


Srikandi perempuan tangguh berhati baja
Dia menggantikan Krishna sebagai kusir kereta
Agar mampu menaklukan Bhisma, panglima perang Kurawa

Srikandi dalam Bharatayuda
Sebagai pahlawan perempuan hebat
Yang mampu mengalahkan Bhisma
Dalam perang Kurukshetra

Indramayu, 26 Maret 2021



TUKANG JAMU GENDONG
Karya Suneni


Selepas Subuh tiba
Wanita-wanita perkasa menyibak petang
Bergegas membawa siuh kain gendong
Menggendong bakul bambu di pinggang
Berisi jamu cair dan bubuk ratusan bungkus.

Mereka melangkah dengan semangat membara di dada
Menapaki Jalan pedesaan penuh sawah
Mengayunkan tangan dengan hati berbunga-bunga
Menjinjing ember berisi galas dan air bersih
Untuk membasuh sisa-sisa tamba.

Tukang jamu gendong
Mereka wanita tangguh bak mentari tak pernah letih menyinari
Mereka singgah dari desa ke desa
Menjual jamu penguat tulang
Tanpa mudah patah arang
Mengobati orang lara
Dengan hati ikhlas menolong sesama
Diseduhnya air hangat dari termos
Secangkir jamu menjadi dawa.

Indramayu, 3 April 2021



RADEN AJENG KARTINI
Karya Suneni


Raden Ajeng Kartini
Cita-citamu sungguh mulia
Menyetarakan derajat perempuan dengan laki-lain
Kau emansipasi wanita Indonesia
Namamu terpahat sebagai pahlawan
Harumnya melampaui sejuta bunga

Raden Ajeng Kartini
Kau inspirasi kaum Hawa
Kau tuntun kami pada cahaya
Hingga hidup kami menjadi terang
Hilang petang dari lubuk angan

Raden Ajeng Kartini
Terima kasih atas perjuanganmu
Jasa-jasamu dikenang bangsa
Kau rela berkorban jiwa raga
Untuk sejajarkan kami di negeri Pancasila
Yang bersemboyan "Bhineka Tunggal Ika"

Indramayu, 29 Maret 2021



TERIMA KASIH SANG DEWI PENDIDIKAN
Karya Suneni


Dewi Sartika
Wanita pemberani bergelar Orde Van Oranje-Nassau
Yang mampu menyalakan pelita di tengah gulita.

Dewi Sartika
Kau serupa cahaya bagi kaum Hawa
Kau nyalakan obor di tiap tikungan jalan
Kau arahkan kami mencecap ilmu pengetahuan.

Dewi Sartika
Kau penerabas adat priyai yang kaku
Kau pendiri sekolah bagi kaum perempuan
Kau amat gigih memperjuangkan nasib dan harkat kami
Mendidik tanpa letih serupa waktu berputar.

Terima Karin Sang Dewi pendidikan
Kau telah banting tulang mengahari kami
Hingga hidup kami berarti di dunia
Jasamu sejuta kali lebih berarti
Dari pada berlian

Indramayu, 30 Maret 2021



KITAB AL-QURAN
Karya Suneni

Melaui Baginda Nabi Muhammad
Kitab suci diturunkan
Tanamkan iman Islam di dada insan
Tumbuhkan pohon tauhid nan rimbun meneduhkan

Kitab Al-quran nur mulia
Pelita kehidupan di dunia
Pedoman umat Islam
Dari zaman jahiliyah
Menuju zaman terang benderang

Allahu Akbar...
Firman-Mu nyata
Ayat-ayat-Mu mengandung doa
Syair-Mu indah mengalahkan karya manusia

Ya Allah...Tuhanku
Aku jatuh cinta
Lantunan kalam-Mu tenangkan hati sejukan jiwa
Al-quran dan salawat iringi langkahku menuju Jannah-Mu

Indramayu, 30 November 2022



BIDADARI SURGA
Karya Suneni


Bidadari Surga itu
Seluruh muslimin mendambakan
Wajah bercahaya
Bermata jeli kulit bersih
Putih seperti warna kuku
Surai bersinar bak kepak burung nasar
Semerbak tubuhnya indah sekali

Bidadari Surga itu
Suci mulia
Laksana mutiara di istana lautan
Tak pernah tersentuh tangan insan

Bidadari Surga itu
Keindahan yang dipuja-puja
Akhlaknya baik rupanya cantik
Dan kecantikannya tak memiliki masa

Duhai bidadari Surga?
Menjelmalah ke madah puisiku
Mengetuk pintu literasi
Pada ulang tahun Syair Bidadari itu

Indramayu, 8 November 2022

SUNENI


Kumpulan Puisi Akhmad Husaini - MEMANTIK RENTANG NALAR KEHENDAK DAMAI



MEMANTIK RENTANG NALAR KEHENDAK DAMAI
Karya : Akhmad Husaini


Tak mungkin dengan kedamaian itu adanya
kalau memang tak saling memberi tahu
menampak rekah mengitari kehidupan
aroma tahta menyeluruh hiasan pantas
bayang bertutur ihwal sentimen
bangga kecamuk terasa penuh tergugah

Memantik rentang nalar kehendak damai
semua saling ultimatum kehendak mencerna
tak ada rasa mampu jalin hubungan
karakter ingin sunyi dengan perdaya
kental lantunan jejak bangkit merayu
kehendak diri hamparan kenang
lagu kendali terjal watak satire

Akan selalu ada kemungkinan berpantang
kapan terbatas pertanda sangkaan terlerai
ingin terbilang tinggi gapai segala nafiri
intonasi semburat kekuatan mencerna
gerus lirih anulir satu ritus iklim
terpantau kehendak selaksa padu

Layak tahu dengan semua gulana seteru
maksud jejak pagi sangka musim
terpa pesona kehendak tempias romantis
timbang rasa sengkarut arus ilusi
tahta menutur ihwal tirani pantas
segala ranum gairah tabir antusias

Hulu Sungai Selatan, 31 Desember 2021



GERUS WAKTU TERPIKAT KEADAAAN DIRI
Karya : Akhmad Husaini


Kepastian lingkup suasana tabiak
sebuah kisah melerai himpitan indah arti
batas perhatian sepanjang arus noktah
rindu nyanyian kehendak tetap latah
rinai sejalan gegap gempita selalu nestapa
semampai aturan canda begitu sendu

Segala sesuatu menata terbentuk dengan nyata
siasat diri paduan dalam lambai posisi
gelora napas berpadu kemampuan tinggi
asumsi nalar tirani geliat riak kenduri
perdaya tentu arah lampau menumpu
tak akan pernah berkenan menuju batas
teramat lama menggapai segala tabiat

Gerus waktu terpikat keadaan diri
banyak ketegasan pesona kenduri
kau pilih terserah kemauan singkap
gengam setia kesepian lurus sempurna
ketentuan jalan jangkau keniscayaan
impian terusir ribuan makna kelana

Sentimen sendu terurai senandungg arti
belakang bersua terkikis himpitan kondisi
menaksir optimis tajam dendam empati
perlakuan sendu jejak kian merona
himbauan selera banyak tanpa bicara
ironi kabar perdaya tirani mengancam

Hulu Sungai Selatan, 30 Desember 2021



CANDA WACANA LANGGAM ILUSI MAKSUD
Karya : Akhmad Husaini


Meniku arus waktu identitas cerna
karena aku ingin mengalami sendiri
memilih sunyi tebaran ego bertahta
hening mementang kehendak beda rasa
bilang saja semua agar tahu akhirnya
merasa terpanggil diri hadir ceria

Canda wacana langgam ilusi maksud
bingkai sudut cahaya lirih teguh
dedikasi jitu menjuntai bungkus serta
perasaan sarana jelmaan ritus terpikat
kendali aroma rekah penuh isyarat
riak gelombang materi kemelut cumbu
terlerai kenangan kinanti sengkarut

Sumbang antusias meremang konotasi
menampak igau kenduri penuh ilusi
gemilang tertanam ragam keindahan bakti
perpaduan hakikat saling menambat
guramang sendu keadaan nyata setia
jumpa akan hasil petuah kemungkinan

Jalan kesenangan bakal terbuai rentang
tentu dengan seorang begitu hebat
takluk ingatan naluri kekal memantik
hadirkan hasil tak memikat nikmat
malam tuntas merindu belenggu tajam
cerna tumpuan mengikat hak sesama kelana

Angkinang Selatan, 27 Januari 2022



RINTANGAN TEGAS HAKIKAT RAGU JELMA
Karya : Akhmad Husaini


Perkenan sendu antusias penawar bakti
kehendak tinggi angan terbias purnama
emosi melintas intimidasi tergugah
romantisme kerinduan diri tebaran janji
senarai kerinduan arus peraman imaji
tangguh irama statis posisi menderai

Rintangan tegas hakikat ragu jelma
godaan tentu akan hadir menimpa
hadir kerinduan materi arus menanti
singkap upaya kenangan penuh rekah
kau bisa rasakan semua penuh kisah
menaut ragam ambisi tertanam pasrah
terurai gerus suasana menghunjam

Batas suara bimbang rajam benderang
sungguh kelakar menuntas ragam penasti
nyanyian pertaruhan optimis memantik
waktu merajut kinanti menata bakti
hadir kesenangan puncak titik kondisi
perkenan waktu intonasi gerus histeria

Tebaran ragam kemampuan tampak antri
terhampar potensi lautan upaya merias
sungguh nestapa merajut arti piranti
suasana tenang pudar segala maksud
membawa kenangan bangga hadir
ingin dikenal lanjutan tegas tentu

Angkinang Selatan, 21 Januari 2022



SADAR UPAYA ATURAN BERNAUNG MURUNG
Karya : Akhmad Husaini


Melebur hasrat tiada jompak kemenangan
optimis rangkai bingkai seteru merdu
pualam sungguh tangguh rintih kelabu
terus merasa menjalani kesenangan rasa
semua bisa senarai lintas menuang gamang
tirani berpendar petuah tirani sangka

Sadar upaya aturan bernaung murung
beban kekuatan diri penuh prasangka
cermat pandangan kumandang misteri
bertepi hebat penuh menaklukkan hati
gugah diri tak terduga akan terjadi
hilang tak tertahankan angan meliku
intim pandangan tak nyaman mengerti

Jejak rindu mengarungi hari menggeliat
kembara teguh perasaan lagu jumawa
lempar pandang kesudahan merona wujud
membuat terkesima semua orang tentu
pemerataan cukup bagus mendetail
ruang lingkup kesadaran petuah ragu

Semburat bayangan senantiasa mendera
tirani senyuman memantik emosi diri
utamakan kenyataan tertatih syahdu
amsal kelindan arus pejuang sendu
belenggu risau sesalan daya upaya
celah ambisi gerakan kekuatan hati

Angkinang Selatan, 19 Januari 2022



DENDANG RASA KELINDAN CERNA POTENSI
Karya : Akhmad Husaini


Jangkauan pandang kian risau gelisah
terbang waktu gapai tujuan makna
sepanjang jauh batas kemungkinan hadir
upaya tak ingin terlanjur gerus mimpi
keadaan nyata mendera pandangan
bangun mimpi-mimpi silam sanubari

Dendang rasa kelindan cerna potensi
cerita wibawa arus tambatan arti
gandrung diri petuah ilusi bakti
hilang pandangan pengaruh narasi
intim pandangan kekuatan syahdu lara
jemba narasi puitis ego sembilu
konotasi asumsi retas batas terbias

Lagu membawa suara hari duka berpadu
misteri sekedar berlalu kenduri
pasti akan terus berjalan membawa setia
pasrah menimpa gerutu semburat waktu
senarai ulangan pandang terkekang
tak akan hilang pualam kelindan asmara

Remang pantang terus merasa senang
hakikat menuju pemikiran berpantang
terus berusaha bangkit hadir memikat
gegabah kerling retas padu sembilu
damai tirani pemantik terus berlalu
harapan terhampar muncul kelakar diri

Angkinang Selatan, 19 Januari 2022



SITUASI BERBEDA JEMPUTAN ARAH TERDALAM
Karya : Akhmad Husaini


Kultus sentimen naluri igauan senja
lelah diri pergulatan ihwal sembilu
misteri hidup jejak terjal terlampaui
poranda harapan penuh serta menderu
pertapa guramang arus sentimen merajut
rasa tak nyaman akan hadir mengkebiri

Situasi berbeda jemputan arah terdalam
terkulai bidang lambaian menyatu
jumpa niscaya tendensi sengkarut
kau tahu segenap memadu senantiasa
belenggu nafiri peraman terpa semburat
cinta pesona berlayar sudut impian
dentang cemburu ketetapan tabiat

Gegabah melanjutkan komponen simetris
hadapi semua sepenuh senang tentu
intim jelmaan keheningan paksa
jelita rindu paduan tersandung
kalau berkenan seraya memantik
leluasa suara perkenan resah tentu

Masih ada bentang terbias umpama
tontonan senarai bayangan tenaga detak
perkenan penasaran diri tampak meriah
rintik hujan bawa pengaruh keadaan
seiring segala perhiasan dunia konsonan
tangguh silam kehendak aturan bukti

Angkinang Selatan, 19 Januari 2022



SETIAP KEHENDAK TEBARKAN IKATAN TEMPIAS
Karya : Akhmad Husaini


Keinginan untuk terus jadi lebih baik
menjalani dengan alami tentu menyerta
di luar batas saling menanti makna
memang itu sudah ketentuan terbaik sungguh
menjadi penentu diri setiap orang simpati
ketentuan penuh harap berlainan janji

Setiap kehendak tebarkan ikatan tempias
tak seperti dulu lagi memang adanya
maksimal keinginan memberikan ilusi meniti
tertuang dalam naskah kemelut ragu
janji setia merona lagu daulat kinanti
pindai secercah keadaan poranda tabik
bukan tak ingin membantu kelancaran semua

Ada saatnya raih segala kebisingan hati
cobalah kau lihat dunia lebih luas lagi
jangan selalu ingin menang sendiri
sensasi merasuk niscaya ikatan sayu
wajah malam terkalung naluri sejarah
bijak tertikam ilusi penuh dengan janji

Membawa dengan nyanyian kemestian
geliat diri sadar akan kemampuan batas
tirani syahdu intonasi merias intim
sudut terbiasa terasa ambisi situasi pasti
peluang sejauh kesungguhan bentuk
dendang ironi akan tahu akhir semua

Angkinang Selatan, 12 Januari 2022



JEJAK TIPIS SILAM KENANGAN MERIAS TEPIAN
Karya : Akhmad Husaini


Tangguh upaya tanya senada kegelisahan
hadir membawa pesona kenangan indah
alur kenangan teramat kemungkinan
watak ada pemulihan hasrat untuk terus ada
ujung tandus menatap notasi rasa gerimis
dentang masa arah sendu ikhlas penantian

Jejak tipis silam kenangan merias tepian
sudut panorama terawang kenangan lembut
gugah diri berani mencumbu pesona tentu
semua pengharaan jalan berarti penuh restu
untuk itu semua ada saling berbeda rasa
seraya ego ironi intim penuh gerutu
kerling deraan kelembutan mutiara

Irama kata mengulas napas kenangan
terbang jauh menuju jalan pengabdian
sapa akrab sebaran membentuk hormat
tak punya kuasa untuk bebas seperti itu
bertarung gemulai pendaran sandera
meraih kilah rinai mencitra deru

Senantiasa hadir impian terpantik restu
menaklukkan kekuatan penuh restu
tuntaskan harapan perisai kenduri makna
pendar pergulatan kata menata arti
rentang waktu nafiri sangka penantian
semua akan terasa jelas menyerta warna

Angkinang Selatan, 12 Januari 2022



MAKNA KUMANDANG TERSIRAT LAGU SERTA
Karya : Akhmad Husaini


Kau rasa sekarang dengan begitu tentu
melihat dunia luar biasa penuh ceria
jangan sampai ada tak menegaskan
menuang kelindan tak terbatas rasa
mematri kekuatan sandera angin ambisi
walau semua harus susah payah menghadapi

Makna kumandang tersirat lagu serta
relung janji terpaan jelita hegemoni ritus
lembut hati mengurai pesona taktis
rintang rasa tanpa obsesi wahana
rangkaian nalar merenda nafiri sunyi
pernah satu kekuatan relung fantasi
ilusi sempana merajut ilusi menggoda

Kau tahu segala arah tertatih
perihal hubungan manis dengan diam
proses rentang melati akan ditampung
keras upaya semangat merih konotasi
riuh umpama lagu syahdu mendayu
dentang waktu terbuai irama canda

Menunaikan jejak malam bersampiran
seperti jalan menantang pesta cumbu
lagu merindu semakin tergerus sendu
selalu ada rasa senang rentang mendera
akses diri intonasi prahara gelora jelita
tersikut notasi asmara gegabah rindu

Angkinang Selatan, 12 Januari 2022



MENIMPA JEJAK KELAM KIAN PENDAM
Karya : Akhmad Husaini


Gerus janji kian tersambung gerutu intim
sangka terbias jurus menyingkap makin tenang
dendam keutuhan diri remang keraguan nyata
damai jelita melankolis perias gelora musim
butuh perhatian lebih menghadirkan sesuatu
gebalau diri mengitari langgam memindai

Menimpa jejak kelam kian pendam
wacana dingin semangat batas serta
jejak semu potensi kuntum sensasi
kinanti kondisi silam hadang pandangan
luruh harapan menikam ranum sejati
tarian terindah kupu-kupu pagi ceria
petuah singkap rindu wibawa penuh

Bantah gemulai retas irama restu
tak ingin mendengar tentang itu lagi
kumandang sumbang nyanyian buntu
kemesraan melayang rimba benalu
upaya tangguh kenduri penuh makna
semua warna rindu menjadi mutiara

Dedikasi tanggap reaksi penuh romantis
cerna perlakuan kian tuntas menanti
pandangan lampau arus sepenuh bakti
tujuan memuaskan lantas kondisi kini
menaksir hadir wibawa pengaruh diri
andil besar tikaman pengaruh nelangsa

Angkinang Selatan, 12 Januari 2022



PERJUANGAN PANJANG AKAN UBAH SEGALANYA
Karya : Akhmad Husaini

Terus hadir berbakti kajian mimpi setia
intim pengaruh pendam ambisi selera
segala akan menyerta ada maksud dihasilkan
senang bahagia bentang haluan nelangsa
seperti itu tak akan ada rasa untuk sengketa
rintis taktis arus sempana tindakan seru

Perjuangan panjang akan ubah segalanya
hunjam intimidasi dengan potensi
takaran rindu pantauan lagu setia
kuntum imaji balutan selera kumandang
sendu segenap pelita tuntas siasat
merindu nalar tersebab impian cumbu
selalu akan hadir bakti begitu luruh meniku

Kalau semua bisa saling menyerta pasti
menakar arus segera setumpuk meluruh
bangga saling merasa lindap upaya warna
dalam sadar banyak inovasi mengaca
harap terkenang sepenuh lantas dilema
kerling ilusi lara memintal senyum tipis

Napas kemelut antisipasi menggapai rasa
canda ritmis petuah gelora kembara
ranum optimis gelora naluri prahara
menanam rencana gerus impian merona
sampai canda penuh lantang menderu
tirani lantang membilang aroma kondisi

Angkinang Selatan, 12 Januari 2022



CADAS KEKUATAN DIRI BELENGGU PUNCAK
Karya : Akhmad Husaini


Sentimen arus kelindan penuh canda
karisma diri perias angan tuntas
wibawa arus nalar tujuan gempita
yakin semua hadir membawa gulana
alasan untuk terus terbang jauh
bangga bisa melampaui segala arah

Cadas kekuatan diri belenggu puncak
derajat tinggi alasan peluang rentang
etalase penghias tembus pandangan
fantasi rindu geliat suara kembara
gelisah tawarkan rasa penuh sembilu
hadir sendiri serta semburat pagi
istilah keraguan bawa pengaruh rinai

Jemari rentak bahana penuh geliat
kicau suara membawa perubahan dasar
langkah tertuju lewat tebaran angan
menatap bawa ingatan tampak ceria
nurani diri segala kemelut tertuju
optimis raih hasil upaya bergema

Persamaan langkah tumpuan arah gigih
rintik hujan jalur rintisan jejak serpih
simbol menampak wajah jelita mendera
tuntas ingatan tertuang celah kosong
wacana hinggap seteru arus menggunung
amsal pelita ruang kembara mengurai

Angkinang Selatan, 11 Januari 2022



MENIMANG RITUS AMBISI GAUNG NIKMAT
Karya : Akhmad Husaini


Arus tiada menggerus intim penasti
terhimpit selera hidup penuh cinta
ingin terus lebih dari orang lain menata
janji menampik sunyi terputus penasti
kelabu narasi pendam sukma membara
lindap petuah sanggup bawa intonasi

Menimang ritus ambisi gaung nikmat
notasi intim penjara suci semesta
penampil setia tandus aroma kekal
retas emosi saling berarak pesta
siasat diri toleransi gulana rindu
leluasa pikiran menebarkan ilusi ragu
tabik berulang hasrat naungan asmara

Wujud keinginan hadir wibawa makna
yakin bisa ritual keutuhan serta
antusias sadar intim kemudi janji
bertahan untuk terus bisa memuncak
celoteh pemahaman sandera ilusi
debur ombak hiasan kemelut batas

Firasat terang periang hegemoni
gerak lenguh hidangan aroma tempias
hamparan syahdu pesona antusias
ironi tempias angan perisai cumbuan
jejak ranum alasan pasrah menambat
kelakar sendu antusias instuisi cerna

Angkinang Selatan, 11 Januari 2022



SIMBOLIS ATURAN TERSEKAT NOKTAH
Karya : Akhmad Husaini


Menaksir latah lelah pendam tujuan
rekah menderu kehendak lebur setia
menuju pindai intonasi lagu kenduri
tegas wacana harapan geliat bimbang
langkah tertuang manis rasa senang
masa keseriusan terperinci beribu kata

Simbolis aturan tersekat noktah
terus berupaya menegas pagi rekah
menyudahi peranan hari nyata berhenti
akan selalu ada rasa terlibat pasti
sekedar panggung batas terlihat
nalar saling menaut rasa intim gelora
kegundahan derita lahir mengurai rasa

Dilema hidup realita mengurai lantas
visual diri rindu menata lumrah batas
belenggu menyatu pantas menunggu
sepanjang maksud senang dan mampu
jalan menanjak tuntas retas menumpu
menggapai kegiatan saling mewarna

Kesungguhan diri ritmis menuju puncak
hakikat menaut intonasi statis gerimis
mengetahui semua rasa petuah tabik
sedia nalar menakar alasan terusir
konotasi hinggap urusan tautan romantis
menderai asumsi siasat getaran kultus

Angkinang Selatan, 7 Januari 2022

AKHMAD HUSAINI



Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - AKIDAH


 
AKIDAH
Karya : Ustadz.Assoc.Prof.S.Marulafau


Kau dan aku sama di mata Tuhan
Tak ada perbedaan sedikit pun
Jika kau orang takwa
Jika kau orang yang beriman
Jangan bermusuhan dalam agama

Urus agamamu dan kuurus agamaku
Jangan tabrak karena agama
Boleh lain pendapat
Tapi jangan hubungan saudara retak

Karena tak ucap natal
Aku pun tak mau ucap
Kau terus menerus mengotot
Tak berkesudahan

Hanyalah Tuhan tahu maksud hati Tuan
Sungguh tak tahu apa yang kau ucapkan
Bila kau ucapkan akan bermasalah
Tapi jangan menyesal bila kau masuk neraka
Haha,,,hahaha, tobat

Jangan main-main dengan akidah
Tak ada Tuhan selain Allah disembah
Rasulullah, utusan Allah
Ucaplah syahadat dengan saksi siapa

Apakah sudah syahadat sejak kecil
atau tidak?
Jangan kau tuding aku tak berperasaan
Sementara kau marah- marah

Jangan bertengkar
Dipikirkan dan diresapi dengan hati yang besar
Itu akidah bernuansa dalam tauhidan
Itulah islam takut pada Allah
Ashadualailahailallah wa'ashaduanna Muhammada rasulullah

MMN, 27/12/2021



NAPAS
Siamir Marulafau


Telah kutitip napas padamu
Aku tak tahu apakah dikau hirup yang bagus atau tidak
Bernapaslah dengan nama-Ku
Zhikirkanlah 1/3 malam
Jika tidak, akan Kucabut tanpa dikau tahu
Segerakanlah menyebut nama-Ku
Jika tidak akan berpaling padamu

sm/09/01/2019,Mdn



SIAPA LAGI?
Siamir Marulafau


hanya kau dan aku yang ada di langit
meskipun awan bertebaran dan mengembara
mengajak salah satu diantara kita
aku sungguh tak mau

karena angin belum berbica kepadaku
bahwa kau dan aku sudah menjadi satu
tak akan mungkin sirna salah satu
karena angin belum berbica kepadaku

pernapasanmu bersemayam dalam kerongkonganku
setiap kuhirup separuh jasadmu tertelan dalam jasadku
itu tak akan mungkin lagi
lebih baik sehidup semati antara kau dan aku
itulah akhir syairku sebelum tertidur di tanah tak bersuluh

sm/27/01/2019,Mdn



JIKA MENTARI TAK BERPALING
Siamir Marulafau


biarkanlah bumi itu telungkup
sepanjang napas berdenyut
mentari tak akan berpaling
jika hati berhias rindu

dengan asma-Mu
bersujud 1/3 malam dan berhitung
apakah helai napasku bahagian zat-Mu?
hal misterius tak terungkap
kuserahkan pada-Mu

sm/25/01/201,Mdn



OTAK TAK JALAN
Siamir Marulafau


Di otaknya terdampar cercah
Mengukir kebencian
Tak melirik pada ide-ide lama
Hanya gumpalan awan yang dilihat

Tanpa sadar, tak melihat bintang di langit cerah
Ocehannya mengubah citra
Mengapa otak tak jalan?
Merangkul prasangka yang tak setia

Mengundang bicara yang tak ada ujung
Jalan tertutup dengan palang bergaris merah
Tak boleh dilalui tanpa ada kesadaran
Biarlah mereka mengira dunia tak bulat

Sepanjang lorong-lorong tak dikotori
Akan binasa di pinggiran kota
Beritanya tak terduga
Tabrakan dalam sekejap tanpa aba-aba

sm/04/12/2018,Mdn



MELAHAP
Siamir Marulafau


Hanya dikau suguhkan
meredam lahapan kutelan
dengan penuh kelezatan

Di siang hari di kala mentari memanas
rasa sedap terukir di ujung lidah
meskipun kerongkongan mengering
tapi kulahap dengan sesungguhnya

sepanjang piring tak kosong
sepanjang senyum dikau suguhkan
tak dihias dengan genangan air mata

Biarlah kulahap di kejauhan
sepanjang pulau penang tak hujan
akan kuaduk dengan sendok
sampai kutelan tak bergaram

Rasa sedap mengupas kerinduan
sepanjang jalan kenangan
tak terlupakan sepanjang masa
meskipun gulanya sedikit bertabur
akan tersemaai dalam lara sepanjang zaman

sm/04/12/2018,Universiti USU,Mdn



MEMANG DASAR
Siamir Marulafau


Memang dasar
Surga dunia saja pun sudah meper
Apa yang kurang lagi?
Hahu,,,,hahu,,,keringat jagung
Apa lagi surga akhirat

Memang dasar tak bersukur
Dengan nikmat Tuhan
Sepertinya tak bersatu dengan alam ciptaan
Surga dunia menyelimuti kegalauan dalam keindahan

Memang dasar tak sadar seterusnya
Dengan jasad semakin senja
Bersukurlah dengan nikmat berlipat ganda sebelum napas menerawang di angkasa luar
Jika tak merasa puas dengan dunia tiruan

Tuhan akan berpaling sekejap
Dan tak akan tersenyum seterusnya
Karena nikmat dikau kufurkan tak menjalar lagi di pantai pasir putih bagai kristal
Ini terukir di syair penyair dalam lingkaran cinta

Bersukurlah sebelum senja terbenam
Dan di sana akan dikau temukan jendela surga
Membahana di setiap sudut
Karena amal terukir melirik pada taqwa

Jika surga akhirat dikau nantikan
Akan membuat sekujur tubuh roboh di kasur berbalut sutra
Terasa amat indah di temaram malam menggeliat
Napas pun terhempas di atas deburan ombak memancar dari atas ke bawah

Sepertinya tubuh melayang di atas awan mengembara tak terkira
Mau ke mana lagi?
Di malam syahdu dengan angin sepoi menggaet birahi tak ada arah
Biarlah jasad bersenggaman dengan langit biru
penuh dengan doa yang barokah
Di malam jumat menanti kehadiran belut kasih
disukuri karena Allah

Berpikirlah sekejap
Sebelum senja terkapar di tanah tak bersuluh
Mengukir amal saleha di sisi Tuhan barokah
Untuk apa?
Nafsu dunia bergentayangan tanpa arah
Hanya mengukir neraka jahanam tak berkesudahan

sm/13/12/2018,Mdn



KABAR PADA SEORANG KAWAN
Karya : Siamir Marulafau


Kabarkanlah kisahku pada angin
Di rembulan malam, bertemaram shahdu

Jika tidak, rinduku terhempas di gunung salju
Menggema di Numera bersayap di Johor Baru

Akan kusemai sekuntum bunga mawar
Penawar duka di langit biru

Mengasingkan diri tidak sesungguh
Karena Numera pelita hatiku

Tak akan kuhempaskan dengan layar mengoyak rindu
Numera sungguh berlabuh di tanah kelahiranku

Sampai hayat berbiduk dengan kayuh kuberlabuh
Di penantian nama-nama penyair kutunggu

Itulah kisah dan pesanku sebelum senja meluncur
Dengan genangan air mata pada Dato

Kusanjung,kuagungkan
sebagai penyair, sastrawan tershohor di seberang pulau
Moga usia panjang,lanjut, rezeki menumpuk

Numera hidup bernpas jadi satu
Karena puisi, cerpen novel menjadi satu,,,,,

sm/15/Okt/2018,Mdn



SIAPA DAN UNTUK SIAPA?
Karya : Siamir Marulafau


Mempesona setiap lara
Mengingatkan pada cerita lama
Seorang sang putra,Hang Tuah
Meleburkan penderitaan

Berjuang untuk rakyat
Di kala sinar tak menerang
Benderaku akan berkibar
Tercuat di atas langit biru

Aku adalah Hang Tuah
Panglima perang di medan perang
Melaka tershohor di semenanjung
Sampai tetes darah mengalir

Dipertahankan dalam sejarah
Terangkul sampai akhir zaman
Bergembiralah sampai ujung dunia
Di saat sukma mengeluskan duka

Akan kutebus dengan seksama
Meskipun tanah-tanah gersang mengering
Ladang harapan menggema setiap saat
Mengukir tentram dari hulu ke muara

Akan mecuat sebelum senja
Tersemai di setiap celah
Bagaikan bintang menerang
Seiring laksamana berjuang di negeri tercinta

sm/15/Okt/2018,Mdn



LAKSAMANA PERANG
Karya : Siamir Marulafau


Sungguh terlintas
Keagungan dengan semangat
Berjuang,,, berjuang,,,berjuang
Benderamu berkibar di langit biru

Terlintas dalam setiap sukma
Tak akan bertanya lagi
Di saat Melaka tersanjung
Namamu bagaikan sekuntum bunga

Bagaikan singa di hutan belantara
Tak diduga amat menerjang
Di setiap pelupuk mata
Ada pengakuan tersembunyi

Terbilang pada setiap kata
Terukir di setiap prasasti
Merangkul kesetiaan di ujung pedang
Tak akan terselubung setiap detik

Sungguh namamu tersemayam
Di sanggar budaya
Tak akan sirna sepanjang masa
Hang Tuah meleburkan derita

Semut-semut di ladang tak terpijak
Karena aromamu bagaikan besi tuang
Tak merapuh dalam ingatan
Melingkar pada setiap kalbu insan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ELOKNYA HANG TUAH
Karya: Siamir Marulafau


Tak akan bertanya lagi
Menerawang tidak di angkasa
Dengan namamu terlintas
Pada setiap kalimat kubercerita

Bukan khayalan sembarang
Mengukir rembulan bercahaya
Tak akan bertemaram sepanjang malam
Perjuangan tersisa

Melaka terukir indah
Mencuat di cermin kutatap
Menggapai sasaran tak berduka
Dengan cahaya gemilang

Rumput-rumput kulalui tak mengering
Menghijau pada setiap pandang
Terukir sungguh dalam lara
Sedetik terbayang

Meskipun dunia berlanjut usia
Namamu, sang raja
Menitip buih di lautan
Tak akan ada lumut berkarat di setiap karang

Daun-daun pun bercerita :
Generasi tersenyum juga
Mengupas untung di hamparan
Lautan pun tak mengering di kala layar berkembang

sm/15/0kt/2018,Mdn



DI KALA AKU BERJUANG
Karya : Siamir Marulafau


Akan dikau sebut namaku?
Di semenanjung Melaka
Kusanjung di sebuah prasasti
Terukir dalam setiap waktu

Bersemayam di setiap senyum
Tak akan terlebur di atas pohon
Sepanjang awan menjadi saksi
Meskipun duka menyelimuti kulit-kulit terbakar

Napas kuukirkan dengan nama Tuhan-ku
Tak merapuh di setiap sendi tulang belulangku
Perjuanganku membalut lukaku
Luka menganga di atas dataran kering

Meskipun bulan sabit menerang tidak
Purnama akan bercahaya seketika
Di kala perjuanganku mengiris dengan pedang
Semua gajah-gajah tergilas

Dengan cambuk menghempas
Pedang pun menghunus
Berlari di hutan belantara,,,berlarilah segenap
Jangan dikau menginjak hutanku

Aku, pejuang bagaikan binatang jalang
Tak terbuang dari kumpulannya
Menerkam setiap saat
Di pelantaran tanah datar,,,enyahlah kalian

sm/15/10/2018,Mdn



MENGAPA DIPANGGIL HANG TUAH?
Karya : Siamir Marulafau


Terukir di sejarah lama
Di kota lama kubersemayam
Di kala rembulan tersenyum
Setiap malam bercerita pada cahaya

Apa tujuan dikau beri cahaya?
Mengungkap sosok sang raja
Meskipun temaram malam terbingkai
Sejarah membuktikan :

Siapa dan mengapa Hang Tuah berjuang
Tanah Melaka terdampar di celah pebatuan
Aksi tak akan terhindar
Mengaung bagaikan singa hutan kelaparan

Siapa kalian menginjak rumput-rumput di hutan ini?
Kumpulan kami tak terbuang
Bersatu terus menerus sepanjang musim panas
Tak akan hangus sedikit pun

Jika pikiran, tenaga bersatu padu
Apakah tak berpikir?
Aku adalah Hang Tuah,,,menindas
Jika gajah-gajah menginjak tanah gersang

Memanas sampai ujung dunia
Hang Tuah akan berpencar ke mana-mana
Meskipun hujan lebat mengguyur tanah Melaka
Tetap namaku memangku raja bertuan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ADA APA DI SUNGAI?

Di sungai ini
Ada yang melihat
Keajaiban dunia

Sehari semalam
Aku tunggu ke tepian
Menggaet sukma

Di sunga ini
Ada Kembang
Maroko tersenyum

Di sungai ini
Menanti kasih
Tak seronok

Di tepi sungai
Aku berpuisi
Di kala langit mendung

Aku meluapkan kasih
Kapan biduk berlabuh?
Akan kusemai dalam sukma

Sepanjang air sungai tak mengamuk
Akan kudendangkan
Betapa indahnya

Alam tercipta
Kuagungkan kebesaran-Nya
Menggema,,,,Allahu Akbar

sm/12/0kt/2018,Mdn



TALI
Siamir Marulafau


Tali terikat
Melilit ke tepian
Merangkul kasih tak sirna
Di Martapura, Sungai membentang
Senyumlah menghias rindu
Tak kesampaian
Lara terhempas
Biduk mengapung tak tenang
Kayuh mendayung tak kuat
Sukma terhempas dalam kegelapan
Di kala bintang tak menerang
Hanya wajah melirik ke tepian
Di temaram malam mengukir impian

Sm/15/10/2018,Mdn



PESAN KEPADA KAWAN
Siamir Marulafau


Di tepi sungai
Tercebur sukma
Melanda Martapura

Tersanjung ke tepian
Adakah kembang ?
Menyusup di celah –celah

Denyutan jantung berdetak
Mau ke mana?
Martapura menampung

Kembang tersenyum
Kasih terbuai
Alam bersahabat

Sepertinya senyum
Terdeteksi kasih menyatu
Salam bahagia

sm/14/0kt/2018,Mdn



LIDAH TAK BERTULANG
Siamir Marulafau


Lidahnya tak bertulang
Mengurai kesengsaraan bangsa
Tak bercahaya di malam rembulan
Sepertinya meneteskan air keras

Semua gelas kosong dan retak
Jiwa manusia terancam
Mengukir kebohongan dalam fakta
Seluk beluk kehidupan terbongkar

Bukan omongan sembarang
Menunggu detik-detik kehancuran
Di kala malam tak berbintang
Semua cahaya terperangkap

Di balik kemustahilan tersentuh data
Meskipun langit tak senyum
Insan hanya menanti apakah benar atau salah
Tak bisa terkejar
Bagaikan peluru tajam menembus duka lara

sm/03/10/2018,Mdn



TAK AKAN KE MANA
Siamir Marulafau


Menitip cinta dalam lara
Kehampaan berbayang di pelupuk mata
Meskipun cinta jauh di pulau penang
Bisikan sukma berdetak bagai jarum jam
Cinta tak akan dinafikan
Jika terlintas dalam rasa

Menitip kasih tak terhingga
Sebanyak buih di lautan tak terhitungkan
Karena berbagi rasa , , , , suka duka

Menyatu dalam sukma , , , , mengikat dalam darah
Hanya kembang membungkus Cinta sepanjang senja tak bersemayam di tanah diam
Akan kuikrarkan ke hambaran bebalik cahaya jika kembang merangkul bulan

Sm/30/08/2018,Universiti,USU



LAMPIRAN
Siamir Marulafau


Lampiranmu telah tercatat dalam lara
Tintanya tak dapat diusap
Tak akan sirna sepanjang masa
Sepanjang pelangi tak kabur
Sepanjang merahnya jingga menorek sukma

Dan tak akan diperkirakan lagi
Betapa indahnya lembayung mengukir rasa
Akan kuselami siang malam
Karena dikau pelangi bermata biru
Hinggap di celah bayangan kuimpikan
Akankah ini menjadi suatu kenyataan
Sebelum senja terbenam
Akan tergapai jika pelangi berhias warna terangkul dalam sukma
Membias di sekujur tubuh dengan kerudung berwarna jingga

sm/30/09/2018,Universiti USU



SENYUM
Siamir Marulafau


Segelintir senyummu membias
Di kala mentari terbit
Membahana sepanjang jalan
Tak dapat dimungkiri

Dengan olesan kemerahan di bibir
Membuat pepohonan tumbang
Sepertinya angin kencang merobohkan
Dengan alam tak kelam lagi

Tersemai di sekujur jasad
Menghantar sinar lembayung terukir
Meskipun alam tak bersahabat lagi
Namun lara bersemedi di alam tergapai

sm/27/10/2018,Mdn



DI KALA MENTARI TERBIT
Siamir Marulafau


Di kala mentari terbit
Dunia pun terang benderang
De buran ombak menyiprak
Ke tepian hati pun berdendang

Ke mana akan berlabuh?
Biduk akan menggapai senja
Terkubur akan binasa
Dengan dosa-dosa masa lalu

Tuhan akan tahu
Di balik ke gelapan berkisah
Meminta ampun pada maha Kuasa
Jika sujud tak terlena

Di mana pun berada
Akan kusemai doa dan zhikir pada-Mu
Kaulah yang memulai dan mengakhiri
Tak terbenam di lembah bara api menyala

Kebajikan terukir di ujung napas
Sebelum tertidur di tanah diam
Malaikat tersenyum sesudahnya
Jika kain kafan terbalut jasad

Hanya Tuhan tahu segalanya
Kudrat-Nya menitip buih kebajikan
Sirna tak melebur dalam dosa
Sepanjang qur'an terlantun di udara-Nya

sm/26/10/2018,Medan



DI BALIK PINTU
Karya : Siamir Marulafau


Di setiap pintu kutunjuk
Siapa yang akan masuk
Hati terbentang merindu
Akan kuhias dengan senyum

Meskipun kutunjuk pada bulan
Cahaya semakin redup
Tak akan dibiarkan gelap sepanjang waktu
Tapi sinar akan menerpa di senja kelam

Meskipun waktu lama ditunggu
Bayanganmu akan terpampang di awan biru
Langit akan menjadi saksi
Tuhan maha tahu,,,,karena dikau pintu hatiku

Hati suciku berkayuh menuju pulau
Di kala bayanganmu,,,,wahai suamiku
Tak akan kubiarkan pintu tertutup
Sanubariku tertuju pada lintasan satu

Meskipun angin belum menghembus
Langkahku melintas dalam kalbu
Jika napas bersemayam selalu
Hanyalah dikau dan aku bersemedi di rembulan syahdu

sm/23/0kt/2018,Mdn



DI BALIK PINTU
Karya : Siamir Marulafau


Di setiap pintu kutunjuk
Siapa yang akan masuk
Hati terbentang merindu
Akan kuhias dengan senyum

Meskipun kutunjuk pada bulan
Cahaya semakin redup
Tak akan dibiarkan gelap sepanjang waktu
Tapi sinar akan menerpa di senja kelam

Meskipun waktu lama ditunggu
Bayanganmu akan terpampang di awan biru
Langit akan menjadi saksi
Tuhan maha tahu,,,,karena dikau pintu hatiku

Hati suciku berkayuh menuju pulau
Di kala bayanganmu,,,,wahai suamiku
Tak akan kubiarkan pintu tertutup
Sanubariku tertuju pada lintasan satu

Meskipun angin belum menghembus
Langkahku melintas dalam kalbu
Jika napas bersemayam selalu
Hanyalah dikau dan aku bersemedi di rembulan syahdu

sm/23/0kt/2018,Mdn



HUMANITAS
Karya : Siamir Marulafau


Meskipun tulang belulangku merapuh di tanah tak bersuluh
Namun jiwa ragaku bersemayam selalu dalam napasmu
Dan di sanalah tali ikatan menyatu
Dengan napas kuemban dari Tuhanku
Sepertinya daun-daun di ranting menyatu
Bersatu padu antara kau dan aku
Akan sukar dibelah bagaikan air bersatu padu
Aku pun mencari kau selalu
Karena tak hidup di hutan belantara liar tak menentu
Tak akan hidup tanpa bersatu
Mengikat tali serumpun di atas tanah bernapaskan satu
Mana kemanusiaan dikau janjikan?
Mana keadilan dikau semaikan antara sesama?
Tak akan dileburkan jika hati bersatu
Sepanjang mentari menyinari kalbu
Ini bukan cerita sekedar menghilangkan rasa suntuk
Ikatan sesama diabaikan jangan
Tuhanku melirik akan apa dalam isi hatimu
Penindasan akan diriku dimusnahkan tanpa pilih kasih dan untung
Hanya bertanya pada diriku
Jika pikiran menyatu,akan tak ada musuh
Sirna ditelan pasir-pasir tak menguntung
Jika dikau ingat akan aku
Siapa diantara kau dan aku?
Akan tentu insyaflah hubungan antara kau dan aku menyatu
Tak akan seperti langit dan bumi sukar bersatu
Titik pandang akan menyatu
Jika tali dipegang jadi satu,,,menyatu,,,menyatu,,,menyatu
Marilah bersatu sebelum senja mengabur
Sebelum napas tak menyatu
Sebelum jasad bersemayam di tanah tak bersuluh

sm/16/0kt/2018,Mdn



KEAJAIBAN
Siamir Marulafau


Di sungai ini
Ada yang melihat
Keajaiban dunia

Sehari semalam
Aku tunggu ke tepian
Menggaet sukma

Di sunga ini
Ada Kembang
Maroko tersenyum

Di sungai ini
Menanti kasih
Tak seronok

Di tepi sungai
Aku berpuisi
Di kala langit mendung

Aku meluapkan kasih
Kapan biduk berlabuh?
Akan kusemai dalam sukma

Sepanjang air sungai tak mengamuk
Akan kudendangkan
Betapa indahnya

Alam tercipta
Kuagungkan kebesaran-Nya
Tiada tara menggema
sm/14/10/2018,Mdn



PESAN KEPADA KAWAN
Siamir Marulafau


Di tepi sungai
Tercebur sukma
Melanda Martapura

Tersanjung ke tepian
Adakah kembang ?
Menyusup di celah –celah

Denyutan jantung berdetak
Mau ke mana?
Martapura menampung

Kembang tersenyum
Kasih terbuai
Alam bersahabat

Sepertinya senyum
Terdeteksi kasih menyatu
Salam bahagia

sm/14/0kt/2018,Mdn



LAKSAMANA PERANG
Karya : Siamir Marulafau


Sungguh terlintas
Keagungan dengan semangat
Berjuang,,, berjuang,,,berjuang
Benderamu berkibar di langit biru

Terlintas dalam setiap sukma
Tak akan bertanya lagi
Di saat Melaka tersanjung
Namamu bagaikan sekuntum bunga

Bagaikan singa di hutan belantara
Tak diduga amat menerjang
Di setiap pelupuk mata
Ada pengakuan tersembunyi

Terbilang pada setiap kata
Terukir di setiap prasasti
Merangkul kesetiaan di ujung pedang
Tak akan terselubung setiap detik

Sungguh namamu tersemayam
Di sanggar budaya
Tak akan sirna sepanjang masa
Hang Tuah meleburkan derita

Semut-semut di ladang tak terpijak
Karena aromamu bagaikan besi tuang
Tak merapuh dalam ingatan
Melingkar pada setiap kalbu insan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ELOKNYA HANG TUAH
Karya: Siamir Marulafau


Tak akan bertanya lagi
Menerawang tidak di angkasa
Dengan namamu terlintas
Pada setiap kalimat kubercerita

Bukan khayalan sembarang
Mengukir rembulan bercahaya
Tak akan bertemaram sepanjang malam
Perjuangan tersisa

Melaka terukir indah
Mencuat di cermin kutatap
Menggapai sasaran tak berduka
Dengan cahaya gemilang

Rumput-rumput kulalui tak mengering
Menghijau pada setiap pandang
Terukir sungguh dalam lara
Sedetik terbayang

Meskipun dunia berlanjut usia
Namamu, sang raja
Menitip buih di lautan
Tak akan ada lumut berkarat di setiap karang

Daun-daun pun bercerita :
Generasi tersenyum juga
Mengupas untung di hamparan
Lautan pun tak mengering di kala layar berkembang

sm/15/0kt/2018,Mdn



DI KALA AKU BERJUANG
Karya : Siamir Marulafau

Akan dikau sebut namaku?
Di semenanjung Melaka
Kusanjung di sebuah prasasti
Terukir dalam setiap waktu

Bersemayam di setiap senyum
Tak akan terlebur di atas pohon
Sepanjang awan menjadi saksi
Meskipun duka menyelimuti kulit-kulit terbakar

Napas kuukirkan dengan nama Tuhan-ku
Tak merapuh di setiap sendi tulang belulangku
Perjuanganku membalut lukaku
Luka menganga di atas dataran kering

Meskipun bulan sabit menerang tidak
Purnama akan bercahaya seketika
Di kala perjuanganku mengiris dengan pedang
Semua gajah-gajah tergilas

Dengan cambuk menghempas
Pedang pun menghunus
Berlari di hutan belantara,,,berlarilah segenap
Jangan dikau menginjak hutanku

Aku, pejuang bagaikan binatang jalang
Tak terbuang dari kumpulannya
Menerkam setiap saat
Di pelantaran tanah datar,,,enyahlah kalian

sm/15/10/2018,Mdn



MENGAPA DIPANGGIL HANG TUAH?
Karya : Siamir Marulafau


Terukir di sejarah lama
Di kota lama kubersemayam
Di kala rembulan tersenyum
Setiap malam bercerita pada cahaya

Apa tujuan dikau beri cahaya?
Mengungkap sosok sang raja
Meskipun temaram malam terbingkai
Sejarah membuktikan :

Siapa dan mengapa Hang Tuah berjuang
Tanah Melaka terdampar di celah pebatuan
Aksi tak akan terhindar
Mengaung bagaikan singa hutan kelaparan

Siapa kalian menginjak rumput-rumput di hutan ini?
Kumpulan kami tak terbuang
Bersatu terus menerus sepanjang musim panas
Tak akan hangus sedikit pun

Jika pikiran, tenaga bersatu padu
Apakah tak berpikir?
Aku adalah Hang Tuah,,,menindas
Jika gajah-gajah menginjak tanah gersang

Memanas sampai ujung dunia
Hang Tuah akan berpencar ke mana-mana
Meskipun hujan lebat mengguyur tanah Melaka
Tetap namaku memangku raja bertuan

sm/15/Okt/2018,Mdn



SIAPA KAU DAN AKU?
Karya : Siamir Marulafau


Apakah tak bertanya
Siapa kau dan aku?
Bukan siapa-siapa,hanya satu
Sinarmu adalah sinarku menyinari langit dan bumi

Tak akan ada jarak kau dan aku
Sepanjang bumi menampung jasadmu dan jasadku
Bernapas satu,,,benapas satu
Jika dikau merasa sesuatu, aku pun begitu

Ini bukan sekedar cerita buat aku
Kemanusiaan tinggi di langit biru
Merangkul makhluk bernapas satu
Di mana dikau ?

Semua bumi dilanda bencana seperti dulu
Hancur meluluh di tangan-Ku
Jika hanya tinggal namamu, siapa salah antara kau dan aku?
Bertanyalah pada Tuhanku

Jika dikau sadar akan Aku?
Berbudi luhur sesama hamba-Ku
Jangan sesalkan apa Kumau
Berakaitlah pada hamba-Ku

Aku adalah Tuhan-mu
Memberikan pesan pada makhluk
Semua terikat, mengikat
Hanya satu tali mengalir jadi satu

sm/16/Okt/2018,Mdn



KABAR PADA SEORANG KAWAN
Karya : Siamir Marulafau


Kabarkanlah kisahku pada angin
Di rembulan malam bertemaram shahdu

Jika tidak, rinduku terhempas di gunung salju
Menggema di Numera bersayap di Johor Baru

Akan kusemai sekuntum bunga mawar
Penawar duka di langit biru

Mengasingkan diri tidak sesungguh
Karena Numera pelita hatiku

Tak akan kuhempaskan dengan layar mengoyak rindu
Numera sungguh berlabuh di tanah kelahiranku

Sampai hayat berbiduk dengan kayuh kuberlabuh
Di penantian nama-nama penyair kutunggu

Itulah kisah dan pesanku sebelum senja meluncur
Dengan genangan air mata pada Dato

Kusanjung,kuagungkan
sebagai penyair, sastrawan tershohor di seberang pulau
Moga usia panjang,lanjut, rezeki menumpuk

Numera hidup bernpas jadi satu
Karena puisi, cerpen novel menjadi satu,,,,,

sm/15/Okt/2018,Mdn



BENANG-BENANG
Karya : Siamir Marulafau


Benang akan menjadi tali
Pengingat antar sesama
Jangan ditarik kuat-kuat
Melongsor ke jurang

Jika tak dililit
Merost ke tepian
Jika benang melurus
Tariklah benang ke kiri dan ke kanan

Akan dikau lihat
Siapa terikat?
Meskipun benang jadi ikat pinggang
Ikat pengikat pikiran juga

Berpeganglah pada tali jadi benang
Penghubung sukma antar sesama
Humanitas akan terbengkalai jangan
Meluruskan yang salah

Benang pengikat pada setiap tiang
Sampai ke penghujung dunia
Peganglah benang dan jangan tarik kuat
Akan meluruskan jalan pikiran

Lempang tak ada hentinya
Melaju berjalan tak ada hambatan
Peganglah benang dan jangan tarik kuat
Menjadi pedoman dalam pandangan

sm/17/Okt/2018,Mdn



RANGKULAN
Karya : Siamir Marulafau


Tak seperti merangkul salju
Hati antara satu dengan makhluk-Mu bersatu
Janganlah bertanya pada-Ku selalu
Apakah dikau tak berpikir?
Jangan merenggang di batang kayu
Akan jatuh berkeping tak akan menjadi satu
Bukan seperti benalu
Mengadu untung pada yang satu
Pohon-pohon akan keropos,melapuk
Tak beranting mengikat dengan daun
Jika tak enggan bersatu
Bangunlah tidurmu di sehelai tikar terbentang
Akan dikau tahu
Meskipun langit tak bersatu dengan bumi-Mu
Ikatan tali Kau semaikan dalam ayat-Mu
Bersekutu antara satu dengan makhluk
Kemanusiaan, persaudaraan terhimpun menjadi satu
Fitnah, pelecehan mencuatkan bara api tak menyatu
Sirna,,,akan menjadi abu
Akan semuanya kukirim pada angin terhembus jadi salju
Karena persaudaraan adalah bersenandung darah dagingku
Tak akan terlebur,sirna ditelan arus
Terhimpun dengan shahadat kusebut atas nama-Mu
Bangunkanlah jiwamu,,,,bangunkanlah jiwamu,,,bangunkalah jiwamu
Wahai insan,,,
Menyatu dalam air keruh
Jika musuh-musuh menusuk tulang rusukmu
Jangan biarkan mereka menghempaskan hidupmu
Mengucap atas nama-Ku,,,,Allahu Akbar

sm/16/10/2018,Mdn



KABAR ANGIN
KARYA : Siamir Marulafau


Aku sudah mengabarkan pada angin
Bawalah aku di atas karang tak berlumut
Meskipun karangnya tajam setajam pisau
Kakiku akan kubentang di kala bulan tersenyum

Bulan tak enggan menerimaku
Walaupun senjaku terkapar di atas pasir berbalut laut
Akan kubaca,,,,,akan kubaca,,,,akan kubaca
Jawaban kepada Tuhan tersemai di ujung rumput tak berembun

Tak dibiarkan kering sepanjang masa
Jika jawabanmu kepada Tuhan berbisik pada alamku
Segenap senja tak merapuh di kala mentari bersua di ufuk timur
Meskipun tak membiaskan angan di pelupuk rindu

Hanyalah Tuhan tahu apa jawabanku
Kembang menghempaskan sayapku sebagai kumbang pengisap madu
Apa salahku?
Apa dosaku ?

Mengapa dikau biarkan bidukku tenggelam tak berkayuh
Senantiasa menggapai sebuah pulau amat menjauh
Seiring nyiur melambai memanggil namamu
Kembang membahana pada jawaban Tuhanku

Tersemai di atas selat kulalui
Moga doa terbingkai pada Ilahi,,,,,,ya Rabi

sm/19/10/2018,Medan



LAMPU MERAH
Karya: Siamir Marulafau


Berlindug di bawah pilar
Arah angin tak menentu
Nafsu membludak
Apakah salah jika dilalui?
Lampunya menggeliat
Tak padam,,,tak diam
Menganga di penantian
Menyembur jika mendekat
Kadang amarah datang
Menyembur jika mendekat
Mengapa dikau ceroboh
Tak mengelak sedikitpun
Lampunya kedip-kedip
Apa tandanya?
Jangan dilalui
Neraka menanti kenikmatan
Meskipun malam jumat beteriak

sm/19/Okt/2018,Mdn



KABAR ANGIN
KARYA : Siamir Marulafau


Aku sudah mengabarkan pada angin
Bawalah aku di atas karang tak berlumut
Meskipun karangnya tajam setajam pisau
Kakiku akan kubentang di kala bulan tersenyum

Bulan tak enggan menerimaku
Walaupun senjaku terkapar di atas pasir berbalut laut
Akan kubaca,,,,,akan kubaca,,,,akan kubaca
Jawaban kepada Tuhan tersemai di ujung rumput tak berembun

Tak dibiarkan kering sepanjang masa
Jika jawabanmu kepada Tuhan berbisik pada alamku
Segenap senja tak merapuh di kala mentari bersua di ufuk timur
Meskipun tak membiaskan angan di pelupuk rindu

Hanyalah Tuhan tahu apa jawabanku
Kembang menghempaskan sayapku sebagai kumbang pengisap madu
Apa salahku?
Apa dosaku ?

Mengapa dikau biarkan bidukku tenggelam tak berkayuh
Senantiasa menggapai sebuah pulau amat menjauh
Seiring nyiur melambai memanggil namamu
Kembang membahana pada jawaban Tuhanku

Tersemai di atas selat kulalui
Moga doa terbingkai pada Ilahi,,,,,,ya Rabi

sm/19/10/2018,Medan



JANGAN BOHONGI AKU
Siamir Marulafau


Jangan bohongi aku
Dengan hadis qur'an kau semai dilangit biru
Jika dikau tak mengukir jalan ditempuh
Karena kitab itu bukan sembarang
Kitab itu diluncurkan buat Ahmad tersanjung
Dalam ayat-ayat tersirat nama Tuhan-Ku
Jika dikau menyebut terus-menerus
Tanpa sanad kerasulan-ku
Tanpa pembelajaran,,,,hanya melirik-melirik
Tuhan akan meluapkan amarah
Karena bumi dikau tempuh tak bersinar
Redup selalu terukir dalam ayat-ayat-Ku
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Apakah dikau tak berpikir,,,?
Sungguh menista akan dikau dengan napas tak berembun
Bacalah dengan nama Tuhanmu :
Jangan amalkan ilmu tanpa dikau tahu
Apa itu ilmu qur'an hadis dicetuskan pada pada Rasul-ku
Qur'an bukan sembarang kitab dilantunkan
Diturunkan dengan ribuan aksara terpadu
Bacalah dengan namaTuhan-Ku
Akan dikau tahu Tuhanku hanya satu
Tidak beranak dan diperanakkan
Bacalah Muhammdan dengan nama Tuhan-Mu
Sebagai pewaris dan penyebar ayat-ayat-Ku
Janganlah hambaku menista,,,,mempermainkan ayat-ayat-Ku
Aku sesungguh-Nya,,,Tuhan-Mu
Tak akan sama dengan zat kuciptakan bagimu
Wahai manusia,,,,,
Janganlah mempersekutukan Aku
Jangan dikau manipulasi ayat-ayat-Ku
Jangan dikau mendustakan ayat-ayat-Ku
Jangan dikau mengaku-ngaku belajar hadist rasul-Ku
Tanpa mengukir sanad dari masa kemasa
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Bahwa Aku,Tuhanmu setiap saat Kupantau
Setiap detik Kulihat,Kudengar,Kusaksikan atas namaTuhanmu

sm/29/10/2018



PANASNYA MATAHARI
Siamir Marulafau


Tak pernah kutanya pada mentari berapa derajat panasmu
Hanya menutup wajahku bakal hangus
Jika dosa tak kuleburkan di taman salju
Apakah sisanya akan terekam di atas langit
Hanya Tuhan tahu
Entah ke mana desas kualamatkan dengan siksaan pedih
Karena salat 5 waktu terbengkalai
Urusan -urusan dunia bergelimpahan menawarkan bara api
Hanyalah Tuhan tahu
Aku pun bingung kadang jika celotehku ini menjemput kuping
Apakah kata mereka nanti,,,,,aku tak tahu
Jika aku mendekat dengan mentari,apa bakal terjadi?
Tak satu pun rumput bergoyang di bumi menjawab
Paling-paling akan kusiram dengan air es
Membuat lara tersengat dengan kulit melepuh
Pedih sangat jika sukma dibelakangkan dan tak mau tahu
Siapa di belakang Mentari
Akan terciprak dengan bara api memanas sampai ubun-ubun
Jika kebajikan disepelekan,,,,,kemaksiatan diabadikan
Syairku hanya menderu bagaikan angin melintas meminta surga
Gemersik air pun tak akan kunjung datang
Karena pintu surga dijanjikan tertutup
Mau ke mana sang penyair dan manusia di bumi
Jika amarah mentari berkobar setiap saat
Siapakah di belakang mentari?
Cukup panas tak tahu dan mau tahu dan siapa yang datang
Tak pasrah jika napas bersemayam dalam darah,,,pintu surga masih terbuka
Bagi siapa pun asalkan mengingat panasnya matahari
Ini syair bukan sembarang mengkisah sebuah kisah lama
Terdampar di dasar bara api sedang memuai tak sebanding api dunia
Mau ke mana kalian semua jika hal ini terjadi?
Tak akan satu pun menjawab dibait-bait syair, menggema di pelantara dunia tersentuh
Jangan sentuh dan jika tak tahu, syairku akan gugur terpanggang dalam besi tua memerah
Bacalah ceritaku,,,,bacalah ceritaku
Dunia akan gempar dengan kebajikan ketimbang kriminal dahsyat menipu insan

sm/12/11/2018,Medan



TAK AKAN TERHAPUS
Siamir Marulafau


Meskipun goresan pensil dikau ukir dalam gelombang puisi
Tak akan sirna dalam bait-bait
Tak menyekat dalam lara
Sepanjang sela Melaka tak kering
Akan menampung kerinduan bertahun – tahun

Meskipun tulang belulangku merapuh di tanah tak bersuluh
Napasku dalam syairmu bersemayam selalu
Sepanjang dunia tak bergulir jadi debu

Dan di sanalah aku bersemedi di kolam puisi
Tetesan air mata akan menambah luapan kolam menepi
Yang tak akan kubiarkan kolam puisi kering

Walaupun prinsip menyelinap dalam alam gelap tak berbingkai
Akan kuhias dengan mawar semerbak
Dunia akan tak tenggelam dengan kegalauan menyiksa diri
Di sanalah akan tumbuh karang-karang sejati sebagai penawar

Kelelahan dunia sirna akan mengubah biji-bijian bertumbuh di batu karang
Tak akan terhempas dengan deburan ombak tenggelam

Seiring napas kusemayamkan dalam setiap baris syair mengenang
Betapa indahnya dunia meskipun di temaram malam cahaya berbayang

Tapi goresan syairmu menikam sukma
Di kala kerinduan tak terbendung dengan hamparan lautan kuseberang
Apakah ini jadi siasat ?
Aku pun tak tahu,,,,,,kapan karang-karang kuimpikan menjadi rerumputan laut bergaram

Sm/11/11/2018,Mdn



DI SEBERANG PULAU
Siamir Marulafau


Telah kukirimkan salamku pada angin
Menutur serpihan kasih
Di seberang pulau kugapai
Di kala langit melambai
Lara akan membias di semenanjung pantai

Meskipun pantainya landai
Akan kujalani
Mengapung di atas deburan ombak tak bergaram

sm/07/11/2018,Mdn



TRAGEDI KERAWANG
Siamir Marulafau


Aku menaburkan bunga dihamparan lautan tak berbendung
Tulang-belulang berserakan ke mana-mana
Ya,,,Tuhanku ampunilah dosa-dosa mereka
Sungguh memilukan sukma tiada tara
Di kala daging-daging berhamburan di atas deburan ombak bergaram

Dengan burung besi terdampar tanpa kerangka
Mengukir duka yang tak habis- habis di krawang terlupakan tidak
Sepanjang masa tercoreng dalam lara
Apa yang salah?

Siapa disalahkan?
Teknologi meyiksa,,,apa yang kulakukan?
Tangisan tak terbendung,,,,menangis tanpa air mata
Akan ke mana kukirim duka lara bersarang

Ya,,,,,Tuhan,,,,.Ampunilah dosa mereka
Tempatkan mereka pada surga jannatu nangim
Meskipun suara dan jeritan mereka tak terdengar
Duka mereka bahagian kemanusiaan

Apa tidak?Air mataku tercebur di dasar laut
Menghempaskan napas tak terkira
Hangus,,,,hancur berkeping-keping
Tinggal puing-puing melambai di pasir pantai landai

Selamat tinggal kami ucapkan pada napas-napas bersemayam dalam jasad
Kami menghadap Chalid mengukir ketentraman dunia akhirat
Moga roh kami tak bergentayangan
Aras-Nya,Allah dengan pintu surga terbuka

Doakanlah kami,,,,,doakanlah kami,,,doakanlah kami
Wahai,,,,insan
Moga bunga-bunga dikau taburkan akan berkembang di taman surga
Saling maaf memaafkan

sm/08/11/2018,Mdn



KAPAN LAGI
Siamir Marulafau


Kapan aku memilikimu
Tak usah bajumu
Pensilmu pun tak usah
Tak usah hartamu tapi kharismamu
Meluncur dalam sanubariku

Mengukir inspirasiku
Meskipun dikau di seberang pulau
Laut pun akan menampung kesetiaanku
Jika senyummu bersemayam dalam kalbu

Sepanjang jembatan kutempuh tak merapuh
Di rembulan malam syahdu
Menebar kisah dukaku
Dalam keheningan malam tak bersalju

sm/08/11/2018,Mdn



DARI PAPUA KE BANJARMASIN
Siamir Marulafau


Dari papua ke banjarmasin
Sepertinya kerinduan tak terbendung

Sepertinya impian tak terkulai
Bersemayam selalu dalam kalbu

Di kala udara malam bersahabat
Dalam pergelaran seni mengingat

Akan tercetus makna
Salam kerinduan tergapai

Mengapa dikau menyapa tidak
Di saat kuterbang dengan burung besi

Sepertinya awan-awan tak bergumpal
Dengan kesedihan di kala mengembara dengan awan kuseberang

Sepertinya kembang menghilang dalam ingatan
Tapi tak akan kubiarkan sepanjang bait-bait syair kulantunkan menggema

Papua kurindukan di kejauhan
Hanya ukiran wajah tersemai dalam cahaya malam tak tenggelam

sm/11/11/2018,Medan



CINTA DAN KEINGINAN MEMILIKI AKAN TAK KEMANA
Siamir Marulafau


Meskipun agaknya berbeda
Hanya rambut dan kulit tak sama
Meskipun agaknya berbeda puisi berbait puitis
Cinta tak akan bersua dengan lantunan
Tetapi akan mengendap dan bersemayam dalam lara
Sepanjang lautan kuseberang tak mengering
Di pulupuk mata nan jauh berbayang sudah
Sepertinya kudendangkan syair pelipur lara
Akan membentang sehelai benang pengikat
Meskipun cinta tak akan memiliki
Dunia memang luas dalam pandang
Pandangan tak selebar karang di hamparan
Hanya kembang yang tumbuh dalam penantian
Tak akan diunduh sampai akhir zaman
Karena kembang terbentang di taman indah
Seiring cinta dan keinginan memiliki akan tak ke mana
Bak kata syair berceloteh di kala rembulan malam tersenyum menyapa
Akankah syairmu membahana dalam lara?
Akan tentu sebuah kisah terungkap
Jika sukma menyatu meskipun tak bersanding dalam pinangan
Hanya Tuhan yang tahu apa makna
Sepanjang napas berdendang dalam darah
Kasih dan cinta terpatrik di awan putih mengembara
Meskipun pulau kuhinggap tak menjauh dalam ingatan
Wajahmu terukir dari ujung ke ujung
Jika napas tak membelok haluan
Arah angin akan kubawa berlayar dengan tiang amat tegak
Meskipun layarnya tercabik-cabik
Sukma kubentang tak akan ke mana sepanjang layar tak tergulung ke penantian
Lahir bathin akan terbingkai dengan kayu emas
Jika dunia tersenyum dengan bibir rembulan di malam kelam

sm/12/11/2018,Universiti USU,Medan



FANA
Siamir Marulafau


Dunia sekejap melingkar di pelupuk mata,,,kemudian mati
Cahaya tak merona ketika dibalut dalam tanah tak bersuluh,,,mau ke mana aku?

sm/39/08/2019