PUISI UNTUK RUMINI
Rum,...semesta telah kau tinggal
Tetapi namamu harum dikenal
Erupsi Semeru mengubur mimpi dan jasadmu
Bersama Simbok yang kau rengkuh dalam dekapmu
Rum,... ketika suara-suara dari luar
Gegap gemuruh terdengar
Lari...lari...lari, selamatkan diri
Kau tak bergeming,
Pergumulan batin melanda disaat genting
Rum,... tubuh renta simbokmu mengalahkan hati naluri
Untuk pergi dari terjangan lahar erupsi
Kau memeluk raga simbokmu sebagai puncak bakti tertinggi
Entah apa yang kau rasa, ketika menit menjadi detik hingga semua usai
Rum,...dunia sedang ramai menyebut namamu
Angkat topi atas keberanian dan pengabdianmu
Yang mungkin tak semua orang mampu melakukan
Kau insan pilihan...damailah kini bersama simbokmu di alam keabadian
Rum,....langit dan seisi bumi mencium aroma harum mewangi
Disana surga telah menanti
Tetap gandeng dan
peluk
simbokmu
Dalam damai bersama para bidadari yang telah menantimu
Surga itu telah menjadi milikmu!!!
Karya : Sita Aulliya
Ouderkerk
08/12/2021
SEJENGKAL LAGI
Lipatan minggu ke bulan akan usai.
Lalu detik pertama kembali merangkak menuju menit.
Dan akan terus memanjat hingga dimana?
Tiada yang tahu setinggi apa batang tangga.
Sebanyak apa helaan nafas yang tersisa.
Dan detak nadi pun jantung akankah tetap seirama?
Sejengkal lagi,
Masa ini akan menjadi lalu
Dan ucapan selamat akan menjadi genderang yang bertalu-talu
Bahagia suka cita menyambut datangnya tahun baru
Adakah diantara pora tiupan terompet dan gebyar kembang api,
Yang sejenak menepi menelanjangi diri
Dari keriuhan nafsu, hasrat dan ambisi?
Sejengkal lagi,
Inginku berdamai dengan hati
Inginku berbicara dengan jiwa
Menempatkan penat seluas nikmat
Menepikan angkuh sesempit ujung paruh
Biar tiada keluh berlepas kesah
Agar mampu menunduk dalam tengadah.
Lisse 30/12/2021
"Tuhan tempatku memohon ampunan"
Rum,...semesta telah kau tinggal
Tetapi namamu harum dikenal
Erupsi Semeru mengubur mimpi dan jasadmu
Bersama Simbok yang kau rengkuh dalam dekapmu
Rum,... ketika suara-suara dari luar
Gegap gemuruh terdengar
Lari...lari...lari, selamatkan diri
Kau tak bergeming,
Pergumulan batin melanda disaat genting
Rum,... tubuh renta simbokmu mengalahkan hati naluri
Untuk pergi dari terjangan lahar erupsi
Kau memeluk raga simbokmu sebagai puncak bakti tertinggi
Entah apa yang kau rasa, ketika menit menjadi detik hingga semua usai
Rum,...dunia sedang ramai menyebut namamu
Angkat topi atas keberanian dan pengabdianmu
Yang mungkin tak semua orang mampu melakukan
Kau insan pilihan...damailah kini bersama simbokmu di alam keabadian
Rum,....langit dan seisi bumi mencium aroma harum mewangi
Disana surga telah menanti
Tetap gandeng dan
peluk
simbokmu
Dalam damai bersama para bidadari yang telah menantimu
Surga itu telah menjadi milikmu!!!
Karya : Sita Aulliya
Ouderkerk
08/12/2021
SEJENGKAL LAGI
Lipatan minggu ke bulan akan usai.
Lalu detik pertama kembali merangkak menuju menit.
Dan akan terus memanjat hingga dimana?
Tiada yang tahu setinggi apa batang tangga.
Sebanyak apa helaan nafas yang tersisa.
Dan detak nadi pun jantung akankah tetap seirama?
Sejengkal lagi,
Masa ini akan menjadi lalu
Dan ucapan selamat akan menjadi genderang yang bertalu-talu
Bahagia suka cita menyambut datangnya tahun baru
Adakah diantara pora tiupan terompet dan gebyar kembang api,
Yang sejenak menepi menelanjangi diri
Dari keriuhan nafsu, hasrat dan ambisi?
Sejengkal lagi,
Inginku berdamai dengan hati
Inginku berbicara dengan jiwa
Menempatkan penat seluas nikmat
Menepikan angkuh sesempit ujung paruh
Biar tiada keluh berlepas kesah
Agar mampu menunduk dalam tengadah.
Lisse 30/12/2021
"Tuhan tempatku memohon ampunan"
APAKAH BOLEH
Apakah boleh kupinjam kakimu?
Untuk berjalan sebagaimana layaknya.
Tanpa harus menendang ubo rampe milik penganutnya.
Bukankah dupa dan sesaji itu tak menghalangimu?
Lalu kenapa sepongah itu hatimu?
Apakah boleh kupinjam hatimu?
Untuk menimbang sebagaimana baiknya.
Tanpa harus memaki tentang datangnya musibah bencana.
Bukankah alam kitab yang menyimpan segala ilmu?
Lalu kenapa sebiadap itu sikapmu?
Seandainya memang tak setuju
Cukupkan saja tutup mata dan telingamu
Dan berdamailah dengan imanmu
Bukankah semua ajaran mengajarkan kedamaian?
Lalu kenapa otakmu dikuasai kebencian?
Seandainya memang tak sejalan
Cukupkan saja pergi dan jangan mengganggu
Dan tenanglah dengan tawadukmu
Bukankah semua ajaran menganjurkan kerukunan?
Lalu kenapa buas nafsumu dikuasai peperangan?
Kau teramat rendah ditempat yang tinggi
Kau teramat dungu dilautan yang penuh ilmu
Sekali lagi, bolehkah kupinjam kakimu?
Sekali lagi, bolehkah kupinjam hatimu?
Agar kau tau betapa indahnya perbedaan itu
Klik untuk membaca tulisan tulisan saya dalam cerpen, puisi, geguritan dalam bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Terima kasih
https://sita-aulliya.blogspot.com/
Lisse
16/01/2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar