Kamis, 27 Januari 2022
Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - HALAMAN SENJA
HALAMAN SENJA
Membaca senja dalam sunyi yang purba hadirkan rindu yang tak lekang waktu
Biarkan riuh hadir dalam hening menjadi saksi diksi berkemas bersama camar. Aku mengecup semburat jingga pada lembaran aksara yang berguguran di ranting doa. Zikir puisi pun tertera di lembaran malam yang dihiasi rembulan penuh cinta bertabur estetika di wajah langit
Rohul, 23012022
Suyatri Yatri
BAIT SUNYI
Musim jatuh di beranda , jarum langit menjahit bibir tanah. Waktu melarungkan doa di tingkap jiwa. Aku menyulam ingin di kelambu hening. Mengeja bait sunyi, kutitipkan cinta di larik sajak agar kutemukan kekasih yang menembangkan ayatayat keramat muhabah.
Rohul, 23012022
Suyatri Yatri
ABSOLUT
Bulan terbelah
Makna pecah
Di rias wajah
Kaum bedebah
Tak bisa disanggah
Dogma berdarah
: jelata kalah
Rohul, 22012022
Suyatri Yatri
HIDANGAN FAJAR
Kabut mendekap malam, bulan merapal kelam. Dan renjis rindu di hening sunyi merias musim. Reranting berderak gugur dinihari. Secawan dedoa bertabur di ladang sajadah. Sepiring rampai akan ditabur keluh yang menyesakkan dada.
Mengungkap cemas di hadapan kekasih, secangkir zikir getir bibir mengalir butiran bening netra.
Bugom, 22012022
Suyatri Yatri
ASMARADAHANA
Di tingkap rindu
Menelisik makna
Senarai kata
Mengendap minda
Keriap diksi
Jatuh di meja puisi
Aku limbung bergumul jendrang tertiup bayu
Tenggelam dalam bencah pilu
Ceruk hati bertuliskan namamu
Renjis asmaradahana
memeluk kalbu
Hijau ranum bersanding biru
Putihnya mega adalah ketulusan setia
Gelombang cinta mendebur pada resonansi atma
Rohul, 21012022
Suyatri Yatri
PESONA MATAHARI TERBIT
Jarum langit telah ditancapkan ke tubuh bumi
Benih rindu bersorak riang telah terjahitkan renda waktu
Di cungkup makna, aku merapalkan hening beningnya cinta
Ada debar bergelayut manja di dada
Riuhnya mengaliri denyut nadi
Suaramu terngiang merdu saat tembang kangen mengalun syahdu
Ach, berharap bukan sekadar mimpi melambungkan anganku di rias wajah mentari terbit memesona jiwa
Batsa, 19012022
Suyatri Yatri
NISAN NURANI
Liur menitik
jatuh mengulum kata
Setangis pilu
menyesak dada
Lebam di antara jumawa
ratapan meluka
Bayang durja
Di tetak
langkah berpijak
Purnakan
cungkup makna
Tetiba berlari
berteriak
Nisan nurani
tersayat hampa
RH, 09012022
Suyatri Yatri
SUARA ALAM
Mengenang senja saat gabak berduka
Biarkan air mata langit menetes meratapi riuhnya sengketa bumi
Bandang melanda titik lemah paling pasrah yang mengental luka
Akar-akar tak lagi mencengkeram erat tubuh sebab amarah telah porak-porandakan arti damai
Tak perlu mencuci tangan agar terkesan tak makan sebab tanda tak terlihat bisa menuai simbol dari kata hati yang dibutakan oleh kemewahan
Dan di sini darah lumpur membeku
Gelondongan tulang belulang rapuh menumpuk di hilir
Menandakan bahwa ketamakan telah merajai hati menguliti hutan cinta yang memberi asri
RH, 08012022
Suyatri Yatri
JANJI TUAN MENINGGALKAN LUKA
Kukremasi diri dari bayang lampau menyulut silau berkubang dalam payau
Di bawah terik mentari kusilau angan di barisan bayu mendesau. Ada risau yang terselip di hati melihat tingkah laku kacau balau
Rusuh jiwa memapah makna yang lusuh tak lagi utuh. Sementara kuncup mekar di selusuh rindu, harapan pun luluh bermandikan peluh.
Kemana kucari suluh yang lama padam tenggelam di amuk debat yang semakin keruh?
Oh ... Tuan yang mendongak ke langit congkak, dengan berkacak tuan lampiaskan kata tak bijak. Pongah melampaui batas bumi berpijak, hingga meninggalkan jejak luka yang menghentak.
Tuan telah menganggap diri sebagai Tuhan, menepuk dada atas tangisan orang kecil tersungkur penderitaan
Manis bibir atas perjanjian
Hanya berpoles kepalsuan
Perut takkan kenyang dengan memakan rayuan
Jangan Tuan redam demokrasi yang sering sungsang dibias pencitraan
"Rintihan menggelepar di balik getar yang tersesat di negeri gusar
Antara samar melampisi pudar takkan jelas dalam tatapan nanar"
Karya : Suyatri Yatri
Rokan Hulu, 12 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak cipta © 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
PERJUANGAN PEREMPUAN GAGAH
Perempuan gagah itu memanggul cangkul
Menyusuri jalan setapak harapan
Dengan geliat asa yang diimpikan
Perempuan gagah itu menjadi pahlawan
Berjuang menikmati terjalnya kehidupan
Menghadapi badai gelombang
Perempuan gagah itu memberi senyuman kebahagiaan
Tak pernah terlukis duka di wajahnya
Sebab ikhlas menjadi dasar kesabaran
Rokan Hulu, 23 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta © 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
DEMI KEFANAAN
Kita lebih memelihara diam
Saat bara memakan belulang tiada padam
Menyusup di gelap malam
Merapal mantra mengepul asap dupa tanpa salam
Kita lebih mementingkan pengembaraan
Saat langit terbentang, mengais kefanaan
Cucurkan sejuta makna tanpa tujuan
Berkisah rasa hidup dalam keabadian
Kita sering mengabaikan kenyataan
Mengejar fatamorgana, diri terlupakan
Waktu lebih berkuasa hingga pekerjaan adalah raja
Tenggelam jiwa dalam budak dunia
Tiada cahaya menentramkan jiwa
Saat raga menjadi robot pekerja
Kekayaan telah membutakan hati
Lupa diri sebagai hamba mencari rida Ilahi
Rokan Hulu, 18 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
PERMAINAN JANJI
Secangkir kopi telantar di pahitnya rasa sebab gula tak lagi memberi manis setiap teguknya.
Menguap asap di hangatnya air telah menjadi wabah di sekitar makna
Perbaiki sajak untuk dikemas diksi agar tak merusak wadah yang dihuni
Jangan racuni sajian bersih agar tak ada kematian memagut janji
Satu titik diberi bidak catur, terlunta di pengasingan dari jujur yang ditembangkan
Arena permainan terlalu cerdik sehingga pintar pun menarik
Pelangi membias di lengkung jiwa hingga tak lagi menyentuh warnanya yang beraneka
Hembusan lembaran menjadi hijau merimbun menggiurkan
Lupa waktu bersujud pada-Nya
Tak sadar kehilangan cerita
demi langit biru yang terbentang
Menutupi kata bijak dari ayat-ayat keindahan
"Janjimu Tuan, antara api dan air maka tenggelam mati di samudra sebab fatamorgana menyelimuti makna."
Rokan Hulu, 16 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
RETAK TANAH DISAPA BENCANA
Karya : Suyatri Yatri
Bahu siapakah kan kupinjam untuk bersandar sekadar membuang butiran bening yang menetes di mataku?
Ah, terlalu berat beban yang kupikul dari luka yang mengguncang negeriku
Saat jerit pilu telah memenjarakan nestapa di tanah Donggala
Mamuju pun bersambut duka dari napas yang terhentikan
Sementara amukan sadis gelombang setinggi rumah telah meratakan Palu dengan puing-puing derita
Tuhan sedang menguji bangsa
Bertubi-tubi disapa bencana
Belum kering darah dan air mata memercik di dinding nestapa
Hempasan tragedi menimbun tubuh lemah tiada daya
Tersungkur limbung retak tanah mematah tungkai merimbun lara
Dongeng ratu bermata sayu
Mencecah kerajaan berseteru
Hingga Allah membalikkan lautan biru
Menumpah kecup daratan menggigil pilu
Nikmat yang mana disembunyikan dari Yang Mahasempurna?
Alam terbata saat tanya tiada jawabnya
Gemuruh salah menumpuk hinggapi jiwa
Jangan salahkan bumi telah menua
Sebab diri telah lena oleh kemewahan dunia
Rokan Hulu, 29 September 2018
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
KEBAHAGIAAN TERPENTING
Karya : Suyatri Yatri
Bahagia itu saat ikhlas singgahi hati
Saat menapak jejak kehidupan
Kesabaran tiada batas memberi kedamaian
Syukur atas nikmat Allah yang telah didapatkan
Hakikat hidup di bumi pengembaraan
Senyumnya yang lugu membahagiakan
Petualangan diselingi canda dan gurauan
Lepas terbebas dari segala beban
Sebab matahari masih setia memberi panasnya di bumi
Langit memayungi rindu yang terpatri
Uluran kasih dari kebermaknaan jiwa
Memberi estetika yang menyatukan cinta
Pembelajaran alam menjadi diri dewasa
Sebab rasa dan logika jalan utama
Dari tapak-tapak kebaikan
Reranting zikir sebagai kunci ketabahan
Di antara pohon doa, Allah memberi ujian
Keteguhan dan ketegaran jiwa dari sentuhan kepasrahan
Kebahagiaan hakiki sebagai bekal keabadian
Rokan Hulu, 29 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
PALU TERGUNCANG PILU
Karya : Suyatri Yatri
Teguran Allah kembali singgahi lapisan bumi
Dari Lombok bergeser ke Palu
Getarannya hingga ke hulu.
Laut pun naik hingga tenggelamkan Masjid Agung
Kembali dipertanyakan mengapa 7 SR mengguncang negeri?
Palu terguncang pilu
Dua meter tingginya air melahap gedung hingga luluh lantah
Jerit tangis panik histeris
Luka kembali bersenandung
Kita sedang berkabung
Doa dan zikir menenangkan jiwa yang bingung
Ke mana arah yang hendak di tuju
Kejaran air telah hempaskan segalanya
Kembali muhasabah jiwa atas bencana yang melanda
Rokan Hulu, 28 September 2018
Hak Cipta ©2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar