UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 07 Januari 2022

Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - AKIDAH


 
AKIDAH
Karya : Ustadz.Assoc.Prof.S.Marulafau


Kau dan aku sama di mata Tuhan
Tak ada perbedaan sedikit pun
Jika kau orang takwa
Jika kau orang yang beriman
Jangan bermusuhan dalam agama

Urus agamamu dan kuurus agamaku
Jangan tabrak karena agama
Boleh lain pendapat
Tapi jangan hubungan saudara retak

Karena tak ucap natal
Aku pun tak mau ucap
Kau terus menerus mengotot
Tak berkesudahan

Hanyalah Tuhan tahu maksud hati Tuan
Sungguh tak tahu apa yang kau ucapkan
Bila kau ucapkan akan bermasalah
Tapi jangan menyesal bila kau masuk neraka
Haha,,,hahaha, tobat

Jangan main-main dengan akidah
Tak ada Tuhan selain Allah disembah
Rasulullah, utusan Allah
Ucaplah syahadat dengan saksi siapa

Apakah sudah syahadat sejak kecil
atau tidak?
Jangan kau tuding aku tak berperasaan
Sementara kau marah- marah

Jangan bertengkar
Dipikirkan dan diresapi dengan hati yang besar
Itu akidah bernuansa dalam tauhidan
Itulah islam takut pada Allah
Ashadualailahailallah wa'ashaduanna Muhammada rasulullah

MMN, 27/12/2021



NAPAS
Siamir Marulafau


Telah kutitip napas padamu
Aku tak tahu apakah dikau hirup yang bagus atau tidak
Bernapaslah dengan nama-Ku
Zhikirkanlah 1/3 malam
Jika tidak, akan Kucabut tanpa dikau tahu
Segerakanlah menyebut nama-Ku
Jika tidak akan berpaling padamu

sm/09/01/2019,Mdn



SIAPA LAGI?
Siamir Marulafau


hanya kau dan aku yang ada di langit
meskipun awan bertebaran dan mengembara
mengajak salah satu diantara kita
aku sungguh tak mau

karena angin belum berbica kepadaku
bahwa kau dan aku sudah menjadi satu
tak akan mungkin sirna salah satu
karena angin belum berbica kepadaku

pernapasanmu bersemayam dalam kerongkonganku
setiap kuhirup separuh jasadmu tertelan dalam jasadku
itu tak akan mungkin lagi
lebih baik sehidup semati antara kau dan aku
itulah akhir syairku sebelum tertidur di tanah tak bersuluh

sm/27/01/2019,Mdn



JIKA MENTARI TAK BERPALING
Siamir Marulafau


biarkanlah bumi itu telungkup
sepanjang napas berdenyut
mentari tak akan berpaling
jika hati berhias rindu

dengan asma-Mu
bersujud 1/3 malam dan berhitung
apakah helai napasku bahagian zat-Mu?
hal misterius tak terungkap
kuserahkan pada-Mu

sm/25/01/201,Mdn



OTAK TAK JALAN
Siamir Marulafau


Di otaknya terdampar cercah
Mengukir kebencian
Tak melirik pada ide-ide lama
Hanya gumpalan awan yang dilihat

Tanpa sadar, tak melihat bintang di langit cerah
Ocehannya mengubah citra
Mengapa otak tak jalan?
Merangkul prasangka yang tak setia

Mengundang bicara yang tak ada ujung
Jalan tertutup dengan palang bergaris merah
Tak boleh dilalui tanpa ada kesadaran
Biarlah mereka mengira dunia tak bulat

Sepanjang lorong-lorong tak dikotori
Akan binasa di pinggiran kota
Beritanya tak terduga
Tabrakan dalam sekejap tanpa aba-aba

sm/04/12/2018,Mdn



MELAHAP
Siamir Marulafau


Hanya dikau suguhkan
meredam lahapan kutelan
dengan penuh kelezatan

Di siang hari di kala mentari memanas
rasa sedap terukir di ujung lidah
meskipun kerongkongan mengering
tapi kulahap dengan sesungguhnya

sepanjang piring tak kosong
sepanjang senyum dikau suguhkan
tak dihias dengan genangan air mata

Biarlah kulahap di kejauhan
sepanjang pulau penang tak hujan
akan kuaduk dengan sendok
sampai kutelan tak bergaram

Rasa sedap mengupas kerinduan
sepanjang jalan kenangan
tak terlupakan sepanjang masa
meskipun gulanya sedikit bertabur
akan tersemaai dalam lara sepanjang zaman

sm/04/12/2018,Universiti USU,Mdn



MEMANG DASAR
Siamir Marulafau


Memang dasar
Surga dunia saja pun sudah meper
Apa yang kurang lagi?
Hahu,,,,hahu,,,keringat jagung
Apa lagi surga akhirat

Memang dasar tak bersukur
Dengan nikmat Tuhan
Sepertinya tak bersatu dengan alam ciptaan
Surga dunia menyelimuti kegalauan dalam keindahan

Memang dasar tak sadar seterusnya
Dengan jasad semakin senja
Bersukurlah dengan nikmat berlipat ganda sebelum napas menerawang di angkasa luar
Jika tak merasa puas dengan dunia tiruan

Tuhan akan berpaling sekejap
Dan tak akan tersenyum seterusnya
Karena nikmat dikau kufurkan tak menjalar lagi di pantai pasir putih bagai kristal
Ini terukir di syair penyair dalam lingkaran cinta

Bersukurlah sebelum senja terbenam
Dan di sana akan dikau temukan jendela surga
Membahana di setiap sudut
Karena amal terukir melirik pada taqwa

Jika surga akhirat dikau nantikan
Akan membuat sekujur tubuh roboh di kasur berbalut sutra
Terasa amat indah di temaram malam menggeliat
Napas pun terhempas di atas deburan ombak memancar dari atas ke bawah

Sepertinya tubuh melayang di atas awan mengembara tak terkira
Mau ke mana lagi?
Di malam syahdu dengan angin sepoi menggaet birahi tak ada arah
Biarlah jasad bersenggaman dengan langit biru
penuh dengan doa yang barokah
Di malam jumat menanti kehadiran belut kasih
disukuri karena Allah

Berpikirlah sekejap
Sebelum senja terkapar di tanah tak bersuluh
Mengukir amal saleha di sisi Tuhan barokah
Untuk apa?
Nafsu dunia bergentayangan tanpa arah
Hanya mengukir neraka jahanam tak berkesudahan

sm/13/12/2018,Mdn



KABAR PADA SEORANG KAWAN
Karya : Siamir Marulafau


Kabarkanlah kisahku pada angin
Di rembulan malam, bertemaram shahdu

Jika tidak, rinduku terhempas di gunung salju
Menggema di Numera bersayap di Johor Baru

Akan kusemai sekuntum bunga mawar
Penawar duka di langit biru

Mengasingkan diri tidak sesungguh
Karena Numera pelita hatiku

Tak akan kuhempaskan dengan layar mengoyak rindu
Numera sungguh berlabuh di tanah kelahiranku

Sampai hayat berbiduk dengan kayuh kuberlabuh
Di penantian nama-nama penyair kutunggu

Itulah kisah dan pesanku sebelum senja meluncur
Dengan genangan air mata pada Dato

Kusanjung,kuagungkan
sebagai penyair, sastrawan tershohor di seberang pulau
Moga usia panjang,lanjut, rezeki menumpuk

Numera hidup bernpas jadi satu
Karena puisi, cerpen novel menjadi satu,,,,,

sm/15/Okt/2018,Mdn



SIAPA DAN UNTUK SIAPA?
Karya : Siamir Marulafau


Mempesona setiap lara
Mengingatkan pada cerita lama
Seorang sang putra,Hang Tuah
Meleburkan penderitaan

Berjuang untuk rakyat
Di kala sinar tak menerang
Benderaku akan berkibar
Tercuat di atas langit biru

Aku adalah Hang Tuah
Panglima perang di medan perang
Melaka tershohor di semenanjung
Sampai tetes darah mengalir

Dipertahankan dalam sejarah
Terangkul sampai akhir zaman
Bergembiralah sampai ujung dunia
Di saat sukma mengeluskan duka

Akan kutebus dengan seksama
Meskipun tanah-tanah gersang mengering
Ladang harapan menggema setiap saat
Mengukir tentram dari hulu ke muara

Akan mecuat sebelum senja
Tersemai di setiap celah
Bagaikan bintang menerang
Seiring laksamana berjuang di negeri tercinta

sm/15/Okt/2018,Mdn



LAKSAMANA PERANG
Karya : Siamir Marulafau


Sungguh terlintas
Keagungan dengan semangat
Berjuang,,, berjuang,,,berjuang
Benderamu berkibar di langit biru

Terlintas dalam setiap sukma
Tak akan bertanya lagi
Di saat Melaka tersanjung
Namamu bagaikan sekuntum bunga

Bagaikan singa di hutan belantara
Tak diduga amat menerjang
Di setiap pelupuk mata
Ada pengakuan tersembunyi

Terbilang pada setiap kata
Terukir di setiap prasasti
Merangkul kesetiaan di ujung pedang
Tak akan terselubung setiap detik

Sungguh namamu tersemayam
Di sanggar budaya
Tak akan sirna sepanjang masa
Hang Tuah meleburkan derita

Semut-semut di ladang tak terpijak
Karena aromamu bagaikan besi tuang
Tak merapuh dalam ingatan
Melingkar pada setiap kalbu insan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ELOKNYA HANG TUAH
Karya: Siamir Marulafau


Tak akan bertanya lagi
Menerawang tidak di angkasa
Dengan namamu terlintas
Pada setiap kalimat kubercerita

Bukan khayalan sembarang
Mengukir rembulan bercahaya
Tak akan bertemaram sepanjang malam
Perjuangan tersisa

Melaka terukir indah
Mencuat di cermin kutatap
Menggapai sasaran tak berduka
Dengan cahaya gemilang

Rumput-rumput kulalui tak mengering
Menghijau pada setiap pandang
Terukir sungguh dalam lara
Sedetik terbayang

Meskipun dunia berlanjut usia
Namamu, sang raja
Menitip buih di lautan
Tak akan ada lumut berkarat di setiap karang

Daun-daun pun bercerita :
Generasi tersenyum juga
Mengupas untung di hamparan
Lautan pun tak mengering di kala layar berkembang

sm/15/0kt/2018,Mdn



DI KALA AKU BERJUANG
Karya : Siamir Marulafau


Akan dikau sebut namaku?
Di semenanjung Melaka
Kusanjung di sebuah prasasti
Terukir dalam setiap waktu

Bersemayam di setiap senyum
Tak akan terlebur di atas pohon
Sepanjang awan menjadi saksi
Meskipun duka menyelimuti kulit-kulit terbakar

Napas kuukirkan dengan nama Tuhan-ku
Tak merapuh di setiap sendi tulang belulangku
Perjuanganku membalut lukaku
Luka menganga di atas dataran kering

Meskipun bulan sabit menerang tidak
Purnama akan bercahaya seketika
Di kala perjuanganku mengiris dengan pedang
Semua gajah-gajah tergilas

Dengan cambuk menghempas
Pedang pun menghunus
Berlari di hutan belantara,,,berlarilah segenap
Jangan dikau menginjak hutanku

Aku, pejuang bagaikan binatang jalang
Tak terbuang dari kumpulannya
Menerkam setiap saat
Di pelantaran tanah datar,,,enyahlah kalian

sm/15/10/2018,Mdn



MENGAPA DIPANGGIL HANG TUAH?
Karya : Siamir Marulafau


Terukir di sejarah lama
Di kota lama kubersemayam
Di kala rembulan tersenyum
Setiap malam bercerita pada cahaya

Apa tujuan dikau beri cahaya?
Mengungkap sosok sang raja
Meskipun temaram malam terbingkai
Sejarah membuktikan :

Siapa dan mengapa Hang Tuah berjuang
Tanah Melaka terdampar di celah pebatuan
Aksi tak akan terhindar
Mengaung bagaikan singa hutan kelaparan

Siapa kalian menginjak rumput-rumput di hutan ini?
Kumpulan kami tak terbuang
Bersatu terus menerus sepanjang musim panas
Tak akan hangus sedikit pun

Jika pikiran, tenaga bersatu padu
Apakah tak berpikir?
Aku adalah Hang Tuah,,,menindas
Jika gajah-gajah menginjak tanah gersang

Memanas sampai ujung dunia
Hang Tuah akan berpencar ke mana-mana
Meskipun hujan lebat mengguyur tanah Melaka
Tetap namaku memangku raja bertuan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ADA APA DI SUNGAI?

Di sungai ini
Ada yang melihat
Keajaiban dunia

Sehari semalam
Aku tunggu ke tepian
Menggaet sukma

Di sunga ini
Ada Kembang
Maroko tersenyum

Di sungai ini
Menanti kasih
Tak seronok

Di tepi sungai
Aku berpuisi
Di kala langit mendung

Aku meluapkan kasih
Kapan biduk berlabuh?
Akan kusemai dalam sukma

Sepanjang air sungai tak mengamuk
Akan kudendangkan
Betapa indahnya

Alam tercipta
Kuagungkan kebesaran-Nya
Menggema,,,,Allahu Akbar

sm/12/0kt/2018,Mdn



TALI
Siamir Marulafau


Tali terikat
Melilit ke tepian
Merangkul kasih tak sirna
Di Martapura, Sungai membentang
Senyumlah menghias rindu
Tak kesampaian
Lara terhempas
Biduk mengapung tak tenang
Kayuh mendayung tak kuat
Sukma terhempas dalam kegelapan
Di kala bintang tak menerang
Hanya wajah melirik ke tepian
Di temaram malam mengukir impian

Sm/15/10/2018,Mdn



PESAN KEPADA KAWAN
Siamir Marulafau


Di tepi sungai
Tercebur sukma
Melanda Martapura

Tersanjung ke tepian
Adakah kembang ?
Menyusup di celah –celah

Denyutan jantung berdetak
Mau ke mana?
Martapura menampung

Kembang tersenyum
Kasih terbuai
Alam bersahabat

Sepertinya senyum
Terdeteksi kasih menyatu
Salam bahagia

sm/14/0kt/2018,Mdn



LIDAH TAK BERTULANG
Siamir Marulafau


Lidahnya tak bertulang
Mengurai kesengsaraan bangsa
Tak bercahaya di malam rembulan
Sepertinya meneteskan air keras

Semua gelas kosong dan retak
Jiwa manusia terancam
Mengukir kebohongan dalam fakta
Seluk beluk kehidupan terbongkar

Bukan omongan sembarang
Menunggu detik-detik kehancuran
Di kala malam tak berbintang
Semua cahaya terperangkap

Di balik kemustahilan tersentuh data
Meskipun langit tak senyum
Insan hanya menanti apakah benar atau salah
Tak bisa terkejar
Bagaikan peluru tajam menembus duka lara

sm/03/10/2018,Mdn



TAK AKAN KE MANA
Siamir Marulafau


Menitip cinta dalam lara
Kehampaan berbayang di pelupuk mata
Meskipun cinta jauh di pulau penang
Bisikan sukma berdetak bagai jarum jam
Cinta tak akan dinafikan
Jika terlintas dalam rasa

Menitip kasih tak terhingga
Sebanyak buih di lautan tak terhitungkan
Karena berbagi rasa , , , , suka duka

Menyatu dalam sukma , , , , mengikat dalam darah
Hanya kembang membungkus Cinta sepanjang senja tak bersemayam di tanah diam
Akan kuikrarkan ke hambaran bebalik cahaya jika kembang merangkul bulan

Sm/30/08/2018,Universiti,USU



LAMPIRAN
Siamir Marulafau


Lampiranmu telah tercatat dalam lara
Tintanya tak dapat diusap
Tak akan sirna sepanjang masa
Sepanjang pelangi tak kabur
Sepanjang merahnya jingga menorek sukma

Dan tak akan diperkirakan lagi
Betapa indahnya lembayung mengukir rasa
Akan kuselami siang malam
Karena dikau pelangi bermata biru
Hinggap di celah bayangan kuimpikan
Akankah ini menjadi suatu kenyataan
Sebelum senja terbenam
Akan tergapai jika pelangi berhias warna terangkul dalam sukma
Membias di sekujur tubuh dengan kerudung berwarna jingga

sm/30/09/2018,Universiti USU



SENYUM
Siamir Marulafau


Segelintir senyummu membias
Di kala mentari terbit
Membahana sepanjang jalan
Tak dapat dimungkiri

Dengan olesan kemerahan di bibir
Membuat pepohonan tumbang
Sepertinya angin kencang merobohkan
Dengan alam tak kelam lagi

Tersemai di sekujur jasad
Menghantar sinar lembayung terukir
Meskipun alam tak bersahabat lagi
Namun lara bersemedi di alam tergapai

sm/27/10/2018,Mdn



DI KALA MENTARI TERBIT
Siamir Marulafau


Di kala mentari terbit
Dunia pun terang benderang
De buran ombak menyiprak
Ke tepian hati pun berdendang

Ke mana akan berlabuh?
Biduk akan menggapai senja
Terkubur akan binasa
Dengan dosa-dosa masa lalu

Tuhan akan tahu
Di balik ke gelapan berkisah
Meminta ampun pada maha Kuasa
Jika sujud tak terlena

Di mana pun berada
Akan kusemai doa dan zhikir pada-Mu
Kaulah yang memulai dan mengakhiri
Tak terbenam di lembah bara api menyala

Kebajikan terukir di ujung napas
Sebelum tertidur di tanah diam
Malaikat tersenyum sesudahnya
Jika kain kafan terbalut jasad

Hanya Tuhan tahu segalanya
Kudrat-Nya menitip buih kebajikan
Sirna tak melebur dalam dosa
Sepanjang qur'an terlantun di udara-Nya

sm/26/10/2018,Medan



DI BALIK PINTU
Karya : Siamir Marulafau


Di setiap pintu kutunjuk
Siapa yang akan masuk
Hati terbentang merindu
Akan kuhias dengan senyum

Meskipun kutunjuk pada bulan
Cahaya semakin redup
Tak akan dibiarkan gelap sepanjang waktu
Tapi sinar akan menerpa di senja kelam

Meskipun waktu lama ditunggu
Bayanganmu akan terpampang di awan biru
Langit akan menjadi saksi
Tuhan maha tahu,,,,karena dikau pintu hatiku

Hati suciku berkayuh menuju pulau
Di kala bayanganmu,,,,wahai suamiku
Tak akan kubiarkan pintu tertutup
Sanubariku tertuju pada lintasan satu

Meskipun angin belum menghembus
Langkahku melintas dalam kalbu
Jika napas bersemayam selalu
Hanyalah dikau dan aku bersemedi di rembulan syahdu

sm/23/0kt/2018,Mdn



DI BALIK PINTU
Karya : Siamir Marulafau


Di setiap pintu kutunjuk
Siapa yang akan masuk
Hati terbentang merindu
Akan kuhias dengan senyum

Meskipun kutunjuk pada bulan
Cahaya semakin redup
Tak akan dibiarkan gelap sepanjang waktu
Tapi sinar akan menerpa di senja kelam

Meskipun waktu lama ditunggu
Bayanganmu akan terpampang di awan biru
Langit akan menjadi saksi
Tuhan maha tahu,,,,karena dikau pintu hatiku

Hati suciku berkayuh menuju pulau
Di kala bayanganmu,,,,wahai suamiku
Tak akan kubiarkan pintu tertutup
Sanubariku tertuju pada lintasan satu

Meskipun angin belum menghembus
Langkahku melintas dalam kalbu
Jika napas bersemayam selalu
Hanyalah dikau dan aku bersemedi di rembulan syahdu

sm/23/0kt/2018,Mdn



HUMANITAS
Karya : Siamir Marulafau


Meskipun tulang belulangku merapuh di tanah tak bersuluh
Namun jiwa ragaku bersemayam selalu dalam napasmu
Dan di sanalah tali ikatan menyatu
Dengan napas kuemban dari Tuhanku
Sepertinya daun-daun di ranting menyatu
Bersatu padu antara kau dan aku
Akan sukar dibelah bagaikan air bersatu padu
Aku pun mencari kau selalu
Karena tak hidup di hutan belantara liar tak menentu
Tak akan hidup tanpa bersatu
Mengikat tali serumpun di atas tanah bernapaskan satu
Mana kemanusiaan dikau janjikan?
Mana keadilan dikau semaikan antara sesama?
Tak akan dileburkan jika hati bersatu
Sepanjang mentari menyinari kalbu
Ini bukan cerita sekedar menghilangkan rasa suntuk
Ikatan sesama diabaikan jangan
Tuhanku melirik akan apa dalam isi hatimu
Penindasan akan diriku dimusnahkan tanpa pilih kasih dan untung
Hanya bertanya pada diriku
Jika pikiran menyatu,akan tak ada musuh
Sirna ditelan pasir-pasir tak menguntung
Jika dikau ingat akan aku
Siapa diantara kau dan aku?
Akan tentu insyaflah hubungan antara kau dan aku menyatu
Tak akan seperti langit dan bumi sukar bersatu
Titik pandang akan menyatu
Jika tali dipegang jadi satu,,,menyatu,,,menyatu,,,menyatu
Marilah bersatu sebelum senja mengabur
Sebelum napas tak menyatu
Sebelum jasad bersemayam di tanah tak bersuluh

sm/16/0kt/2018,Mdn



KEAJAIBAN
Siamir Marulafau


Di sungai ini
Ada yang melihat
Keajaiban dunia

Sehari semalam
Aku tunggu ke tepian
Menggaet sukma

Di sunga ini
Ada Kembang
Maroko tersenyum

Di sungai ini
Menanti kasih
Tak seronok

Di tepi sungai
Aku berpuisi
Di kala langit mendung

Aku meluapkan kasih
Kapan biduk berlabuh?
Akan kusemai dalam sukma

Sepanjang air sungai tak mengamuk
Akan kudendangkan
Betapa indahnya

Alam tercipta
Kuagungkan kebesaran-Nya
Tiada tara menggema
sm/14/10/2018,Mdn



PESAN KEPADA KAWAN
Siamir Marulafau


Di tepi sungai
Tercebur sukma
Melanda Martapura

Tersanjung ke tepian
Adakah kembang ?
Menyusup di celah –celah

Denyutan jantung berdetak
Mau ke mana?
Martapura menampung

Kembang tersenyum
Kasih terbuai
Alam bersahabat

Sepertinya senyum
Terdeteksi kasih menyatu
Salam bahagia

sm/14/0kt/2018,Mdn



LAKSAMANA PERANG
Karya : Siamir Marulafau


Sungguh terlintas
Keagungan dengan semangat
Berjuang,,, berjuang,,,berjuang
Benderamu berkibar di langit biru

Terlintas dalam setiap sukma
Tak akan bertanya lagi
Di saat Melaka tersanjung
Namamu bagaikan sekuntum bunga

Bagaikan singa di hutan belantara
Tak diduga amat menerjang
Di setiap pelupuk mata
Ada pengakuan tersembunyi

Terbilang pada setiap kata
Terukir di setiap prasasti
Merangkul kesetiaan di ujung pedang
Tak akan terselubung setiap detik

Sungguh namamu tersemayam
Di sanggar budaya
Tak akan sirna sepanjang masa
Hang Tuah meleburkan derita

Semut-semut di ladang tak terpijak
Karena aromamu bagaikan besi tuang
Tak merapuh dalam ingatan
Melingkar pada setiap kalbu insan

sm/15/Okt/2018,Mdn



ELOKNYA HANG TUAH
Karya: Siamir Marulafau


Tak akan bertanya lagi
Menerawang tidak di angkasa
Dengan namamu terlintas
Pada setiap kalimat kubercerita

Bukan khayalan sembarang
Mengukir rembulan bercahaya
Tak akan bertemaram sepanjang malam
Perjuangan tersisa

Melaka terukir indah
Mencuat di cermin kutatap
Menggapai sasaran tak berduka
Dengan cahaya gemilang

Rumput-rumput kulalui tak mengering
Menghijau pada setiap pandang
Terukir sungguh dalam lara
Sedetik terbayang

Meskipun dunia berlanjut usia
Namamu, sang raja
Menitip buih di lautan
Tak akan ada lumut berkarat di setiap karang

Daun-daun pun bercerita :
Generasi tersenyum juga
Mengupas untung di hamparan
Lautan pun tak mengering di kala layar berkembang

sm/15/0kt/2018,Mdn



DI KALA AKU BERJUANG
Karya : Siamir Marulafau

Akan dikau sebut namaku?
Di semenanjung Melaka
Kusanjung di sebuah prasasti
Terukir dalam setiap waktu

Bersemayam di setiap senyum
Tak akan terlebur di atas pohon
Sepanjang awan menjadi saksi
Meskipun duka menyelimuti kulit-kulit terbakar

Napas kuukirkan dengan nama Tuhan-ku
Tak merapuh di setiap sendi tulang belulangku
Perjuanganku membalut lukaku
Luka menganga di atas dataran kering

Meskipun bulan sabit menerang tidak
Purnama akan bercahaya seketika
Di kala perjuanganku mengiris dengan pedang
Semua gajah-gajah tergilas

Dengan cambuk menghempas
Pedang pun menghunus
Berlari di hutan belantara,,,berlarilah segenap
Jangan dikau menginjak hutanku

Aku, pejuang bagaikan binatang jalang
Tak terbuang dari kumpulannya
Menerkam setiap saat
Di pelantaran tanah datar,,,enyahlah kalian

sm/15/10/2018,Mdn



MENGAPA DIPANGGIL HANG TUAH?
Karya : Siamir Marulafau


Terukir di sejarah lama
Di kota lama kubersemayam
Di kala rembulan tersenyum
Setiap malam bercerita pada cahaya

Apa tujuan dikau beri cahaya?
Mengungkap sosok sang raja
Meskipun temaram malam terbingkai
Sejarah membuktikan :

Siapa dan mengapa Hang Tuah berjuang
Tanah Melaka terdampar di celah pebatuan
Aksi tak akan terhindar
Mengaung bagaikan singa hutan kelaparan

Siapa kalian menginjak rumput-rumput di hutan ini?
Kumpulan kami tak terbuang
Bersatu terus menerus sepanjang musim panas
Tak akan hangus sedikit pun

Jika pikiran, tenaga bersatu padu
Apakah tak berpikir?
Aku adalah Hang Tuah,,,menindas
Jika gajah-gajah menginjak tanah gersang

Memanas sampai ujung dunia
Hang Tuah akan berpencar ke mana-mana
Meskipun hujan lebat mengguyur tanah Melaka
Tetap namaku memangku raja bertuan

sm/15/Okt/2018,Mdn



SIAPA KAU DAN AKU?
Karya : Siamir Marulafau


Apakah tak bertanya
Siapa kau dan aku?
Bukan siapa-siapa,hanya satu
Sinarmu adalah sinarku menyinari langit dan bumi

Tak akan ada jarak kau dan aku
Sepanjang bumi menampung jasadmu dan jasadku
Bernapas satu,,,benapas satu
Jika dikau merasa sesuatu, aku pun begitu

Ini bukan sekedar cerita buat aku
Kemanusiaan tinggi di langit biru
Merangkul makhluk bernapas satu
Di mana dikau ?

Semua bumi dilanda bencana seperti dulu
Hancur meluluh di tangan-Ku
Jika hanya tinggal namamu, siapa salah antara kau dan aku?
Bertanyalah pada Tuhanku

Jika dikau sadar akan Aku?
Berbudi luhur sesama hamba-Ku
Jangan sesalkan apa Kumau
Berakaitlah pada hamba-Ku

Aku adalah Tuhan-mu
Memberikan pesan pada makhluk
Semua terikat, mengikat
Hanya satu tali mengalir jadi satu

sm/16/Okt/2018,Mdn



KABAR PADA SEORANG KAWAN
Karya : Siamir Marulafau


Kabarkanlah kisahku pada angin
Di rembulan malam bertemaram shahdu

Jika tidak, rinduku terhempas di gunung salju
Menggema di Numera bersayap di Johor Baru

Akan kusemai sekuntum bunga mawar
Penawar duka di langit biru

Mengasingkan diri tidak sesungguh
Karena Numera pelita hatiku

Tak akan kuhempaskan dengan layar mengoyak rindu
Numera sungguh berlabuh di tanah kelahiranku

Sampai hayat berbiduk dengan kayuh kuberlabuh
Di penantian nama-nama penyair kutunggu

Itulah kisah dan pesanku sebelum senja meluncur
Dengan genangan air mata pada Dato

Kusanjung,kuagungkan
sebagai penyair, sastrawan tershohor di seberang pulau
Moga usia panjang,lanjut, rezeki menumpuk

Numera hidup bernpas jadi satu
Karena puisi, cerpen novel menjadi satu,,,,,

sm/15/Okt/2018,Mdn



BENANG-BENANG
Karya : Siamir Marulafau


Benang akan menjadi tali
Pengingat antar sesama
Jangan ditarik kuat-kuat
Melongsor ke jurang

Jika tak dililit
Merost ke tepian
Jika benang melurus
Tariklah benang ke kiri dan ke kanan

Akan dikau lihat
Siapa terikat?
Meskipun benang jadi ikat pinggang
Ikat pengikat pikiran juga

Berpeganglah pada tali jadi benang
Penghubung sukma antar sesama
Humanitas akan terbengkalai jangan
Meluruskan yang salah

Benang pengikat pada setiap tiang
Sampai ke penghujung dunia
Peganglah benang dan jangan tarik kuat
Akan meluruskan jalan pikiran

Lempang tak ada hentinya
Melaju berjalan tak ada hambatan
Peganglah benang dan jangan tarik kuat
Menjadi pedoman dalam pandangan

sm/17/Okt/2018,Mdn



RANGKULAN
Karya : Siamir Marulafau


Tak seperti merangkul salju
Hati antara satu dengan makhluk-Mu bersatu
Janganlah bertanya pada-Ku selalu
Apakah dikau tak berpikir?
Jangan merenggang di batang kayu
Akan jatuh berkeping tak akan menjadi satu
Bukan seperti benalu
Mengadu untung pada yang satu
Pohon-pohon akan keropos,melapuk
Tak beranting mengikat dengan daun
Jika tak enggan bersatu
Bangunlah tidurmu di sehelai tikar terbentang
Akan dikau tahu
Meskipun langit tak bersatu dengan bumi-Mu
Ikatan tali Kau semaikan dalam ayat-Mu
Bersekutu antara satu dengan makhluk
Kemanusiaan, persaudaraan terhimpun menjadi satu
Fitnah, pelecehan mencuatkan bara api tak menyatu
Sirna,,,akan menjadi abu
Akan semuanya kukirim pada angin terhembus jadi salju
Karena persaudaraan adalah bersenandung darah dagingku
Tak akan terlebur,sirna ditelan arus
Terhimpun dengan shahadat kusebut atas nama-Mu
Bangunkanlah jiwamu,,,,bangunkanlah jiwamu,,,bangunkalah jiwamu
Wahai insan,,,
Menyatu dalam air keruh
Jika musuh-musuh menusuk tulang rusukmu
Jangan biarkan mereka menghempaskan hidupmu
Mengucap atas nama-Ku,,,,Allahu Akbar

sm/16/10/2018,Mdn



KABAR ANGIN
KARYA : Siamir Marulafau


Aku sudah mengabarkan pada angin
Bawalah aku di atas karang tak berlumut
Meskipun karangnya tajam setajam pisau
Kakiku akan kubentang di kala bulan tersenyum

Bulan tak enggan menerimaku
Walaupun senjaku terkapar di atas pasir berbalut laut
Akan kubaca,,,,,akan kubaca,,,,akan kubaca
Jawaban kepada Tuhan tersemai di ujung rumput tak berembun

Tak dibiarkan kering sepanjang masa
Jika jawabanmu kepada Tuhan berbisik pada alamku
Segenap senja tak merapuh di kala mentari bersua di ufuk timur
Meskipun tak membiaskan angan di pelupuk rindu

Hanyalah Tuhan tahu apa jawabanku
Kembang menghempaskan sayapku sebagai kumbang pengisap madu
Apa salahku?
Apa dosaku ?

Mengapa dikau biarkan bidukku tenggelam tak berkayuh
Senantiasa menggapai sebuah pulau amat menjauh
Seiring nyiur melambai memanggil namamu
Kembang membahana pada jawaban Tuhanku

Tersemai di atas selat kulalui
Moga doa terbingkai pada Ilahi,,,,,,ya Rabi

sm/19/10/2018,Medan



LAMPU MERAH
Karya: Siamir Marulafau


Berlindug di bawah pilar
Arah angin tak menentu
Nafsu membludak
Apakah salah jika dilalui?
Lampunya menggeliat
Tak padam,,,tak diam
Menganga di penantian
Menyembur jika mendekat
Kadang amarah datang
Menyembur jika mendekat
Mengapa dikau ceroboh
Tak mengelak sedikitpun
Lampunya kedip-kedip
Apa tandanya?
Jangan dilalui
Neraka menanti kenikmatan
Meskipun malam jumat beteriak

sm/19/Okt/2018,Mdn



KABAR ANGIN
KARYA : Siamir Marulafau


Aku sudah mengabarkan pada angin
Bawalah aku di atas karang tak berlumut
Meskipun karangnya tajam setajam pisau
Kakiku akan kubentang di kala bulan tersenyum

Bulan tak enggan menerimaku
Walaupun senjaku terkapar di atas pasir berbalut laut
Akan kubaca,,,,,akan kubaca,,,,akan kubaca
Jawaban kepada Tuhan tersemai di ujung rumput tak berembun

Tak dibiarkan kering sepanjang masa
Jika jawabanmu kepada Tuhan berbisik pada alamku
Segenap senja tak merapuh di kala mentari bersua di ufuk timur
Meskipun tak membiaskan angan di pelupuk rindu

Hanyalah Tuhan tahu apa jawabanku
Kembang menghempaskan sayapku sebagai kumbang pengisap madu
Apa salahku?
Apa dosaku ?

Mengapa dikau biarkan bidukku tenggelam tak berkayuh
Senantiasa menggapai sebuah pulau amat menjauh
Seiring nyiur melambai memanggil namamu
Kembang membahana pada jawaban Tuhanku

Tersemai di atas selat kulalui
Moga doa terbingkai pada Ilahi,,,,,,ya Rabi

sm/19/10/2018,Medan



JANGAN BOHONGI AKU
Siamir Marulafau


Jangan bohongi aku
Dengan hadis qur'an kau semai dilangit biru
Jika dikau tak mengukir jalan ditempuh
Karena kitab itu bukan sembarang
Kitab itu diluncurkan buat Ahmad tersanjung
Dalam ayat-ayat tersirat nama Tuhan-Ku
Jika dikau menyebut terus-menerus
Tanpa sanad kerasulan-ku
Tanpa pembelajaran,,,,hanya melirik-melirik
Tuhan akan meluapkan amarah
Karena bumi dikau tempuh tak bersinar
Redup selalu terukir dalam ayat-ayat-Ku
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Apakah dikau tak berpikir,,,?
Sungguh menista akan dikau dengan napas tak berembun
Bacalah dengan nama Tuhanmu :
Jangan amalkan ilmu tanpa dikau tahu
Apa itu ilmu qur'an hadis dicetuskan pada pada Rasul-ku
Qur'an bukan sembarang kitab dilantunkan
Diturunkan dengan ribuan aksara terpadu
Bacalah dengan namaTuhan-Ku
Akan dikau tahu Tuhanku hanya satu
Tidak beranak dan diperanakkan
Bacalah Muhammdan dengan nama Tuhan-Mu
Sebagai pewaris dan penyebar ayat-ayat-Ku
Janganlah hambaku menista,,,,mempermainkan ayat-ayat-Ku
Aku sesungguh-Nya,,,Tuhan-Mu
Tak akan sama dengan zat kuciptakan bagimu
Wahai manusia,,,,,
Janganlah mempersekutukan Aku
Jangan dikau manipulasi ayat-ayat-Ku
Jangan dikau mendustakan ayat-ayat-Ku
Jangan dikau mengaku-ngaku belajar hadist rasul-Ku
Tanpa mengukir sanad dari masa kemasa
Bacalah dengan nama Tuhanmu
Bahwa Aku,Tuhanmu setiap saat Kupantau
Setiap detik Kulihat,Kudengar,Kusaksikan atas namaTuhanmu

sm/29/10/2018



PANASNYA MATAHARI
Siamir Marulafau


Tak pernah kutanya pada mentari berapa derajat panasmu
Hanya menutup wajahku bakal hangus
Jika dosa tak kuleburkan di taman salju
Apakah sisanya akan terekam di atas langit
Hanya Tuhan tahu
Entah ke mana desas kualamatkan dengan siksaan pedih
Karena salat 5 waktu terbengkalai
Urusan -urusan dunia bergelimpahan menawarkan bara api
Hanyalah Tuhan tahu
Aku pun bingung kadang jika celotehku ini menjemput kuping
Apakah kata mereka nanti,,,,,aku tak tahu
Jika aku mendekat dengan mentari,apa bakal terjadi?
Tak satu pun rumput bergoyang di bumi menjawab
Paling-paling akan kusiram dengan air es
Membuat lara tersengat dengan kulit melepuh
Pedih sangat jika sukma dibelakangkan dan tak mau tahu
Siapa di belakang Mentari
Akan terciprak dengan bara api memanas sampai ubun-ubun
Jika kebajikan disepelekan,,,,,kemaksiatan diabadikan
Syairku hanya menderu bagaikan angin melintas meminta surga
Gemersik air pun tak akan kunjung datang
Karena pintu surga dijanjikan tertutup
Mau ke mana sang penyair dan manusia di bumi
Jika amarah mentari berkobar setiap saat
Siapakah di belakang mentari?
Cukup panas tak tahu dan mau tahu dan siapa yang datang
Tak pasrah jika napas bersemayam dalam darah,,,pintu surga masih terbuka
Bagi siapa pun asalkan mengingat panasnya matahari
Ini syair bukan sembarang mengkisah sebuah kisah lama
Terdampar di dasar bara api sedang memuai tak sebanding api dunia
Mau ke mana kalian semua jika hal ini terjadi?
Tak akan satu pun menjawab dibait-bait syair, menggema di pelantara dunia tersentuh
Jangan sentuh dan jika tak tahu, syairku akan gugur terpanggang dalam besi tua memerah
Bacalah ceritaku,,,,bacalah ceritaku
Dunia akan gempar dengan kebajikan ketimbang kriminal dahsyat menipu insan

sm/12/11/2018,Medan



TAK AKAN TERHAPUS
Siamir Marulafau


Meskipun goresan pensil dikau ukir dalam gelombang puisi
Tak akan sirna dalam bait-bait
Tak menyekat dalam lara
Sepanjang sela Melaka tak kering
Akan menampung kerinduan bertahun – tahun

Meskipun tulang belulangku merapuh di tanah tak bersuluh
Napasku dalam syairmu bersemayam selalu
Sepanjang dunia tak bergulir jadi debu

Dan di sanalah aku bersemedi di kolam puisi
Tetesan air mata akan menambah luapan kolam menepi
Yang tak akan kubiarkan kolam puisi kering

Walaupun prinsip menyelinap dalam alam gelap tak berbingkai
Akan kuhias dengan mawar semerbak
Dunia akan tak tenggelam dengan kegalauan menyiksa diri
Di sanalah akan tumbuh karang-karang sejati sebagai penawar

Kelelahan dunia sirna akan mengubah biji-bijian bertumbuh di batu karang
Tak akan terhempas dengan deburan ombak tenggelam

Seiring napas kusemayamkan dalam setiap baris syair mengenang
Betapa indahnya dunia meskipun di temaram malam cahaya berbayang

Tapi goresan syairmu menikam sukma
Di kala kerinduan tak terbendung dengan hamparan lautan kuseberang
Apakah ini jadi siasat ?
Aku pun tak tahu,,,,,,kapan karang-karang kuimpikan menjadi rerumputan laut bergaram

Sm/11/11/2018,Mdn



DI SEBERANG PULAU
Siamir Marulafau


Telah kukirimkan salamku pada angin
Menutur serpihan kasih
Di seberang pulau kugapai
Di kala langit melambai
Lara akan membias di semenanjung pantai

Meskipun pantainya landai
Akan kujalani
Mengapung di atas deburan ombak tak bergaram

sm/07/11/2018,Mdn



TRAGEDI KERAWANG
Siamir Marulafau


Aku menaburkan bunga dihamparan lautan tak berbendung
Tulang-belulang berserakan ke mana-mana
Ya,,,Tuhanku ampunilah dosa-dosa mereka
Sungguh memilukan sukma tiada tara
Di kala daging-daging berhamburan di atas deburan ombak bergaram

Dengan burung besi terdampar tanpa kerangka
Mengukir duka yang tak habis- habis di krawang terlupakan tidak
Sepanjang masa tercoreng dalam lara
Apa yang salah?

Siapa disalahkan?
Teknologi meyiksa,,,apa yang kulakukan?
Tangisan tak terbendung,,,,menangis tanpa air mata
Akan ke mana kukirim duka lara bersarang

Ya,,,,,Tuhan,,,,.Ampunilah dosa mereka
Tempatkan mereka pada surga jannatu nangim
Meskipun suara dan jeritan mereka tak terdengar
Duka mereka bahagian kemanusiaan

Apa tidak?Air mataku tercebur di dasar laut
Menghempaskan napas tak terkira
Hangus,,,,hancur berkeping-keping
Tinggal puing-puing melambai di pasir pantai landai

Selamat tinggal kami ucapkan pada napas-napas bersemayam dalam jasad
Kami menghadap Chalid mengukir ketentraman dunia akhirat
Moga roh kami tak bergentayangan
Aras-Nya,Allah dengan pintu surga terbuka

Doakanlah kami,,,,,doakanlah kami,,,doakanlah kami
Wahai,,,,insan
Moga bunga-bunga dikau taburkan akan berkembang di taman surga
Saling maaf memaafkan

sm/08/11/2018,Mdn



KAPAN LAGI
Siamir Marulafau


Kapan aku memilikimu
Tak usah bajumu
Pensilmu pun tak usah
Tak usah hartamu tapi kharismamu
Meluncur dalam sanubariku

Mengukir inspirasiku
Meskipun dikau di seberang pulau
Laut pun akan menampung kesetiaanku
Jika senyummu bersemayam dalam kalbu

Sepanjang jembatan kutempuh tak merapuh
Di rembulan malam syahdu
Menebar kisah dukaku
Dalam keheningan malam tak bersalju

sm/08/11/2018,Mdn



DARI PAPUA KE BANJARMASIN
Siamir Marulafau


Dari papua ke banjarmasin
Sepertinya kerinduan tak terbendung

Sepertinya impian tak terkulai
Bersemayam selalu dalam kalbu

Di kala udara malam bersahabat
Dalam pergelaran seni mengingat

Akan tercetus makna
Salam kerinduan tergapai

Mengapa dikau menyapa tidak
Di saat kuterbang dengan burung besi

Sepertinya awan-awan tak bergumpal
Dengan kesedihan di kala mengembara dengan awan kuseberang

Sepertinya kembang menghilang dalam ingatan
Tapi tak akan kubiarkan sepanjang bait-bait syair kulantunkan menggema

Papua kurindukan di kejauhan
Hanya ukiran wajah tersemai dalam cahaya malam tak tenggelam

sm/11/11/2018,Medan



CINTA DAN KEINGINAN MEMILIKI AKAN TAK KEMANA
Siamir Marulafau


Meskipun agaknya berbeda
Hanya rambut dan kulit tak sama
Meskipun agaknya berbeda puisi berbait puitis
Cinta tak akan bersua dengan lantunan
Tetapi akan mengendap dan bersemayam dalam lara
Sepanjang lautan kuseberang tak mengering
Di pulupuk mata nan jauh berbayang sudah
Sepertinya kudendangkan syair pelipur lara
Akan membentang sehelai benang pengikat
Meskipun cinta tak akan memiliki
Dunia memang luas dalam pandang
Pandangan tak selebar karang di hamparan
Hanya kembang yang tumbuh dalam penantian
Tak akan diunduh sampai akhir zaman
Karena kembang terbentang di taman indah
Seiring cinta dan keinginan memiliki akan tak ke mana
Bak kata syair berceloteh di kala rembulan malam tersenyum menyapa
Akankah syairmu membahana dalam lara?
Akan tentu sebuah kisah terungkap
Jika sukma menyatu meskipun tak bersanding dalam pinangan
Hanya Tuhan yang tahu apa makna
Sepanjang napas berdendang dalam darah
Kasih dan cinta terpatrik di awan putih mengembara
Meskipun pulau kuhinggap tak menjauh dalam ingatan
Wajahmu terukir dari ujung ke ujung
Jika napas tak membelok haluan
Arah angin akan kubawa berlayar dengan tiang amat tegak
Meskipun layarnya tercabik-cabik
Sukma kubentang tak akan ke mana sepanjang layar tak tergulung ke penantian
Lahir bathin akan terbingkai dengan kayu emas
Jika dunia tersenyum dengan bibir rembulan di malam kelam

sm/12/11/2018,Universiti USU,Medan



FANA
Siamir Marulafau


Dunia sekejap melingkar di pelupuk mata,,,kemudian mati
Cahaya tak merona ketika dibalut dalam tanah tak bersuluh,,,mau ke mana aku?

sm/39/08/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar