Jumat, 26 April 2019
MASIH AKU
Aku masih mengingatmu
senantiasa segar
seperti embun di pucuk daun kala subuh
Tak bisa diam segala igauku
Menyebut nama - mu ; Selalu
Kau membuang separoh waktu usiaku
Membuang lebih dari setengah mimpi indahku
Bersama langkahmu pergi
Kau bawa jiwaku tenggelam dalam sunyi
Masih aku
yang selalu bergumam tentang - mu
Sampai ke tepi pagi
Air Batu,23 April 2019
MS
TANDA
f a j a r, tadi
semburatkan amarah terpendam
tak perdulikan biru teduh sandar langit
bacakan analisa, menggurat waspada
media hati, menggumpal tanya
burung pagiku
terikut bimbang
kisaran
sabtu, 20 april 2019
BUKAN KAU MELAINKAN AKU (Sebuah Puisi Essay)
Ketika butir Sajakku berlinang. Mekar bagaikan kuntum bunga. Kian mekar makin bercahaya. Sajakku serupa rumput, hijau di semak belantara. Seindah Pelangi disenja hari. Bening. Umpama embun pagi hari. Langit dan bumi adalah isinya, mantra kesumat iramanya. Kembang tujuh rupa pula maknanya. Aku terbang bersama Sajakku, mencoret angkasa goreskan tinta emasku, aku pilih putih. Dibalut indah kuning dan hijau. Laut biru.
Aku takkan diam dengan perintahmu. Selagi tangan masih utuh, tetap kucoret kehidupan dengan tinta warna warni. Melengkung bagaikan Pelangi.
Saat aku bergema bersama Sajakku. Kau hadir ucapkan salam. "Masuk saja !", balasku. Sebab salam kita berbeda. Hening yang sunyi, kau pecah. Buat angkara atas segalanya. Heh, biarkan aku berjalan dengan kesederhanaan. Asal berjalan dengan kaki sendiri. Maka jangan kau ajari aku mengukir senyum. Sedang bibirmu pun sumbing. Ini Sajakku, biarkan aku bermain bersama. Tak perlu dicekal - cekal, karna Sajakku tidak menistakan siapapun. Dan ketika kau tunjukkn Sajakmu yang berlapis emas itu. Aku tak mengerti atas perbedaan sudut pandang kita. Karna Sajakmu maupun Sajakku. Tak ada bedanya.
Karya : Adhiet's Ritonga
Kumpulan Puisi Isa Suhanda - PASTI ADA YANG BAIK
PASTI ADA YANG BAIK
oleh : Isa Suhanda
Pagi,
Dari malam sebelumnya
Di hari Sabtu.
Ini sudah menjelang waktu
Siapa kata malas muda
Hanya milih jiwa
Bagaimana?
"Rancang tulis ya!"
Untuk kamu kan butuh
Untuk ini kamu gak butuh!
Melaluinya kuingat sendah saja
"Hah" Sakit...
Aku yang kurang... ...
Ada yang kau pikir terlihat aku
Ini cuma satu alam
Sebelum hari merah
Siapa yang mengajarimu
Merangkainya
Mendiang?
Bukannya hari gelap itu mendiang
Aku masih punya
Aku masih punya
Sampai sekarang
Aku masih punya
Aku asih munyai angka
Tiga puluh enam
SAKIT
230419
oleh : Isa Suhanda
Gigi - gigi ku terasa tebal
Kedua belikatku terasa menciut
Hidungku menjadi empuk
Dan mataku terasa lambat reflek
Menerpa atau diterpa gak akan tahu
Angin yang berhembus menyentuh tulang
Memakai pakaian rangkap tujuh
Pun Sudah berrangkap tujuh
Meremas tangan kanan ini dengan tangan kiri
Sampai berkeringat.
Senyum yang berat
Tetap bersenyum
Apa yang dirasakan oleh penyakit?
Hanya yang sakit yang merasakan.
Kumpulan Puisi LUmbang KAyung - DIRIMULAH INDONESIA (JOKO WIDODO)
# DIRIMULAH INDONESIA (JOKO WIDODO)
Kau selimutkan merah putih di tubuhmu,
Kau tanamkan jiwa Pancasila di dadamu,
Dan kau tersenyum,
Di pelukan indahnya kedamaian,
Dalam rangkulan Bhineka Tunggal Ika.
Lalu kau lambaikan tangan mu,
Mengajak ku untuk bersama,
Menyingsingkan lengan baju,
Menatap jauh kedepan,
Hingga ke ujung sudut patamorgana Nusantara,
Dalam merangkai sebuah pembangunan,
Demi sebuah langkah kemajuan,
Hanya untuk anak cucu generasi kita,
Dengan kehidupan mu yang sederhana dan bahagia,
Di persada tanah air Indonesia Tercinta.
LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 13:04:2019
------------------------------
TAK KAMU LIHAT DAN DENGARKAH BPK PRESIDEN IR H JOKO WIDODO YANG RELA BERHUJAN DAN BERPANAS DALAM MEMBANGUN NUSANTARA INDONESIA TERCINTA INI SAMPAI KEPELOSOK PELOSOKNYA.
TAK KAN MUNGKIN RELUNG KEBENARAN HATI YANG SUCI DAPAT MENIPU DAN MEMBOHONGI DIRI KITA SENDIRI DALAM MENANTI JANJI JANJI YANG BELUM PERNAH TERBUKTI.
COBALAH BERPIKIR UNTUK GENERASI ANAK CUCU DAN NEGARA INDONESIA TERCINTA INI.
LUmbang KAyung
Tanjung Balai Asahan 17:04:2019
Kumpulan Puisi YS Sunaryo - RENUNGAN DI ATAS PANGGUNG
Karya YS Sunaryo
suara Tuhan sia-sia
di sesat lipatan kertas suara
tak terbaca tak termakna
di gelap buta aksara
di mata tak terjaga
dan di tangan orang gila
suara Tuhan disengketakan
di didih enggan terkalahkan
di kemenangan yang dipertanyakan
tak sadari hakekat pertarungan
selalu memberikan pelajaran
tentang jalan kebaikan
pada takdir Tuhan
suara Tuhan dihilangkan
atau ditambah-tambahkan
pada ketakutan berlebihan
di moncong-moncong nafsu
bersekutu dengan putus urat malu
merobek buku-buku pedoman
bahkan tak begitu dipedulikan
amuk bakal membakar kedamaian
atau memang telah henti
mengelola bening hati
hingga hanya nganga
mabuk berkuasa
dan suara Tuhan
manakala semata angka mainan
akan bagai terjang gelombang
robohkan tiang-tiang
bersama cepat atau perlahan
karam perahu pelayaran
maka, tak ada pilihan
segeralah muliakan
suara Tuhan
Bandung, 19 April 2019
LELAKI PELARIAN
Karya YS Sunaryo
Lelaki itu dulu menjadi
matahari, besi dan api
membakar sayap kupu-kupu
dengan sekuat nafsu
Kini ia meregang sakit-sakitan
di atas berkarung-karung kotoran
jiwanya diseret-seret sunyi
tubuh pipih pucat pasi
Sesekali ia mengeja kitab suci
mencari ayat-ayat jalan kembali
tetapi di sana sini masih gulita
karena mata hati belum membaca
Kecuali ia segera mencabuti
duri-duri yang menghalangi
lalu bersihkan satu persatu
panca indra debu membatu
dengan bening wudu
Dan saat azan berkumandang
bayangan lelaki itu memandang
kemudian lambaikan ajakan
sebagai sesama lelaki pelarian
kembali ke rumah Tuhan
Katanya sekarang terakhir menyanyikan
kenikmatan kidung-kidung pertaubatan
sebab di luar masih pertunjukan
liar semak belukar
Bandung, 24 April 2019
RENUNGAN DI ATAS PANGGUNG
Karya YS Sunaryo
di pelupuk mata
pesta panen suara
lama ditanam menjadi angka
siapa kita siapa mereka
suara-suara segera dihitung
saatnya kita diam tenang merenung
melipatgandakan sabar dan ketabahan
dan siapkan runduk sujud syukuran
panen mesti menghasilkan
keuntungan dan kegagalan
sebagai hukum Tuhan
dari yang telah diikhtiarkan
namun jangan membenci tanah
apalagi musuhi berserak gabah
sebab itu adalah buah
dari laku wajah
biar esok menanam kembali
jika panen ini tak memberi
untukmu senandung di atas kursi
sebab musim tulis sirkulasi
hanya ingat-ingat menjadi catatan
tentang kekurangan sadar perbaikan
jangan lantang menendang-nendang
sambil membakar lahan dan ilalang
Melengganglah wahai para ksatria
apapun peran dan hasil kita
adalah sama-sama bukti
bakti yang disyukuri
sebab kita titah makhluk lomba
guna menanam kebenaran dan pahala
sampai baring tanpa nyawa
Bandung, 14 April 2019
SAJAK KESELAMATAN
Karya YS Sunaryo
jangan kau tulis sajak kala mabuk
terantuk, mulut menubruk-nubruk
lalu kata-kata kau muntahkan
di wajah orang-orang sebelah
dengan tuduhan begitu resah
khawatir Tuhan tak lagi disembah
ketika menang atau kalah
aku mengerti kadang bisa
kegilaan semayam di jiwa hampa
akibat tubi-tubi nyeri yang tak ditabahi
atau euforia tanpa mau disyukuri
Tuhan terasa milik sendiri
atau disangka memusuhi
kemudian berlari sempoyongan
menendang apa saja di jalan
meminum kopi padahal api
membaca lembar-lembar sajak
padahal pamplet larangan minum tuak
kita perlu lebih dari sekadar akal sehat
agar pikiran tak hentak blingsat
teriak yang beda adalah jahat
sedang perbedaan rahmat Tuhan
lantas siapa yang merobohkan
ah kau perlu kembali mengaji
arti kekuasaan yang mesti melindungi
yang kalah dan menang tetaplah umat
dalam sajak-sajak doa semua selamat
dunia sampai akhirat
Bandung, 23 Februari 2019
POLITIK BERCINTA
Karya YS Sunaryo
berpolitiklah, cantik
di dapur, kasur dan sumur
dengan bumbu, layanan
dan air tak berlebihan
agar rasa tak pernah menipu
dan jamuan sehat selalu
kemudian lekaslah berdandan
ke mall, lapang dan pengajian
jangan lupa perlihatkan wajahmu
sebab bedak dimakan waktu
dari pemilu ke pemilu
dan topeng
tak lama tameng
jangan pula keburu nafsu
manakala panas menyengat bibirmu
berkata-katalah tanpa bergincu dulu
biar jelas catatan pesan
dari jerit sepanjang jalan
yang lama dibuta-tulikan
cantik politikmu, cantik
manakala genitmu tak mencekik
dan aku ingin mengawinimu
dengan maskawin tambang plastik
untuk menjaga bila kau lupa
jeratlah lehermu saja
maka beri aku kesetiaan
agar buruk cintamu tak nampak
berpolitiklah, cantik
Bandung, 16 Februari 2019
HAKIKAT RINDUKU
Karya YS Sunaryo
hari itu aku
melihatmu membakar tubuhmu
tanpa api tanpa kayu
tetapi mampu menjadi abu
aku diselimuti abu itu
hingga hitam menembus jiwaku
bercengkrama di rimba kegelapan
nyanyikan musim daun berguguran
di mana kini seluruh onggokanmu
hendak kusiram berjuta tetes air wudu
agar abu basah menjadi setumpuk pupuk
tumbuhkan ladang yang lama membusuk
sebab aku tak mau
kelak kau sebongkah batu
di atasnya nyala tulisan
nisan penyesalan perjalanan
abadi dikuburkan
Bandung, 1 Maret 2019
SEMBILU HARI MINGGU
Karya YS Sunaryo
di hari minggu
berderet mulut bisu
menunggu gilir merasa
wisata di telaga air mata
di hari minggu
berbaris tubuh layu
menanti antri berdiri
panorama kosong periuk nasi
ada lagu negeri subur makmur
sebagai pengantar berkumur
sumur keruh berbatu
di hari minggu
lalu anak-anak tertidur
di tanah tak lagi gembur
ibu cerabuti sembilu
di hari minggu
Bandung, 3 Maret 2019
ORANG-ORANG PENGOBATAN
Karya YS Sunaryo
betapa hangat orang-orang sahaja
bersahabat dengan segala apa adanya
memetik ragam sayur dan buah-buahan
dan bercinta dalam pelukan Tuhan
sesama dianggap sebagai keluarga
para tamu dimuliakan bak seorang raja
yang diyakini kini dan nanti bisa memberi
umur panjang dan banyak rezeki
o, di sini orang-orang terpencil
mereka kerumunan dari dusun terkucil
pada ranum senyum kalian aku belajar
kehidupan yang tak dikejar-kejar
enggan saling bertengkar
betapa aku jijik berpijak kaki di sana
ketika kemanusiaan alat memperkosa
agama ditunggangi syahwat berkuasa
sedang kebudayaan hanya diseminarkan
pada kepintaran yang diselewengkan
o, orang-orang penuh panutan
kalian tak mencium asap pembangunan
namun aku sungguh-sungguh merasakan
betapa kalian paling bermakna
warga sehat jiwa dan raga
tak seperti di sana lagi-lagi
kemajuan layani orang sakit setiap hari
bahkan kafani berderet-deret mati
pada segenap pemikirannya
pada fungsi hatinya
maka lebih baik diamlah di sini
agar kalian tetap sepenuh diri
jati yang memberi pengobatan
bagi orang-orang gegar peradaban
Desa Hutan (Pangandaran), 16 Maret 2019
HUJAN DI ATAS BANGKAI
Karya YS Sunaryo
semula aku bercinta di rintik hujan
mengulum bibir ranum tanpa pulasan
mendesah di basah pematang sawah
pasrah dalam dekapan tabah
tubuh padi mulai bunting
semburatkan warna hijau kuning
hamparan kelahiran telah disiapkan
di halaman panjang kemelaratan
namun aku lahirkan kegelisahan
saat mungil bulir gabah dimurahkan
sedang biaya hidup semakin mahal
memaksa sepetak sawah dijual
aku begitu takut kehilangan
percintaan tak lagi bisa dibuncahkan
memanjang anak bangsa hilang ranjang
menggelandang diseret bandang
hingga di hulu keruh sungai
hujan tangisan tak pernah usai
tanah leluhur telah bangkai
Bandung, 11 Maret 2019
BURUNG GARUDA BERTANYA
Karya YS Sunaryo
golongan-golongan pinggiran
mengunyah bayang-bayang kemakmuran
di atas hamparan kusam kemiskinan
sedang segelintir di pucuk rindang
bergelantungan buncitkan kenyang
kemudian muntahkan keserakahan
buku konstitusi bau terlumuri
diksi tujuan merdeka tak terbaca lagi
di dada para Tuhankan kursi
kecuali kalimat berkat rakhmat
meninabobokan deret kaum melarat
agar tabah hingga pahala kelak di akhirat
dan kemakmuran tetap menjadi nyanyian
puji-pujian pada perayaaan kemerdekaan
lalu keadilan melantun di lagu perjuangan
"apakah sudah bernyanyi bersama
pada setia upacara lantas tanda
semua warga telah bahagia?"
demikian tanya kepak burung garuda
yang terbang melintas di atas kepala
jatuhkan sila-sila karena diperlakukan
disia-siakan
Bandung, 12 Maret 2019
Untuk Surat Perintah 11 Maret 1966
SENGKETA SURAT CINTA
Karya YS Sunaryo
di atas tanah pusara
aku membaca surat cinta
penuh darah sengketa
di dada anak-anak bangsa
aku tak tahu siapa merayu
surat sebelas maret menjadi peluru
perintah berbuah tangguh kuasa
menggerus beda-beda suara
kita menjadi seragam barisan
dalam ragam macam-macam tujuan
ada yang hilang ada yang menang
pada sejarah penuh gelombang
biar surat cinta terus diperdebatkan
jangan hidupkan bangkai kekejaman
sebab cukuplah berjuta-juta mati
menebus utuh berdiri negeri ini
dan generasi gegas mempelajari
arti tikai yang telah membunuhi
maka lawanlah beda-beda dandanan
dengan tawaran jernih pemikiran
bukan seperti dulu
para pecinta saling cemburu
diburu ditindih dengan batu
lukanya nganga hingga kini
masih jerit dibangkit-bangkit
Bandung, 11 Maret 2019
LELAKI POLITIK
Karya YS Sunaryo
Lelaki motif politik
berjemari sungguh lentik
menunjuk angin di sana-sini
berbaju selalu warna-warni
Ia persatukan golongan-golongan
dalam satu lorong kepentingan
kadang tampil berlebih ginju
tersiar gambar sedang berwudu
Kemarin dimuliakan sebagai pahlawan
tetapi hari ini peran dipertanyakan
bahkan disemat sosok pengkhianat
di antara kerumunan banyak mendaulat
sebagai gagah penyelamat
Lelaki motif politik
menyulap keringat menjadi rintik
berbisik di perut-perut lapar
menjadi gerakan seruan bersabar
kemudian ia tampil serupa mereka
di antara ingin merasa atau pura-pura
entahlah, benar-benar tak bisa diraba
motif politik lelaki ingin berkuasa
kita hanya tetap menyangka
ia masih manusia biasa
pemilik hati yang bolak-balik
antara cekik, peluk dan pekik
Bandung, 8 Maret 2019
POLITIK CANDU
Karya YS Sunaryo
aku mendengar ada candu
menggumpal di kepalamu
gebu menubruk batu
di ladang pemilu
Aku tak nimbrung liku-likumu
biar itu urusan pasal-pasal waktu
namun kutanya pada angin
sepertimu adakalah puluhan lusin
lalu bisa-bisanya bicara robek bendera
keluar masuk di gedung-gedung negara
menenteng-nenteng pikiran oleng
pada mulut bunyi-bunyi kaleng
aku mengusulkan pada kelamin jantan
bariskan para pelakon politik di lapangan
periksa jiwa raga mereka bersama-sama
dengan laboratorium rakyat punya mata
siapa sayu siapa berwajah layu
sebaiknya istirahatkan dulu
di rumah sakit itu
sebab persyaratan catatan medis
selalu saja berikan sertifikat sehat
hingga kita semakin miris
sesaat kemudian banyak tersengat
candu kembali mengiris
kita tak mau terus ugal-ugalan
negara dikelola jiwa mabuk-mabukan
saatnya orang sehat dikedepankan
bukan karena teman atau lawan
melainkan ia manusia
tak cela tak gila
Bandung, 6 Maret 2019
KEPADA HARI PUISI
Karya YS Sunaryo
Kepada Hari Puisi
Hari-hari kau ada di sana-sini
menari-nari di atas berserak mati
menghibur jiwa-jiwa tiri
mengecup bunga-bunga kuncup
berdirikan tubuh rubuh telungkup
lalu kau membaca sekerat sajak
mereka berontak
Kepada Hari Puisi
Di sini mari berbagi sekerat roti
agar kuat demonstrasikan diksi
dan tangguhkan kelamin demokrasi
setubuhi malam yang diam kesepian
menampar siang di lahan pelacuran
kemudian senja kau melahirkan
anak-anak perubahan
Kepada Hari Puisi
Hari-hari semakin pucat pasi
sebab puisi dibeku menjadi besi
pukuli generasi di kursi judi
sebagian menyelamatkan diri
ke lorong-lorong kekuasaan
sebagian onani dengan bayangan
dan ada di antaranya menjadi dewa
semata dipuja untuk jiwanya
Kepada Hari Puisi
Bangunkanlah suara mandiri
tak lagi terkontaminasi
sesaat berahi
Bandung, 21 Maret 2019
SURAT ANGIN UNTUK ISTRIKU
Karya YS Sunaryo
Kepada Istriku yang selalu bidadari
di mukim bumi sunyi
Kutulis surat ini di atas embusan angin
untuk mengingatkanmu tentang jalanan
silam yang tak pernah kau ingin
namun aku semakin berlari
tak kendali di liar berahi
limbung kemudian aku
beri kau rerimbun duri
Kau berteduh rubuh di bawahnya
mengeram perih sekujur jiwa raga
kemudian melahirkan anak-anak lara
yang kau asuh dengan nanah kepedihan
pada seringkali hilang kesadaran
dan coba-coba rasa kematian
Tetapi saat itu aku
tak mencium gelagat kau
memenggal waktu yang telah tempuh
tanpa keluh tabah lurus terkayuh
hingga keruhku kian hitam legam
pisahkan satu di seluruh malam
Istriku, mestikah kita menjadi kelana serupa Adam dan Hawa merindu jumpa setelah memetik sekepal buah larangan
lalu dilempar pada jurang curam ujian
panas dunia yang penuh tikai
tanpa kita tahu kapan usai
Hingga hanya bersandar pada
kokoh doa dan ikhtiar tanpa jeda
kita kelak bisa kembali bersua
di sini atau di sana
sepenuh rahasiaNya
Namun percayalah duhai istriku
jika tanpa tubuhku dan tubuhmu
tetaplah kau bidadari jiwaku
yang berbedak bening wudu
sebagai cinta berhakikat
tak habis riwayat
Bandung, 23 Maret 2019
Sajak Cinta di Dada Seorang Marbot
AKU MEMBACAMU
Karya YS Sunaryo
Izinkan Aku memelukmu, Pak Tua
Agar sisa-sisa mesiu di tubuhmu jadikanku bisa terjaga
Lalu kupunguti sebagai bacaan juang
Di keriput kulitmu tinggal tulang belulang
Bahan tandangku menerjang penjajahan
yang bersarang telanjang di tubuhku
Dan di tubuh-tubuh itu
Aku, yang di sini, yang di sana
Kini sedang saling memandang kelamin
yang telah lama kehilangan celana
Kemudian saling menusuk mata
Sama-sama meraba dalam buta
Menabrak tiang-tiang agama
Menginjak pilar-pilar budaya
Kencing di sembarang tempat
Bau begitu menyengat
Pak Tua, beri aku tempat berwudu
pada kebeningan telaga jiwamu
Agar kumampu tanggalkan bau
Dan kubisa menyeka ketakutan
yang membelit keruh kesadaran
Sepanjang jejak dan pijak perjalanan
Hingga aku, yang di sini, yang di sana
Tak lagi tatap gulita tanpa mata jiwa
yang bertabrakan hingga patah jati diri
Berserak murah harga diri di lain kaki
Berbetis besi-besi teknologi aneksasi
Generasi diremuk mesin globalisasi
Pak Tua, biarlah kau bacaan renta
dan dunia memandangmu sisa-sisa
Namun sebagai marbot sebuah musala
Setiap sapumu tumbuh wewangi surga
Pak Tua, aku iba padamu
Tetapi sungguh kau bahagia
Guru seluruh waktu
Bandung, 22 Maret 2019
YS SUNARYO |
Kumpulan Puisi Bambang Oeban - PUISI 17 APRIL 2019
WAJAH - WAJAH MENANG
DILULUR OLEH KETAKUTAN,
TUHAN DIANGGAP HANTU ..
---------------------
Mereka sudah paham
di ujung menuai kelam,
rakyat belajar bungkam
langit kerap menyuram
berjuta doa tak padam
bukan karena dendam!
Kami ini terlihat diam
kepada penguasa alam
senjata hati dipertajam
sepanjang siang malam
bumi pusaka terlebam
tak boleh tenggelam
hancur terkaram!
Mereka coba meredam
kami melunakkan geram
kebenaran digenggam
buat apa berbuat kejam
singkirkan berhati hitam
penjajah sudah didalam
ibu pertiwi bergumam,
anak-anak pada demam
kehidupan memburam
diliput takut mencekam
...
Bila darah merendam
tempat kami ditanam
mereka kurang paham
kebodohan diperdalam
bertahan kian curam
dibalut kabut suram
...
Tuhan pencipta alam
dengarlah doa malam
diantara temaram
sunyi bersemayam
wajah-wajah seram
kelak akan dirajam
sakit bermacam
Tuhan dicap kejam
lalu, mati diam-diam
jadi penghuni makam
berbekal uang haram
dan catatan hitam
Dikerak neraka jahanam
Maharaja Syetan mendawam
terlunas dendam pada Adam
di negeri yang sarat Islam
banyak kehilangan imam
kitab suci hilang kalam
halal-haram-hantam!
...
SALAM
MALAM
MERAM
...
Bambang Oeban
Dari Timur Bekasi
Minggu, 21.4.2019
18.00
P U I S I
17 APRIL 2019
------------
Bambang Oeban
Kutulis karya ini
di masa PILPRES
yang melahirkan
kegelisahan
...
Bila PILPRES sebuah Teà ter
apakah GODOD ada di KPU
kita berperan sebagai rakyat
disuruh MENUNGGU?
Sekarang kita hidup
bukan tahun tujuh puluhan,
abad teknologi serba canggih
kenapa gaya siput masih ada
padahal semua kembali
pada sifat manusia ...
K E J U J U R A N
ada di kamp pengasingan
K E B O H O N G A N
menjadi tambang berlian
sentralisasi PERBURUAN!
LAGI-LAGI hanya bergaya
segalanya serba PALING ...
Ternyata ...
Monster Kebohongan
berkuasa jadi JURAGAN,
KEJUJURAN dipalsukan
terlihat di wajah-wajah
menang, tapi ketakutan
Semut menyaksikan
menaruh kasihan
bukan kebencian
NASIB-NASIB MALANG
mengatur kapan datang
GODOT di istana KPU
segera dimunculkan,
menjadi SURGA
atau NERAKA
...
Rakyat Merah Putih
dibawah cahaya bersih
terus berdzikir tak letih
semoga semua beralih
KEJUJURAN yang gigih
menaklukkan alih-alih
KEBOHONGAN risih
negeri kembali putih
keindahan pulih
...
Subhanallah
Walhamdulillah
Walailahailallah
Allahu Akbar
...
Siapa sengaja menipu Tuhan
Tidak akan lama bisa bertahan
jangan malu bila dipermalukan
resiko hidup dalam penekanan
Kuasa Tuhan siapa bisa lawan?
Negeri ini milik Tuhan
tidak untuk dipermainkan
Kebenaran, kemenangan
bila kejujuran bertahan
tak harus MELAWAN!
Lewat bahasa
aku cinta negara
agar tetap terjaga
sampai akhir masa
hidup berbangsa
bermain drama,
diujung cerita
B A H A G I A
....
Bambang Oeban
Dari Timur Jakarta
Jumat, 19.04.2019
12.15
NEGERI INI PUNYA KAMI JANGAN SAKITI BISA MATI!
----------
Bambang Oeban
Hadiah pemilihan
dengan berakhiran ...
semua saling bertahan
pada satu kemenangan
dari bintang di langit
sampai sesemut
di perut bumi
...
Tuhan dan para malaikat
mereka hanya bisa melihat
padahal tahu, siapa cacat?
Aku tetap saja belajar sehat
tak terpancing mengumpat
tak mau bermental ketupat
menjamur disikat bangsat
Jiwaku tetap terpahat
tak asal melumpat
lantas terjerat
MAIN SIKAT!
Negeriku tetap negeri
I N D O N E S I A
Bangsaku tetap bangsa
I N D O N E S I A
Bahasaku tetap bahasa
I N D O N E S I A
tapi yang tak kupahami
mana cerita demokrasi?
Pesta kebangsaan
menjunjung kesadaran
bukan pengikut syetan
angkara ditinggikan
MATI-MATIAN!
Lagi-lagi rakyat
Lagi-lagi rakyat
Lagi-lagi rakyat
Lagi-lagi ...
dibuat permainan
dari jaman penjajahan
sampai kemerdekaan
hidup dibingungkan
SIAPA yang SIALAN?
Rakyat mesti bersatu
tak baik saling seteru
siapa kalah jadi ABU!
Salam Merdeka,
katanya!
Bambang Oeban
Dari Pinggir Jagorawi
Kamis, 18 April 2019
06.44
Kumpulan Syair Cinta Kiki Soraya - HAMPARAN RINDU
Dan ia memahkotai kepalanya dengan kotoran yang ia rangkai melalui mulutnya yang penuh bisa
Begitu angkuh isi benaknya
Seakan Dzat Maha Mulia itu diam dan tiada
Duhai ruh-ruh tak abadi
Sampai kapan kau sirami itu semua dengan ingkarmu?
💙KSJ💙
Ck, 18 April 2019 23:31 WIB
SAYAP KEKATA PENYAIR
Pujian kepada pencipta Semesta
Hanya retorika belaka
Bibir "fasih" lafadzkan qalam-qalam-Nya
Hanya ingin pujian semata
Sementara alam semesta tetaplah tunduk akan Kuasa-Nya
Ia (manusia) berdiri pada ketidakmampuannya
💙KSJ💙
Ck, 14 April 2019 15:58 WIB
MIRIS
Dia dan fikiran sumbangnya, masih tak mampu menjangkau kenyataan?
Kodrat yang seharusnya di genggam rapatpun hanya akan hasilkan bara api
Bagai sisi mata uang yang siap jatuhkan peran.
Salam hangat selalu
Oleh : Kiki Soraya
RASA
Sendang rasaku kembali membuih, hingga didihnya tiada dirasa.
Enggankah untuk beralih?
♥ ~ KSJ ~ ♥
Ck, 14 Juni 2016 21:11 WIB
TERCELA DIRI
Bukan pandainya menata aksara seindah mungkin
Barangkali diri lupa akan akhlak bercelak keangkuhan, bergincu madu nan tersimpan selaksa serapah nan benar-benar tersembunyi
Ah, betapa tercelanya diri, bila semua masih kerap ku genggam.
~♥ KSJ ♥~
Ck, 20 Juni 2016 21:17 WIB
DAN...
Dan kepada sepinya ia bertutur
Tatkala dinding malam kerap menemani
Bersama gerimis tengah desember, adakah rindu ini tersampaikan?
Meski satu jejak belaka yang terhamparkan?
Dan sepertinya antara kau dan aku, tak lagi mampu singkirkan keangkuhan
Apatah seperti itu mauku? Ah, ku rasa engkau salah membaca isyarat yang ku tajukan?
Oleh Kiki Soraya
HAMPARAN RINDU
Risau hati, tak lagi terbangkan untaian kekata
Pada samar rasa yang tak terurai, hanya mampu tinggalkan resah belaka
Sejak impian musnah, kalimat ambigupun dijadikan kawan pelipur
Ada rajah-rajah yang tak biasa, dan aku hanya menyukai serba-serbinya, selebihnya kusimpan saja
Kadang segila itu rasa rindu yang kusimpan.
Oleh: Kiki Soraya (KSJ)
Timur Jakarta, 30 November 2017 18:54 WIB
SAJAKMU
Seperti terluah dalam sajakmu, ku coba mengerti akan diammu, senyapmu
Namun debar jantungku tak biasa?
Sesap sajakmu yang tak bermata itu, kerap cumbui kepingan hati yang aku tahu dekap cemburu
Ah, engkau memang pandai menikam perasaaan lewat sajakmu?
♥ Soraya ♥
Ck, 27 September 2016 22:24 WIB
MERANGKUM SERAK KATA
Merangkum serak kata yang tersesat dalam benak ini
Memilah, 'tuk sekedar lemaskan jemari
Agar kembali tersusun sebuah komposisi
Dan tak sekedar menikmati sebuah imagi bagi diri.
Salam hangat selalu
~ ♥ Soraya ♥ ~
Ck, 30 Mei 2016 20:47 WIB
ISI BENAK
Dan ketika tikai kata beradu padu ada perasaan yang hilang ketika silang kata bertemu. Pujianpun seakan bias tertelan rasa aksara sembilu.
Dan ketika masa nya tiba untuk ku pergi menjauh dari rasa yang pernah berpadu, biarlah hasrat ini ku rangkum dan kusimpan meski benak masih kerap berputar ambigu.
By: heart emotikon Kiki Soraya heart emotikon
25 Januari 2015 16:32 WIB
KABUT DUKA
Kabut duka ini harus aku asingkan
tak ingin kelam malam ini tenggelamkan kegelisahan
tetapi jelas rasa yang membuncah akan pesan-pesan yang bertaburan makin membuat diri merasa tertekan
harap kecilku hanya inginkan satu kedamaian
tapi aku menyadari bahwa tiada mungkin pesona jiwa yang bertebaran disana akan memisahkan aku punya perasaan?
~ Kiki Soraya ~
Cikarang, Jawa Barat
Kumpulan Puisi Ahmad Effendi Sibarani - LELAH, RESAH DAN GERAH
Puisi:
## LELAH, RESAH DAN GERAH ##
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Aku disini terdiam.
Terkurung Dilema.
Karena sebuah rasa....
Pusing kepalaku dibuatnya.
Lelah sudah berhari-hari..
Seperti bumi tanpa sinar matahari.
Wajah tampak kusut dan layu.
Tubuh Gagah perkasa dan tampak sempurna
Tak berdaya lagi oleh rasa..
Yang keluar dari dalam jiwa...
Rasa lelah, resah dan gerah.
Membuat pikiran tak tenang
Ibarat melayang-layang
Takut jatuh, tapi ingin terbang.
Terlalu ingin...
Masuk kedalam impian
Yang ternyata semuanya khayalan
#kalahmancalon
### KECURANGAN ###
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Wahai manusia-manusia yang Curang.
Celakalah …Engkau...
Engkau pandai berkilah lidah.
Kata demi kata kau atur dan merasa tak bersalah.
Naluri hatimu telah dibungkam oleh nafsu yang merajah.
Kecurang …
Seolah-olah tak terucap tapi terngiang-ngiang.
Seperti senjata ampuh tak bisa di pegang dan dipandang.
Menyerang lawan membela kawan.
Perhitungan kau olah sebelah kawan.
Inilah yang sering kau permainankan.
Kurangnya keahlian bukan sebuah alasan.
Untuk mendapatkan semua yang di inginkan
Kurang dan Tambah kau sterilkan.
Tapi kebenaran adalah Sebuah ketentuan.
Engkau katakan Penuh dengan ujaran Kebencian.
Tak peduli walau berlebihan kau tambahkan
Demi Pertahana yang kau perjuangkan
Jika lebih seperti kerampokan.
Jika dikurangi adalah permaianan yang mengasyikkan dan menghasilkan.
Saat-saat itu …
Nuranimu dan nafsumu tak dapat bersatu.
Karna nafsumu sudah meraja dalam qalbu.
Tak juga sadar sudah diperhatikan Sang Maha Tahu..
##PEMILU_LUBERJURDIL_2019
Puisi Bang Toyyib Sibarani :
## Senang Menang Senang Dikenang ##
Merah, Kuning, Hijau ...
Dilangit yang Biru..
Ini bukan lagu Anak Botoku..
Tapi corak Warna bendera Partaimu...
Jika itu Merah, Merahkanlah Darah kami.
Jika itu kuning, kuningkanlah padi kami.
Jika itu Hijau, hijaukanlah Tanaman kami.
Jika itu Biru, Birukanlah langit kami.
Kami senang
Jika engkau menang.
Kami juga senang
Namamu akan selalu dikenang.
#Selamatkepadacalonlegislatifyanglulusquota
Sulben Siagian
PINTU LANGIT
Bisikan roh jahat bersenandung dalam got
Memenuhi ruang pengap kegelapan
Membuatku mengelus dada menahankan sesak nafas yang membahana
Betapa kegelapan bukanlah setumpuk mega yg menjadikan mendung tempat berlindung
Dia hanya fatomorgana dalam sebuah paradok antara lanun dengan cermin tukang kayu
Dan ketika ketuban kegalauan pecah jadi badai muncul seberkas cahaya harapan dari lobang tua kerapuhan
Langit terlihat begitu cerah walau pintu-pintunya masih tertutup
Sayang tangan yg panjang belum bisa menggapainya
Jarak dan frekuensi telah membelahnya begitu lebar
Tuhan, aku hanya bisa mengetuk pintu langitMu dengan doaku.
Doa dari orang2 yang nafasnya tersengal-sengal dalam gelap.
Dan........gedebyarrrrr!!!!!!!
Pintu langit kini sudah terbuka lebar
Takbir........
20 april 2019
Pintu Air VIII, Desa Cempa
Tg Pura, Langkat
## TEAM SUKSES SAHABAT MENCALEG ##
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Sahabatku mulai berubah,....
Muka Masam dan Senyum kejam kini sudah tiada lagi.
Mau Tegur Sapa, atau sekedar bertanya, itu jadi tradisi barunya.
Menawarkan bantuan...
Mencoba selesaikan persoalan....
Bahkan sampai tawarkan modal...
Rakyat mulai gelagapan.
Apakah hidayah Tuhan sudah menghampiri hingga perilaku bisa berubah dalam sehari-hari.
Team Sukses selalu datang walau tak di undang.
Tetap hadir walau belum cair.
Dan hilang saat sudah cair.
Caleg yang kikir kini berubah jadi bankir.
Spanduk, baliho partai mulai dipasangkan.
Kartu nama mohon di sebarkan.
Janji perbaikan akan di tingkatkan.
Santunan diberikan saat hari pencoblosan
Puisi :
*** DAMAI DALAM PERDAMAIAN ***
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Salam damai, wahai saudaraku
Salam perdamaian untuk para pendukung Paslon.
Masihkah mengendap di relung-relung sanubari,
Sudah tertulis melalui ciptaan-Nya,
Arti sebuah perdamaian yang mulia.
Sungguh Tuhan Maha Kuasa,
Tak ada satupun terciptakkan dengan sia-sia.
Saksikanlah, wahai rakyat Indonesia.
Langit-langit di siang hari yang terbalut awan-awan biru,
Langit dimalam yang bersinar diselimuti sinar rembulan,
Saling terikat dan terpadu dalam sebuah lingkaran NKRI.
Di belahan bumi Nusantara,
Di lintasan samudra Hindia
Di ujung-ujung dua benua,
Tersebar berpencar,
Beribu berjuta bahkan bermiliar,
Perbedaan antar makhuk-Nya.
Perdamaian itu nyata adanya,
Tanda Kuasa-Nya.
Damai tak berarti kita semua serupa maupun sama,
Namun kita satu dalam perbedaan.
Aku dan kamu,
dibelahan utara, selatan, barat dan timur.
Kita saling terikat, saling terhubung.
Dalam ikatan jiwa yang menguatkan.
Bhineka Tunggal Ika.
Dalam sebuah kata perdamaian.
Kita semua saudara meski tak sama.
Kita saudara, wahai saudaraku.
Ingatlah aku bersamamu, Dan kamu bersamaku.
Engkau genggam tangan kananku, dan ku genggam tangan kirimu.
Saling tersenyum, memandang langit yang sama.
Saling mengingat-ingat dan menyebut nama-Nya.
Yang telah menciptakan kita berbeda-beda.
Lewat puisi ini wahai saudaraku.
Ku titipkan salam perdamaian dari hatiku.
Lewat puisi ini juga wahai saudaraku.
Aku berdoa pada sang Kuasa.
Semoga damai slalu tercipta,
antara aku dan kamu,
Dan jutaan makhluk ciptaan-Nya.
#NKRIhargamati
#Berbedabedatetapsatujuga
Senin, 08 April 2019
Kumpulan Puisi MS Sang Muham - RINDUKU PUPUS
SUDUT TAK BERPENGHUNI
Karya MS Sang Muham
Lelah menanti di sudut tak berpenghuni
serumpun tarian senja menawarkan diri
masih mampukah jiwa menganyam sunyi
Hati memang terus saja bersuara
gemuruh jiwa yang fana
terpuruk di sisi duka lara
Masih mampukah hati bertahan
pada selancar yang rawan
Pasrah berserah berpengharapan adalah tumpuan
semoga terjawab seturut amanah Gusti Pangeran
#Billymoonistanaku, Sabtulegi, April 06-2019 = 17:07 wib
HINGGA TITIK NADIR
Karya bersama Kemuning Senja Kadylla
dan MS Sang Muham
Bertahan di titik nadir berharap ada cercah
di ujung rindu tak perduli
berapa panjang waktu telah rebah
oleh pergumulan waktu dalam penantian ini
Perempuan sunyi tetap terkenang
pada seulas senyum
di penghujung pergulatan panjang
nan resah di kulum
Tak ada waktu terlalu meregang
bagi sebuah hati terpancang
pada sebuah asa yang hilang
Tetap berharap meski tak terucap
kemustahilan yang gagap
menembus langit langit tak beratap
#Belantaraibukota, Sabtulegi, April 06-2019 = 16:41 wib
SECERCAH MIMPI
Karya MS Sang Muham
Letih ku menggapaimu
tak perduli entah bagaimana lagi
rentan sekujur jiwa dalam warna kelabu
sungguh terbelit kaki
berlari terus berlari mengejar sesuatu
seperti mimpi
Mungkinkah segala resah punah
jika hati tak tentu arah
mendekati menyerah
Tolonglah ya Gusti Pangeran
nyatakan secercah impian
jadilah kenyataan
#Billymoonistanaku, Kamiswage, April 04-2019 = 18:38 wib
TETAP KU KENANG
Karya MS Sang Muham
Berapa kali mesti kuulang
agar jalanmu tak tersandung di penghujung
meski kau acuhkan dalam seribu kunang kunang
masih saja aku berujar
dengan nada datar
hati pun tergetar
Kini semuanya sia sia tak guna
nurani kosong retak sejuta
ingkarlah semua
Tapi aku tetap akan mengenangmu
sebab kau ada di alur hidupku
meski tak bisa ku henti untuk menyapamu
#Billymoonistanaku, Rabupon, April 03-2019 = 10:55 wib
TETAP KU KENANG
Karya MS Sang Muham
Berapa kali mesti kuulang
agar jalanmu tak tersandung di penghujung
meski kau acuhkan dalam seribu kunang kunang
masih saja aku berujar
dengan nada datar
hati pun tergetar
Kini semuanya sia sia tak guna
nurani kosong retak sejuta
ingkarlah semua
Tapi aku tetap akan mengenangmu
sebab kau ada di alur hidupku
meski tak bisa ku henti untuk menyapamu
#Billymoonistanaku, Rabupon, April 03-2019 = 10:55 wib
PENDALAMAN HATI NURANI
Karya MS Sang Muham
Berhentilah sejenak meluruskan rasa
supaya tak beban cerita lama
setelah itu mulailah menata hati
memilah apa yang terjadi
bentangan takdir tak bisa di pungkiri
biarkan sukma mengalir di nurani
Semilir senja bertaut dengan nostalgia
menata rasa menghanyutkan segala duka lara
hingga hening menyelimuti sudut sudut nuansa
Akhirnya mesti kita pahami lebih jauh lagi
rentetan nasib bahkan takdir masih bisa di perbaiki
memerlukan tafakur serta pendalaman hati nurani
#Billymoonistanaku, Selasapahing, April 02-2019 = 08:48 wib
TABURKAN KEBAIKAN
Karya MS Sang Muham
Untuk apa lagi meratapi hari
bukankah tragedi telah mengahiri cerita
biarkan waktu menghakimi
memilah rasa diantara peristiwa
ketimbang terus saja menggendong sakit hati
lepaskan biarkan berlalu begitu saja
Semua cerita dalam dan luar sukma
tak bisa terhapus membekas di jiwa
jadi prasasti suka tidak suka
Benahi hari hari mulai saat ini
taburkan kebaikan supaya welas asih bersemi
hingga tiba saatnya kita pun pergi
#Billymoonistanaku, Selasapahing, April 02-2019 = 08:28 wib
SKETSA KEHIDUPAN
Karya MS Sang Muham
Berhenti menabur suka ria
persimpangan terasa dingin mati rasa
memasuki senja tiada terasa
seorang diri
berdialog dengan nurani
mengkristal sepi di lubuk hati
Sejuta cerita bagai lembaran tak berharga
menjalani hari hari mengumpulkan duka lara
di penghujung waktu terasa hampa
Barangkali beginilah karma
setelah lelah melintasi sengketa jiwa
dalam hidup penuh nostalgia
#Billymoonistanaku, Selasapahing, April 02-2019 = 08:08 wib
DALAM DIAM
Karya MS Sang Muham
Menapaki senja kala temaram
tersentak kalbu dalam diam
nostalgia panjang serupa urutan gurindam
Masih saja teringat bait lagu tersimpan
ketika belia sempurna raga menyimpan
jauh di lubuk hati pada bilik ke sekian
Sekarang terkenang semua terbilang
tangan tak sampai tak bisa di pegang
Pasrah berserah serupa menyerah
kehendak takdir tak bisa di sanggah
#Billymoonistanaku, Seninlegi, April 01-2019 = 15:35 wib
PEREMPUAN SUNYI
Karya MS Sang Muham
Duhai perempuan sunyi
teriakanmu lirih pecah di belantara hati
melukiskan pedih di lembaran penuh bianglala
masihkah berharap bertemu cakrawala
di senja pekat tanpa cerita
Tiap senja mengharap pelangi di ujung suka
hingga pias hati berantakan sukma
terbiarkan tanpa berita
Sudahlah perempuan
barangkali hingga disini mesti henti meratapi impian
masih ada cerita pada episode kemudian
#Billymoonistanaku, Seninlegi, April 01-2019 = 15:15 wib
MENEPIS RINDU MEMBUKA HATI
Karya bersama Nur Cahaya
dan MS Sang Muham
Biarlah ku tepis rindu untukmu
kau yang pernah singgah di hatiku
dalam keheningan malam ku
Berharap masih ada secercah cahaya
menunjuk jalan membuka hati menerangi jiwa
pernah mati menjadi berarti bagai semula
Ku buka pintu hati untuk menyemai rasa
biarlah setitik cahaya menerangi gulita jiwa
Langkah rezeki pertemuan maut adalah milik-Nya
semua terpulang pada keputusan akhir-Nya
#Belantaraibukota, Jumatpon, Maret 29-2019 = 08:38 wib
MENCARI KETENANGAN DIRI
Karya besama Nur Cahaya
dan MS Sang Muham
Mungkin lebih baik sendiri
walau batin menangis
esok matahari akan bersinar lagi
menyelusuri hamparan luas
mencari ketenangan diri
Rembulan bersinar indah menjaga malam
menyimpan rahasia di balik rahasia alam
seorang diri menghadirkan tenteram
Menjalani senja menyeka satu persatu alfa
menyemai cinta kasih bagi sesama
bekal menuju kehidupan alam baqa
#Belantaraibukota, Jumatpon, Maret 29-2019 = 07:17 wib
RINDU YANG PATAH
Karya MS Sang Muham
Akh bagaimana aku bisa berkabar
jika surat menyurat putus di batas sabar
kau sembunyi di balik sandiwara
asa ku pupus di ujung kata
harus kemana aku bercerita
Ku catatkan berita di ujung lelah
tentang rindu yang patah
dan hati yang gelisah
Barangkali lebih baik sendiri
menata hati membenahi nurani
menyusuri senja sembari menyiapkan diri
#Billymoonistanaku, Kamispahing, Maret 28-2019 = 17:27 wib
TENTANG SEBUAH HARAPAN
Karya bersama Kemuning Senja Kadylla
dan MS Sang Muham
Seandainya boleh berandai andai
ingin ku luncurkan berjuta kata
tentang sebuah harapan jiwa
Dan bila lelah datang menggelayuti
biarkan hanya binar harapan sukma
melebur asa yang tak sampai jadi kata
Akan ku sembunyikan dalam nurani
tumpukan tanya sisa lelah hari ini
Entah sampai entah pun tersia dalam kecewa
semua terserah biarkan semesta jadi penyela
#Belantaraibukota, Kamispahing, Maret 28-2019 = 16:46 wib
DI MANA HATI MESTI KU LETAK
Karya MS Sang Muham
Hingga tumpah berserak
tak pelak hati tersentak
teganya mengelak
tak tau lagi harus di mana hati ku letak
#Puisiempatbaris, Kamispahing, Maret 28-2019 = 10:20 wib
BERSYUKUR DAN MEMAAPKAN
Karya bersama Yosephin
dan MS Sang Muham
Apakah harapan itu cuma bayangan
apakah salah jika itu menyakitkan
Air tidak mengalir membeku
laut tidak menderu
terima bersyukur lalu memaapkan
awal sebagai insan berTuhan.
Semua catatan pasti tersimpan
rangkaian pengadilan menanti keputusan
semua insan tak kan terluputkan
Mari membuat diri berarti
menyudahi perjalanan duniawi
#Belantaraibukota, Kamispahing, Maret 28-2019 = 09:09 wib
PERGIMU TAK BERKABAR
Karya MS Sang Muham
Lama ku termangu menatap tanpa kesan
pantai sunyi meninggalkan kenangan
Setumpuk catatan jadi saksi
semua seperti menampakkan diri
kenangan itu abadi
Semua nostalgia ada di sana
ombak dan pasir putih diam dalam sejuta bahasa
embun membeku menggenangi netra
pergimu tak berkabar entah untuk berapa lama
penantian tak berujung di pantai Akkarena
#BIllymoonistanaku, Kamispahing, Maret 28-2019 = 08:28 wib
H E N I N G
Karya bersama Ika Kartika
dan MS Sang Muham
Lalu air mata pun mengaliri alur basah
dan malam berlalu sudah
hening menjadi petuah
agar diri tak kenal lelah
Hati membeku
mematung nestapa memagari jiwa terasa pilu
semua diam tegak membisu
Harus bagaimana lagi menata rasa
agar tak hambar semua
bertumpuk kecewa di batas asa
#Belantaraibukota, Rabulegi, Maret 27-2019 = 20:30 wib
ANDAI DI HATIMU TERTULIS NAMAKU
Karya bersama Kemuning Senja Kadylla
dan MS Sang Muham
Andai di hatimu tertulis namaku
kan ku telusuri takdir itu
Tak perduli
Seberapa panjang jarak dan waktu harus ku daki
tetap akan kuraih dan ku simpan dalam bingkai hati
Tapi apalah daya
segalanya telah sirna terkikis masa
dan aku tak tau dimana aku ada
Kini ku berbalik sungsang menyisir suratan
menata hidup dalam kehidupan
untuk lebih baik di hari kemudian
#Belantaraibukota, Rabulegi, Maret 27-2019 = 19:59 wib
BIARLAH KUTEPIKAN RINDU
Karya bersama Dewi (Kemuning)
dan MS Sang Muham
Untukmu yang pernah singgah hati
hari telah meremukkan suara hati
semua jalan tertutup di balut sepi
aku menggigil bersama nurani layaknya mati
tak mungkin ini terjadi
Biarlah kutepikan rindu
dalam lipatan malam termasygul pilu
seharap masih ada secercah cahaya itu
penuntun jalan membuka lembaran baru
Jarak dan waktu kan merintangi hati
doaku membuka tingkap nurani
semua ini harus terjadi
#Belantaraibukota, Rabulegi, Maret 27-2019 = 08:58 wib
NAMAMU TAK ADA DI TAKDIRKU
Karya MS Sang Muham
Untukmu penjaga hati
hari telah lapuk masa telah berlalu
andai jalan bisa ku turuti
andai malam tak merahasiakan rindu
tak mungkin jalanku menepi
Sudah suratan mesti ku lalui
ketika ku henti membenahi nurani
ku tertinggal tak kau sadari
Maapkan ketidakmampuanku menolak takdir
pahit kenyataan pahit tak berakhir
biar kutanggung segala getir
#Billymoonistanaku, Rabulegi, Maret 27-2019 = 08:38 wib
TERLALU PAGI
Karya MS Sang Muham
Terlalu pagi mengusir lelah
rentang malam kusut oleh resah
tak ada kesan akan terlelap
narasi kian kalap
Begitu lama menanti pagi
padahal hati telah pergi
tak ada disini
Akh aku terjebak dalam pikiran
tak ada yang bisa ku lakukan
hanya pertentangan
#Billymoonistanaku, Rabulegi, Maret 27-2019 = 06:16 wib
MENGHITUNG SEPI
Karya MS Sang Muham
Lengang panjang
waktu melaju di buru kisi kisi kuatir
tetap sunyi sepanjang kenang
terbiarkan mengalir
lubuk hati guncang
Tragis
terlempar keluar garis
tak sanggub lagi menangis
Tetap ku tegak kan kepala
tak mungkin hidup sia sia
Entah sampai kapan begini
menghitung sepi sendiri
#Billymoonistanaku, Selasakliwon, Maret 26-2019 = 22:12 wib
SEMUA AKAN BERLALU
Karya MS Sang Muham
Lama ku pandangi potret itu
tak mungkin lagi terulang peristiwa lalu
waktu telah merangkai nostalgia biru
Begitulah kehidupan melukiskan goresan hati
setelah itu cerita terus berganti
bersama usia kita pun akan pergi
Lukislah kenangan serupa suara jiwa
selamanya indah buat di baca
Semua akan berlalu seiring waktu
tergantikan sesuatu yang baru
#Billymoonistanaku, Selasakliwon, Maret 26-2019 = 20:30 wib
RINDU TAK PERNAH MENYATU
Karya bersama Ika Kartika
dan MS Sang Muham
Bersama semilir bayu
gapaikan angin ke pucuk kayu
hati gundah mengadu sudah
rindu menyatu tak jua pernah
Gumpalan rindu luruh terkulai
harapan tinggal berteman sepi
menanti janji yang tak di tepati
Di ujung senja pupus jua catatan
sejuta nostalgia tinggallah kenangan
biarkan berlalu tersapu zaman
#Belantaraibukota, Selaskliwon, Maret 26_2019 = 19:39 wib
SURATAN DIRI
Karya MS Sang Muham
Selendang jiwa telah lepas
pembungkus rasa tak pernah tuntas
terseok lalu terkelupas
Masih jauh jalan mesti di lalui
perjalanan ini entah sampai entahlah henti
harus berakhir di batas nisby
Seperti masih terlalu dini
berharap tapi tak pasti
Entah dimana henti terhapus suratan diri
pasrah berserah pada sesuatu yang pasti
#Billymoonistanaku, Selasakliwon, Maret 26-2019 = 07:27 wib
HATI BIRU
Karya MS Sang Muham
Hari hari akan berlalu
tingkap hati mulai biru
tertutup kabut sutra ungu
Begitulah rupanya kehidupan
bentang panjang seperti terlupakan
habis terkikis dalam keyakinan
Pucuk telah henti bertumbuh
layu lalu luruh
Lenyap dalam kenyataan
tertinggal dalam catatan
#Billymoonistanaku, Selasakliwon, Maret 26-2019 = 06:16 wib
APA SALAHKU
Karya bersama Ika Kartika
dan MS Sang Muham
Aku takkan hilangkan jejak
karna malu
angin bertiup hingga batang pohon pun menyeruak
apa salah diriku
hingga rindu pun retak retak
Sepanjang kenangan terbaca nostalgia
terkesan indah begitu nyata
tak mungkin hilang begitu saja
Begitulah suratan jalan takdir tak terluputkan
jika itulah keputusan tak tersangkalkan
jadilah kehendak Tuhan dan berilah kemampuan
#Belantaraibukota, Sabtuwage, Maret 30-2019 = 06:56 wib
RINDUKU PUPUS
Karya MS Sang Muham
Senja telah mengakhiri ceritanya
sekarang malam datang menyapa
tapi berita tentang tetap hampa
Sudah sekian warsa tak jumpa
pohon jeruk yang kau tanam mulai berbunga
rinduku pupus tinggalkan kecewa
Entah di mana pun kini kau berada
melalui bayu kutitipkan nestapa
Semogalah kata sampai pada ruasnya
meskipun berita tak kunjung tiba
#Billymoonistanaku, Jumatpon, Maret 29-2019 = 19:19 wib
PELIHARA HATI
Karya bersama Wanti Siregar
dan MS Sang Muham
Senja telah mendekat
mari kita sambut dengan hangat
pelihara hati rapat rapat sobat
supaya selamat dunia akhirat
Jadikan diri saluran berkat
bersihkan hati jangan berkarat
mari kita berbuat
Bukalah pintu hikmat sebelum kiamat
sadar diri segeralah bertobat
isilah hidup dengan bermunajat
Langkah rezeki pertemuan maut
takdir Tuhan penuh hikmat
#Belantaraibukota, Sabtuwage, Maret 30-2019 = 07:17 wib
BERLABUH TENANG
Karya bersama Yosephin
dan MS Sang Muham
Berlabuh tenang
kutambat tali di dermaga biru
bahkan sauh telah di buang
letakkan sabar untuk menunggu
belum bertemu karena waktu
Mencari diri tak seperti menuai padi
satu persatu mesti di cermati
agar lestari hakiki
Berilah waktu untuk menata simphoni
menyamakan irama suara hati
semoga abadi
#Belantaraibukota, Jumatpon, Maret 29-2019 = 10:55 wib
SUPAYA JIWA TERBARUKAN
Karya MS Sang Muham
Ku dengar seruan-Mu Gusti Pangeran
mengingatkan sukma dalam buaian
datang mengabdi di kebersamaan
Sungguh lembut suara-Mu menyadarkan
menuntun langkahku menyongsong seruan
tiba saatnya jiwaku di segarkan
Lonceng bertalu tingkap tingkap terbuka
kemilau laksana cahaya menerangi jiwa
Basuhlah luka nestapa pun segala resah
supaya jiwa terbarukan hidup pun indah
#Billymoonistanaku, Minggupahing, April 07-2019 = 06:56 wib
TIADA DUPA SELAIN DOA
Karya MS Sang Muham
Jauh aku terperosok
tersentak kaget ketika kepentingan bergesek
betapa hingar bingarnya kehidupan
Mau tak mau kaki mesti melangkah meski terseok
menggendong nyali yang mulai tergolek
begitulah rupanya hidup dalam ketidakpastian
Nyala sukma tetap bergelora
tiada dupa selain doa
Barangkali karsa terus akan menuntun raga
menyelesaikan perhelatan tanpa pesta
#Billymoonistanaku, Minggupahing, April 07-2019 = 06:16 wib
SUMBER KASIH
Karya bersama Melati Blambangan
dan MS Sang Muham
Atma terus memuja
rasa terus mendera
harapan selalu meluah
seperti mana hujan yang selalu tercurah
Di musim kemarau pun tetap basah
berselimutkan kasih
sampai jiwa tertumpah
Melati suci putih berseri
melebur karsa jadi hakiki
saatnya indah di taman hati
Atma adalah sumber kasih
putih suci tetap bersih
#Belantaraibukota, Minggupahing, April 07-2019 = 05:55 wib
BATAS CAKRAWALA
Karya MS Sang Muham
Batas cakrawala senyap senyap nyata
entah mana titik entah mana koma
hatiku telah berbaur serupa
jika terurai pupuslah semua
nurani tertinggal disana
Bagaimana ku simpan sembilu luka
jika perih pilu memercik di muka
tak sanggub lagi ku bersuara
Setiap bayangan melukiskan dirimu
bertumpuk lara nestapa di hatiku
Tak sanggub kumenatap lukisan sketsa
kisah ini terlalu lama tersimpan di dada
#Billymoonistanaku, Seninpon, April 08-2019 = 14:14 wib
KUCOBA BANGKIT
Karya bersama Rani Reni Kusumaningrum
dan MS Sang Muham
Terhempas di tepian hati tak bertuan
kandas pada sunyi di kehampaan
nada lirih melingkari bilik sukma
kucoba bangkit dengan segenggam asa
Duh Gusti Pangeran welas asih
pupuskan segala gundah
genggam asaku pada-Mu aku berserah
Dalam pasrah yang begitu berserah
kujemput sisa nurani tak ingin menyerah
tak kan kubiarkan raga patah
#Billymoonistanaku, Seninpon, April 08-2019 = 13:43 wib
SEPENGGAL INDAH ADALAH BERKAH
Karya bersama Mamauta Vaden
dan MS Sang Muham
Melambung jauh terbang mengudara
menjauhkan diri dari fatamorgana
hingga lembab udara
tertinggal nada nada tak seirama
fakta tak seindah bahasa
Dan warna kan selalu berubah
sepenggal indah adalah berkah
seringkali kita tak merasa indah itu kita punya
indah itu ada dan bersama kita
walau tak seberapa
Begitulah kita dalam irama kata
tak merasa padahal punya
#Belantaraibukota, Minggupahing, April 07-2019 = 20:10 wib
KU TERHEMPAS
Karya MS Sang Muham
Ku terhempas kandas
tersangkut reranting tua
mengikat menjerat tak mau lepas
melucuti nurani mencederai sukma
aku kandas
Bangkit dari keterpurukan suatu dilema
serupa memilah nada nada suara
janganlah sumbang tetaplah dijaga
Aku menghardik diriku sendiri
tetaplah tegar tegak berdiri
pantang menyerah tekad pribadi
#Billymoonistanaku, Minggupahing, April 07-2019 = 19:49 wib
TAK ADA YANG PERDULI
Karya MS Sang Muham
Menyusuri langkah diri
memunguti satu persatu nyali
betapa aral melintangi nurani
lelah tak terperi
membekas sepanjang hari
Sekarang seperti tak berdaya
mengumpulkan sisa sisa upaya
merangkum tenaga
Begitulah waktu telah lama mati disini
tak ada yang perduli
Roda bergulir mengikuti bisik alam
menyamakan rentak menjelang malam
#Billymoonistanaku, Seninpon, April 08-2019 = 07:30 wib
MUNGKINKAH MASIH KUTEMUKAN CINTA
Karya bersama Melati Blambangan
dan MS Sang Muham
Akh betapa sengketa jiwa menyeret rasa
tak pernah usai di ambang sengketa
meski telah ku putuskan kata
raga tak sanggub mengakhiri peristiwa
sesungguhnyalah pupus bahasa
Ku tersentak dalam pilu
di sanubari tak lagi kutemui sapa
kumeronta dalam jerat bisu semakin kelu
mungkinkah masih kutemukan cinta
Mimpi hampa tanpa gambaran nyata
bayangmu telah pergi entah kemana
tertinggal hati berukir nestapa
Sengketa jiwa kubawa hingga keabadian
terputus disini hanya meninggalkan catatan
#Belantaraibukota, Minggupahing, April 07-2019 = 14:34 wib
MELANGKAH TERTATIH
Karya MS Sang Muham
Dalam perjalanan senja yang temaram
ku coba membenahi harapan menata suratan
meski jalan begitu kelam
begitu samar tujuan
menuju padam
Sudah terlambat entah pun telah terlanjur tersasar
satu persatu ku punguti catatan tersebar
barangkali masih ku temukan sepotong sabar
Meski dengan tertatih dan segala keterbatasan
tetap ku ayunkan langkah menuju kepastian
semoga sampai di halte penghentian
#Billymoonistanaku, Jumatwage, April 19-2019 = 13:33 wib
DI GOLGOTA YANG TANDUS
Karya MS Sang Muham
Di Golgota bukit sengsara
Dia di salibkan mati penuh luka
demi kau aku kita semua orang percaya
di antara penjahat ia berada
menanggungkan dosa umat manusia
Di Jumat agung ia menyerahkan nyawaNya
korban sembelihan menebus sengketa
lalu bangkit pula hari ketiga bersama kita
Kini hampir tiap hari kusalibkan diriMu
dalam segala tingkah perbuatanku
masih pantaskah kuterima pengorbananMu
Duh Gusti Pangeran Sumber Welas Asih
terimalah keberadaanku dengan penuh kasih
#Billymoonistanaku, Jumatwage, Ap[ril 19-2019 = 10:10 wib
PUSAKA NEGERI
Karya MS Sang Muham
Kemana mesti ku cari lagi
tak bersudut tak juga berlokasi
pencarianku kini telah henti
menanti disini
tiap janji ku simpan dalam hati
Andailah benar aku adalah pilihan
tak mungkin sia sia upaya di lakukan
jodoh memang di tangan Tuhan
Membentangkan waktu memanjang sampai ke sanubari
setulus hati kuberikan yang kumiliki
kaulah harta pusaka negeri ini
Semogalah semua seturut janji
warisan ini untuk kita memiliki
#Billymoonistanaku, Kamispon, April 18-2018 = 08:48 wib
TETAP TERPAJANG
Karya MS Sang Muham
Aku tak pernah meminta
sebab kutau jati diriku
tak sepadan apalagi setara
bagai daun kering buruk dan layu
terbuang percuma terlantar sia sia
Wajar saja kau menghina
menganggabku tak berharga
pemuda desa modal seadanya
Kutinggalkan dusun tercinta bermodal tekad baja
cibiran pedas terpatri permanet hingga ke jiwa
semua itu jadi cemeti mewujudkan cita cita
Suka duka berbaur jadi adonan kehidupan
lembaran itu tetap terpajang memori tak terlupakan
#Billymoonistanaku, Rabupahing, April 17-2019 = 19:49 wib
HILANG DI TELAN ANGIN LALU
Karya MS Sang Muham
Setangkai mawar darimu
ku simpan di sudut terdalam hatiku
menghias ruang penuh mega mega
bersemi semerbak penuh pesona
pemilik jiwa dan raga
Jalan hidup menghamparkan perpisahan
tercipta jarak melahirkan keraguan
di ujung waktu kau pupus di batas kenangan
Kini sewindu telah berlalu
tak jua ku terima kabar beritamu
kau hilang di telan angin lalu
#Billymoonistanaku, Jumatwage, April 19-2019 = 14:24 wib
MELANGKAH TERTATIH
Karya MS Sang Muham
Dalam perjalanan senja yang temaram
ku coba membenahi harapan menata suratan
meski jalan begitu kelam
begitu samar tujuan
menuju padam
Sudah terlambat entah pun telah terlanjur tersasar
satu persatu ku punguti catatan tersebar
barangkali masih ku temukan sepotong sabar
Meski dengan tertatih dan segala keterbatasan
tetap ku ayunkan langkah menuju kepastian
semoga sampai di halte penghentian
#Billymoonistanaku, Jumatwage, April 19-2019 = 13:33 wib
PUJI SYUKUR
Karya MS Sang Muham
Hari ini aku bungah sekali
sejuta keberuntungan berjejer antri
mengikuti tak mau tinggal sama sekali
sungguh keajaiban tak pernah ku mengerti
inikah takdir suratan diri
Ada kabar sejuta pesona terbuka
berita gembira datang dari sang penguasa
semoga amanah pintu rezeki sedikit membuka
Puji syukur kunaikkan bagi-Mu Gusti Pangeran
mampukan ku terima berkat tak terkatakan
gunakan dan salurkan sesuai kebutuhan
Beruntunglah aku ada yang bisa aku banggakan
kepanjangan tangan dari ghoibnya tangan Tuhan
#Billymoonistanaku, Jumatpahing, April 12-2019 = 18:48 wib
SEBATANG LIDI
Karya MS Sang Muham
( Kudedikasikan buat adikku Putra Gabriel di Tanah Karo )
Lelaki anak Sinabung
telanjang kaki menapaki jalan penuh duri
sedikit kewenangan ia usung
teriakan lantang mati pucuk di hati
tak ada yang perduli suaramu basi
Di tiap perempatan terpampang potret diri
berharap " kuta kemulihen " sedikit di kasi hati
mengejar ketertinggalan di negeri sendiri
Dadanya sesak penuh suara ketidakberesan sana sini
masih saja ia tersenyum penuh arti
ingin menyapu halaman padahal cuma sebatang lidi
Anak muda putra pertiwi nyalimu kucatat tinta emas
persiapan untuk berkemas benahi sampai tuntas
#Billymoonistanaku, Jumatpahing, April 12-2019 = 17:37 wib
LOGIKA DAN PERASAAN
Karya bersama Nur Siha Mustofa
dan MS Sang Muham
Dan logika bekerja sendiri
nurani murni tak bisa dibohongi
cinta buta menafsirkan pandangan mata
mungkin kita sama sama lupa
ada Sang Maha Segala
kun faya kun tak ada jeda
maka jadilah ia
Jangan ucapkan kata sia sia
tertanam di hati teringat selama-lamanya
Jangan berjanji jika tak berani menepati
janji tak terbayar adalah hutang di bawa mati
#Belantaraibukota, Jumatpahing, April 12-2019 = 10:30 wib
TRAGEDI NURANI
Karya MS Sang Muham
Sampai sejauh ini kusabarkan diri
tetap seimbang tak menoleh ke kanan ke kiri
tak juga perduli suara sumbang memperingati
meski kau berlaku suka suka
memandangku sebelah mata
Setiap tragedi ada ujung nyata
mau di bawa kemana alur cerita
pastikan pilihan tidak menimbulkan salah sangka
Perhitungan untung rugi tak masuk di antara kita
salah benar pun cuma hitungan suka tidak suka
ingat ! kita berdiri di tempat yang sama
Seribu teman apalah artinya
satu musuh bikin pusing kepala
#Billymoonistanaku, Jumatpahing, April 12-2019 = 07:37 wib
AKU TAK BISA
Karya bersama Ika Kartika
dan MS Sang Muham
Memang jika tinggalkan lara
upah diri pun sia-sia
hendak coba lupakan derita
tapi apakah itu bisa
Meski laksana petuah bijak bicara
bahwa semua punya masa lalu
namun semua punya masa depan
namun jua tak bisa lenyapkan lara
Segala kiat dicoba arahan di jalankan
ujung kata kembali meremas bathin
patah tebu hati terdampar sendirian
Hilang sebentar segera muncul kembali
mencuat bagai semula jadi
tak pernah bisa sembunyi
#Belnataraibukota, Rabukliwon, April 10-2019 = 06:56 wib
BERKARAT DI HATI
Karya MS Sang Muham
Rinduku menggantung di batang pagi
sejak semalam menanti di batas sanubari
terpuruk hingga kini
sudah berkarat di hati
tak tau apa yang di nanti
Dengan gontai ku telusuri bilik tak berpenghuni
mengapa pergi kini raib di telan pagi
harapan kandas di ujung hari
Masih bingung ku berdialog dengan sepi
kemana lagi mesti kucari
Kini pagi datang menghampiri
membawa ceritanya sendiri
#Billymoonistanaku, Selasawage, April 09-2019 = 07:07 wib
Kumpulan Puisi Ayu Ashari - PANGGUNG KEHIDUPAN
#puisi
#sastraindonesia
ANDAI SAJA
Oleh Ayu Ashari
Embun menghampar di pelataran dini menggayut di ujung rumput, dinginnya menyentuh pori
Detik jam menukik tajam.
Berdentang 3 kali di angka tiga
Aku masih terjaga
Entah mengapa mataku belum layu
Desau bayu berbisik membujukku tuk menjeda waktu,
"Tidurlah hari telah larut"
Bagai mana aku bisa
Sedang fikiran ku tengah bergelut.
Hatiku juga tengah kalut
Menentang prasangka yang berkecamuk di dada
Ah
Andai saja semua tak bermula
Andai saja semua tak pernah ada
Andai saja hatiku tak pernah kubuka
Andai saja tak ada lagi kata cinta
Andai..
Andai..
Yaa andai saja aku tak pernah mencintai nya
Mungkin luka tak kembali menganga
Tapi harus bagai mana lagi
Semua telah terjadi
Kini aku kembali ke lembah sunyi
Sepi menyendiri
Mengemas kenangan di sudut hati dalam resah yang tiada bertepi.
Dan desau angin lagi lagi merayu
Nyanyikan lagu sendu
Ingin meninabobok kan ku.
Sementara aku telah mati.
Medan,0604019
AZALEA, SEKUNTUM KEMBANG LEMBUT
Oleh Ayu Ashari
Azalea, lihatlah bulan menyandarkan tudung tipisnya di atas kepakan sayap sepasang belibis yang tengah berenang ketepian. tak ada lagi kesunyian di sana, wangi bunga pun ikut melepas debu yang kerap melekat pada bulu-bulunya. Lalu segalanya jadi rindu, laksana musim semi yang siap untuk di petik kapan saja.
Azalea, engkau adalah damai yang tidak terlipat, engkau adalah jiwa yang bergemuruh di langit tertinggi, dan engkau adalah misteri yang datang ketika gelap sudah tak berawal dan hilang begitu saja sampai waktumu usai di ujung senja.
Azalea, engkau sebagai sekuntum kembang lembut, yang digoyang-goyangkan ketergesa-gesaan angin di dalam lautan padang ilalang lalu di cabik-cabik sebilah pedang.
Mengoyak nuranimu yang begitu luas
bersih tak ternoda culas
Anggunmu tegar kokoh berdiri diatas cadas
Kelopak mata sayumu membungkus binar kejora teduh mengulas sejuta prahara yang terkadang membuas.
Azalea, hatimu di penuhi sejuta kembang kelembutan memancarkan keindahan ke seluruh penjuru taman.
Penebar kesejukan dan kedamaian bagi jiwa yang begejolak.
Kelopakmu yang gugur telah di pungut seorang pujangga pengurus taman, dari pagi hingga malam tiada jemu menyirami mu dengan syair syair kerinduan.
Medan, 0604019
#puisi
#sastraindonesia
GUGUR DI MATA MU
Oleh Ayu Ashari
Saat itu senja temaram di pelataran kebun lada
Jingganya merona menghias jumantara
Dua bocah abang beradik asyik berkejaran
Berlarian di bawah rindang pohon rambutan
Anak anak tangga di penuhi para ibu
Duduk berjejer mencari kutu
Aku tersenyum duduk sendirian
Di beranda rumah panggung warisan zaman
Dipan kayu jati buah tangan kakekku
Masih awet terawat di warna alami
Di dipan ini dulu ibu kerap memberiku ASI menimangku hingga tertidur pulas.
Waktu begitu cepat berlalu, zaman merubah rupa desaku.
Kebun lada kakekku telah berganti barisan rumah permanen
Tak lagi kudengar muda mudi bercanda berbalas pantun jenaka
Atau irama rampak mengiringi gemulai para penari menarikan mak inang di pulau kampai.
Pun gending jawa mengalun di rumah warga.
Kini yang kudengar musik hingar bingar dari bedeng bedeng kebun duku
Menebarkan aroma anggur di tanah leluhur
Kemana muda mudi itu ?
Aku melihat mereka bersembunyi di kegelapan malam
Asyik menyublim asap dari tabung kematian
Ada juga yang tak berhenti gelengkan kepala di bawah pengaruh ekstasi
Terbang melayang ke dunia tiada rupa
Aku kehilangan wajah segar anak anak generasiku
Sampai kapankah aku menanti kenangan masa lalu dapat kedekap kembali ?
Ataukah akan terkubur bersama jasatku yang membeku.
Sementara ia telah gugur di matamu.
Medan, 0504019
#puisi
#sastraindonesia
BULAN SABIT
Oleh Ayu Ashari
Aku melihat bulan sabit melengkungkan senyuman di pelataran tanah Deli, di saat daun daun kering dan ranting lapuk berguguran membasah menyentuh bumi yang baru saja di guyur hujan.
Rembulan memerah menyelinap dari balik awan, bacakan puisi biramakan syair kehidupan.
Melesap merasuk sukma pudarkan segala bentuk kepahitan.
Ada damai menelisik di antara gugurnya daun yang berisik.
Di bait terakhir lembaran terakhir ia berbisik
"Apa lagi yang mesti di resahkan dan juga di gelisah kan kecuali di hayati !"
Tinggal kan elegi pada bait pertama mu.
Tutup lembaran itu, leburlah bersama waktu.
Lalu tulislah bait baru paragraf baru di halaman yang baru.
Buatlah seloka anak negri ceriakan bumi mu deli.
Jangan, jangan biarkan hancur bersama daun dan ranting yang berguguran itu.
Aku kan menyinari agar tunas tunas baru yang lebih kokoh tumbuh.
Percayalah, rembulan mu akan tetap menjadi matamu tanah deli.
Dan
Putik bunga pun bermekaran di ujung senja nan rawan
Tanah deli tak lagi basah..bias merah jambu merona di wajah ayu.
Medan, 0404019
MERENTANG RINDU
Oleh Ayu Ashari
Malam...
Sampaikanlah kepada alam sebuah khabar
tentang rindu yang tak pernah tertukar
Menari mengitari ruang khayal
Ingin menceritakan ribuan ikhwal
Malam
Bawalah angan ku terbang melayang
Menelusuri seluruh penjuru lintang
Dibawah ketiak sumbu ambigu yang membentang
Rindu tak jua dapat terentang
Ahhk malam
Rupa mu kian memburam
Tak terlihat rembulan yang bersinar temaram
Hadirkan sepi yang mencekam
Malam..
Katakan pada bayu
Aku tengah merindu
Pada kekasih hatiku yang jauh.
Medan, 0404019
#puisi.#sastraindonesia.
SERPIHAN MUTIARA RETAK
Oleh Ayu Ashari
Terlihat awan mulai berarak menyisakan kelabunya di ujung senja.
lazuardi enggan mengintip di ufuk barat, seolah tak ingin menyemarakkan langit sebelum gelap tiba untuk mengentaskan beragam cerita di pelataran pagi hingga petang.
Rasanya tak tercatat berapa ribu kali harus memungut satu demi satu tita yang merembas dari bilik netra di setiap episode cerita.
Entah tentang getir nya sebuah rasa atau perih nya tapak kaki tinggalkan jejak jejak nanah di jalanan yang penuh kerkil tajam.
Entah berapa kali pula aku jatuh tersandung bebatuan.
Lupakan sakit yang lembam, aku bangkit dan kembali berjalan.
Satu satunya pemberi semangatku adalah buah cintaku.
Tak pernah aku mau tau pada hati ku yang menjerit dalam beku.
Ku biarkan saja begitu.
Hingga suatu waktu..
Ombak di laut menghantarkan sebuah mutiara indah mempesona di pantai kalbu.
Kau lah mutiaraku yang telah datang
Dan aku tenggelam di keindahan pesonanya
"Apakah aku bahagia ?"
"Ya, aku sangat bahagia"
Tak ku hiraukan jerit camar perotes menyambar buih
Ku acuh kan biduk biduk nelayan melirik menghampiri.
Hati yang beku mulai mencair.
Pucuk di cinta ulam pun tiba fikir ku
Mutiara hadir ketika jenuh sampai di titik nadir.
Senja tak lagi muram, malam berhias rembulan.
Namun sayang badai pun datang jua.
Mutiaraku memburam cahaya.
Tak lagi tebarkan pesona.
Mengurung dalam murung sebab kerang tempatnya bernaung telah hancur..
Mutiara ku retak...dan aku hanyalah .." menjadi sandaran dari serpihan yang tiada arti"
pun menggores kembali.
Medan, 0204019
#puisi.#sastraindonesia
-------------------------------
puisi malam
-------------------------------
LAKI-LAKI ITU
Oleh Ayu Ashari
Malam itu, tak ada yang bergerak kecuali kecoa dan tikus
sementara laki-laki itu berbaring di atas sebuah kasur tipis
yang bau amis bekas air kencing lama.
Tas tangan yang kosong, di taruhnya di bawah kepalanya
sedang jaket lusuh tetap ia kenakan untuk menghalau dingin.
suara-suara menembus empat dinding, langit-langit
serta perut bumi yang dalam. ada juga jeritan tajam
seperti jeritan bayi yang baru dilahirkan.
Dalam panas yang menyesakkan
laki-laki itu merasakan peluh kental
semakin melengketkan jaketnya
dan dadanya pun ia rasakan tak dapat bergerak
apalagi mengirup udara yang segar.
“ apakah ia sedang sekarat, atau telah meninggal”
sebab sampai sekarang ia tak pernah mengetahui rahasia
dari rasa gembira nya, setiap menyambut hari pagi.
Lak-laki itu, ingin sekali mengenang
saat—saat bunyi sendok di dalam cangkir teh atau kopi
atau bertepuk tangan dan menari-nari
laksana campuran tanah hitam dalam jerami.
“O, perjalanan yang tak jelas ketujuan .”
katanya, sambil menunjukkan kedua jarinya ke langit
“ beri aku sepotong roti
agar aku masih dapat melihat mentari esok pagi.”
Medan , sv,nel.a.a,01/04/2019.
#puisi.#sastraindonesia
Kau
Oleh Ayu Ashari
Kau adalah cinta yang membeku
Namun tetap menggelora di hatiku
Kau adalah jiwa yang ku tunggu
Namun tak pernah mempunyai waktu
Kau adalah rindu yang ku lukis
Namun tak pernah kau beri warna
Kau adalah syair yang kerap ku tulis
Namun tak berpena
Kau adalah mentari di hati ku
Namun tak pernah memberi ke hangatan
Kau adalah hujan di mata ku
Namun tak menetes kan air
Kau adalah lagu di jiwa ku
Namun tak pernah kau beri nada
Kau adalah instrumental terindah yang ku mainkan
Namun tak pernah kau dengar
Kau...iyaa...kau
Selalu bermain di benakku
Tak pernah pergi meski berulang kali ku usir..
Dan kau....
Adalah bait bait puisi yang ku eja
Namun tak pernah kau beri makna
Medan, 0104019
#puisi.#sastraindonesia
Jiwa yang terlunta
Oleh Ayu Ashari
Kolaborasi bersama Edi Samudra kertagama
Jari-jarinya mengukir kata-kata di atas tanah
bentuk huruf dan lingkaran lingkaran yang saling berjalinan
tangannya bergetar karena rasa marah, dan denyut jantungnya bertambah cepat, lalu anak itu berkata
" Andai kata jariku ini mengenal pena, mungkin hidupku tak berkabut seperti ini, dipenjarakan waktu bersama lapar dan haus yang selalu menjerat dengan rasa pahitnya"
ah apakah ia harus dipenjarakan oleh umurnya sendiri? sementara lampu-lampu jalan telah mati dan bayangan rindu untuk bapak dan ibu di kampung halaman selalu saja menyelinap dalam pikirannya. Hatinya berat, dan dahak pahit sudah lama berkumpul dalam perutnya yang kosong, sementar orang-orang yang setia menemaninya lelap tertidur sambil menahan seonggok lapar sambil menunggu matahari terbit esok hari.
Dan entah bagaimana akan dijalaninya lagi
Adakah akan lebih baik atau bahkan mungkin semakin buruk.
Sementara tidurnya pun semakin meringkuk.
Perutnya kian terasa kebas, tak kalah kebas dengan hatinya menghadapi kepelikan yang selama ini di hadapi nya
Dia pernah bercerita padaku
Tentang bagai mana ia akhirnya terdampar di belantara metro politan.
Bagaimana sepetak sawah satu satunya menjadi sumber mata pencaharian keluarganya di rampas
Oleh rakusnya kota.
Sejak saat itu kehidupan di desa nya menjadi mati.
Tanah yang tadi nya subur menjadi gersang
Keadaan seperti itu yang mengharuskan ia menyeret langkahnya ke kota.
Bermodalkan 3 potong pakaian dan uang sekedarnya. Hanya doa restu keluarga menjadi modal paling berharga baginya
Bersama harapan ada secercah cahaya yang akan di bawanya ke kampung halaman
Dia berjibako melawan kerasnya metropolitan.
Demi mereka yang ia tinggalkan di kampung halaman.
Medan, Lampung 0104019
#puisi.#sastraindonesia.
Rembulan menghapus mendung di langit Deli
Oleh Ayu Ashari
Awan menggelayut di langit Deli
Mendung menggulung tiada henti mendera rupa
Sering sekali hujan turun di tengah pelangi yang terbit di siang hari..
Geluduk menggelegar hantarkan kidung pilu yang melagu
Petir menyambar hadirkan rasa getir
Hal ini terjadi hampir separuh perjalanan samsara
Hingga senja menapaki
Lazuardi pun hanya muncul sesekali
Langit Deli masih tergulung mendung
Aurora singgah sekejap lalu murca
Seakan tiada ke abadian yang betah menetapi
Ahhhkk
Langit Deli sering sekali sepi
Tak ada awan putih yang menemani
Sendiri merentang nawula bahagi
Mogah musik ing jagat
Tunjukkan isyarat
Langit Deli mulai memasuki gelap
Lintang kamuskus memberi perubahan pada cakra manggilingan
Rembulan hadir meminang dengan sikap ngapurancang,
Memberi mahar manjer kawuryan.
Sejak kehadiran Rembulan
Langit Deli terlihat cerah bergairah
Tak ada mendung apa lagi hujan
Wajahnya kini sumringah
Siang mentari bersinar terang
Senja pancarkan jingga keemasan
Dan malam dihiasi bintang gemerlapan
Rembulan memberi warna baru
Menghapus kelabu menjadi biru
Nampaknya tak ada lagi kabut yang berselimut
Kemuraman seakan hengkang melenggang
tak terdengar geluduk
Pun petir telah terusir
Sebab
Rebulan telah menghapus mendung di langit Deli
Medan,3103019
You Are
Oleh Ayu Ashari
For some one in some where
Angin yang meniup sepii malam ini
Sejuk terasa menerpa wajahku
Aku masih duduk berayun sendirian
Memandang rembulan
Sinarnya pucat kemerahan
Seolah gelisah menanti hari kan pagi
Begitu pula rasa di hatiku
Gelisah menanti hadir mu
Ohhkk kasih
Kau taburkan semua misteri
Di diri yang terlanjur hati
Telah terbuai mimpi
Ohk kasih
Aku di sini menanti
Kata cinta dari mu
Walau kau terus membisu
Kau selalu membisu
Kekasih
Berilah aku satu jawaban pasti
Agar aku tak meraba
Dan ternyata salah sangka
Duhai kekasih
Hentikanlah resah ini
Hadirlah disini
Selaksa rindu
Bersemayam mendebarkan jantung ku
Kekasih bagi ku
Kaulah inspirasiku
Kau matahari di musim semi
Kau adalah tawa di bibir ku
Kau segalanya bagi ku
Dan kau...
Kau adalah
larik di setiap syair ku
Medan,2903019
Melebur prasangka
Oleh Ayu Ashari
Beri aku perahu dan laut,
agar senja ku dan senjamu dapat berlayar kembali menuju ranah leluhur
lupakanlah segala sengketa
mari kita petik embun
yang kerap ada di kelopak bunga
dan angin yang membelai daun-daun
kuingat selusin kata yang kerap
Kau bisikan di telingaku
Ketika malam datang
atau subuh yang memanggil
kekasih..
kita sepasang camar di pundak ombak
berlompatan seperti lagu yang pernah kau nyanyikan,
Di saat menjelang tidur sebelum kita terbaring
Menikmati malam di ujung hening
Mata bening mu sayu menatap ku sendu
Menyimpan selaksa rindu di palung kalbu
Kita sama rasakan getaran yang ada
Membuncah hangat luahkan air mata
Sayang
Mari kita melebur segala prasangka
Yang berkecamuk di dalam dada
Pun membenahi diri
Mencabuti duri duri yang menancap di tonggak prasasti
Tak perlu kita ingat lagi
Sebuah prahara yang pernah terjadi
Biarlah tersublim bersama bergantinya hari
Sampai waktunya tiba kita mengucap janji di altar suci
Bersama mengarungi mahligai hingga akhir nanti.
Medan, 3103019
#puisi.#sastraindonesia
Bomb smoke di rimba mu
OLEH Ayu Ashari
Ku langkah kan kakiku tanpa ragu
Memasuki belantara rimbamu
Mengikuti arah bomb smoke yang kau nyalakan untukku
Namun mengapa semakin ku dekati warnanya semakin samar
Hingga aku tersesat di persimpangan yang entah
Terlihat sama tapi berbeda
Terlihat berbeda tapi sama
Ingin rasanya aku pulang
Tapi
Bagai mana aku dapat kembali pulang
bekal ku telah ku habiskan dalam perjalanan
Sedang kau tak menambah penerangan membiarkan ku meraba di kegelapan malam
Apakah kau tahu
Otak dan bathinku bergulat sengit
Sebelum aku melangkah kan kaki tuk mencapai titik cahaya yang engkau isyarat kan
Walau aku sadar akan rasa sakit yang kan mendera
Tersayat potongan sisa sisa kaca dari bias bayang yang lebih dulu ada
Pun siksa bathin ketika aku harus
Menepis jerit parau seekor gagak yang menderita merelakan kepergianku
Tidakkah kau mengerti betapa berat bagiku melalui semua itu.
Wahai
Sadarilah bahwa aku ada
Di sela ritme bait larik yang engkau puisikan
Ahhhkk
Sonetamu kian menggiring ku
masuk semakin jauh menuju belantara mu
Di tengah ambigu yang melilitmu
Duhai jiwa belahan jiwa ku
Aku terlanjur jauh merambah hutanmu
Jangan....jangan biarkan aku tersesat.
Tak menemukan arah mana yang harus ku tuju
Lalu terlunta tak berdaya
di tengah semaknya belukar mu
Pahamilah aku
Bahwa aku juga butuh kamu.
Medan, 2903019
Anak anak korban keangkuhan
Oleh Ayu Ashari
Aku melihat anak anak kecil berlarian di bahu jalan
Berpanas panasan.. berhujan hujanan
Wajah lusuh berbanjir peluh
Berbaju lecek berbau apek
Raut comeng pentang ploneng
Jerebu asap kenderaan mencoreng
Kulit legam terpanggang
Dibawah matahari bersinar garang
Berbekal kencrengan nyanyikan lagu kematian
Memburu recehan harapkan belas kasihan
Anak anak itu tertinggal kemajuan jaman
Terlahir dari kaum marjinal
Berjingkat di panas nya aspal
Berlarian tanpa sandal
Berjuang hanya demi perut sejengkal
Anak anak bangsa bergelut diantara ketidak berdayaan
Tegerus garis kemiskinan
Lupakan impian tetang bangku sekolahan
Bukan karena tak punya keinginan
Himpitan kehidupan memaksa mereka menepis harapan
Ketika malam menjelang anak anak itu berburu emperan pertokoan
Menyambut mimpi berbekal kertas koran
Anak anak jalanan korban keangkuhan
Janji janji celoteh kebohongan
Bersembunyi atas nama takdir tuhan
Medan, 2703019
#puisi.#sastraindonesia
KAU KEMBALI
OLEH Ayu Ashari
Semusim yang lalu kita pernah menyatu
Dalam jalinan persahabatan yang kukuh
Malam malam menggores cerita penuh canda dan tawa
Tiada cela air mata
Bait bait puisi ter eja dalam larik penuh rima
Bahagia menyelimuti hari hari
Kita bak dua sejoli di mabuk cinta
Kau memanggilku umy
Dan aku menyebut mu aby
Siang mentari turut tersenyum menyaksikan keakrapan kita
Lalu malam bermandi cahaya bulan
Gemintang pun berpendaran turut bahagia
Namun entah bagai mana awalnya
kita terjebak ambigu
Pada rasa yang kemudian berbeda
Malam berubah menjadi kaku
Dengan bahasa lidah yang kelu
Sejak saat itu..
Canda tak lagi berbuah tawa
Langit seakan berkalang jelaga
Tanpa sengketa kau lenyap begitu saja
Ahhk..
Kau menghilang entah kemana
kau tak pernah lagi menyapaku
Hari hari ku jalani sepi sendiri
Senyum ku menghilang di bibir ku yang pasi
Musim berganti
Bayang mu hilang bagai tertelan bumi dan aku tak lagi mencari
Ku kira kau takkan pernah kembali
Membawa jauh kecewa pada diri.
Kini
Pintuku kau ketuk kembali
Saat aku tak lagi sendiri
Hati ku telah memilih
Seseorang yang terpilih
Maafkan aku
Jika harus membuat mu pilu
Sebab ia teramat sangat memikat ku
Andai kau mau
Ku tawarkan jalinan seperti awal kita bertemu
Bernaung di hatiku sebagai sahabat sejati ku
Medan, 2703019
GELISAH
Oleh Ayu Ashari
Malam..
Wajahmu kini begitu muram
Tiada bintang atau rembulan
Sepinya nyaris tak ber suara
Menghantar nestapa di palung jiwa
Burung malam..
Di manakah kini kau berada
Mengapa kau tak hadir menyapa
Terlelapkah kau di atas dahan
Mengepak mimpi berselimut dedauanan
Tidak kah kau mengerti aku resah dalam penantian
Malam....
Bawalah aku kembali ke alam bawah sadar
Agar tak kurasa kan rindu dendam
Bergejolak dalam hati bergetar
Teringat kisah kasih semalam
Embun malam..
Jangan usik lagi aku dengan dingin mu
Cukup sudah siksa ini mengganggu
Jangan...jangan lagi kau tambah beban di pundak ku
Agar cemburu tak menghantui ku
Angin malam..
Bisikkan ke telinga nya
Aku gelisah menanti hadir nya.
Ingat kan dia
Mimpinya tak kan indah tanpa aku adanya
Medan, 2703019
Panggung Kehidupan
Oleh Ayu Ashari
Sebuah sandiwara apa lagi yang tersuguh pada ku..?
Mengapa tiada henti kepelikan datang silih berganti
Hingga begitu sulit aku berhenti atau memulai lagi
Ketika langit yang tadinya begitu cerah, tiba tiba berubah arah
Petir menyambar tanpa adanya awan yang menghitam
Gelegarnya menyadarkan ku dari khayalan
Ahk ntah lah
Kadang aku tak mengerti tentang apa yang kuhadapi
Panggung baru saja tertata rapi dengan tema menyatunya dua hati
Cahaya lampu berlatar romantisme
Berubah gulita tanpa cahaya
Ornamen porak poranda
Bagai mana bisa aku tiba tiba berganti peran dari seorang putri cantik menawan,
menjadi permaisuri penyakitan
Sedang dialog belum aku dapatkan
Aku kembali meraba di kegelapan panggung kehidupan
Mencari secercah cahaya yang mungkin saja masih tersisa.
Langit belum sepenuh nya kelam
Masih ada lazuardi yang mengintip dari balik awan
Menerpa hangat di panggung kehidupan.
Dan aku akan tetap mengambil peran.
Medan,2603019
BARANGKALI
Oleh Ayu Ashari
Malam selalu menyembunyikan
keinginannya untuk menulis
peristiwa yang dialami,
tapi semua jadi lupa
karena bekas luka selalu menggoda
jika peristiwa itu telah lama
meninggalkan jejaknya
bahkan jadi peta perjalanan
untuk kembali pulang.
Barangkali, malam juga
telah menjadi sahabatnya bertahun-tahun
untuk menghitung purnama atau bintang
yang kerap jatuh di ujung mata
saat tiba-tiba saja perih menjelma jadi hujan, di setiap catatan yang ditulis.
Wahai, segeralah pulang,
Cuaca telah mendung dan burung-burung tak bergairah bersenandung.
Medan, 2019
Ratu di hati insan
Oleh Ayu Ashari
Kau lahir diantara mata yang membuka jendela di pagi hari, matahari yang bersinar melambaikan cahayanya disetiap engkau ada di dalam kereta kencana.
Melintasi lorong lorong terang berhalimun memandang ke penjuru empat arah angin, terukurung sudut sudut ruang sempit, meluas membentang di balik gedung pencakar langit.
Berpasang tangan kecil perkasa lemah menjuntai kearah mu, mata berbinar sayu, tertutup selaput bayang hari esok yang redup. Orkes keroncong perut semarakkan malam beriak dalam ringkuk, membelit usus mengempis, hadirkan mimpi tentang denting sendok yang menari di atas piring berteman nasi dan lauk.
Mengisi waktu penantian bias mentari memantulkan cahaya dari kaca kaca raksasa, netra masih menutup, namun indra pendengaran di buka lebar, hati berdebar dalam kecemasan harapan
Terdengar sayup dari kejauhan derap tapal kuda, secercah cahaya semburat merona, deritan halus roda kereta kencana kian nyata, kelopak mata terbuka.
Anggun engkau keluar dari kereta kencana, wajah ayu mu menularkan keteduhan, lembut memeluk bocah bocah tak strata, hentikan orkes keroncong yang semalaman melanda.
Engkau ratu di hati setiap insan, senyummu senantiasa merekah di bibir nan merah, mentari pagi menyinari hatimu pancarkan kehangatan di bola matamu yang ramah, bagai Metis engkau buka cakrawala dunia untuk mereka yang terlupa.
Medan, 0704019
TIADA CAHAYA
Oleh Ayu Ashari
Tiada cahaya
sepi tiada api
lembab beredar
di ruang ingatan
pecahlah segala rindu
di atas dataran tandus
yang menggaruk-garuk tubuh
Dua puluh satu hari
terguling tak sadarkan diri
di antara bau mawar
yang berpelukan
mesra sekali.
Malam tiada bulan
Daun-daun dihujani
demikian waktu berlalu aku tertidur
di huma ladang hatimu
Dan kau gantungkan aku bagai bingkai kosong tak berlukisan di salah satu dindingmu yang entah
O, seekor burung terbang tinggi
melayang perlahan hinggap di pinggir kali
Mengacak ilalang yang terjaga rapih
kemana hendak kau bawa aku
tanpa bunyi sama sekali
Menyelinap berkelabat di kepak sunyi
Senantiasa bersembunyi di balik semak berduri.
Lalu terbang lagi hanya singgah sesekali.
Duhai, tidakkah aku pantas kau temani, mengupas legenda esok hari
Medan, 0804019
----------------------
KITA ADALAH
Oleh Ayu Ashari
----------------------
Bagai padang
terbengkalai lupa
belukar, akar
tumbuh dan berbunga,
pada ruang yang di kelilingi
wangi petang dan pagi
Kita adalah
jalan kecil
yang membawa hati
untuk bergirang
atas semua sunyi,
dan dari sunyi itu pula
kita punya rekaman
untuk sepasang rajawali,
yang mengarungi pelangi.
Kita adalah salju
kita adalah awan
yang melintas
tak putus-putusnya
pada siang dan senja,
bahkan kita pun adalah
lautan yang berbaur
bersama perahu dan ombak
untuk saling membasahi
satu sama lain.
Kita adalah
atmosfer itu sendiri
seperti langit negro
yang bertelanjang kaki
penuh keragu-raguan.
Kita adalah
rumputan hadiah yang harum
dari kenangan yang ditandai
dan untuk itu engkau tak perlu
bertanya "siapakah" yang menaungi palung sukmaku
Bukan kah
Kau langitku dan aku awanmu
Dan kita telah berjanji akan selalu bergerak bersama,
Ku kira tak perlu kau tanya lagi
Siapakah pemilik hati ini.
Medan, 0804019
Cerita pagi
Secuil kisah masa kecil
Oleh Ayu Ashari
Menjelang Ramadan, aku selalu teringat masa kecil dulu,
1979 Ayu kecil masih imut, selalu di kawal abangnya yang super hero bernama Arto. Siapapun yang mengusik Ayu habis dia hajar, baik yang berbadan kecil atau besar tidak pandang bulu ( gimana mau mandang bulu, bulu nya aja belum tumbuh🤔🤔😶😶😜😜)
Ceritanya ni, kami sering berpetualang berdua, sejak se masih tinggal di kampung sampai pindah ke kota, (kalau sekarang di kenal si bolang..bocah petualang)
Di suatu hari di bulan Ramadan 1979, sejak pagi kami bermain, bersama dua sahabat kami Ferry dan Fauzi, tetangga kami, aku dan Ferry memakai roller skate, abangku dan Fauzi dengan skate board, kami berpetualang jauh dari rumah,mengisi waktu menunggu imsak, sangking asiknya, kami lupa waktu batasan mamak, ( tapi puasa kami penuh cooy)
Karena takut di marahi mamak kami (aku dan abang ku) mengendap endap masuk lewat halaman belakang,
Kletek....nyiiit, pintu besi pagar kami buka,
"Udah dek, deluan masuk kamar nenek, pura pura tidur, abang jaga di sini, kalo ketauan mamak , biar abang yang di cubit!"
"Jangan bang, biar Ayu!"
"Udah abang aja, sana cepat, kayaknya mamak masih ke pajak!"
"kalo gak sama sama bang!"
"Gausah, aku bilang deluan!"
Karena dibentak, aku pun jalan mengendap.
Setengah jalan,
"Ala mak...bang ada ayam, awak takot!"
"Lari aja lah kau..!"
Aku pun lari, tapi apa ndak di kata, ayam hitam malah mengejar ku
Dan petook, kaki ku di patok
"Maaaak"
Petook..betis ku di patok
"Maaaak!"
Petok..petok..petok..patatku di patok patok
"Mamaaaak!" jerit ku sambil lari dan nangis kesakitan
Bang Arto berusaha mengusir ayam dengan sapu lidi, tapi malah dia dikejar ayam yang lain yang juga baru menetas kan anak nya.
Al hasil kami sama sama lari dan lompat ke atas amben.
Nenek yang masih di kamar mandi keluar mendengar keributan kami, dan mengusir ayam ayam nya ke kandang.
Saat itu mamak pun sampai.
"Rasain, itulah akibatnya kalo nggak denger kata orang tua!"
Kuping ku di jewer mamak,,
"Sudah tohk, mbok yo ojo di jewer, jenenge anak anak!"
Nenek selalu membela ku.
"Iki lohk, seng penting di kasih obat dulu, pantat te biru biru, lah ndelok iki, bedarah ngene ko ya di jar ken wae!"
" jar ken kono, ben kapok!" kata mamak
"cah wedok kok, tingkah ne kayak cah lanang!" mamak ngomel sambil mencubitin paha ku
"Ampooon, maak!"
"Wes tohk, kok malah di jiwitin?"
"Ben, kono! Kok lah yo ora iso niru mbak yu ne!"
Mamak kembali menyubit paha ku
"Udah maak, kasian Ayu!" kata abang ku.
Nenek ku memeluk ku
"Lah sopo seng salah? spo seng ngekek i sepatu roda? Cah wedok di kek i sepatu roda, bukan anak anak an! cep.cep..nduk, rene tak obati!"
Nenek membujuk ku dan mengobati pantat ku.
"Udah, hayo Arto mandi sana!" perintah mamak ke abang ku.
"sebentar lah mak, kasian dek Ayu!"
"Nggak, biarin aja dia hayo mandi!"
Dengan terpaksa bang Arto mandi.
Aku masih nangis kesakitan, di bawa nenek ke kamarnya, Nenek membujuk ku, membersihkan tubuh mungil ku dengan handuk basah, membalur tubuhku dengan minyak kayu putih dan bedak, mengganti bajuku dan menyisir rambut ku. Mengobati luka luka ku.
Sementara mamak sibuk di dapur, memasak makanan untuk berbuka.
Aku masih nangis kesakitan di pangkuan nenekku
Bang Arto yang sudah siap mandi diam diam masuk bergabung dengan kami,
"Diem dek, ne abang bawain buku cerita PINOKIO! abang baca SINTARO!"
"O, dek kok sukak kali binatang itu nyotok pantat, mu? dulu waktu kita masih di kampung, masih umur 4 taon kau di teot angsa, masih ingat kau kan?"
"Ingatlah bang, waktu kita maen ke pinggir sunge, ada angsa, awak yang di kejar, pantat awak juga yang di teotnya!"
"mangkanya abang dari tadi mikir kek gitu, kenapa ya dek?"
"Mana lah awak tau bang!"
"Ah, besok besok kalo kita maen maen lagi, abang bawa baskom lah!"
"Ihk untuk apa pulak bang!"
"Mana tau kau di kejar ayam atau angsa, aku tutupin pantat mu, pakek baskom!"
"Iya ya bang!"
"Ya iya lah!"
Nenek tertawa mendengar obrolan kami, tak terasa maghrib pun tiba, dan kami berbuka puasa bersama.
Satu hari di 19 hari Ramadhan tahun 1979, kami selesai kan denga baik.
Medan, 2504019
------------------------------------
Hujan turun
Gunung runtuh
Sawah tertutup lumpur
Aku tersedu
----------------------------------------
SECANGKIR KOPI SUSU
Oleh Ayu Ashari
Sayang
Malam ini hujan turun sangat deras
Angin yang berhembus
Hadirkan dingin yang mengalir
Mengapa kita masih duduk di teras
Mari kita masuk
Akan ku sajikan secangkir kopi susu
Penghangat tubuh
Untuk kita nikmati bersama
O, pecahlah purnama dalam mangkuk
Dan burung menari dalam sangkar
Lepaskan segala rasa
Yang mengendap di dada
Merebahlah dalam buai asmara
Terdengar lenguh desau angin memburu,
Kita pun rubuh, bermandikan cahaya bulan.
Lekung melengkung bibir tersenyum,
Mata meredup.
Medan, 2104019
ANGIN
Oleh Ayu Ashari
Pada lintasan malam
Ingin ku hapus embun agar dingin yang membekukan jiwaku dapat menjadi hangat.
Atau menghentikan angin agar gigil tak terus menerus menggerus
Tapi apa bisa
Sedang embun dan angin telah berteman lama
Sementara aku hanyalah wewangian cendana yang terayu menelusup masuk di sela ke duanya,
lalu tidur dalam sebuah harfa kala pagi tengah di lalui
Ah angin
Adakah kau membawa harum ku tatkala mencumbui embun.
Ataukah kau lupa akan segalaku
Ingin ku tikam malam segera terang
Agar angin lekas datang ,
Ingin ku khabarkan pada alam bahawa angin juga telah mensenggamai putik ku.
Tak perduli apakah wangi ku akan berubah bau
tapi aku juga tak mampu, sebab aku cendana bukan raflesia
Bila kau dengar denting harva yang merdu, itu hanyalah suara gelisah ku
seperti getaran daun yang terlepas dari tangkainya ketika musim gugur
Duhai angin
jika wangi ku tak ingin kau bawa dalam desirmu, mengapa kau meminang ku.
Lantas membiarkan ku terbakar api cemburu.
Medan, 2104019
SATU ABADI
Oleh Ayu Ashari
Mawar yang pernah kau
tanam di hati ku
duhai kasih ku
Kini tumbuh dan merekah mewangi
Sangat berarti
bahkan mampu menghapus keraguanku.
Kau curah kan seluruh perhatian mu untukku.
Dan belai manja mu dari waktu ke waktu
menambah rasa percaya diri ku akan cintamu
yang seutuhnya hanya untuk ku
kesabaran mu memperlakukan ku telah membuka tabir yang selama ini begitu pekat menutupi hati ku
Indah sanubari mu , membelai sukmaku,
kaulah pangeran yang ku tunggu.
Genggam lah erat jemariku,
duhai sayang
Ucapkan janji setulusnya dalam hati
Mari kita pasrah dan berdoa
Semoga selama lama nya
Kau dan aku satu abadi
Medan 2004019
SIMPAN SAJA
Oleh Ayu Ashari
Masih cukup waktu untukmu.
Menghempas ke tempat-temat yang di miliki masa lalu.
Aku hanya bisa mengingat
Saat aku mengucapakan kesunyian kau malah menghancurkannya
bahkan ketika aku berulang-ulang
mengucapkan masa depan
malah kau sebut cerita
yang menjelma jadi mimpi.
Aku sudah jenuh mencium bau hujan yang berlepasan saat itu.
sementara di rongga dadaku
kenangan berlari ke dalam kabut
karena lukaku luka menyendiri
di sepanjang malam
Dan kala mentari bersinar, kau lebih garang dari teriknya, membekaskan ruam biru melebam
bahkan menyesatkan salah satu indra pendengaran
Ketika aku alpa, bahwa kau tak boleh terbantah, sekalipun kau salah arah.
Pun aku menggigil sendirian.
Kau laksana Daniswara dari dinasti mu sedang aku hanyalah Hanacaraka yang selalu ngapurancang sebagai tandah, walaupun akulah sang pemilik istana.
Aku diam
Ya
Aku hanya diam, membungkam, urung suara, meski kata maki dan telunjukmu senantiasa ke wajah ku.
Belum lagi, bagaimana kau bermain di belakang ku
Jangan kau tanya, berapa banyak aku memunguti air mata sepanjang musim itu.
Cukup sudah elegi perjuangan ku untuk mu, sisakan ketakutan yang membelenggu di beranda kelambu.
"Kini kau ingin kembali..?"
Tidak,
Aku tidak ingin kembali ke masa lalu
Sudah,
Simpan saja rasa sesalmu
Simpan saja sedu sedan mu
Aku tak ingin lagi masuk ke neraka mu
Aku " J E R A"
Tapi jangan takut
Aku tidak akan pernah mempropaganda buah cinta dengan seonggok benci yang membatu.
Medan, 2004019
YANG TERABAIKAN
Oleh Ayu Ashari
Tanah lapang itu telah dibuka, terlihat sebuah rumah tak lagi terurus.
Angin sering membawa benih-benih ke dalam rumah atau ke atas atap, berkembang biak menjadi semak dan pohon yang menyebabkan bangunan dan atapnya merapuh
Tampak disekelingnnya pun tumbuh-tumbuhan melata melilit dinding rumah
kayu yang masih tertinggal di tutupi dengan lumut dan daun-daun kering.
Halaman di tumbuhi beragam gulma.
Hujan dan terik matahari yang senantiasa menghampar mengakibatkan rumah itu hampir roboh.
“Sebuah Rumah Kenangan”
Temboknya tak terbuat dari beton melainkan dari batang-batang pohon yang di tanam dalam-dalam,
Sebenarnya atapnya pun di lapisi gelagah yang tebal, seharusnya tahan dari hempasan taufan yang biasa datang dari selatan.
Tapi cuaca bertubi tubi menghantam.
Mengakibatkan ia nya tak berdaya.
O, rumah kenangan tak lagi berpintu an jendela-jendela nya tak lagi berdaun,
semua di tumbuhi semak dan daun-daun kering yang berserakan. Siapa yang hendak singgah sekedar untuk meminum kopi atau merangkai kata jadi pantun dan kembali jadi ranum.
Medan, 2004019
A LETTER FOR MY BELOVED
Oleh Ayu Ashari
Kekasihku
Awan yang menaungi rumah rumah rindu, telah pergi ke tengah samudra
Namun engkau yang melintasi malam dengan subuh yang hendak sampai tak henti memancarkan cahaya pelangi
Seperti puisi yang kutulis malam ini
Teringat aku sepekan yang lalu
Tak ada rasa pahit yang kita rasakan dalam kecapan
Semua jadi madu, dan kurasakan duka ku hilang di sudut likunya.
Sayang,
Kubisikkan semua ini padamu lewat hembusan angin dan kicau burung yang bernyanyi di puncak ketapang, agar rasa ini sampai kepadamu.
Ku harap engkau mengerti
Betapa aku merasa perih saat kau diam dalam heningmu,
Bagai gemerisik daun daun kering yang jatuh seperti itu lah hati ku yang tengah gelisah menunggu kehadiranmu
Kekasih,
engkau adalah bait bait puisi yang mengalir dalam darahku.
Sudah lama kita tidak bertemu
Kenapa engkau selalu menyulam waktu
Sambil menatap matahari yang hampir tenggelam di tanah seribu sungai
Medan 1904019 (dini hari)
MENGGAPAI KASIH NYA
Oleh Ayu Ashari
Aku terdiam di sudut rasa tak terpana, guliran pertiga malam menghening tafakur kudus merepih hati nan luruh
Kepak kepak sayap waktu perlahan menjauh, sedang aku masih terlalu sibuk menghitung jelaga fana di ujung mata dunia yang hampir meredup.
Di tapak sunyi perjalanan hari, aku menyadari, betapa kecilnya aku di atas kefakiran imani.
Duh Gusti.
Masih saja aku mengikat diri dalam pencarian cinta insani, sedang cinta padaMu adalah yang paling mewangi dan merindu pada Mu adalah irama debaran yang tersyahdu.
Pun aku terlena mengeja keindahan bait syair ku sementara syair samawi Mu adalah yang terindah mengalun merdu dari atas menara rumah Mu
Kekasih
Dalam kesucian basuhan tirta tubuh ku, aku bersimpuh malu, dekaplah aku di kehangatan irama degup jantung memeluk mesra kepasrahan diri pada Mu ya Ar Rahim
Kekasih
Bimbing aku dengan Rahman Mu, menggapai cinta Mu, tanpa adanya koyakan luka kedustaan.
Kekasih
Fajar telah menyingsing, berkahi aku dalam mengejar dunia ku, ingat kan ketika aku mulai lupa akan perjalanan sakral keabadian kehidupan, menuju rengkuh Mu.
Amin..
Medan, 1804019
GELATIK
Oleh Ayu Ashari
Melewati malam kulihat engkau
Menawarkan senyum berkali kali,
di antara gulir waktu dan embun yang jatuh, si ujung daun.
Mengusik kesendirian ku untuk menyatu.
Kau bayangan kerinduan yang terjerat kesepian, dalam kelanamu.
Bersama gelatik yang sering mengucapkan perih di ujung belati
Hingga kebencian datang menjadi api
Kau menemukan 'ku dalam perjalanan pulang bersama perahu dari daun dan ilalang,
Kau berkisah bahwa
Kau bawa lukamu, bersama aroma hujan dan cahaya bintang bintang.
Ya, Aku melihat ada luka yang dalam kau simpan di balik retina mu.
Ku jatuh kan hati ku untuk mu
Kita melegendakan elegi perjalanan hidup kita,
Kita seakan satu jiwa dari dua jiwa
Waktu berlalu, ceria tergambar dari raut wajah kita, yang terkapar berhadapan, melukis pelangi di lekung bibir.
Kita menepati janji untuk saling menjaga dan menebarkan harum sedap malam di seluruh ruang hati.
Menghapus halimun yang selama ini berkalang di langit langit kamar.
Entah apa yang terjadi
Samsara merubah arah
Kau lupa akan waktu untuk ku
Senduku melagu pilu
Menyimpan rindu dalam kalbu
agni membakar cemburuku
Naluri ku berkata kau kembali pada petualangan mu
Asa ku hampir pupus
Ah, masih adakah cinta buat ku gelatik
Yang selalu merindukan mimpi
Dari kejernihan abadi.
Medan,1704019
ROMANSA
Oleh Ayu Ashari
Rinai turun sejak senja menjelang hingga malam berselang, daun daun berguguran, udara melembab di sekitar taman.
Lelah mulai merambati mencoba mengeringkan air yang menggenangi lantai, sedang rinai seolah tak ingin usai.
"Matamu setenang tidur walau langkahmu sering di batasi air mata
Kau menjadi cahaya bagi pagi yang tak berupa
Di sini naiklah ke anak tangga
biarlah bayang bayang hitam yang menjelaskan menjadi pusaka
Dan rumahku selalu terbuka buatmu
Untuk bertegur sapa di alam semesta"
Kau bacakan sebait puisi penuh diksi.
Membuatku sejenak terpana.
Hadirmu di sisi ku
Begitu tulus,
Begitu lembut
Begitu penuh kasih
Begitu setia
Tak sedetik pun kau rela membiarkan ku dalam nestapa
Kau hapus setiap tirta yang jatuh dari netraku dengan lembut bibir mu,
Kau peluk aku ketika gigil menyerang ku
Kau dekap aku kala resah melanda dadaku
Senyummu, kearifan mu adalah penenang bathin ku
Namun entah mengapa
Empat belas jam kau tak berkhabar
Gulana merambati hati
Aku gelisah dalam penantian
Bayang bayang hitam ketakutan mulai mengambang
Aku marah, aku panik, aku benci
Dan
Aku rindu
Ku coba mencari tau
Tapi semua link tertutup pada ku
" Tuhan apa gerangan yang terjadi, jangan lagi Engkau ambil dia dari ku!"
Sepanjang waktu penantian, ku mohon perlindungan untuk mu
Senja berarak pergi, lazuardi pancarkan jingganya.
Khabar mu sampai pada ku
Bahwa kau kelelahan dan tertidur setelah melakukan perjalanan.
Sayang,
"kau jahat"
Kau buat aku gelisah tanpa warta.
Kau tau,
Aku takut menjalani gelap tanpa kau di samping ku
Tidak kah kau sadar, kau adalah mentari ku kala malam,
Kau pemberi kehangatan di hamparan embun, yang dingin kan tubuh ku.
Sayang,
Jangan lagi kau berbuat begitu
Aku butuh kamu di setiap waktu.
Medan, 1604019
PULANG LAH
(For someone, please go home, I will always wait for you)
Oleh Ayu Ashari
Ranting-ranting dan daun-daun yang menguning menyiratkan larik puisi, tak akan habis dalam dongeng kita, kekasih
sudah berapa banyak angin menyelami lekuk tubuhku
ketika kuraba langit semua jadi hujan rindu
bisakah kita ulangi dongeng
tentang angin malam yang berhembus mampu menembus dinding hati ku yang hampir pupus dan gelombang memecahkan batu karang ego ku yang sombong.
agar impian yang pernah ingin kita capai tak terbengkalai
dan menjadi kenangan indah di antara belaian dua tangan kita yang terhampar di padang ilalang.
Matamu, yang sering ku intip dari ujung kelambu selalu menyimpan misteri
Ingin ku telusuri hingga tak ada lagi yang kau tutupi
untuk itu mari kita selesaikan perselisihan malam ini,
karena pintuku dan wangi bunga akan siap menyambut hadir mu kembali disisi ku hingga akhir waktu.
Pulanglah ke peraduanku
Aku menunggu mu.
Medan, 1504019
KETULUSAN YANG MEMBIRU
Oleh Ayu Ashari
(Edisi spontan di TPS)
Lelah sudah kaki seakan lumpuh
Berdiri menanti di dermaga rindu
Detik menungkik lambat berpacu
Ribuan perahu berkelebat tak me-nyauh
Ah, aku mulai terjebak ambigu,
Bimbang menyelimuti kalbuku yang piatu
Masih kah ada biduk yang kan manaut di sudut dermaga ku
Sedang senja mulai merambat ke ujung kelabu.
Camar memekik, gelombang bergulung
Aku semakin limbung,
Memulung rindu yang tak pernah berujung.
Cinta adalah cinta
Yang terjebak permainan kata
Bergelut dalam dusta yang entah apa
Menoreh luka di lekukkan sukma.
Sampai kapan aku pun tak tau
Seribu ketulusan ku menjadi lukisan kelabu, memburam tergantung di dinding hati yang membiru,
Adalah pusaka berselimut debu.
Medan, 174019
THERE ARE SMALL CLOUDS DRIFTING IN MY SKY
Oleh Ayu Ashari
Mendung telah lama menggelayut kelam di hamparan langit ku
Tak mengarak rinai atau suara gaduh geluduk
Keadaan berjalan tanpa ritme, tanpa dinamika, tenang tak bergelombang.
Angin yang berhembus sangat perlahan namun damai.
Hingga dua puluh maret dua ribu sembilan belas malam, irama itu datang menggoda, degub jantung kembali biramakan lagu rindu, desir desir yang sejak sepuluh tahun membeku kembali hangatkan gigil langit ku,
mentari membias cahaya, menimpa gerhana merah yang lebih dulu mencoba ada,
langitku tak lagi kelabu,
Senyum merekah sumringah, malu malu tapi mau.
Mentari ucapkan janji kan melukis pelangi, di setiap putaran hari,
Mendung bergeser, mentari telah meminang berjuta rasa langit ku, sinarnya kian menghangat.
Twenty-one days passed,
mentari redupkan cahaya, rembulan berada pada satu garis lintang searah, memberontak marah, mentari sibuk membujuk, tak mampu membagi waktu, membiarkan langit ku kembali meredup.
Aral melintang tak dapat di tolak, untung tak dapat di raih, nasi telah menjadi bubur, harapan kembali mengabur, mimpi mimpi kembali harus terkubur,
Langit ku kembali kelam, awan lagi lagi menghitam, berjuntaian menahan hujan,
Tiada sesal yang tertinggal,
Hanya luka yang kembali menampal menyimpan malu di balik kelambu, terlanjur menikmati bayang bayang semu.
Ah mentari, seharusnya tak perlu melukis pelangi di langit yang telah mendung kelabu, jika warna hanyalah abu abu.
Kini, biarkanlah langitku kembali sepi,
Sendiri menahan perih.
Tak perlu tunjukkan rinai, meski angan tak pernah tergapai.
Medan, 1404019
MELARUNG BADAI
Oleh Ayu Ashari
Seperti baru saja didorong
dari puncak,
pertemuan malam kemarin
berhenti pada pukul tiga
Saat kami melalui badai yang melanda
Aku tak kan pernah lupa, bagai mana perahu kami hampir hancur berkeping terbentur karang, dan kami terombang ambing di lautan lepas.
Kehalusan tekstur kelambu
yang menjuntai,
serta kilau cahaya bulan
menembus dinding peraduan
Kemudian kami jatuh menuju lantai dasar lautan.
Biduk nelayan pun mulai mengarungi samudra biru, melepas layar satu demi satu dan kami menunggangi ombak
terdengar lenguh camar mematuk kerang, beriring gemuruh suara gelombang memecah buih, lembut membelai pantai putih, lalu angin berhembus tebarkan wangi pinus.
bukan lagi kengerian badai yang kurasakan melainkan kenikmatan secercah dahaga yang selama ini diam tertambat di pesisir pantai nelayan biasa memancing.
" laut, lepaslah rindu.
Engkau datang merayu
aku pun malu-malu".
Jangan, jangan lagi engkau bercerita
apalagi mempercayai, celoteh nelayan yang menemukanku
di bulan lalu.
Biarkan saja menjadi empedu yang kita nikmati dengan secawan madu.
Medan, 1404019
Sepi
By Ayu Ashari
Saya tahu
Sepi itu
Mencengkeram
Mereka
Lembut
Tapi aku senang kesepian
Untuk saya
quiet was peaceful
Ketika Anda melihat saya sekarang
I'm no different from the first
Aku masih punya
laughter
tears
Dan Cinta
Tapi, kau tahu...?
Semua itu bukan milikmu lagi
Medan,1504019
A WONDERFUL MEMORY IN THE ETERNITY OF LOVE
Oleh Ayu Ashari
Selepas hujan senja ini, bunga mekar bersemi
Meninggalkan benih kenangan yang menua dan aku yakin dalam tubuhku yang berseri
telah ku simpan kenangan yang tak pernah diam
meski bunga di taman tak lagi mekar.
Setelah usai kita bertunai-tunas
kita lekuk bibir malam
agar debar jantung terus berulang
bersama lagu merdu di telaga teduh
Kita kian lekat terpaut
harum taman mawarku
harum taman anggurmu
tak bosa-bosan nya memberi dan menagih
mengajak dan beranjak pada siang dan malam
dan kita tahu bahwa (...)
Pengetahuan ini jadi penting,
sebab kersik pada langit, lumut pada batang, akan tetap terjaga apa pun maknanya
maka rayulah awan, meskipun
pada suatu waktu sebuah sajak yang sentimentil
hanya ada dalam satu dalil :
biarkan akal yang angker itu mencibir!
lalu di bawa angin semilir.
Biarkan saja segalanya tersimpan dalam catatan memori terindah antara aku dan kau.
Hingga suatu saat kita akan mengeja larik lariknya untuk anak cucu kita.
13/04/2019
RINDU YANG TERTUNDA
(Elegi malam Jum'at)
Oleh Ayu Ashari
Kekasih
Lihatlah jelaga mulai berkalang di langit kamar kita, laba laba menjalin benang benang halus berjuntaian,
Sedang aku juga kamu terlalu sibuk
mengejar matahari.
Kita melupakan moment moment penegak prasasti
Kita kehilangan waktu merajut untai mutiara di dasar samudra
Kita bahkan kehilangan ciuman pertama dari bulan purnama yang datang malam ini
Sedang kita sudah lama menunggu dengan, selimut halimun tipis
Mambiarkan gairah awan menari nari
Untuk menuju taman hijau di tepi danau
Iya, itu seperti mimpi yang menyenangkan penuh misteri walau akhirnya kita enggan untuk bicara soal cinta
Yang penuh dengan pengetahuan surga,
Ku kira memang tak perlu kita bahas lagi,
Bagai mana tangan dan kaki kita memilin, menyatukan arah menapaki lekuk lekuk jalan menuju danau.
Cukup dengan senyum kita yang mengembang di hamparan serambi taman , di awal malam bertaburan cahaya bulan
Menimba danau yang ada di tengah taman untuk kita teguk kebeningan air pelepas dahaga
Membahagiakan bathin yang nelangsa
Dan aku percaya kau tak pernah melupakan keindahan itu
Saat akhir nya kita terhempas bersama di lelahnya mesra.
Tapi aku tidak tau, mengapa aku juga kau melupakan purnama malam ini.
Kita hanya sibuk dengan entah apa
Kekakuan menyelubungi sapa,
Vigura berbingkai emas terbengkalai di dinding prasasti
Berdebu tak pernah terjamah lagi.
celotah desau angin tak mampu menggeser sunyi
Kita terjerat pada puisi tanpa kata, bahkan kita tak pernah lagi meng eja rindu, tak pernah menyisihkan waktu untuk kita saling menatap mata,kita seolah mengabaikan huma di tengah sawah yang dulu menjadi puncak gelora.
Ada apa dengan kita?
Berapa purnama lagi akan kita sia siakan?
Hanya kau yang tau jawabannya.
Medan, 1204019
KU KUDUSKAN DEGUP JANTUNG KU
Karya : Ayu Ashari
Sabtu membaca
minggu menulis cerita
hingga batas ku serap
sampai damai di dada
sahut degup jantungku :
“sejak dulu kotaku, luar biasa”
Di beranda rumah
membulak-balik buku
lumayan tebal
semua merindu
semua kesan menyatu
dan tak ada sezarah rahasia
di dalamnya.
duduk di beranda
memandang cakrawala
melihat awan mencumbu
mengibuli waktu
pecahlah tawaku,
dalam cahaya samar
kuilhat bayang teduh
mendekap rindu.
Ah, antara bulan dan bintang
kini telah memancarkan cahayanya
untuk mengkuduskan malam
yang berda di atas pangkuan.
Rindu pun tak pernah terabaikan
Medan.1104019
RINDU YANG TERTUNDA
(Elegi malam Jum'at)
Oleh Ayu Ashari
Kekasih
Lihatlah jelaga mulai berkalang di langit kamar kita, laba laba menjalin benang benang halus berjuntaian,
Sedang aku juga kamu terlalu sibuk
mengejar matahari.
Kita melupakan moment moment penegak prasasti
Kita kehilangan waktu merajut untai mutiara di dasar samudra
Kita bahkan kehilangan ciuman pertama dari bulan purnama yang datang malam ini
Sedang kita sudah lama menunggu dengan, selimut halimun tipis
Mambiarkan gairah awan menari nari
Untuk menuju taman hijau di tepi danau
Iya, itu seperti mimpi yang menyenangkan penuh misteri walau akhirnya kita enggan untuk bicara soal cinta
Yang penuh dengan pengetahuan surga,
Ku kira memang tak perlu kita bahas lagi,
Bagai mana tangan dan kaki kita memilin, menyatukan arah menapaki lekuk lekuk jalan menuju danau.
Cukup dengan senyum kita yang mengembang di hamparan serambi taman , di awal malam bertaburan cahaya bulan
Menimba danau yang ada di tengah taman untuk kita teguk kebeningan air pelepas dahaga
Membahagiakan bathin yang nelangsa
Dan aku percaya kau tak pernah melupakan keindahan itu
Saat akhir nya kita terhempas bersama di lelahnya mesra.
Tapi aku tidak tau, mengapa aku juga kau melupakan purnama malam ini.
Kita hanya sibuk dengan entah apa
Kekakuan menyelubungi sapa,
Vigura berbingkai emas terbengkalai di dinding prasasti
Berdebu tak pernah terjamah lagi.
celotah desau angin tak mampu menggeser sunyi
Kita terjerat pada puisi tanpa kata, bahkan kita tak pernah lagi meng eja rindu, tak pernah menyisihkan waktu untuk kita saling menatap mata,kita seolah mengabaikan huma di tengah sawah yang dulu menjadi puncak gelora.
Ada apa dengan kita?
Berapa purnama lagi akan kita sia siakan?
Hanya kau yang tau jawabannya.
Medan, 1204019
#justice_for_Audrey!
ODE KEPADA AUDREY
(Semoga tidak ada Audry Audry yang lain)
Oleh Ayu Ashari
Gadis di cakrawala
Bathinmu ada di mega yang jingga
Aku terkesima, sukmaku menyerumu dari sini
Engkau tak dapat merangkul kalbu ibumu
Semua sepi,
semua bait bait roboh oleh ledakan amarah yang ditancapkan mengoyak ngoyak tubuhmu
Luka, luka gadis di cakrawala
Menangis, menangis gadis di cakrawala
Gadis di cakrawala
Adalah bidadari terendam air mata
Langit langit kamarnya pun ikut lembab tanpa penidur rindu rahimnya
Gadis di cakrawala
Gadis yang di telan rimba hidupnya
Ia menggigil di separuh cahaya yang bersinar
Ia luka di separuh jalan yang di lalui
Ia pun mendiamkan tubuhnya yang lebam dan terbakar oleh amarah .
Oh gadis di cakra wala
Dapatkah dirimu kembali melihat cakrawala
Bening tak tergores oleh pedang yang merubuhkan kelahiran mu.
Terhunus dendam membara
Tersebab buramnya sakwal sangka
Tiga Dara nan jelita kehilangan rasa tak tega
Lepaskan amarah membabi buta
Lupa arti sesama manusia
Duhai dara dara jelita
Mengapa engkau tutup nurani
Khianati busana islami
Tidakkah engkau pahami apa yang tengah engkau junjung tinggi
Hatiku kian miris
ketika seakan tanpa rasa bersalah diri
engkau malah ber selfie
Tak secuil penyesalan tersirat di pongahnya hati
Hendak kemana rupa engkau bawa pergi
tidak kah engkau sadari
coreng hitam di kening tak akan dapat engkau tutupi
Tanpa ragu engkau malah mencaci maki
Wahai dara dara jelita
Dari belahan bumi pertiwi
Aku menyuarakan hati
Menembus jarak khatulistiwa
Ku ketuk pintu keangkuhan jiwa
Bahwa aku, engkau , Audry dan semua insan dunia adalah saudara.
Medan, 1104019
RINDU GUGUR DI DEDAUN RIMBUN
Oleh Ayu Ashari
Aku melihat bulan meredup, cahayanya atara merah dan abu abu
Seolah malas menyinari pelataran ambigu
Wajahnya pun kian menipis
Tinggal lengkung segaris
halimun mulai melembab merasuk
Di rimbun daun
diam tak mengeluarkan sepatah kata
Tak menggeleng atau mengangguk
Hening menyimpan selaksa misteri
Bagai kehilangan rasa yang pernah dimiliki.
Debu mengotori perjalanan waktu
Samar sudah arah yang di tuju.
Rindu di pelukan kian memudar
Untuk apa harus bertahan
Biar saja menghilang bersama datang nya sang fajar
Atau sirna di telan kegelapan
bulan
Teranglah sinaran
Tembuslah hamparan halimun
Hapus rindu daun daun
Jangan biarkan gugur tertimbun
Dan tak mampu bangun
Mendan, 1204019
MEMBACA GELOMBANG
Oleh Ayu Ashari
Perahu tak luncur
Di pantai lain dibuatnya lagu
Dan jika ombak datang padamu
Biarkan gunung menjaga hatimu.
Di gerbang cahya
Bulan merangkak seperti laba-laba
Dan ketika aku bertanya di mana kita berada
Perahu pun laju entah hendak kemana
Sajak melepas rindu
Lalu kita pungut satu – satu
Agar nanti kita dapat bersatu
Seperti rumpun bambu yang tak pernah layu
O, burung-burung
Sudah engkau membaca gelombang
Atau kesunyian bintang bintang
Sebab sesaat lagi bulan akan datang
Untuk membawa kembali mimpi yang hilang.
Medan, 0904019
BUKAN BARBIE
Oleh Ayu Ashari
Petir menyambar di teriknya siang
Tanpa mega di awalnya, pecahlah guci yang lama telah di jaga, buncahkan segala isi, muncratkan larva.
Lalu hujan membasahi bumi persada, seseguk mengiris, terkurung dibejana endapan selaksa rasa.
Lelahnya menyayat, tersesat di jalan tak bertanda.
Ah, aku melihat bocah bermain boneka.
Riang tertawa perankan berbagai cerita.
Barbie cantik berdandan sedemikian rupa, mainkan peran ditangan anak anak balita,
Dan aku tersenyum, di hati tertawa
"begitulah aku"
Lipatan pelik menyeruak di bilik delik
Dihantam gelembung prasangka
Lingkup gerak menyempit menghimpit kesejatian diri
Ke ego an membumbung membungkam mulut,
mengikat tangan, juga kaki.
Terjebak penggapaian asa dan azas yang mesti di taati
Pun
kemauan berada di ujung telunjuk,
Memang bukan harga mati, tapi harus di hormati, sebab diri termakan budi.
Duh,
tidakkah bisa di pahami
aku juga punya dunia yang lestari.
Mengertilah, ya tolong mengertilah duniaku butuh keseimbangan alami
Bukan barbie yang berjalan sesuai ujung ujung jari.
Medan, 0904019
MEMBACA TANDA
Oleh Ayu Ashari
Bulan pecah di mangkuk
burung bersiul di sangkarnya
gerimis pun turun sesaat
tanda pagi akan tiba.
O, matahari,
berduyun atap hijau aroma
telah kau cium pucuknya
maka kuminta pada mu
jagalah kumbang-hatiku
yang sembunyi dalam bunga
agar kelak ia bisa menari lagi
di atas bunga-bunga.
Ya, bulan pecah di mangkuk
fajar datang berkayuh lalu
maka hapuslah segala kata
untuk semua tanda ke sisi senda.
Medan,0904019
Perjalanan Senja
(Dialog suara hati)
Oleh Ayu Ashari
Dari sisa hutan yang terbakar
dari tanah kering yang terpijak
perlahan aku bertanya
'siapa pemilik hutan ini',
sambil meremas perjalanan senja
di bawah sisa cahaya yang datang
dari sela - sela daun dan ranting.
Kemalangan kisah-kisah lama
selalu tercatat dalam kitab diri
semua sunyi, tinggal ketakutan
yang menggali-gali dalam diri.
"Jangan surutkan perjalanan senjamu
karena kerikil dan aral akan menguatkan dirimu
untuk menuju kepada yang rebah,
lantas gugur tak berdaya."
Bisiknya
"Maka, tinjaulah kembali larik larik puisi yang telah engkau baitkan.
Tiada perlu ada yang engkau sesalkan, biarkan tersimpan menjadi kenangan."
Medan, 2504019
MEMBACA TANDA
Oleh Ayu Ashari
Bulan pecah di mangkuk
burung bersiul di sangkarnya
gerimis pun turun sesaat
tanda pagi akan tiba.
O, matahari,
berduyun atap hijau aroma
telah kau cium pucuknya
maka kuminta pada mu
jagalah kumbang-hatiku
yang sembunyi dalam bunga
agar kelak ia bisa menari lagi
di atas bunga-bunga.
Ya, bulan pecah di mangkuk
fajar datang berkayuh lalu
maka hapuslah segala kata
untuk semua tanda ke sisi senda.
Medan,0904019
MEMBACA TANDA
Oleh Ayu Ashari
Bulan pecah di mangkuk
burung bersiul di sangkarnya
gerimis pun turun sesaat
tanda pagi akan tiba.
O, matahari,
berduyun atap hijau aroma
telah kau cium pucuknya
maka kuminta pada mu
jagalah kumbang-hatiku
yang sembunyi dalam bunga
agar kelak ia bisa menari lagi
di atas bunga-bunga.
Ya, bulan pecah di mangkuk
fajar datang berkayuh lalu
maka hapuslah segala kata
untuk semua tanda ke sisi senda.
Medan,0904019
AYU ASHARI |