Karya YS Sunaryo
suara Tuhan sia-sia
di sesat lipatan kertas suara
tak terbaca tak termakna
di gelap buta aksara
di mata tak terjaga
dan di tangan orang gila
suara Tuhan disengketakan
di didih enggan terkalahkan
di kemenangan yang dipertanyakan
tak sadari hakekat pertarungan
selalu memberikan pelajaran
tentang jalan kebaikan
pada takdir Tuhan
suara Tuhan dihilangkan
atau ditambah-tambahkan
pada ketakutan berlebihan
di moncong-moncong nafsu
bersekutu dengan putus urat malu
merobek buku-buku pedoman
bahkan tak begitu dipedulikan
amuk bakal membakar kedamaian
atau memang telah henti
mengelola bening hati
hingga hanya nganga
mabuk berkuasa
dan suara Tuhan
manakala semata angka mainan
akan bagai terjang gelombang
robohkan tiang-tiang
bersama cepat atau perlahan
karam perahu pelayaran
maka, tak ada pilihan
segeralah muliakan
suara Tuhan
Bandung, 19 April 2019
LELAKI PELARIAN
Karya YS Sunaryo
Lelaki itu dulu menjadi
matahari, besi dan api
membakar sayap kupu-kupu
dengan sekuat nafsu
Kini ia meregang sakit-sakitan
di atas berkarung-karung kotoran
jiwanya diseret-seret sunyi
tubuh pipih pucat pasi
Sesekali ia mengeja kitab suci
mencari ayat-ayat jalan kembali
tetapi di sana sini masih gulita
karena mata hati belum membaca
Kecuali ia segera mencabuti
duri-duri yang menghalangi
lalu bersihkan satu persatu
panca indra debu membatu
dengan bening wudu
Dan saat azan berkumandang
bayangan lelaki itu memandang
kemudian lambaikan ajakan
sebagai sesama lelaki pelarian
kembali ke rumah Tuhan
Katanya sekarang terakhir menyanyikan
kenikmatan kidung-kidung pertaubatan
sebab di luar masih pertunjukan
liar semak belukar
Bandung, 24 April 2019
RENUNGAN DI ATAS PANGGUNG
Karya YS Sunaryo
di pelupuk mata
pesta panen suara
lama ditanam menjadi angka
siapa kita siapa mereka
suara-suara segera dihitung
saatnya kita diam tenang merenung
melipatgandakan sabar dan ketabahan
dan siapkan runduk sujud syukuran
panen mesti menghasilkan
keuntungan dan kegagalan
sebagai hukum Tuhan
dari yang telah diikhtiarkan
namun jangan membenci tanah
apalagi musuhi berserak gabah
sebab itu adalah buah
dari laku wajah
biar esok menanam kembali
jika panen ini tak memberi
untukmu senandung di atas kursi
sebab musim tulis sirkulasi
hanya ingat-ingat menjadi catatan
tentang kekurangan sadar perbaikan
jangan lantang menendang-nendang
sambil membakar lahan dan ilalang
Melengganglah wahai para ksatria
apapun peran dan hasil kita
adalah sama-sama bukti
bakti yang disyukuri
sebab kita titah makhluk lomba
guna menanam kebenaran dan pahala
sampai baring tanpa nyawa
Bandung, 14 April 2019
SAJAK KESELAMATAN
Karya YS Sunaryo
jangan kau tulis sajak kala mabuk
terantuk, mulut menubruk-nubruk
lalu kata-kata kau muntahkan
di wajah orang-orang sebelah
dengan tuduhan begitu resah
khawatir Tuhan tak lagi disembah
ketika menang atau kalah
aku mengerti kadang bisa
kegilaan semayam di jiwa hampa
akibat tubi-tubi nyeri yang tak ditabahi
atau euforia tanpa mau disyukuri
Tuhan terasa milik sendiri
atau disangka memusuhi
kemudian berlari sempoyongan
menendang apa saja di jalan
meminum kopi padahal api
membaca lembar-lembar sajak
padahal pamplet larangan minum tuak
kita perlu lebih dari sekadar akal sehat
agar pikiran tak hentak blingsat
teriak yang beda adalah jahat
sedang perbedaan rahmat Tuhan
lantas siapa yang merobohkan
ah kau perlu kembali mengaji
arti kekuasaan yang mesti melindungi
yang kalah dan menang tetaplah umat
dalam sajak-sajak doa semua selamat
dunia sampai akhirat
Bandung, 23 Februari 2019
POLITIK BERCINTA
Karya YS Sunaryo
berpolitiklah, cantik
di dapur, kasur dan sumur
dengan bumbu, layanan
dan air tak berlebihan
agar rasa tak pernah menipu
dan jamuan sehat selalu
kemudian lekaslah berdandan
ke mall, lapang dan pengajian
jangan lupa perlihatkan wajahmu
sebab bedak dimakan waktu
dari pemilu ke pemilu
dan topeng
tak lama tameng
jangan pula keburu nafsu
manakala panas menyengat bibirmu
berkata-katalah tanpa bergincu dulu
biar jelas catatan pesan
dari jerit sepanjang jalan
yang lama dibuta-tulikan
cantik politikmu, cantik
manakala genitmu tak mencekik
dan aku ingin mengawinimu
dengan maskawin tambang plastik
untuk menjaga bila kau lupa
jeratlah lehermu saja
maka beri aku kesetiaan
agar buruk cintamu tak nampak
berpolitiklah, cantik
Bandung, 16 Februari 2019
HAKIKAT RINDUKU
Karya YS Sunaryo
hari itu aku
melihatmu membakar tubuhmu
tanpa api tanpa kayu
tetapi mampu menjadi abu
aku diselimuti abu itu
hingga hitam menembus jiwaku
bercengkrama di rimba kegelapan
nyanyikan musim daun berguguran
di mana kini seluruh onggokanmu
hendak kusiram berjuta tetes air wudu
agar abu basah menjadi setumpuk pupuk
tumbuhkan ladang yang lama membusuk
sebab aku tak mau
kelak kau sebongkah batu
di atasnya nyala tulisan
nisan penyesalan perjalanan
abadi dikuburkan
Bandung, 1 Maret 2019
SEMBILU HARI MINGGU
Karya YS Sunaryo
di hari minggu
berderet mulut bisu
menunggu gilir merasa
wisata di telaga air mata
di hari minggu
berbaris tubuh layu
menanti antri berdiri
panorama kosong periuk nasi
ada lagu negeri subur makmur
sebagai pengantar berkumur
sumur keruh berbatu
di hari minggu
lalu anak-anak tertidur
di tanah tak lagi gembur
ibu cerabuti sembilu
di hari minggu
Bandung, 3 Maret 2019
ORANG-ORANG PENGOBATAN
Karya YS Sunaryo
betapa hangat orang-orang sahaja
bersahabat dengan segala apa adanya
memetik ragam sayur dan buah-buahan
dan bercinta dalam pelukan Tuhan
sesama dianggap sebagai keluarga
para tamu dimuliakan bak seorang raja
yang diyakini kini dan nanti bisa memberi
umur panjang dan banyak rezeki
o, di sini orang-orang terpencil
mereka kerumunan dari dusun terkucil
pada ranum senyum kalian aku belajar
kehidupan yang tak dikejar-kejar
enggan saling bertengkar
betapa aku jijik berpijak kaki di sana
ketika kemanusiaan alat memperkosa
agama ditunggangi syahwat berkuasa
sedang kebudayaan hanya diseminarkan
pada kepintaran yang diselewengkan
o, orang-orang penuh panutan
kalian tak mencium asap pembangunan
namun aku sungguh-sungguh merasakan
betapa kalian paling bermakna
warga sehat jiwa dan raga
tak seperti di sana lagi-lagi
kemajuan layani orang sakit setiap hari
bahkan kafani berderet-deret mati
pada segenap pemikirannya
pada fungsi hatinya
maka lebih baik diamlah di sini
agar kalian tetap sepenuh diri
jati yang memberi pengobatan
bagi orang-orang gegar peradaban
Desa Hutan (Pangandaran), 16 Maret 2019
HUJAN DI ATAS BANGKAI
Karya YS Sunaryo
semula aku bercinta di rintik hujan
mengulum bibir ranum tanpa pulasan
mendesah di basah pematang sawah
pasrah dalam dekapan tabah
tubuh padi mulai bunting
semburatkan warna hijau kuning
hamparan kelahiran telah disiapkan
di halaman panjang kemelaratan
namun aku lahirkan kegelisahan
saat mungil bulir gabah dimurahkan
sedang biaya hidup semakin mahal
memaksa sepetak sawah dijual
aku begitu takut kehilangan
percintaan tak lagi bisa dibuncahkan
memanjang anak bangsa hilang ranjang
menggelandang diseret bandang
hingga di hulu keruh sungai
hujan tangisan tak pernah usai
tanah leluhur telah bangkai
Bandung, 11 Maret 2019
BURUNG GARUDA BERTANYA
Karya YS Sunaryo
golongan-golongan pinggiran
mengunyah bayang-bayang kemakmuran
di atas hamparan kusam kemiskinan
sedang segelintir di pucuk rindang
bergelantungan buncitkan kenyang
kemudian muntahkan keserakahan
buku konstitusi bau terlumuri
diksi tujuan merdeka tak terbaca lagi
di dada para Tuhankan kursi
kecuali kalimat berkat rakhmat
meninabobokan deret kaum melarat
agar tabah hingga pahala kelak di akhirat
dan kemakmuran tetap menjadi nyanyian
puji-pujian pada perayaaan kemerdekaan
lalu keadilan melantun di lagu perjuangan
"apakah sudah bernyanyi bersama
pada setia upacara lantas tanda
semua warga telah bahagia?"
demikian tanya kepak burung garuda
yang terbang melintas di atas kepala
jatuhkan sila-sila karena diperlakukan
disia-siakan
Bandung, 12 Maret 2019
Untuk Surat Perintah 11 Maret 1966
SENGKETA SURAT CINTA
Karya YS Sunaryo
di atas tanah pusara
aku membaca surat cinta
penuh darah sengketa
di dada anak-anak bangsa
aku tak tahu siapa merayu
surat sebelas maret menjadi peluru
perintah berbuah tangguh kuasa
menggerus beda-beda suara
kita menjadi seragam barisan
dalam ragam macam-macam tujuan
ada yang hilang ada yang menang
pada sejarah penuh gelombang
biar surat cinta terus diperdebatkan
jangan hidupkan bangkai kekejaman
sebab cukuplah berjuta-juta mati
menebus utuh berdiri negeri ini
dan generasi gegas mempelajari
arti tikai yang telah membunuhi
maka lawanlah beda-beda dandanan
dengan tawaran jernih pemikiran
bukan seperti dulu
para pecinta saling cemburu
diburu ditindih dengan batu
lukanya nganga hingga kini
masih jerit dibangkit-bangkit
Bandung, 11 Maret 2019
LELAKI POLITIK
Karya YS Sunaryo
Lelaki motif politik
berjemari sungguh lentik
menunjuk angin di sana-sini
berbaju selalu warna-warni
Ia persatukan golongan-golongan
dalam satu lorong kepentingan
kadang tampil berlebih ginju
tersiar gambar sedang berwudu
Kemarin dimuliakan sebagai pahlawan
tetapi hari ini peran dipertanyakan
bahkan disemat sosok pengkhianat
di antara kerumunan banyak mendaulat
sebagai gagah penyelamat
Lelaki motif politik
menyulap keringat menjadi rintik
berbisik di perut-perut lapar
menjadi gerakan seruan bersabar
kemudian ia tampil serupa mereka
di antara ingin merasa atau pura-pura
entahlah, benar-benar tak bisa diraba
motif politik lelaki ingin berkuasa
kita hanya tetap menyangka
ia masih manusia biasa
pemilik hati yang bolak-balik
antara cekik, peluk dan pekik
Bandung, 8 Maret 2019
POLITIK CANDU
Karya YS Sunaryo
aku mendengar ada candu
menggumpal di kepalamu
gebu menubruk batu
di ladang pemilu
Aku tak nimbrung liku-likumu
biar itu urusan pasal-pasal waktu
namun kutanya pada angin
sepertimu adakalah puluhan lusin
lalu bisa-bisanya bicara robek bendera
keluar masuk di gedung-gedung negara
menenteng-nenteng pikiran oleng
pada mulut bunyi-bunyi kaleng
aku mengusulkan pada kelamin jantan
bariskan para pelakon politik di lapangan
periksa jiwa raga mereka bersama-sama
dengan laboratorium rakyat punya mata
siapa sayu siapa berwajah layu
sebaiknya istirahatkan dulu
di rumah sakit itu
sebab persyaratan catatan medis
selalu saja berikan sertifikat sehat
hingga kita semakin miris
sesaat kemudian banyak tersengat
candu kembali mengiris
kita tak mau terus ugal-ugalan
negara dikelola jiwa mabuk-mabukan
saatnya orang sehat dikedepankan
bukan karena teman atau lawan
melainkan ia manusia
tak cela tak gila
Bandung, 6 Maret 2019
KEPADA HARI PUISI
Karya YS Sunaryo
Kepada Hari Puisi
Hari-hari kau ada di sana-sini
menari-nari di atas berserak mati
menghibur jiwa-jiwa tiri
mengecup bunga-bunga kuncup
berdirikan tubuh rubuh telungkup
lalu kau membaca sekerat sajak
mereka berontak
Kepada Hari Puisi
Di sini mari berbagi sekerat roti
agar kuat demonstrasikan diksi
dan tangguhkan kelamin demokrasi
setubuhi malam yang diam kesepian
menampar siang di lahan pelacuran
kemudian senja kau melahirkan
anak-anak perubahan
Kepada Hari Puisi
Hari-hari semakin pucat pasi
sebab puisi dibeku menjadi besi
pukuli generasi di kursi judi
sebagian menyelamatkan diri
ke lorong-lorong kekuasaan
sebagian onani dengan bayangan
dan ada di antaranya menjadi dewa
semata dipuja untuk jiwanya
Kepada Hari Puisi
Bangunkanlah suara mandiri
tak lagi terkontaminasi
sesaat berahi
Bandung, 21 Maret 2019
SURAT ANGIN UNTUK ISTRIKU
Karya YS Sunaryo
Kepada Istriku yang selalu bidadari
di mukim bumi sunyi
Kutulis surat ini di atas embusan angin
untuk mengingatkanmu tentang jalanan
silam yang tak pernah kau ingin
namun aku semakin berlari
tak kendali di liar berahi
limbung kemudian aku
beri kau rerimbun duri
Kau berteduh rubuh di bawahnya
mengeram perih sekujur jiwa raga
kemudian melahirkan anak-anak lara
yang kau asuh dengan nanah kepedihan
pada seringkali hilang kesadaran
dan coba-coba rasa kematian
Tetapi saat itu aku
tak mencium gelagat kau
memenggal waktu yang telah tempuh
tanpa keluh tabah lurus terkayuh
hingga keruhku kian hitam legam
pisahkan satu di seluruh malam
Istriku, mestikah kita menjadi kelana serupa Adam dan Hawa merindu jumpa setelah memetik sekepal buah larangan
lalu dilempar pada jurang curam ujian
panas dunia yang penuh tikai
tanpa kita tahu kapan usai
Hingga hanya bersandar pada
kokoh doa dan ikhtiar tanpa jeda
kita kelak bisa kembali bersua
di sini atau di sana
sepenuh rahasiaNya
Namun percayalah duhai istriku
jika tanpa tubuhku dan tubuhmu
tetaplah kau bidadari jiwaku
yang berbedak bening wudu
sebagai cinta berhakikat
tak habis riwayat
Bandung, 23 Maret 2019
Sajak Cinta di Dada Seorang Marbot
AKU MEMBACAMU
Karya YS Sunaryo
Izinkan Aku memelukmu, Pak Tua
Agar sisa-sisa mesiu di tubuhmu jadikanku bisa terjaga
Lalu kupunguti sebagai bacaan juang
Di keriput kulitmu tinggal tulang belulang
Bahan tandangku menerjang penjajahan
yang bersarang telanjang di tubuhku
Dan di tubuh-tubuh itu
Aku, yang di sini, yang di sana
Kini sedang saling memandang kelamin
yang telah lama kehilangan celana
Kemudian saling menusuk mata
Sama-sama meraba dalam buta
Menabrak tiang-tiang agama
Menginjak pilar-pilar budaya
Kencing di sembarang tempat
Bau begitu menyengat
Pak Tua, beri aku tempat berwudu
pada kebeningan telaga jiwamu
Agar kumampu tanggalkan bau
Dan kubisa menyeka ketakutan
yang membelit keruh kesadaran
Sepanjang jejak dan pijak perjalanan
Hingga aku, yang di sini, yang di sana
Tak lagi tatap gulita tanpa mata jiwa
yang bertabrakan hingga patah jati diri
Berserak murah harga diri di lain kaki
Berbetis besi-besi teknologi aneksasi
Generasi diremuk mesin globalisasi
Pak Tua, biarlah kau bacaan renta
dan dunia memandangmu sisa-sisa
Namun sebagai marbot sebuah musala
Setiap sapumu tumbuh wewangi surga
Pak Tua, aku iba padamu
Tetapi sungguh kau bahagia
Guru seluruh waktu
Bandung, 22 Maret 2019
YS SUNARYO |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar