Suyatri Yatri
Di garda depan telah berdiri punggawa relawan
Memperjuangkan lembaran-lembaran makna di antara bias cahaya
Namun sistem telah menjungkirbalikkan keadaan
Bernapas pun sesak memberatkan waktu di pelosok negeri
Wajah ikhlas puluhan kilo meter menempuh jarak
seberangi hutan, sungai, dan lembah
Senyum masih menyeruak di pintu literasi
Gagak menyambar mangsa secepat kilat
Hingga terkapar jatuh dalam dilema
Keputusan menjadi dasar tak seimbang
Hingga keresahan terkuak menjadi kebimbangan
Meredup sinar mentari di balik bukit memagari gerak
Tubuh merangsak di antara semak-semak
"Kita bergerak terbang tanpa papan nama"
Akhir keputusan dalam kepasrahan memajukan negeri
Rokan Hulu, 4 April 2019
KEJORA BERSELIMUT KAFAN
Suyatri Yatri
Ada secawan harap agar bintang bersinar terang
Namun awan hitam pekat menutupi
Bahkan rembulan berwajah pucat pasi
Senyumnya pias digulung duka
Diksi telah berserakan di perjalanan
Kata telah mati tanpa jeda
Menyurutkan langkah
Menghentikan denyut nadi
Di jantung bergemuruh
Di hati ledakan gelisah
Hendak dibawa kemana titik perjuangan
Sementara jeruji memagari setiap pijakan
Di ujung waktu kecewa menghiasi seantero kalimat pasti
Menggugat pun tak bisa lagi
Apalagi sekadar memberi solusi
Kapan lagi kejora menjadi tujuan terindah untuk terus berdecak kagum?
Di kantung-kantung makna telah terisi pundi keberuntungan
Menghimpit robekan kafan
Sebentar lagi mati
Rokan Hulu, 4 Maret 2019
ROMANTIKA PENGHUNI NEGERI
Suyatri Yatri
Perangkap mulai bermain sadap
Memasang ranjau di antara kata
Pelan-pelan menyulut api
Nanti akan menjelaga
Terbakarlah kau dengan pita aksara
Membunuh di semaian rasa
"Merajam jiwa kemunafikan"
Putuslah gelagat busuk di rimah maya
Mengutuk angkara
Menyumpahi prahara
menjadi batu
kaku
bisu
Satu bercermin dua berbilang
Makna gersang dan tandus di negeri tak bertuan
Rokan Hulu,,3 Maret 2019
BUKAN DIA TAK MEMBERI CINTA
Bukan langit meminta warna biru
tak pula laut yang menginginkan biru
Tapi bumi masih berputar di porosnya
menjadikannya tersiram siang dan malam
Dari perenungan makna menuju kebermanfaatan alam
Bukan hutan tak ingin memberi keteduhan
Bukan pula tak menyimpan kedamaian
Hanya karena tangan yang tak bisa memeliharanya
Hingga berserakan jenazah pepohonan
Bukan Dia tak memberi cinta
Tapi hati yang tak mengingatnya
Bukan kehidupan menancapkan luka tak berkesudahan
Tapi diri tak bersyukur atas nikmat yang diberikan
Hidup perlu tiga pondasi
Sabar, Syukur, dan ikhlas menjalani
Bukan hanya membaca syahwat di secangkir nafsu
Melainkan pengumpulan bekal menuju dermaga abadi
Bukan jiwa suci tanpa debu
Namun sececap makna menyadari tingkah laku
Menjadi pribadi yang tak meninggalkan jalan sebenarnya
Rokan Hulu, 3 Maret 2019
Suyatri Yatri ©2019
Semua hak terpelihara
RINDU DONGENGAN BAPAK
Karya : Suyatri Yatri
Kutitipkan raga di sunyi malam
Melabuhkan mimpi di dinding waktu
Nanti kan kurehatkan makna di antara embun fajar
Biarkan aku mengimla namamu di bait doa yang terus bergemuruh
"Bapak dongengkan aku kembali dengan suara lembut penuh kasih."
Sabarmu melebihi benang sutra berjuntai dari langit
Ikhlasmu memberi hiasan di mahkota kasih tanpa emosi
Tak satu kata pun bentak melukai hati
Sebab jiwamu bersih memberi tauladan
Tembang dendangmu masih terngiang merdu
Saat malam semakin pekat
Bapak mendekati hati etika
Dari cerita yang dititipkannya
Agar kelak lembut jiwa menghampiri
Tatakrama menjadi pakaian diri
Rokan Hulu, 26 Maret 2019
ETIKA BAHASA
Karya : Suyatri Yatri
Saat mengimla abjad
Ada kekacauan terjadi
Mengirim tanda yang salah
Ambigu semakin rancu
Makna sering dianalogi
Terjadi kemunculan polisemi
Filosofi tersembunyi di balik jeruji
Kepemahaman sebatas kata
Tak sedalam rasa yang meresap di hati
Jiwa pun menimpali
Bila sirat dan surat disatukan pada logika
Hingga lahirlah kesatuan makna bersinergi pada analisis simbol
Pesan tersampaikan
Konsentrasi bekerja di antara riuh cerita
Takkan terjadi kesalahan
Etika bahasa menjadi budaya
Bicara menjadi kunci kedamaian
Rokan Hulu, 26 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar