IZINKAN AKU MENCIUMMU ALAMANDA
Romy Sastra
setangkai kembang nan cantik
berwarna terselip ranum
di daun yang tak begitu subur
rangkaianmu unik aku melirik
kau diberi nama alamanda
testimoni tumbuhmu kusimak
kubaca dari akar hingga pucuknya
aku kagum pada setangkai bunga itu
bolehkah rasaku layangkan di kelopakmu?
aku menghidu wangi
meskiku tahu,
aku tak pantas tawarkan keinginanku
sebab kau dirangkai floristi sedari dulu
jikapun sudi
izinkan nakalku padamu
kau kumiliki
Jakarta, 26-01-21
PANCAROBA
januari yang datang
dan berpulang
musim menanak pancaroba
Romy Sastra
Jakarta, 31121
KEKASIH ILUSI
Aku pernah labuhkan hati di dermaga tua pada seseorang yang kukenali, hatiku bahagia. Berbilang waktu, hari, bulan dan tahun. Satu kecupan di keningnya pada ruang mimpi sebagai kenangan bukan mainan. Hatiku berbunga subur, lalu menjadi kelopak yang gugur. Setelah aku tahu, cintanya hanya pelarian sepi saja, aku kecewa, sungguh teramat kecewa. Hubungan itu perlahan-lahan hampa.
Tapi, aku tak dendam dan kubiarkan tenggelam hingga kisah itu padam. Selang berapa lama, kucoba membiasakan diri untuk tidak mengingat kenangan. Sebab, aku telah kembali ke semula yang tak mengenal cinta. Berharap mimpi-mimpi semu tak datang tanpa permisi.
Kini, aku dibukakan rasa pada seseorang yang masih dalam angan. Padahal aku telah membutakan mata akan rupa cinta. Ternyata takdir berkehendak lain, aku dihantarkan lagi ke suatu dermaga sunyi yang lain lagi. Aku menatap dari atas geladak memandang riak, nun di sana merupa bianglala menyinari dadaku pada sosok bayangan entah.
Lantas, aku menyemai kasih yang lirih, atas nama kesetiaan hati pada satu hati yang baru memilikimu, dan rasa cintamu membara sesaat saja kembali hambar dengan sendirinya, penyebab dari senyap yang terbiasa. Padahal aku mencoba tidak hambar pada rasa, dan selalu menyirami taman di ujung angan dengan nyanyian-nyanyian puisi di ujung jemari, berharap dermaga cinta yang kedua tak sunyi, ternyata kembali sunyi.
Kisahku pada suatu hubungan hampa berulang-ulang terjadi di setiap penantian yang tak pasti. Ah, kau yang pernah singgah di mimpiku bukanlah kekasih kemistri di sudut hati, ternyata aku dimainkan ilusi.
Romy Sastra
Jkt, 29121
ORKESTRA MALAM
tidur bermimpi tak bergaun
mengapa?
aku cuma perlukan peta
mencari indahnya selimut malam
dan malam berbaju lusuh
dikoyak pagi
bulan masih bayi
menyusui dada langit
siulan angin mainan dingin
orkestra semesta
tubuhku basah
lalu, aku terjaga mimpiku usai
telapak menadah embun
kuusap lesap di wajah
asin di mata tawar dirasa
dahagaku sirna
Romy Sastra
Jakarta, 1/2/21
SURAT CINTA DARI KEKASIH KUBUKA
Romy Sastra
aku mencari tuhan di atas perapian
tanak menggelegak di ubun
apa yang dimasak?
gejolak sudah lama matang
meja makan kuhidangkan
aku bawa iman menatap tuhan
seperti musafir tak kenal diri
sejengkal tanah tak berjarak
ya, ke tempat mana aku kembali?
lalu, api di tungku kupadamkan
pelita di hati tetap nyala
memilah kebenaran di dalam kebenaran
tingkah tak kusut di kepala
sebab sepoi menyibak awan
berlalulah kebodohan!
dan berpegang pada tongkat alif
kuraba-raba sampai terasa
surat cinta dari kekasih kubuka
yang tertulis sebagai karim
semesta kubaca
Jakarta, 4-2-21
PEREMPUANKU
aku adalah adam
yang mengerti kodratmu perempuan
lembut bak salju
ditakdirkan menjinakkan kelakianku
dipinjamkan tulang rusukku untukmu berjalan
dan kau lalui kehidupan ini penuh cinta
kau sempurna atas ciptaan yang indah
perempuanku surga itu
kau pesona zambrut di mata jelita
aku palingkan tatapanku tak fitnah
sungguh tak ingin tergoda
sebelum hitam di atas putih tertanda
kau dijaga segenap rasa
berhijablah duhai sekuntum bunga!
jangan biarkan kembangmu anomali rupa:
tergerainya mahkota
Romy Sastra
Jakarta, 6221
SAJADAH USANG
sepanjang sajadah terbentang
sekujur bangkai berpetualang
tentang sajadah usang yang sudah lama sepi
sajadah menunggu bisikan tasbih
bangkai hidup berkeliaran di jalanan
tak ada kata penat.
lalu, siulan menyibak rambut di kening
dan bangkai pulang dalam keheningan menemui bayangan
tak memiliki kunci syahadat:
sia-sia pencarian.
sepanjang sajadah terbentang
sekujur tubuh bersimpuh
tentang sajadah usang hampir koyak memanggil alunan zikir dari si fakir
tubuh renta perlahan menyerah
mau dibawa ke mana lagi,
pencarian yang tak berjarak?
tubuh berpeluh di mata syahdu
tentang rindu yang sunyi
sajadah pasrah ditindih musafir yang kembali.
perjalanan di ruang hati
sajadah usang merindu di sudut lemari
Romy Sastra
Jkt, 6221
AKU PULANG SETELAH FAJAR
Romy Sastra
menemui kekasih terjauh
sebelum liku dituju di ranah lelaku
tak kujumpai jalan menuju nun
yang akan berdiri jasadku sebentuk cahaya
mataku tergoda di lekuk hawa
samar penglihatan
mendatangi kekasih terdekat
bersanding di pelaminan hati
kubuka tabir azali
yang tersimpan sebelum aku ada:
hu dzatullah
duhai yang tenggelam di telaga biru
sahayaku menuju rindu
ya rabbani? terimalah salam ini
aku mencintaimu
hasratku bersimpuh atas nama cinta
yang dipuja di dada candra
dan aku pulang setelah fajar tiba
membawa sebait doa
dari perjalanan mati sesaat
pada makrifat
cintaku purna di mujahadah jiwa
bersaksi di tongkat alif berdiri
aku hidup kembali
Jakarta, 8-2-21
TAK PATAH KEMUDI
aku mengenalimu dari sudut mata syahdu tertanam semalu, dan seraut wajah menyimpulkan tanah lapang tempatku berpetualang, menggapai ronamu merekah. lalu, nakal jemariku menggerai mahkota
kau pesona bak cindaga mewangi di senja hari
setelah perjuanganku tercapai, rintihmu pasrah di dalam dekapan mengurai kisah hidupmu, mengaliri telaga nan tumpah di sudut iba. aku tenggelam di payau matamu bercampur risau di asinnya samudra, ketika laut dan muara menyatu di dalam jiwa, kau katakan cinta
kini kau padamkan bara yang nyala di dadaku, kau berlalu membawa dian yang kaupinjam. kau memilih haluan baru tinggalkan janji. doaku, semoga kau berbahagia dengannya
dan aku tak patah kemudi menjalani sisa hidupku yang sepi. kau telah menjadi mantan, aku pun memilih berpaling keharibaan
tempat akhir segala tumpuan
Romy Sastra
Jakarta, 17221
FIGURA TINTA FATAMORGANA
Melukis diatas air
kanvaskan rupa diri
bertinta rasa
terlukis wajah nan indah
merona syahdu.
wajah ini,
terbingkai banyu
tergambar,
tak merealiti sukmaku.
Aku menatap jauh,
jauh kelubuk hatiku
rasaku gundah.
tak ku temukan warna cinta
dalam figura kancah telaga maya.
Aku berlari dan terus berlari
mengejar bayangan diri
kakiku tersandung
langkahku seketika terhenti.
Di sudut senja
tak ku temukan warna pelangi.
telah lelah diri,
mewujud rupa di singgasana senja hari.
Kemana kan ku bawah lara
telah lama lara ku larung
ke dalam belantara doa.
bisikan sang bunian jiwa menyapa
menyadarkanku pada suatu petunjuk,
berhentilah dikau berkelana
wahai sang pujangga hati.
Berkaca diri,
padahal yang kau cari
sudah ada di depan mata.
genggamlah gita pelangi duniamu..!
walau ronanya hanya sesaat saja.
tapi ia indah untuk di nikmati,
bersama nokhta cinta itu.
Dalam hening sekejap
aku melukis bayang
ku goreskan tinta ini,
kedalam kertas bermadah rasa
lukiskan kidung syairku
meski ia tak kunjung merupa.
HR RoS
Jakarta, 5-1-2016. 22,10.
PADA KENISCAYAAN HIDUP
Pada kala bahagia
pernah ku titip sebuah harapan
harapan ku genggam seketika
jatuh berantakan.
Pada kemaren yang telah lewat
kisahku masih sama pada saat ini
tak ada yang berubah
hanya sisa umur yang semakin berkurang.
Pada lusa yang diambang jendela misteri
tak mampu ku rubah sesuatu yang tertulis di lembaran azali.
Pada saat ini,
kan ku cicipi saja hidangan realita
yang telah matang maupun mentah
tak apa.
Semoga hari ini
aku masih bisa
menjadi madu
untuk racikan jamu
jamu penghalau lelah harapanku
harapan yang masih tersisa kini.
HR RoS
Jakarta, 18-1-2016, 08,25
IKRAR YANG TERNODA
Berlalunya kehidupan
dalam dasawarsa cinta
telah jauh berlayar ke samudera kasih
Riak nan tenang dan bergelombang
telah ku arungi bahtera noktah kasih.
Pada suatu ketika
di lembayung senja
terpaku rindu menatap bianglala
aku berdiri di muara kekasih.
Satu kembang telah lama ku petik
ku selipkan di sela daun telinga indahmu
ku ucapkan ikrar cinta yang abadi
di mekarnya setangkai bunga itu..
yang tak akan lagi cari penggantimu
meskipun kita jauh terpisah dari tatapan.
Kini,
ikrar itu ternoda di tengah samudera
perahuku oleng oleh hantaman gelombang pasang yang bergulung
karam menuju ke pulau harapan itu.
Aku tak kuasa lagi berlayar
noktah cintaku telah karam
dermaga kasih telah ternoda
pelita cinta itu telah padam.
bukanku takut membangun istana cinta itu kembali di tepian pantai ini
percuma bermegah
jika istana di sapu badai yang tak menentu.
HR RoS
Jakarta, 13-12-2015, 23,44
MENGALIRLAH KE NOKHTA GERSANG ITU
Ketika musim berganti
gugusan mendung menyibak kabut
koloni awan putih teteskan cristal salju
membasahi bara rindu yang ranum di setiap waktu.
Nyanyian selaksa cinta
gerimiskan harap,
lahirnya cinta sejati di taman hati
teruji pada hebatnya cabaran emosi.
Setangkai bunga rindu bersemi dalam kesendirian
nestapa cintanya selalu menyapa dirundung duka.
Maya,
telah rintik hujan sore ini
basahi istana beranda tua
membanjiri sahara jiwa yang lara
lara dari perjalanan cinta yang tak setia.
Mmmm...
Nokhta wajah duka terpancar dari rasa yang hiba
semogalah hujan yang turun ini mengaliri
menyuburkan taman hati yang resah
dari ramadhan yang gersang ini demi meraih pahala suci.
Dikala asa senja yang kian menyapa
dari perjalanan kisi-kisi hati yang selalu tersakiti
ikrar cinta itu segeralah tiba, merealiti.
ke beranda yang belum pernah terjumpa
entah dimana beranda dermaga itu kini.
HR RoS
LIRIH LAMUNANMU AYAH
Senja hari,
iringan larik membuncah nada bisu
pada sembah raya di pangkuanmu
Ohhh ayahku.
Aku masih disini merenda senja
menatap kembang telah kuncup
karena musim telah berubah.
Oh ayah...
tatapanmu meluruh pilu
memanggil anakmu yang jauh
untuk pulang ke kampung halaman.
petuah yg tersisa masih tersimpan
di dalam memori tuah
seakan tatapan dan aksara larikmu
menyimpan misteri
jangan kau bangunkan aku
pada panggilan hiba yang akan membuat airmataku tertumpah.
Terbanglah kau burung bangau
terbang sejauh mungkin ke awan biru
namun terbangmu tetap pulang ke sarang jua.
Keratau mehadang di hulu
berbuah berbunga belum
merantaulah kau bujang dahulu
karena di kampung berguna belum.
makna kata budaya bak menghias awan
seperti indahnya siluet senja di kaki langit
aku berjalan tertatih memikul hayal
dalam ilusi seraut wajah yang telah layu
di mamah lelah pada sisa umurmu oh ayah.
ranahku yang disana,
aku masih di lingkari lautan menghadang
riak gelombang, redalah....!
izinkan aku layari sagaramu
menuju ranah tepian kelahiran itu
kepada ranah pesisir selatan
bayang kubang di lingkung sungai dan gunung-gunung.
HR RoS
Jakarta, 2-6-2016, 18:16
REMBULAN BERLABUH MALAM INI
Sekeping hati yang rindu,
dalam keheningan hati tak ada gemuruh
berbisik dalam rasa tak bernada
bercanda dalam tawa tak bersuara.
Uuhhhh,
tertulis dalam lembaran cinta
tinta maya ini menyapa,
aku terkurung dalam kepingan luka rindu
yang tak lagi menentu.
Malamku,
Sinarilah aku dengan rembulanmu
temanilah aku bernyanyi,
nyanyikan kisi kisi malahayati tentangmu.
Uuhh, kunang-kunang itu
malam ini membisu mampirlah kemari
temanilah aku dalam lelap hayalan itu berlabu di lautan mimpi
terangi cerita pantai ini
ombak yang mengerus pasir oleh riak yang menepi.
aku bermusafir kesudut rindu
menemui cinta itu
adakah nyanyian nyanyian kecil itu untukku
lagukan syair syair tentang memori
kau dendangkan di beranda hatimu malam ini
sebagai tanda rindu tak bertepuk sebelah tangan darimu
oh kekasih.
Aku Menyapamu malam ini,
selamat malam dunia disudut hati itu.
HR RoS
KOTAK KECIL DAN NENEK TUA ITU
Kotak kecil yang penuh harap
nenek tua berhiba dalam senyap
terkulai lusuh diantara puing-puing sampah
teronggok di dinding ibadah
dan jalanan kota.
Nenek jalanan yang papah,
tubuhmu yang renta hina
ini nek, sekeping logam kutitipkan kekotak kecilmu itu,
nasib yang kau pikul adakah sesungguhnya..??
apakah kamuflase untuk meraih asa senja sebuah obsesi yang instan saja?
Nenek tua,
bagiku itu tak peduli
karena sebab hidup kau melahirkan akibat terhadap pandangan hina
hina di mata yang berada.
Di trotoar jalanan ditembok ibadah hartawan
kau berharap hiba ke sesama
kotak kecil tak kunjung berisi
tangan layu wajahmu yang rapuh
kau balut tubuhmu dengan tudung lusuh
aku pilu......
Oh nenek tua,
kau telah sebakkan dadaku menatapmu
terik panas peluh kau sapuh
adakah cinta dan hiba dari kita..??
untuk dia... disana.
ataukah kau palingkan wajahmu
ke gedung mewah dan gadis cantik yang berlalu disana
untuk sang peminta-minta,
apakah yang berada sudah tak peka?
entahlah.
Tuhan,
genggamlah jiwa ini
dari kemiskinan hati
campakkanlah asut iri dan dengki
mudahkanlah tangan ini meraih rezeki.
Tuhan,
Ketuklah hati ini tuk berbagi bersedekah dengan rasa cinta pada hati kami ini yang masih tersisa
akan kepekaan sosial untuk mereka disana,
Ya Allah.
HR RoS
DINDA BANGKITLAH....!
Dinda,
tataplah sebuah cinta yg rela
ke dalam rasa ibadah yang suci
menunduklah dalam halimah cinta yang sempurna,
halaulah sebuah kepalsuan luahan
janganlah menengadah ke suatu asa senja
yang tak berpelita..
Dinda,
hiduplah laksana bunga yang tumbuh di tengah jurang,
hidup yang lebih hati-hati yang akan terjerumusnya diri kelembah nista.
Menatap keatas silau terjerambab, melirik kebawah takut terperosok terjalnya dinding cinta
Hargailah sang kumbang yang berjuang dengan susah payah bersayembara demi pengorbanan yang setia.
Aahh dinda,
janganlah tumbuh laksana bunga yang hidup di tengah jalan,
mekar ranum semua ingin mengoda,
dikala kumbang hinggap hanya menghisap madu
setelah sari habis lalu ditinggalkan begitu saja,
yang tersisa hanya sisa sisa sampah,
dan akhirnya terhempas lara dan kecewa.
Senja jakarta nasehat untuk dinda hawa
dimana saja berada.
HR RoS
JALANAN INI SAKSI BISU
Dik,
Lelaplah di pangkuan ini
nyenyaklah dalam peraduan wajah dukaku
ku tunggu kau bangun dari tidurmu
lelahmu ku tahu, nasibku sama dengan deritamu..
Dik,
Jalan ini gubuk kita
tangga ini tanjakan kasta yang lara
Lara lelah tertitip dari kasta yang hina.
Nasib ini penuh liku dik,
Lorong debu menutupi wajahmu
baju nasib lusuh yang dikau pakai dekil berbau
anak bangsa yang terjajah oleh kejamnya kota mmmm,
entah bagaimana nasib dipelosok daerah
alamak akankah sama tragisnya..???
Tuhan,
Ku usap telapak tangan ini ke dadaku
genggamlah nasibnya ke pelita-Mu.
Mimpi yang diharapkannya kelam
dari hilangnya sebuah perhatian.
Duh, negeri yang berpacu glamouris
bak selebritis berhias dipentas seni.
Ya ramadhan,
hamba hamba yang mulia harta itu
Lara anak jalanan ini kasihanilah.
HR RoS
LILIN KECIL ITU TAK KU NYALAKAN
HBD For Me,
Di hari bahagia itu tak satupun yang mengenali hari jadiku
Selain hanya satu kehidupan yang aku bisikan
ketika masa yang lewat memang aku ceritakan
lembaran silam ku sulam dalam nampan yang tak kuhidangkan.
aku nyaris selalu terlupa di hari jadiku
Saat itu aku mengenalimu ku paparkan rahasiaku.
sebenarnya aku menutup rapat rapat
biar seremonial itu tak berpintu
biar tamu tak masuk hadir dalam ultahku.
Lilin kecil itu tak ku nyalakan
aku tak ingin kado ultah kata-kata menyapa
aku sudah terbiasa tak mengingatnya.
Satu jiwa yang pernah bertanya
yang akan menghadiahkan kado sebagai tanda cinta, aku tak ingin membebankannya.
sungguh...
jangan kau lakukan bila akses setangkai bunga indah itu tak mungkin kau titipkan.
Lilin-lilin kecil ini
telah ku genggam ditangan
pelitanya ku biarkan redup dalam diam
tanpa ada nyanyian, mmm aku bergumam...
Akankah sejarah yang belum pernah terjumpa
akan menjadi realita
wah, aku tak rela.
bila masa tak mengizinkan kau akan hadir hantarkan kado istimewa, kau memaksa saat ini juga hatiku hiba.
Mmmm,
biarlah gumam itu kembali aku telan
karena hadiah itu tak sepadan dalam perjalanan.
Biarlah ulang tahunku bisu,
karena nyanyi HBD tak ku tahu
ku rayakan rasanya ku malu dihari senjaku
dan biarlah ku menyanyi sendu dalam kesendirianku.
HBDku,,
tanpa lilin yang menyala di hari jadi ini
biarlah aku pandang bayanganku
hadir menyapa sekelabat di hadapanku.
biarlah ultah itu semu dan akan menjadi sejarah baku dalam kisah perjalan hidupku.
ahhhhhh.. Lilin itu ku simpan kembali.
HR RoS
K E S U N Y I A N C I N T A
Kelembutan pantai kian menari
ku belai sunyinya dalam rona kabut
aku sendiri menghela nafas lirih
pilu dalam titisan kristal itu
titisan yang selalu menitis pilu itu telah mengering
Hati kecil ini bertanya,
akankah gejolak kasih itu telah pergi
berlalu bersama kejora
kegalauan yang mendera kian menderita
biarlah ku rajut sepi di pantai ini.
Pergilah kasih ke jalan ke inginanmu
jikalau itu yang kau mau
Kembalilah kasih
kalau jalan ini masih ingin kau lalui
Renangilah kesunyian pantai ini
kesamudera cinta yang setia
Halaulah gelombang cabaran yang melanda
biar sunyi itu berlalu pergi
hapuslah airmatamu berbahagialah selalu
biarlah dalam diam aku merindu
meski rasa ini tak lagi menentu
Dalam kesunyian cinta yang tercabar maruah..
HR RoS
jakarta, 4-9-2015, 17,12
CERITA UNTUKMU YANG DISANA
Ingatkah dirimu di jalan itu,
yang pernah kita lalui berdua.
ketika kita usai bercerita,
untuk meniti arah bersama
kala masa remaja,
aku janjikan sebait irama cinta
kau terlena dalam pangkuanku.
Kini kisah telah jauh berlalu,
cerita itu kian membisu
tinggalkan kenangan dalam tawa mesra,
tawa yang dulu seirama senada.
kau ternoda dalam kecupan mesra
seakan tak menerima kenyataan cinta.
hingga berlalu tinggalkan sepi,
sepi dijalan itu.
jalan itu,, oh,
yang pernah dihiasi rinai-rinai kecil.
kutatap dirimu,
kau berlalu menjauh, jauuhh dan menjauuuuhh.
ketika kau berlalu tinggalkan aku, aku terpaku....
ahhh, setetes maniak-maniak mengalir
menghias di pipimu,
akhirnya tinggalah ku sendiri.
Aku memanggilmu,
perlahan namun pasti
dikau menoleh ke belakang
seakan ingin menggenggam erat kembali kenangan barusan bersamamu, ternyata bayangan itu ada dalam harapan ilusiku.
Serasa kini memori itu kembali lagi bertamu
bayangan yang terlintas tatkala jemariku mengenggam erat jemarimu, kau bisikkkan kata cinta
membuatku terpesona.
Ahhhh...
Ketika itu juga,
aku pernah ucapkan kata berpisah,
selamat tinggal kasih,
suatu masa aku akan pergi jauh
tinggalkanmu sementara waktu.
kau tatap seraut wajah lara
dan kau ucapkan,
kenapa kita berpisah disini
kenapa kisah ini terjadi?
dan kenapa kisah indah ini akan berlalu
akhirnya kemesraan itu memudar jadi memori saja buatku untuk selamanya.
Uuhh.. aku tertunduk diam,
ingin berkata tapi bibir terpaku, aku tahu kala itu
dirimu akan kecewa aku ucapkan kata selamat tinggal kekasih.
Kini, terlintas hadir masa lalu itu masihkah dirimu yang disana menyimpan cerita masa lalu itu....?
dendamkah dirimu dengan kisah itu....?
entahlah.
Kisah....?
bila aku datang kini
dengan sebait cerita yang lusuh
mengingatkan masa lalu kita,
akankah dirimu yang disana masih teringat kisah di jalan itu,
jalan saksi bisu yang pernah bermadu rindu di tetes-tetes gerimis senja yang ranum,
kini kisah itu telah jauh berlalu
tak mungkin di rangkai kembali.
HR RoS
BAYANGAN ITU MENGHANTUIKU
Aku tertunduk mendekap bayangan diri
bertanya sesuatu hal dalam lamunan
senja telah berlalu petang tadi
malam telah membungkusku pada kelam.
Sesuatu itu telah menamparku
tentang angan yang menghiasi langit
terpesona pada cita
bak kembang bermekaran di daun cemara
aku mendengar kicauan burung yang bertengger
bernyanyi riang pada nada kepalsuan cinta.
Oh lembaran malam,
pelangi tak lagi bersolek pada kelam
siluet telah tertutup awan
mentari bersembunyi di lingkup alam
mayapada kehilangan terik.
Jauuuhh di sudut malam,
rinai menyirami bumi
kerlip kunang-kunang malam hadir menyapa
menitip pelita yang sayup-sayup sampai
di bingkai figura diksi puisiku
malam ini
telah selesai aku madah tentang gambaran cinta fatamorgana.
HR RoS
Ngawi lereng lawu,
10-07-2016, 22:06
DINGIN
Dinginnya malam ini
dingin ini telah merasuki selimut malamku
kisi-kisi malam telah mengintai di pucuk dedaunan
kerlip sinar rembulan pancarkan pelitanya
jauh di balik awan.
Aku terdiam dalam kelam
bertanya sendiri pada sunyi,
dimana pusara malam berlabuh
tentang rindu di nisan tak bertuan
tanah-tanah misteri telah kering
debu-debu jalanan telah berlalu
meninggalkan makam itu.
Oh angin,
cerita kabus rinduku telah beku
kemana bisik lirih kan mengadu
semuanya telah membisu
pada kekasih yang telah pergi jauh
jauuhhh,
jauuuuhh meninggalkanku.
HR RoS
Ngawi lereng lawu.
10-07-2016, 20:44
JARAK ANTARA DUA KOTA DAN DUA NEGARA
Perjalanan ini,
Terpisah antara dua samudera
bermil mil jaraknya tak pernah terjumpa
Jauh di pantai sabah,
aku bermusafir menatap dunia dalam rasa
terdinding kabut gulita sahara
Karena aku tak tahu dimana kau berada
dan ku menyapa dalam maya
gulita itu berpelita..
Diantara dua kota Jakarta dan Sabah
aku temukan pusara cinta dalam doa
setia dari cabaran maya yang mengoda
ikrarku petaruhkan walau mati dihujung belati
bagi insan pencinta setia, genggamlah....!
Langkah,
bila suatu masa terpikir kisah terpungkiri
dewasalah,..
biarlah malam itu berakhir tinggalkan sepi sadarilah,...
sambutlah pagi yang bermentari
jangan jadikan,
panggung sejarah opera ini usai
ceritapun janganlah sampai selesai.
ketika perjalan itu sampai ke muara sabah akankah cerita itu berlainan arah..?
tinggalkan jejak jejak syair pilu
seketika sirna dalam tiupan bayu
hembusan rindu yang tak lagi menentu.
HR RoS
SEMESTA BERTASBIH DI RAYA INI
Kosmik jiwaku ungkap
tafakur sejenak menghayati bait-bait kalam
ku lipat lidah ku tutup rongga
nafas-nafasku lirih
menyimak dengan seksama yang menggema.
Allah akbar, allah akbar, allah akbar
walillahilham.
Semesta bertasbih pada kalam berkumandang
iringi puji dalam diam.
Kuamati sagara jiwa,
alam yang membentang
samudera biru dan daratan tenang.
daun-daun tak berguguran
rerumputan tak bergoyang
burung-burung bisu tercengang
gunung-gunung tunduk menghayati alam
sadar sebagai pasak,
mematuhi keangkuhan kodrat
embun pagi mendingin
menawarkan kesejukan pada penempaan
perjalanan yang terjal dan gersang
di langkah sang musyafir di dada iman.
Pada jiwa-jiwa insani yang telah fitrah
berjuang melawan ke angka murkaan nafsu
dari pengembaraan tertatih bersama kekasih.
kekasih yang telah pergi,
meninggalkan nokhta kemenangan
di tiang-tiang surau kami.
Semesta yang bertasbih di hari fitrah
ku lirik rasa, ku intip jiwa
yang ghaib nyata,
yang nyata ada
bersatu berkoloni di dada cinta
pada rahman rahim illah.
Semesta diam,
fana ke dalam la hayatan.
Nafas puji Ya Hu itu terhenti
asyik melirik keajaiban
turunnya hikmah-hikmah tuhan
pada jiwa-jiwa yang telah meraih kemenangan.
Minal aidzin wal faidzin,
mohon maaf lahir dan bathin
segenap kawan-kawan semua
dimana saja berada,
dari lereng lawu menyapa.
HR RoS
Ngawi 06-07-2016. 09:50
MAWAR MERAH
Mawar,...
tumbuhlah ditelapak tangan ini
aku rela berdarah, disela jari kau berdiri.
Setangkai mawar merah berduri mekarlah..
meski cintaku payah, suburlah.
dikau rose red
tetap kugenggam perlahan
Walau cabaran menikam jantung
ketika tangkai itu menyulam darah
tintanya membanjiri garis tanganku
sampai di titik darah penghabisan
aku akan tetap setia
meski kisah itu tidak akan pernah nyata.
HR RoS
AZIRAH CINTA DI NEGERI SABAH
Goresan malam menyapa sepi
dalam jingga sang fajar menari di ufuk sunyi
diambang pertengahan malam yang kian larut
di lingkar kemayu suasana malam rindu.
Kau kekasih yang jauh di seberang sana
gelorakan rasa asmara yang membara
Seperti ingin menyelimuti suasana gunung kinabalu di hujung negeri sabah.
hembusan nafas cinta azirah,
teruk terusik gastrik selalu di bilik pembaringan,
termamah sakit dalam rasa yang tak kunjung pergi.
Ahhh Azirah,
di hujung samudera ia lelah
di daratan pantai sabah
menanti asa nokhta cinta di istana tua
dalam malam maya menyapa salam
titip suara cinta yang kian dalam.
Oh angin,
kemayu syahdumu mengiring pilu
diantara bait-bait puisi yang tak lagi menentu,
di persada rindu angan itu berlalu
aku kini seperti majenun yang tak kenal waktu.
dari daratan cinta jakarta
mengiringi doa,
semogalah bahagia
dalam asuhan keluarga kecil disana.
Oh malam,
aku menghantarkan bait-bait malam
menitip mamiri rindu ke lubuk hatinya
di beranda rumah itu.
tinta ini menitip larik diksi
dari pinggir sungai kecil
di kota jakarta.
selamat malam di awal fajar
selamat malam sahabat dan cinta
aku menyapa dikau dimana saja berada.
HR RoS
DETIK DETIK KEPERGIAN KEKASIH
Kasih,
Kedatanganmu menggugah jiwaku
sang pencinta menyambutmu
jamuan alunan takbirmu semarakkan gelisahku,
dari gelisah bathin yang miskin.
Kasih,
Dalam perjalanan itu, aku menelantarkanmu
lorong waktu yang kutempuh terjal berbatu
kedatanganmu menjanjikan syurga untukku
tak pantas rasanya aku di hadiahkan syurgamu
karena persembahanku tak sempurna
biarlah aku ke neraka saja.
Malamku tak bercinta
kubiarkan kamu dingin tak berselimut ibadah
kau ku biarkan seperti tak pernah ada
padahal mahkotamu teramat indah
untuk dipersembahkan kepada sang pencinta.
Kau seperti Kekasih yang tak dianggap,
padahal kedatanganmu itu
menuntunku ke penghulu di hujung waktu
kau traktir kenduri mewah
kenduri ladang ibadah syurga
bulan lebih baik dari seribu bulan
pesta terbesar yang pernah ada dalam sejarah agama bagi sang pencinta syurga.
ketika dihujung waktumu menyapa
seperti aku tak kehilangan cinta
biadabnya aku
mulianya kehadiranmu.
Ya kekasihku ramadhan yang mubarak
kenduri mewah yang agung itu
raya fitri yang sangat semarak.
Dalam detik detik kepergianmu
aku berbisik,
adakah kau akan kembali menyapa nanti
kepada kehadiran rindu berikutnya
mmmmmm,, semoga aja kau bertamu lagi....
Dalam genggamanmu doaku berharap
dalam dekapan cintamu aku bermesra
ramadhan akan berakhir ini
fittrah yang kau janjikan
Semoga kelam itu terang
ampunan itu kau sambut
kemulian itu kau hadiahkan.
Kemenangan itu akan membulir
manik manik airmata ini akan mencair
aku persembahkan ke arena maya
tuk sahabat semua handai tolan dan cinta dimana saja berada, mohon maaf lahir dan bathin
salamun kaulam mirrabirrahim.
Selamat berpisah kasihku
Selamat datang di kenduri rayamu.
HR RoS
BERLALULAH RINTANG LAMUNAN
Telah aku lepaskan hayal itu
menuju bulan
dalam malam berkawan angan
jauh kutatap rerona indah
melukis pada kabut-kabut kosmik
di balik awan.
Ohhh... malam.
lembaran harimu syahdu,
aku petik kedamaian itu
lewat angin yang berarak
daun-daunan menari gemulai di dedahanan
seakan menghibur sang malam
larut dalam lamunan.
Di jalan ini, berlalulah gelisah...
izinkan jejak rasaku
merenda asa yang telah koyak
oleh mimpi-mimpi malam yang tak berkenyataan.
Resah,
izinkan aku bingkai kembali harapan kasih
pada nyanyian sang biduan malam
dalam dendang inai rindu yang di semai
meski malam ini kian membisu
dan pesta akan berakhir
tak berpenonton lagi.
HR RoS
KISAHKU TAHUN 92 YANG LALU
Penantian itu sia sia........
Dalam masa tunggu yang panjang
di rentan waktu yang berjalan selama ini
tak lagi ada tujuan
sampai kini aku menunggu sebuah jawaban..?
Jawaban dari sebuah pertanyaan kasih
yang pernah aku ajukan ketika dulu
mengingatkanmu,
akan sebuah kisah dijalan itu
jalan yang tak pernah kita lalui lagi
Kisah itu telah menjadi bayangan.
Kini aku sekedar bertanya.....?¿?
masihkah kau teringat
dengan sebuah kisah sederhana
yang pernah kita rangkai dulu,
kisah sebuah baju kaos hitam
yang kau pakai
kau buka di hadapanku
kau titipkan untukku
sebagai kenangan perpisahan
aku akan pergi ke sebuah kota
pergi untuk kembali
demi sebuah masa depan kau dan aku.
Ingatkah dirimu
kala itu kau pernah kucumbui
aku berucap pamit tuk tinggalkanmu
untuk sementara waktu,
di temaram sore
di hiasi rintik-rintik hujan di jalan itu
kukecup keningmu.
kini baju itu telah lusuh berdebu
menjadi lukaku.
Dalam penantian yang panjang
aku hanya menunggu sebuah jawaban.
jawaban sapaan darimu haiii apa kabar memori...???
hanya sapa saja,
itu sudah cukup mewakili hadirmu
kalau kita pernah ada merajut kisah.
.........
Uuuhh, tak terlintas sama sekali darimu,,
perasaanku optimis
kau masih ingat kisah itu semuanya.
Kini kita terpisah waktu yang cukup lama
berada di kota yang berbeda
sama-sama mengais cita-cita
dalam realita hidup merangkai asa
di kehidupan masing-masing kita.
Ahh kisah kasih itu
tak lagi terjumpa sampai saat ini
aku telah lelah dengan penantian
yang bias ini
aku berdoa
berbahagialah dirimu disana bersamanya..
Oh.. yang disana......
HR RoS
SURAT MAYA YANG TAK TERBALAS
.........biarlah.....aku ikhlas.........
Duh,
kertas putih ini akhirnya lusuh
seiring waktu yang kian berlalu
bibirku terkunci telah bisu
tanganku telah kaku menulis rindu.
Sulaman yang kurajut tak lagi di hargai
ingin kupintal benang usang ini
kembang itu telah kering berguguran menghujani bumi.
Dinding maya telah gulita
pelitanya padam
aksara cinta terjajah maruah
seakan lukisan itu pudar warnanya.
kini,
rasaku lara, tak lagi berasa
koloni sebak di dada menyeruak di sela rongga
Oh,
Memori, tinggallah memori
aku akan pergi meninggalkan jalan ini
dengan secarik kertas kumadah
tentang luka
biarlah surat mayaku tak dibalas
aahh tak apa.
aku akan berkawan sepi
Bersemayam dalam ilusi bayangan diri.
Selamat tinggal wahai kekasih
berlalulah mimpi-mimpi yang termenari
merajut kisah yang tak pernah dihargai
oohh mimpi, kau bunga tidur lelapku.
Izinkan aku pergi berlayar jauh
ke sebuah pulau
pulau relalitiku pulau lautan hati
meski yang kutempuh langkah itu misteri....
Dulu kita bertemu bertatap hidung
kini berbalik arah beradu punggung
aku pergi untuk tidak kembali lagi.
duh,
Maafku tak pernah diberi
surat cinta yang aku kirim tak pernah hargai
akankah mimpi-mimpi kasih kita telah usai
dari maruah yang tergadai.
anehnya,
kesabaran ini masih aku semai
rindu-rindu selalu bersemi.
Rintih kasih telah terhenti
majas ini memiliki kebijakan yang rapuh
dari kisah yang selalu pilu.
Aku menitip pesan,
jagalah kesehatanmu
gapailah sebuah impian masa depan
berbahagialah disana bersamanya
dalam bingkai kodrat illahiah
tak apa suratku tak terbalas.
akhir cerita dari sebuah kisah
kini aku akan berkelana jauh
menuju dermaga cinta yang nyata
dengan langkah yang tertatih
mencari sebuah ke arifan diri
menyulam kedamaian hati.
asa..
temanilah aku meraih mimpi
walau mimpi-mimpi itu tak sanggup aku beli.
HR RoS
21-8-2015. 22,10
MENYERAH
Jujur ku akui
jalan itu tak mampu ku lalui
arah itu buntu sudah
berliku, kelam dan areanya kejam.
Kini aku menyerah pada takdir
biarkan takdirku bicara
hingga pada waktunya akan nyata
pada suatu impian di rumah sendiri.
Mencoba tak bercinta lagi
biarkan sejarah mendewasakanku
menyulam guntingan paco-paco
menjadikan selendang sutera
merenda cinta yang nyata
pada nokhta yang setia.
Ya disini,
disana tak mengerti aku
Walau bagaimanapun
tinta ini selalu memandu pada rindu-rindu yang tak sudah
pada bayangan kekasih
telah menutup jalanku
layar tertutup, pesta itu usai
meski semuanya telah selesai.
Yang tersisa kini,
Ia menjadi memori hidup ini.
HR RoS
PERCUMA
Wahai malam,
siulan burung malamku bungkam
lidahnya selalu terjepit di sela parung
lolongan srigala malam
membangunkan misteri
pada bayangan kesunyian kasih malam ini.
Aku gelisah,
dengan gesekkan biola alam maya
tentang kisah kasih yang sensitif
padahal rindu ini semakin berpagut
menimang bayanganmu seketika berlalu.
Pandanganku kusut
melangkah tak terarah
karena hidup semakin di tikam pilu
selalu tercabar hina.
Ohh malam,
aku kabarkan pada sang bayu
sampaikan rinduku selalu untuknya
meski alamat itu tertutup kabut.
Rona-rona cinta telah melayu
karena ku tak mampu menyirami
dengan gugusan kasih
setiap di sirami tetap saja layu
rinduku terabaikan sudah
kasihku di lupakan
janjiku ternoda.
Cinta kusemai, percuma
tak tertunai, ia layu sudah
hingga menjadi arca cinta
diriku berakhir malu
tertuduh yang tak menentu.
HR RoS
RONA YANG MERANA
Pada dinginnya hembusan angin malam
malam ini, aku kembangkan layar kenangan
kenangan cinta telah tersusun rapi
di peti rahasia hati.
Oohh lentera,
dermaga nebula mimpiku
gelap pada misykat dalam lelap.
lentera,
terangilah tinta ini,
menyusun cerita hatiku
telah padam di ujung kisah kasih
dengan hidangan rasa yang gundah.
Malam ini berkawan dengan secangkir kopi
bersama goresanku,
duduk menyendiri
menata bait-bait diksi
tentang cerita mawar berduri
yang tak terawat sempurna
di meja coretan maya
aku tak membunuh akar kasih
kembang rindu selalu kusirami
ia tetap layu juga.
Kini aku sepi,
ya sepi sekali menyendiri.
aahh pasrahku,
biarlah sepi berlalu
bunga-bunga malam disini
bermekaran rapi di ujung dedahanan
tak kupetik
ohh bunga,
kemilaumu menggoda sukmaku
di taman jalanan itu
tak aku kisahkan.
tapi kenapa bunga cintaku telah gugur
di suatu kasih yang tak sampai.
Padahal taman itu selalu dirapikan
bunga cantikku merasa terpijak tak terinjak
kenapa kau layu menimpa pagar ayuku.
HR RoS
DO'AKU DI NISAN ITU
Kembang setaman telah lama kering
di pemakaman itu
nisan tua berkawan ilalang
taman makam bak di payung gersang
do'a-do'amu
tak kunjung datang menyapa sunyi.
Oh anakku,
aku merindukan kasihmu
di pembaringan sepi.
Telah aku kabarkan dalam tutur
masa titah kau menjelang dewasa
ketika aku tiada nanti
siramilah nisanku dengan do'amu itu.
Anakku,
aku kini bak debu-debu jalanan
menderu pilu dalam bisu
menggilas waktu
teronggok sunyi bergantung tak bertali.
Anakku,
tataplah kalamullah
bisikkan ayat-ayat-Nya
biarkan semut-semut kecil menitipkan salammu dalam tidurku.
Anakku,
bila aku tiada lagi di tanah gersang itu
koyakkan arasy illahi
membangunkan penghuni ruhi
biar sampai titipan doamu,
akan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah, dari pesan-pesan doa anak yang shalih itu
di pembaringan sunyi ini.
Al fatihah.
HR RoS
Lereng lawu 13-07-2016, 11:17
SENJA NUN DISANA
Senja telah berlalu petang tadi
nun yang jauh disana
siluet memerah di kaki langit
akan tertutup awan malam.
Kisi-kisi riak telah menepi ke bibir pantai
dua bidadari menatap khayangan
seakan menyulam kejora
memanggil pada hadirnya purnama.
Mayapada, dalam keagungan cipta yang maha kuasa
indah bertasbih bersama jiwa-jiwa yang hidup
meski diliputi kegamangan riak
dalam gelombang kehidupan
yang tak berkesudahan.
Damailah di pantai itu wahai bidadari yang melambai...
sulamlah impianmu dalam kelamnya malam
semoga di terik mentari
engkau tak silau nanti
di kemudian hari.
HR RoS
Di lereng lawu.
SEMESTA BERTASBIH DI RAYA INI
Kosmik jiwaku ungkap
tafakur sejenak menghayati bait-bait kalam
ku lipat lidah ku tutup rongga
nafas-nafasku lirih
menyimak dengan seksama yang menggema.
Allah akbar, allah akbar, allah akbar
walillahilham.
Semesta bertasbih pada kalam berkumandang
iringi puji dalam diam.
Kuamati sagara jiwa,
alam yang membentang
samudera biru dan daratan tenang.
daun-daun tak berguguran
rerumputan tak bergoyang
burung-burung bisu tercengang
gunung-gunung tunduk menghayati alam
sadar sebagai pasak,
mematuhi keangkuhan kodrat
embun pagi mendingin
menawarkan kesejukan pada penempaan
perjalanan yang terjal dan gersang
di langkah sang musyafir di dada iman.
Pada jiwa-jiwa insani yang telah fitrah
berjuang melawan ke angka murkaan nafsu
dari pengembaraan tertatih bersama kekasih.
kekasih yang telah pergi,
meninggalkan nokhta kemenangan
di tiang-tiang surau kami.
Semesta yang bertasbih di hari fitrah
ku lirik rasa, ku intip jiwa
yang ghaib nyata,
yang nyata ada
bersatu berkoloni di dada cinta
pada rahman rahim illah.
Semesta diam,
fana ke dalam la hayatan.
Nafas puji Ya Hu itu terhenti
asyik melirik keajaiban
turunnya hikmah-hikmah tuhan
pada jiwa-jiwa yang telah meraih kemenangan.
Minal aidzin wal faidzin,
mohon maaf lahir dan bathin
segenap kawan-kawan semua
dimana saja berada,
dari lereng lawu menyapa.
HR RoS
Ngawi 06-07-2016. 09:50
SRIKANDIKU
Rumahku istanaku
aku disini meraih mimpi
tanpa ada pendamping menghias hari
perjuanganku pertaruhkan demi sebuah istana kecil ini
bersama ibunda siputri dan anakku yang lainnya... Yaaaa.
Beranda ini ku hias indah
dalam senyum manis aku berkuas kanvas
Aku meneliti satu persatu warna kemilau menyapa hati
warna itu ingin kujadikan sebuah koloni pelangi
aku menghias hari hariku di hujung senja menanti.
Suamiku,
Aku kini tak bersamamu lagi
aku kini bak srikandi menyongsong kabut
dari hasil tinta study remaja dikota belud
dalam harapan doa orang tuaku telah kuraih kini
aku kibarkan dalam perjuangan pengabdian tanpa tanda jasa ke dalam negara ini.
menciptakan bibit bibit srikandi kecil untuk pelanjut sebuah tirani pelangi negeri.
Aku kini berjuang demi membela harkat dan martabat istana kecilku ini
walau terkadang aku sendiri tertatih lirih
dibalik jeruji beranda rumah dikala sore hari
ketika senja menyapa hati
aku mengingat testimoni memory
Hari demi hari telah kulalui dengan sepenuh hati
tak aku biarkan manik ini menetes sedih sendiri
walau terkadang manik itu tak sanggup kubendung, akhirnya tumpah jua. Ahhh..
Tuhan, aku sadar
Aku di amanahkan sebuah perjuangan cinta dengan panah rasa
demi menanti arjuna kedua
dikala yang pertama telah mihrab ke istana misteri illahiah..
Aku kini berjuang menyulam permadani
menanti arjuna kedua
akankah istana ini bermahkota dewa yang taat beribadah untuk bertahtanya sang cinta disinggasana nokhta yang setia.
Tuhan, istikharahku menyapa-Mu
koloni awan berkabut itu berlalulah....
Duhai srikandiku
dimata sang pengelana cinta
kau berhati hatilah.!!
sapaannya anggun bak jingga keemasan
mempesona menggoda disetiap rasa wanita
gemulai tariannya lembut takjub
mengikat rasamu untuk takluk dalam pelukan.
mmm...
Aku menulis diksi,
melukis kasih dalam safana doa
hembusan nafasku bertolak ke gunung kinabalu.
aku yang selalu menyapamu
dalam kesunyian itu
adakah kau rasakan di bibir tinta ini, aku rindu.
meskiku linglung menanjak gunung itu, tak apa, aku rela.
kau srikandi yang selalu membidik menggendong busur panah mencari sasaran cinta, bersabarlah...
Kau berdiri tegap sebagai benteng bendera sang saka rumah tangga
berjayalah kau srikandiku
meski dalam kesunyian itu kau meraih mimpi
mimpi-mimpi yang realiti.
HR RoS
Puisi dalam kenangan
SETANGKAI KEMBANG CINTA TELAH SIRNA
Lukisan aksara cinta tergerus arus
yang dulu kau ikrarkan di pasir ini
ikrar semu,
tertitip pada deburan riak
mengikis habis lambang kesetiaan
akan nostalgia kekasih
sunyi sudah memeluk hampa tak tersisa.
Pada bayangan memori itu
ada catatan hati yang setia
masih tergores figura-figura diksi
di album galery antara kau dan aku
bahwa aku dulu pernah bersamamu.
Oohh riak senja,
kenapa bunga itu di tenggelamkan
kau hanyutkan ke samudera lepas.
oohh senja,
kenapa pelangi cinta tak lagi berwarna?
hingga kabut menyelimuti pantai hati ini
yang tak lagi aku jumpai
di beranda rinduku
aku malu dengan kisah itu
kisah yang ingin ku jamah pada realita cinta untuknya.
Ahhhh... bunga itu sirna sudah
tenggelam ke benua tak bernama.
HR RoS
RINDU RINJANI, KINTAMANI
Mentari di kaki langit rinjani dan kintamani
pancarkan pesona alam yang menarik
sebuah negeri diatas awan yang menawan
anugerah titipan tuhan
alam syurgawi yang perawan.
Aku melirik dari gambar alam yang sensasi
ingin ku raih puncak pelangi
berdiri diatas kisi-kisi mentari
ku rengkuh rembulan dikala malam
ku petik bintang di malam hari
Ku tatap terik surya menjelang pagi.
Aku berdiri jauh di sudut hati
metatap pesona gunung rinjani dan kintamani
walau berada jauh di tengah kota jakarta
rinjani bak misteri yang belum pernah ku jumpa
antara lombok dan pulau bali
pulau yang ku rindui ingin ku jejaki
Malahayati yang asri
izinkan aku terpesona di wajahmu
merengkuh suasana keajaiban itu.
HR Ros
RINDU YANG TELAH KARAM
Aku larung nafas dalam rentak tak terpijak
bergetar nadiku iringi puji tasbih
ku himpun sami' ku kulum kalam
hentikan hayatan nafs
melebur ke ruang sukma
terbuka jendela bashiran
ku matikan nafsu,
aku fana, mati di dalam hidup.
Jauuuhhh rindu ku pacu
berlayar di dalam jiwaku.
Rinduku telah karam
noda-noda cinta berhamburan
yang melekat di kulit ari keraguan iman
berganti dengan nada-nada cinta bertaburan
telah bersemayamnya maha kekasih,
bersentuhan tak teraba asyik berkasihan
rinduku karam pada kematian nafsu
terdampar dalam istananing
mahabbah tuhan.
HR RoS
Jakarta, 30-07-2016, 21:45
AKU RINDUMU IBU
Nafas senja mendesah
dihari tuamu kau resah
lelah tergurat di wajah renta
kau lena dan payah,
dari menyongsong asa
terhadap pelita kecilmu dulu,
yang kau lahirkan di nina bobo di pangkuan
kini aku telah dewasa.
Pandangan itu telah sayu ditelan waktu
Pangkuanmu kini berbantal selimut lusuh
mimpi itu telah sunyi
hayal senja tak lagi berpelangi
bintang malam itu telah redup
kerlip mutiara telah jadi suasa.
Bunda,
kini aku mengantikan memelukmu
cabaran duka telah bergelombang
membopong hari-harimu
gantian kini aku yang menggendong.
Ibu,
dulu kau mentitip pesan
di saat pengantar lelapku
cepatlah besar nak,
jadilah kau anak yang berguna
sabda jiwamu bermahkota tahta kasih sayang yang abadi
tahta itu ku sujudkan dalam bakti harta dan doa yang sesungguhnya
memelukmu hanya dalam hati.
Ibu,
dalam lemahmu maafkan anakmu ini
yang tak bisa bahagiakanmu,
tak ku sembunyikan alur alir menitis bulir
yang sedianya mendekapmu
dalam sepi.
Ahhhh,
potret usang itu aku temui di album lusuh
dikala dulu memeluk pundakmu
kini, maafkan anakmu
tak mampu menemuimu
disaat puncak rindumu menyapaku.
HR RoS
BAYANGAN GENERASIKU GERSANG
Desas-desus plamboyan di ujung daun
melambai sunyi bak misteri di kaki tirani
pipit kecil mencicit ciut,
tertumpang di pucuk sang ilalang lirih
kehausan di tengah padang resah
tak berteduh di payung terik
bertahan meski hidup kian menderita.
Sang embun menitip pesan sesaat
kepada mendung,
kapan rinai menyirami tanah ini?
Ohh angin,
jangan turunkan kabut menitis hujan
yang akan menenggelamkan bumiku
sehingga kami dahaga dalam banjir itu.
Kau buaya-buaya yang berdasi
di telaga negeri ini,
kan kau caplok ikan-ikan kecil itu
yang sedang belajar berenang
mencari jati dirinya
buat kehidupanya nanti
hingga ia akan punah dan mati
di negerinya sendiri.
HR RoS
MENGEJAR IMPIAN
Terik mentari menghalau pagi
sepenggal awan terkuak
mendung kabut itu berlalulah
tinggalkan jejak-jejak embunmu
izinkan ku sauk tuk basuh rona wajahku
yang kian lusuh oleh sembilu hidup.
Peluhku,
basahilah tubuh ini
biarkan aku bermandi dalam lelah.
Mencoba berlari mengejar impian hati
walau lelah berpayah dalam bayangan waktu
tak terkejarnya impian itu, ahh tak apa
ketika putik berbuah menjadi mahkota cinta
Setia dan relalah
dalam kisah yang tak sempurna ini
meski kita jemu menunggu rindu
di hujung jalan itu.
HR RoS
KEMATIAN 'AIN KU TERTUNDA
Khair itu bersuara dalam tidur
seperti hanyut dalam lautan mimpi
ketika tafakur asyik,
dada tersesak menyeruak
dalam dzikir mutlak
sakaratul a'in menghampiriku
aku di tarik ketingkat arasy rasa diri.
Dalam isra'
aku di bisikan di ranah makam
makam-makam dalam labirin iman
makam bernuansa taman tak berhujung
taman sagara hijau lautan silau di wajahku.
Sayap jibril di pundak terasa mengigil menjamahku
sabda itu menggema,
di singgasana sulaiman bertahta.
Suara itu berseru,
di tingkat makam mulia ini
sulaiman berjaya
taman sagara hijau alamnya rasulullah
semua tunduk beriman dalam sunahnya.
Ketika perjalananku di sagara hijau berlalu,
sukmaku mihrab,
membumbung ke kasta illahiah
sang suara itu,
tak kuasa lagi mengiringi tahlilku
jejaknya terhenti
jiwaku gemetar,
aku terkapar sadar dalam kebingungan yang berkesan.
mmmm
jalan yang aku tuju itu terlantar
aku terbangun dalam fana
religiku merugi
kematian a'in itu akhirnya tertunda.
terjaga dalam tidur khair
aku berpeluh senyum termenung
imanku payah,
singgasana keratoning-Nya
akhirnya tak ku jumpa.
ahhh..
aku hanya asyik dalam asma-Nya saja.
HR RoS
jakarta 29-8-2015, 23,10.
RINDU YANG TELAH USANG
Peti hatiku tentang rahasia rindu
tiba-tiba terbuka
padahal ia terkubur jauh ke dalam memori
seketika pagi ini,
imagiku lewat bayangan seseorang
dengan madah-madah rindunya yang tak sudah.
seakan menyapaku
tentang diksi-diksi rindu yang dulu
peti rinduku,
akan kisah kasih yang telah berlalu terbuka tiba-tiba.
Aku lihat sampul-sampulnya
telah usang,
dengan seksama aku baca
larik-lariknya menitipkan goresan cinta
membuncahku.
Aku kecup sebuah puisinya
pada pernyataan tentang cinta untukku selamanya.
aku terdiam, pada pernyataan itu
apa iya ya...?
ahh... aku paranoid sudah tentang rindu
rindu yang telah bisu
pada cinta angin lalu
pertemuanku denganya bias sudah
kisah kasihnya abstrak,
ia melukis kasih di tunggul puisi
yang tak nampak lagi
aku malu.
HR RoS
GUGURLAH
Gugurlah kau wahai bunga,
bila embun malamku tak cukup menyirami kelopak cintamu.
oh rindu,
telik sandi kasih itu
telah bernoda debu
jalinan yang tak akan mungkin warta kasih,
di terima dalam kasta cinta suci
karena lajunya rindu telah beku.
kini,
rela rebah dalam dekapan pilu
karena keutuhan janji
telah dijegal di lembah sunyi.
HR RoS
MENCARI YANG TERSEMBUNYI PADAHAL IA NYATA.
Ainul hayat tak tersentuh pada bulir bulir sujud ruhku
telah aku tutup pintu pintu nafsu
pasrahku fana mengintai kacahaya cinta
aku telah di bisikan pada takdir
wilayah hayatku hanya seumur jagung
setelah matang di petik kering
biji bertunas penganti tirani dirimu.
Oh, kerlip tasbih sujud senjaku
bak manik manik mutu manikam
secuil asyik kulirik cukup dalam pencapaian tajali senja
untuk semesta jiwaku
menganyam makna sastrajendrayuningratku
hanya sesaat saja.
HR RoS
Dalam takbir senja
PESIMIS CINTA DI SUDUT SENJA
Aku mengenalmu
bukan sebuah mimpi
aku menyayangimu
bukan sebuah tarian ilusi
aku mencarimu
sesuatu rasa dari lubuk hati
aku ingin mengenggam indah jemarimu
dan kecup keningmu nanti.
Jejaki pesimis hatimu
dalam goresan mayaku selama ini
untuk membuktikan kalau aku memang mencintaimu
kau yang menunggu kepastian
dari sebuah penantian cinta
yang tak ternantikan.
Kau tunggulah aku disini
dipantai memerah yang sarat temaram
demi menggapai sebuah mimpi akan terwujudnya sebuah janji.
Tuhan....
izinkan aku memilikinya kelak
meski tanah ini retak
kaki berdarah jejak yang kupijak
memeluk dalam dekapan hangat
sebuah pembuktian,
dia yang selalu menyangsikan majas miris
majas yang tergores dalam hati yang pesimis.
Harapan itu kasih,
ingin aku kembali kepantai ini mewujudkan sebuah janji
harapan janji yang terealiti.
Tuhan...
aku ingin bersamanya
menata sebuah cita
dalam obsesi gita cinta di senja yang rela
berlayar bersamanya menghalau gundah
yang dia selalu dalam tanda tanya
pesimis harapnya itu,
selalu mengganjal direlung hati
dan aku ingin membuktikan
kalau merpati itu takkan ingkar janji.
akankah illahi mewujudkan mimpi ini.??
entahlah kasih.....,,
Kisah yang terbangun dari goresan hati
berawal dari sebuah memori puisi
kasih terkisah indah
memerah dipantai senja jingga ini
senja yang kian temaram
dalam harap malam yang berpurnama
berharap purnama akan menyinari malam ini, duh rindu..
HR RoS
MENCARI JEJAK MAHA CINTA
Telah aku tutupi pintu dunia
pergi meninggalkan dunia kematian
naik ke stanza suci
memasuki makam-makam tak bernisan
pada alam diri menyeruak sunyi
melangkah tak terpijak pada jejak
duduk di tikar tak berkenyataan
bersembunyi di balik batu
membuka labirii-labirin iman.
Bersila gagah bak resi memuja mahadewa
dikawal empat sekawan jadi pandawa
dalam hening bertanya....?
kepada kakek tua sabda tuan guru,
dimanakah lembah cinta ya mursyidku?
sang kakek berwibawa tersenyum kecut,
perlahan membuka jubah kebesaran
dari pengetahuan itu.
Dengan seksama tapi pasti
duduk diatas tunggul tak berkayu
seketika terbukalah awal risalah cinta
dari pituduh yang santun
menuntun kepada sebuah kalimat
subhana,
ia berawal dari segala titah
dari kesucian cinta
IA adalah IA
subhanallah pujian kekasih itu
kepada yang terkasih.
HR RoS
Jakarta, 1-5-2016, 02:10
Dalam renungan tafakarun
TERDAMPAR DI KEPALSUAN CINTA
Pagi yang mendung tak kubuka jendela
kidung kidung gulana, dentingannya
tak berirama asa
tengah hari tak ada nyanyian ceria
awan yang berarak dijendela rasa
kuncup sudah sekuntum mekar di dalam jiwa.
Wahai sahabat maya aku menyapa..
Setangkai bunga indah yang mekar
kini kelopak itu layu
layu ditaman jalanan
taman yang berkumbang ditanah yang gersang.
Di jejaring maya ini, kutitip telik sandi
mengikat maruah di rupa diri
embun pagi itu
tak cukup membasuh muka
muka yang merona lara
lara dilorong cinta yang hampa.
Janganlah terluka terhempas dalam kepalsuan jalanan cinta.
ya dunia, fanamu fenomena
HR RoS
INTROPEKSI SESA'AT MENGENANG KENISCAYAAN
Perigi jiwaku gali
telah menitisnya air zam zam
tercucur di kelopak mata ini
aku tadah di keranjang telapak tangan rela
tertumpah lagi,
mengalir ke bumi yang lebih pasrah.
Oh diri,
telah kemarau gersangnya hidup
yang di jalani
perigi jiwa aku selami
timba menanti tak jua terisi.
Lirih tatapan memandang jauh
ke koloni angan
disana pucuk-pucuk telah layu
bunga-bunga pun berguguran
pada suatu masa menanti waktu
buah akan berjatuhan memeluk bumi.
Oh, persiapanku ironi
tak memiliki bekal sama sekali
tertanya jiwa pada bangkai
konsekwensi apa yang akan di terima nanti
entahlah, tak tahu...
oh, menakutkan sekali
HR RoS
Jakarta, 28-4-2016, 22:18
dalam renungan malam jumat
JAMUR DEBU JALANAN DI GILAS RODA YANG BERDASI
Jamur-jamur trotoar berdebu di negeriku
tergilas roda waktu
tak di lirik sama sekali oleh tuan tuan berdasi
melengah melaju dalam kebisingan
menyelinap ke rumah-rumah hantu.
Jamur tumbuh tegar berdiri
meskipun dimarjinalkan
dalam panggung permainan revolusi.
Tuan,
kau lempar batu sembunyikan tanganmu
kantong-kantong tuan penuh terisi
sembunyi meluber ke kotak teknologi
debu-debu trotoar berbisik
termangu terbawa permainan ludruk
melihat pertunjukan glamour aksi
di pentas politik.
Kau maling teriak maling
sibuaya mencubit kancil
kancil licik lari terbirit-birit hilang dikegelapan zaman
membawa setumpuk harta karun.
Jamur-jamur berdebu di negeriku
menonton opera ludruk panggung politik
di negeri surgawi
seni opera tuan berdasi,
semuanya bertopeng berupa hantu.
HR RoS
Jakarta, 28-4-2016, 18:58
MALAMKU
Di pertengahan malam ini
telah aku buka lipatan selimut malamku
di tapal batas syair di penghujung kantuk
aku kirim sekelumit simphoni diksi
mengukir majas rindu
pada seorang kekasih
yang tak lagi bisa aku temui.
Sunyinya malam ini
sesunyi rasaku
seakan melintasi iklim awan berkabut
pertanda alam sebentar lagi
akan segera di guyur hujan
catatan hariku siang tadi telah menjadi kenangan.
Malam ini,
malam di pertengahan peraduan letih
aku sudahi saja lamunanku
pada cinta yang telah bisu
terluka teriris yang sangat pedih
dia kini telah jauh berlalu
meninggalkan kisi kisi hati yang telah terkunci.
Kini aku rehatkan tubuhku
untuk memintal benang kasih merajut asa
yang realiti di pangkuan ini.
HR RoS
28-2-2016, 00:00
Jakarta Tengah Malam
MENATA DIRI DI SENJA HARI
Alunan illahi memanggil di corong surau dan televisi
aku takjub melihat burung burung pulang ke sarang
bersiul berterbangan menyapa senja
yang akan tenggelam di buai angin malam.
Aku berkaca kepada lembayung telaga
kilauannya menitipkan pesan
pada kunang kunang malam yang berkeliaran
terangilah malam ini..!
walau hanya sekejap saja
meskipun dilangit itu ada cahaya
kunang kunang jiwaku gundah
ingin di sapa lewat tasbih senja
tataplah aku,
kerlipkan sukmamu itu walau sesaat saja.
Telah lelah kaki ini berlari mengejar impian
yang kukejar tak juga jadi kenyataan
ah,.. aku tinggalkan permainan dunia ini
diam membisu di beranda rumahku
duduk manislah kau disini
hingga pagi menjelang
aku ingin memeluk sajadah panjangku
di bilik tasbih di peraduan illahi
menata diri kembali,
apakah aku telah menunaikan
pesan religi ibadah sepanjang usia ini
tertanya sendiri dalam lamunan..
masihkah aku ini hamba yang diridhoi
jawabannya adalah intropeksi diri.
HR RoS
intropeksi senja hari
TITIK PELUH DI BAWAH SINAR MENTARI OH, AYAHKU
Dibawah sinar mentari pagi
titik peluh bercucuran di tubuh
mengais sesuap nasi
demi sibuah hati yang di besarkan kala itu
Ayah,
titik peluh itu masih menetes sampai kini
cucuran yang dulu segar
kini alirannya tak biasa lagi
hanya tetesan bulir sedu sedan lirih
menyapa pagimu, yang tak lagi ada menu.
berbisik sayu dalam hatimu yang rindu
dimanakah anakku kini..?
tiada kabar berita lagi sepeninggal ia pergi
jauh ke seberang sana
apakah anakku masih hidup atau sudah mati.
Ayah..
estafet asamu yang kau titipkan kepadaku
pupus sudah di lamun derita
kini goresanku buncah gundah gulana.
pagi ini,
tak mampu aku menitip sepotong roti
menemani air putih yang tak lagi hitam yang dulu berupa kopi
terhias gorengan di meja kenangan...
maafkan anakmu oh ayahku.
Aku berdoa, semoga esok mentari
kan bersinar kembali
aku kabarkan warta kasih
menitip terik di daun pintu rumahku
pelitakan asa yang dulu kau dambakan
yang dulu aku kau timang timang dalam buaian kasih sayang bersama bernyanyi dengan bundaku tersayang
titik peluh dari estafet generasi yang pilu.
HR RoS
Jakarta, 27-4-2016, 08:40
SABDA TUAN GURU ITU
Sepeninggalku, aku titip risalah cinta
kau hantarkan kasih dariku ke penjuru dunia
ketika aku tiada nanti,
aku tiada mati, melainkan aku pulang kepada alam keabadian
aku diam bersemayam dalam kesunyian
menyatu bersama illahi.
Kenalilah dirimu akan kau kenali aku
sabda tuan guru itu,
ia bertapa di bawah batu
di arus air yang mengalir
hanya sosok secercah cahaya bersabda.
Aku berseru,
tunjukkan aku sabda tuan guru
jalan ihdinassirrothol mustaqiem itu!
jalan makrifat itu..
Secercah cahaya tersenyum mesra menyanggupi
iya,
Berlalunya waktu
kusibak dan kusimak makna mimpiku.
ternyata ia adalah mursyid itu..
rasaku dalam mutmainah hati yang suci.
dari maghribi jauh
menatap mentari pagi
singgah sekejap di dalam jiwa ini.
HR RoS
dalam testimoni mimpi
TUJUAN HAKIKI ITU
Jubah jati diri manusia itu adalah wujud dari sikap akhlak yang sempurna
Jembatan shirottal mustaqiem itu adalah sebuah perkataan yang terjaga
Syurga yang di dambakan itu adalah cintaNya
janganlah selalu mendambakan glamour indah syurgaNya dalam ibadah
nanti tidak akan menemukan Dianya
Ketika syurga itu telah datang di dunia ini dia ada dalam rasa jiwa yang tenang dan bahagia.
HR RoS
RINDU YANG TAK DIANGGAP
Aku masih seperti yang dulu
yang pernah kau rindu
tiada yang lain di hatiku hanya dirimu
selamanya...
meski malam ini tak lagi purnama
kunang kunang cintaku masih menyinari lewat tinta yang kumadah.
Oh rindu,
malam ini hatiku gelisah
walau kini kau telah berdua
kutitip nyanyian hatiku lewat puisi
selamat malam kekasih...
meskiku terkisah kasih rindu sendiri
Kasih yang tak dianggap lagi
karena kau telah pergi meninggalkan memori.
Bunga yang kutanam dulu telah layu
mati,
meski telah berpayah aku sirami
kini telah hampa tiada cerita lagi
diruang sepi,
aku menyulam hayal
hayalku telah lelah ditelan waktu.
Oh rindu,
janganlah kau datang lagi
menemani sepiku
aku sudah malu dengan semuanya ini..
HR RoS
merajuk sunyi dikebisuan itu
DI MABUK CINTA
Anggur anggur cinta dituang kedalam hidangan cawan sufi
di mabuk asmara kasih
asyik memandu sukma.
Ar Rumi menari lentik berputar tenggelam di mabuk cinta
asyik dalam alunan dentingan sami'
linglung sadar meraih bashiran
dalam angan,
alam diri di putar hingga kepayang.
Sutera sutera cinta dirasa berjubah tahuid
dengan nyanyian qalbu mencumbui sesuatu tak tersentuh
merayu gemulai dalam tarian seperti memetik kembang melati suci
harum menyeruak ke bilik hati
dalam linglung dimabuk cinta sang pujangga mencari kekasih
berharap yang dirindui bercumbu
bertamu terhijab tersaksi dalam tarian itu.
HR RoS
MAKRIFAT AKU ITU
Tutuplah semua jendela nafsu
dan bukalah satu pintu
seketia akan berada digapura cinta
bersaumlah...!
Shaum itu benteng tanjakan pilu
ketika pintu baitullah di buka
di atas itu tanjakan ka'abah.
Aku tatap arasy rasaku
dinding dinding labirin menghias asri
tarikh takbir adalah kuda kencana itu,
hingga ringkikkannya
memekakkan seantero masa sunyi.
Dan seketika bulir bulir pelita hadir menghampiri
bulir kerlip bersatu padu
ia tahuid itu memandu kalbu,
oh.....
ternyata laillatul qadr itu proses tajali illahi
tajali tersaksi ke mata hati,
dari proses keheningan di puncak thursina
menatap nurrun ala nurrin
Matilah diri ini sebelum dia mati.
HR RoS
TERPESONA CINTA
Esensi semesta bertaburan cahaya
menyelimuti jiwa
peredaraannya terkurung di luar lingga menyatu.
Maniek maniek crystal bening pecah
membulir tatkala kujumpa dipenyaksian
bak kosmik tak bertepi
pada mati fardu 'ainku.
Aku syahdu di ruang sunyi
tersenyum bungkam dalam bisu
mikraj mencapai nurrun ala nurrin itu.
Kalam kalam cinta membahana pada sukmaku
yang telah pasrah
tertatap sekejap cinta tak butuh lama
mempesonaku pada fana asyik
bersetubuh nikmatnya cahaya surgawi
membungkam nafsu nafsu hewani liar
aku kurung dalam kancah tak bergerak.
Aku membuncah mutmainah insani
hingga kupapah di bolak bolak kehendak illahi.
Kenduri mistik qolbiku selesai sampai disini.
HR RoS
TONGKAT TASBIH SENJA
Aku tata langkah ini meraih senja
rona sang surya,
menitipkan lentera jingga pada kaki langit.
Kutitip rindu dalam mihrab malam
bersemayamnya mahkota alif di sujudku
beradu menyatu ke dalam qolbu
bangun berdiri bertongkat qulhu
tongkat tongkat asa,
menuntun cahaya cinta
pada senja yang telah bertasbih.
Aku hentikan sejenak gejolak riak
di dermaga peluh duniawi
kulipat layar perahu
memasung sauh rehatkan angan
yang tak pernah tenang di hempas bayu.
Takbir rindu menuntun sukmaku
menemui tongkat makrifat
kejayaan dari tahuid itu,
senja kukibarkan indahnya bendera ibadah
menemui sang kekasih di lubuk hati
yang telah dulu menyambutku.
HR RoS
Jakarta, 24-4-2016, 17:58
BERLINDUNG DI DINGINNYA MALAM BERSELIMUT ANGAN
Titian sebuah perjalanan
tercecer oleh keadaan
penantian yang jauh di angan angan
tersasar dekat oleh perasaan
terungkap tak kelihatan
didapat tak berkenyataan.
Oh,, angan...
kau siksa aku dibuaian malam
buaian yang melenakan lamunan
aku tertegun resah,
lamunan tak berpelita asa cinta
karena candaan dalam jejaring maya
hanya menuai opera glamour cerita.
Berhias kasih bak camar indah
dipinggir pantai tertuai duka
camar itu yang selalu menari,
mengiringi tarian ombak
berbisik bernyanyi lunglai di pasir putih,
kidungkan bahasa parung tak kumengerti
dipantai cerita, kau sulam opera
dimanakah kau kini sang camar bersembunyi..?
ingin aku ungkapan bahwa hidup ini indah.
kembalilah, cuaca pada siang ini cerah.
HR RoS
DALAM PASRAH AKU MASIH MENCINTAI
Aku gandeng tanganmu erat erat
takut lepas dari genggaman
aku memegang tanganmu kekasih
rasa memeluk bayangan
padahal kau kenyataan
ketika aku membutuhkanmu
kau campakkan aku dalam kepalsuan rindu.
Memang, aku tak punya apa apa yang bisa di banggakan ke arena hidupmu,
hidupku miskin kasih.
Hidup bersamamu
bak menggenggam bara api yang tak kunjung padam,
seringkali air mata ini terkoyak
dalam kolam kolam bening
menitis di kelopak mata sedih.
aduh, kadangkala aku mencoba berkaca menatap wajah dikamar ini
ketika luka masih terasa,
tetap rona cahaya cinta yang setia
masih mampu menerimamu.
Telah aku serahkan segala-galanya untukmu
kini kau campakkan aku
pada masa senja yang telah layu
pahitnya mahligai rindu yang kutuai
dalam pasrahku ini apapun yang terjadi
aku masih mencintaimu kekasih.
HR RoS
Jakarta, 2-5-2016, 16:52
BIDADARI YANG TERSESAT PULANG KE KHAYANGAN
Kau bidadari yang layu
tatapanmu syahdu menikam rindu
bermahkota kembang cinta terikat di kepala.
mata binarmu,
tertutup hayal menatap langit
pasrah dalam takdir terikat kasih pada buaian semu.
kau bidadari surga itu,
turun ke bumi menjadi seperti dewi sumbi
merupa bak putri pelangi
pada siluet misteri senja
abstrak semu tapi nyata ada, disana....
Putri, kembalilah ke khayangan
disini, dimayapada ini gersang
siklus alam tak menentu
tak layak buat putri secantik ini..
Nawangwulan terjebak di kebiri joko tarub
dayang sumbi jelmaan bidadari
terhipokrit darah sendiri.
bawahlah kembali kembang kasih itu
malam ini,
meski purnama tak merupa di dada langit.
aura malam telah kelam
tinggalkan bumi ini
titip pesanku pada peri peri di khayangan
joko lapuk masih berselendang usang
di kebun gersang di tanah ini
biar hayalku terlerai di malam sunyi
meski kasta engkau dan aku terpisah jarak antara langit dan bumi
kembalilah putri....!!!
HR RoS
Jakarta, 6-5-2016, 18,16
IKRAR NOHKTA CINTA DI MALAM PENGANTIN
Bunga bunga surgawi mewangi
di balik tirai malam pengantin,
bertaburan kerlip payet
di selendang sutera putih, menambah wajah yang berseri
kau kekasih yang kudekap di dada ini.
Tembang asmaradana terbuai dalam jalinan cinta suci.
wahai cinta,
anganku memandu janji nohkta di kamar ini
ahh, mimpi pada saksi cinta sejati
rindu berpadu diantara dua kekasih
kau dan aku.
Selembar sutera diatas sajadah
menitip mukenah cinta pada perempuan sholehah
kugenggam jemarimu memilih dikau
yang pantas jadi makmum
berjalan di sampingku menuju martabat rumah tangga bahagia.
Kau yang cantik mempesona jiwaku
bak bidadari surga yang menjelma
dalam mihrab hati memandu nokhta di rumah ini
Ya, di kamar ini.
HR RoS
ilusi diksi memori
KEMBANG RINDU YANG TELAH LAYU
Kala senja bertamu hatiku mulai resah
resah pada harmoni gemercik semilir angin
menyapa dedaunan yang akan berguguran
layar malam telah aku buka lewat diksi
diksi manja yang tak lagi berarti
bahwa rona cinta itu telah melayu.
Siklus tunas-tunas berganti
tak lagi tumbuh,
pada ranting-ranting yang telah kering.
oh senja,
biarlah harmoni cinta itu menjauh pergi
rapuh dari cabaran yang tak semesti di pertahankan.
semestinya kau tumbuh subur
digelas dahagaku
yang selalu menitis kasih yang tak pernah layu.
Oh bunga gugurlah,
jika akarmu tak mampu tumbuh
di gelas yang licin,
untuk merawat mahkota cintamu
yang akan membuat gelasku retak
pecah berkeping keping
yang tak mampu ku satukan kembali.
layulah dalam takdir
janganlah layu dalam tafsiran.
HR RoS
Jakarta, 5-5-2016, 18:15
MEMOAR KEMBANG MIMPI
Memoar indah yang dulu pernah kugubah
melukis jalinan cinta di pasir putih
kini terkikis habis di bibir pantai ini
telah aku singgahi dermaga rindu
di samudera tinta
bernyanyi tembangkan seribu puisi
dalam lingkaran seni memadah rasa yang semakin sunyi
ya di pantai ini..
Kembang yang dulu mekar mewangi
semerbak harum di kelopak yang ranum,
kini, kembang yang cantik itu hanya jadi mainan mimpi sang pemimpi.
HR RoS
MENYAMBUT MALAM KENAIKAN SANG MESIAS
Ketika aku berada dijendela gereja tua
Bunda yang berjubah putih berwibawa
bangkit dari kolam suci di hadapan jemaat
naik kepermukaan
berdiri diatas kolam tak tersentuh air
senyum menoleh kearahku.
Bunda, hamba bertanya...?
dari lewat jendela ini,
bagaimana umatmu melihat rabbnya.
lantas bunda menjawab dengan resah
raut wajah bunda lara berbahasa hiba.
Wahai umat nabiyullah SAW
aku sampaikan keadaan umatku tentang tuhannya
dihadapan jemaat yang lagi berkutbah ini ...
Bunda sedih,
umatku mengenal tuhannya lewat materi
dan memahaminya lewat rasa
seakan tuhan itu telah bersamanya.
Tapi disana umat nabiyullah SAW
mengenal tuhannya lewat budi
menyaksikan dengan matahati
dengan terang benderang
bahkan menyatu bersama-Nya
tiada sakwasangka lagi.
Bunda sedih sekali
tongkat yang dipegang oleh umat al masih telah rapuh.
Seketika Bunda Maria tenggelam
kedalam kolam di tengah khutbah jamuan pendeta.
tak satupun jemaat mendengar dialoq aku dan Bunda Maria itu.
HR RoS
dalam history mimpi kenaikan isa almasih
DUA SANG UTUSAN PEMBAWA RISALAH AKIDAH
Ya ruhullah Isa almasih
engkau di mikrajkan ke langit tinggi disisi-Nya,
tiga puluh tiga tahun mengabdi di tanah bunda.
akidah yang luhur dikebiri,
di fitnah di kejar yahudi, seakan merusak tirani kafir dalam kewibawaan istana raja.
maha kasih rabbmu telah menyelamatkan sang mesias ditanah bethlehem filistin.
Ya rasulullah SAW
engkau di utus ke muka bumi
sebagai penyempurna risalah
rasul rasul terdahulu.
engkau datang menyempurnakan akhlak manusia di muka bumi ini.
ketika panggilan suci tentang sholat,
engkau di isra' mi'rajkan diangkat
ke kasta tertinggi di sisinya.
bak kilat menembus kosmik alam diri
dalam jiwa ini.
Membawa bingkisan sajaddah
untuk pondasi akidah umatmu
lambang pemersatu dalam sujud itu.
HR RoS
Jakarta, 4-5-2016, 14:41
menyambut kenaikan isa almasih bersamaan dengan isra mikraj rasulullah saw
IRAMA SENI SAHABAT SASTRA YANG BERWARNA
Nyanyianmu,
Seperti burung kenari dikala senja
tarian-tarian tinta bak penari
goyang pantura ronggengkan pinggul
mempesona rasa
goresan lentik jemarimu
bak i made menari di pantai kuta
sanggar budaya bali sematkan pesona lirik mata yang mengoda..
Oh para pujangga,
yang bercengkrama ilusi di pantai madah
menyulam lamunan rindu
rindu yang sebak merona cinta
rindu buaian maya,
dalam wacana gurauan saja.
Sahabat sastra,
kau tatap sang surya dikala senja
pelitanya akan redup ditutup pekatnya kabut
kau berimajinasi disenja hari
melukis warna siluet dengan tinta hati
mengharapkan pesona alam
bermanik manik pelangi menghalau sunyi.
Tunggulah mentari dipagi hari
bukalah jendela hatimu
biar lembah gersang itu
asri di sinari kembali.
Bernyanyi iramakan makna yang tersirat
seakan kau pergi menemui sunyi
sunyinya tanah merah di pusara
berkeliling kamboja
oh, janganlah bernyanyi misteri
biar jiwa merasa hidup
seribu tahun lagi.
Aku mencoba jadi penghias tawa
sahabat hati
untuk raih genggaman setia menghiasi obsesi tirani mentari
untuk sebagai pelanjut sejarah
cerita asa dan cinta.
Sahabat,
janganlah menggores ayat ayat
dalam tanda tanya
membuat jiwa goyah bersulam duka.
yuk bergandeng rasa dalam luah ranah maya
semoga cerialah dalam asuhan
madah madah cinta.
HR RoS
DALAM PASRAH AKU MASIH MENCINTAI
Aku gandeng tanganmu erat erat
takut lepas dari genggaman
aku memegang tanganmu kekasih
rasa memeluk bayangan
padahal kau kenyataan
ketika aku membutuhkanmu
kau campakkan aku dalam kepalsuan rindu.
Memang, aku tak punya apa apa yang bisa di banggakan ke arena hidupmu,
hidupku miskin kasih.
Hidup bersamamu
bak menggenggam bara api yang tak kunjung padam,
seringkali air mata ini terkoyak
dalam kolam kolam bening
menitis di kelopak mata sedih.
aduh, kadangkala aku mencoba berkaca menatap wajah dikamar ini
ketika luka masih terasa,
tetap rona cahaya cinta yang setia
masih mampu menerimamu.
Telah aku serahkan segala-galanya untukmu
kini kau campakkan aku
pada masa senja yang telah layu
pahitnya mahligai rindu yang kutuai
dalam pasrahku ini apapun yang terjadi
aku masih mencintaimu kekasih.
HR RoS
Jakarta, 2-5-2016, 16:52
JEMBATAN USANG DI PERSIMPANGAN JALAN ITU
Kawan, tunggulah aku
di persimpangan jalan itu kembali
ingin aku bercerita kepada sebuah masa silam,
lembaranku terkoyak disini.
Kita yang pernah berselimut angin malam
bersamamu,
dentingkan dawai-dawai gitar usang
tembangkan lagu-lagu kenangan
sambil bercerita tentang dunia ini indah.
Ya di jembatan ini,
cerita itu pernah tersusun rapi dalam memori.
kini, jauh sudah kaki melangkah
terpijak di tanah yang retak
berdarah,
sembilu hidup menyulam jejak
mengikuti derap langkah
dalam dekade usia, asa yang tak kunjung berubah.
Oh memori,
story cinta terbungkus peti usang
pada senja ini,
kubuka kembali.
senja yang akan menyapa dikaki langit
tintaku memadah diksi kenangan
tentang sebuah merpati
berjanji, yang tak akan pernah ingkar janji.
Ceritaku telah berakhir sudah
pada seorang kekasih yang telah
berselimut dingin meninggalkanku
di jalan ini.
kan kemana lara cinta kutambatkan
kini telah di gantungkan dilangit hayal
menggantung tak bertali,
biarlah itu terjadi
ikrar janji merpatiku ternoda sudah.
Oh kawan,
adakah historymu sama sepertiku
seribu kota telah dilewati
dermaga hidup mana yang tak disinggahi
sagara biru riak dan tenang telah dilayari
namun kau tak jua memahamiku
apakah kasta kita telah berbeda
ataukah jeratan hidup mengikat bibirmu
untuk bercerita tentang nostalgia masa lalu
bahwa dunia itu indah.
Kawan,
di tunggul batu di persimpangan jalan itu
ingin kutemui jejak malam yang pernah dilalui
yang pernah kita tinggalkan dalam sebuah cerita tentang cinta muda-mudi.
embun malam saksi cerita yang berdebu
pada masa remaja kala kita menyulam rindu
dengan bibir cinta pertama kita bercerita
menorehkan sensasi hayal yang tak pernah usai.
jembatan itu adalah kenangan
pada dentingan irama tembang dawai-dawai malam
kisah yang tak terlupakan..
dalam suasana semilir angin yang sunyi
seakan kita berdialog tentang tembang alam
melukis cerita dalam nyanyian
ya, diatas jembatan kenangan
jembatan yang telah terkoyak lapuk dimakan zaman.
Oh.... tiga dekade yang berlalu
masih ku ingat memorimu
menyapa sahabat itu satu persatu
satu cerita tertinta di ruang maya
yang telah layu membisu menikam pilu
akan nostalgia itu bersamamu.
HR RoS
Jakarta, 7-5-2016, 17:35
HAYALKU TAK TAU MALU
Diksiku pada embun senja telah bias
berganti siklus embun pagi menuai terik
aku membuka mata pada segelas kopi
merenda tinta pada maya
siluet fajar telah padam di selimuti mentari
adakah secercah senyum dari balik jendela itu menyapaku...?
Bahwa gita hari ini masih kubuka
dengan lembaran baru demi satu tantangan,
menjamu dalam hidangan pepesan rindu
kau dan aku.
Ah mimpi, terlalu dini aku bercerita menata mimpi pagi
tentang rindu kembali
padahal warna kisi kisi hatiku telah pudar
dan semakin memudar semenjak di tinggal
oleh satu srikandi cinta yang setia.
Ah rasa,
kenapa terlalu jujur dengan madah
seakan hayalku tak tahu malu.
HR RoS
Jakarta, 7-5-2016, 07:05
pagi secangkir kopi
ILUSI HAYALKU DI PUNCAK UBUN
Mata ini terpejam, ilusi hayal membumbung ke dinding ubun
qholam tangga arsy berlapis seperti buah kol
berkabut awan putih, dinegeri astagina
negeri antah berantah.
tersaksi dengan cupu manik berjiwa dewa.
Tatkala kacahaya cinta merekah
tuai selendang maya rasa
menyusup ke samudera jiwa.
Indahnya lorong langit tak berhujung
ibarat berkelana dipantai tak bertepi.
Sebuah negeri istana diatas awan
dalam kias jiwa dahaga cinta yang rela
pada maha pencipta.
HR RoS
dalam story menyapa
KEHIDUPAN HAKIKI DALAM PENYESALAN ABADI
Telah di lipat lembaran takdir
nyawa melintasi di ujung ubun
pergi bersama misteri ke alam kegelapan.
tiada yang lebih gelap dari gelap
yang ia adalah kuburan itu nanti
pada dua pilihan yang telah di serahkan
tertunai sudah.
Jalan hidup telah memilih warna warni sesaat
adalah kepalsuan,
satu nafas tak pernah lengah
tak di sadari di sela nadi dan jantung
ia bertasbih.
oh, kematian itu pasti sebentar lagi
menemui,
ketika terjaga dari lelap sesaat ini
kehidupan hakiki itu sesak menyesakkan
padahal ia luas dan sangat luas
tak tahu arah alam apa ini..?
sungguh tersesali.
Duh....
penyesalaan yang abadi
meronta ingin kembali
memohon,
ingin hidup beribadah seribu tahun lagi
harapan yang telah bias
tak lagi bisa di tunaikan.
Sepi teramat sepi
tiada kawan yang menemani
intimidasi ketakutan silih berganti
menyapa.
kulit-kulit tubuh mendidih
tulang-tulang rapuh menjadi debu,
kesaksian itu di pertanyakan..
tak ada kalimat yang ampuh lagi
mengusir misteri..
dia telah bersahabat dengan penyesalan yang tak berkesudahan.
Pergilah ketakutan
aku tak sanggup lagi menatapmu
semakin itu di sesali
semakin ia menyiksa kesepian.
Satu catatan,
yang menyelamatkan penyesalan adalah amal yang di persiapkan
sekecil apapun amal itu
ia adalah kawan sebagai penolong
kehidupan yang abadi
dalam penyesalan itu nanti.
HR RoS
Jakarta, 10-5-2016, 20:00
KEKASIH YANG KEMBALI
Aku telah menunggumu
di persimpangan jembatan sebelah desaku
irama senja
untaian alunanmu yang ku rindu
kultum kidungkan irama padang pasir
mengalun merdu.
Hilalmu,
Nun yang jauh di titik cakrawala
berkumpulnya,
para pecinta
menyambut kekasihnya yang di nanti
pada ramadhan tahun ini.
Kala senja, ...
aku selalu berdiri
menatap fajar siluet indah
iklim membuka dada langit
lambaian hilal menyapa di ranah religi
bahwa kekasih itu telah kembali.
Kekasih membawa kado maghfirah
kepada para pecinta dalam musafir jiwa
bercumbu bersama malam
dengan berpelukan mesra
seakan malam itu tak ingin berlalu
dalam helaan nafas qur'an
yang mendamaikan gersangnya
kepergianmu setahun yang lalu
Ohhh ramadhan itu.
HR RoS
ELEGI DI AWAL MALAM YANG KELABU TAK LAGI MERINDU
Aku buka tirai senja dari balik jendela
menitip goresan elegi di awal malam yang kelabu
senja telah berlalu,
kelam hadir perlahan
menyelimuti seantero alam
aku tertanya dalam diam,
malam ini,
mendung di dada langit resahkan lamunanku
pada sebuah kisah yang berlalu
meninggalkan goresan luka
pada cinta yang tak realita.
Elegi di awal malam membuncahku
resah pilu,
akan arti sebuah nyanyian
kepalsuan rindu
yang telah mencampakkan aku
di jalan yang berbelok arah
aku panggil-panggil dikau kembalilah,
kau tak lagi mau menoleh kearahku
seakan elegi senja nan indah dulu telah kau tutup
kau ganti dengan elegi kelabu
tanpa lagi menyapaku dengan ucapan
i love you...
Kini kau bisu seribu kata
sesekali kau hadir memakiku
bahwa aku di tuduh hipokrit cinta.
HR RoS
HIPOKRIT BERTOPENG DEWA
Aku pernah berdiri
di persimpangan jalan
menatap baliho
sang para raja dan patih berdasi
gagah bak arjuna dengan tatapan panah
menerobos musuh membawa kemakmuran untuk rakyatnya
potret-potret para dewan
sebagai pengatur di tanah pertiwi
menitipkan harapan pada janji-janji
pada baliho kuyup kotor memalukan
tertulis selebrasi aksi selarik kata yang bermakna
untuk sebuah perubahan bangsa.
Kini aku tertipu oleh hipokrit yang berdasi
padahal ketika di bilik teka-teki
aku menitipkan harapan pada raja yang akan ku pilih,
bawalah bangsa ini ke tempat yang terpuji
sederajat dengan bangsa lain.
ternyata fakta di belakang layar
kau telah di pecundang oleh segerombolan begundal hitam..
yang mestinya kau mampu mendobrak bajing bajing loncat di depanmu.
Rajaku yang santun
kau dirayu di iming-imingi investasi
padahal dengan sendirinya kau memanggil dijajah olehnya..
kenapa tak mau berdiri atau memang tak bisa berpijak berdiri di kaki sendiri
salah strategi.
Sadarilah Kini,
aura bom waktu
seakan meletus sewaktu-waktu
dari kecewa itu.
rajaku tertidur seakan berbenah kepada suatu target ataukah sudah lemah oleh punggawa sendiri.
Topeng-topeng dewa di kasta termegah
di negeri ini,
bersolek di meja rias
seakan pasang kuda-kuda untuk berlari kembali
ke negeri alengka tirani kedua.
Oh, negeri seribu janji
telah lelah kami,
dengan permainan politik begundal
ujung-ujungnya pesta korupsi.
Regenerasi itu...
buka mata buka telinga awasi situasi
jangan lengah pada serangan fajar
akan meletusnya jejak-jejak gerilya
di konfrensi hitam yang tak di kenali
jangan jadikan mimpi siang berkenyataan.
akan bodohnya,
dan semakin bodohnya bangsa ini
kalau itu terjadi.
HR RoS
Jakarta, 11-5-2016, 16:16
AKU DIANTARA GODA ITU
Jalan berliku diranah sufi menahan goda
pendakian religinya mengejar rasa cinta illahiah
jubah kebesarannya adalah kepasrahan tiada tara
nafsunya yang membubung adalah mutmainah
Aku diantara goda
mereka sipenggoda itu,
mengelilingi wilayah pancarku
bersemayam di labirin rasa yang tak terjamah
mereka ada penghias tapi tak tercinta
bila di cinta dia berhikmah
untuk nafsuku saja.
Aku diantara goda,
tercipta dari rahmat lil alamin
mewujud ghaib bil wujud
terdiri dari amarah, lawwamah sufiah dan mu'mainah
sebagai pengembala pancar yang terlena.
Aku diantara goda,
miskyat ghaib yang berwujud
dia sebagai kawan
utusan penyempurna di dunia fana rasa
kenallilah, manfaatkan dan awasilah..!!
biar amanahnya sempurna menghantar ke medan ibadah.
Aku diantara goda,
tatkala pancar itu kembali ke rabbnya
aku diantara goda itu terpisah berkelana entah kemana rimbanya.
aku tersungkur sendiri
dalam keadaan papa lena lara
harap cemas hadir menyelimuti tak terhingga
yang ada menghampiri kawan sejati hanyalah amal ibadah.
HR RoS
DERMAGA ITU TELAH BISU
Rinaikanlah awan, gumpalanmu
kabus kabus rindu
gersang membunuhku
meski benang kasih tak lagi kupintal
merajut manik manik cinta
berpayet di selendang sutera kasih
yang akan kau pakai di hari penantian
bahwa nokhta cinta telah kau sudahi
kenapa di akhiri.
Aaachhh.. aku sayang kamu
kini,
telah berlalu setampuk rinduku
jatuh menghujani bulir-bulir yang syahdu
tak lagi kau warnai impian itu
di dermaga cinta
mendekapmu ke dada ini
di pantai yang pernah kujanjikan dulu.
Kini, aku sendiri menyulam bayanganmu siang malam
bersandar dalam lamunan angan
mengulum gelisah diujung waktu
oh bagayangan,
menepilah dari dermaga itu.
HR RoS
Jakkarta, 8-5-2016, 15:38
DO'A KAMI UNTUKMU ENO
Dari lebak wangi serang banten
gadis lugu memandu cita-cita
demi meraih masa depan untuk keluarga
bunga cantik itu di petik dengan kejam
tidak berprikemanusiaan.
Eno...
kau jaga martabat kewanitaanmu
hingga nyawa kau pertaruhkan
dari iblis menjelma manusia jadi-jadian
kini, layu sudah setangkai bunga
eno
mekar bak kembang tak jadi
sekujur tubuh menahan sakit
betapa sakitnya, hati dan paru-paru
di robek dengan ujung kayu
biadabnya sipelaku.
Eno yang malang...
Kami mendo'akanmu
darah tertumpah membasahi bilik duka
hasil X Ray itu,
menandakan huruf alif bersandar di tulang punggungmu
sangat jelas sekali.
Ya illahi rabbi..
terimalah kehadirannya di kematian itu
laknat sipembunuh
hukum dengan aturan yang ada.
Wahai wanita, dunia ini kejam.
satu tetes darah suci tertumpah mengingatkan kita yang ada
berhati-hatilah...!!!
iblis mereka itu ada di sekiling kita
waspadalah...!
jangan sampai terjadi kepada keluarga kita
ya allah.
Doa puisi sederhana ini buatmu Eno
tenanglah di alam sana
Amin ya allah....
HR RoS
SENDIRI TANPA CINTA
Lamunanku,
membuncah ruang rindu
mengenang saat-saat indah bersamamu.
pernah aku titip,
setangkai aroma kembang cantik
ku selipkan di sela daun telingamu
selendang sutera yang kau pakai
menambah indahnya raut wajahmu
nan ayu.
Uuuuuhhh....
kini, ruang lamunan itu telah bisu, sepi
mataku terpejam tak mampu menolak
bahwa kau selalu hadir di saat aku membutuhkamu
rupamu yang abstrak jelas-jelas tak tampak.
gumamku, mmmm.....
Kenapa kau selalu hadir tanpa permisi
sedangkan kita tak lagi bersama,
berlalulah kau rindu, jika hadirmu itu semu
biarkan aku sendiri hidup tanpa cinta
kan kurajut kekecewaan ini
sampai akhir hayatku
rela sendiri untuk selamanya
hidup tanpa cinta lagi.
HR RoS
INSPIRASI TANGISKU DI BATU NISAN
Diam menilik prasasti sebuah nama
mencari tahu makna sebuah kehidupan
yang hidup telah terjebak dalam kepalsuan.
Bunga-bunga telah kering
daun-daun berguguran
ranting-ranting berjatuhan
yang tersisa tunggul berjamur
akan rapuh dan lenyap di telan waku.
Dalam diamku,
bertanya tubuh pada tanah
jangan kau tolak bangkaiku kelak
meski tubuh ini busuk mengotori
aroma sucimu,
aku yakin kaulah kepasrahan itu
yang akan menerima fitrah
dan segala nista.
Nisan itu bak prasasti menunggu misteri
berdiri sunyi seakan sebagai saksi kematian
bertanya diri,
untuk apa hidup ini...?
di sadari,
illahi menitip pesan pada kalam
Aku ciptakan hambaku,
Aku ingin agar Aku di kenal.
duuhh...
Tapi kenapa tubuh ini lalai mengejar
tunaikan ikrar permohonan tuhan.
biadabnya diri
tak menghiraukan seruan illahi.
Jangan Engkau hukum aku ya Tuhan
bila hidayah tertutup untukku
bangunkan aku dari tidur sesaat ini
biar aku tahu jalan pulang.
HR RoS
Jakarta, 17-5-2016, 18:45
ISRA' MI'RAJ ITU
Jalan jiwa itu memandu rasa sunyi
diatas sajadah panjang yang terbentang
lafazkan kalimat tauhid
bermodal cinta berjubah rela.
perjalanan itu menempuh jurang terjal haus dan lapar.
sebuah perjalanan religi melawan goda, hiba dan aral
Insan itu mencari kedamaian kedalam tarikh nafas
sang wali itu mendaki kelabirin makam makrifat
Sang Nabi di mi'rajkan ke kasta tertinggi dalam pertemuan anta ana, ana anta.
Mi'raj itu di pandu sayap hikmah dari mahabbah mahadaya cinta sang kekasih
jauh ke dinding tertinggi bertaburan bintang bintang mata hati.
Cinta menyapa
Rindu mengadu
Jauh di hujung arasy dia menyatu
tersaksi nyata dari segala yang ghaib
Fatamorgana cinta berguguran
Fana cinta mengantarkan ke mi'raj itu
Suasana mi'raj itu tiada siang dan malam
yang ada kaca haya cinta
menyatu dalam awas mi'raj itu.
Jejakilah mi'raj itu dalam setiap ibadah
jadilah seperti ibadah sufi
tersaksi disetiap mata hati.
HR RoS
BAJAU NUSANTARA LAMA
Ekspedisi jalesveva jayamahe
dalam putaran waktu
bajau dalam nusantara lama
berjaya diatas ombak.
berkelana mengelilingi samudera
terdampar di semenanjung dan teluk.
menitip pesan pada riak,
bawalah daku wahai ombak,
ke pulau harapan itu.
biar aku tanam sebatang pokok kelapa dan ubi-ubian untuk kami makan
kelak berbuah penghalau lapar dan dahaga.
nenek moyang kami adalah seorang pelaut
berjalan diatas riak
membawa harapan pada nelayan
dari dulu hingga ke regenerasi.
Bajau itu,
menitip pesan pada awan hitam
berbisikan pada angin utara
sambutlah pelayaranku di selatan
dalam diam komat-kamit pada angin timur
dekaplah jiwaku di keheningan barat.
Bajau.
kau bersahaja dalam cinta
di pantai-pantai nusantara
tirani nenek moyang dari dulu
hingga kini.
Bajau ditengah samudera
menatap lautan biru
seakan berdiri
di kampung halaman sendiri.
HR RoS
Jakarta, 20-5-2016, 15:20
SEPASANG MERPATI DI SENJA HARI
Mendekap sayap-sayap rindu
lena jiwa ini di buai angin lalu
nirmala cinta merasuk kedalam sukma
menitip pesan pada senja
berbisik lirih kedaun asmara.
Oh nebula mimpi,
hanyutkan hayalku di pasir putih
aku selami dermaga cinta dalam pelukan
kau dan aku di temani siluet senja
memadu asmara kasih...
rebah berbisik menghabisi malam
berduaan saja ya disini, di dada ini.
Kasih....
aku tiada bermimpi kini,
nada-nada yang aku gores telah bernyanyi
goresan yang aku luah telah nyata.
Kasih...
aku tak lagi bermimpi kini,
semua yang ku janjikan memadu rindu
tertunai sudah, ya diatas pasir ini.
Pasir putih,
tilammu telah keabu-abuan
oleh temaram malam
jadilah saksi bisu menyambut kejora
pada gita cinta yang berpurnama.
Kasih...???
satu catatan terakhir itu aku pesan padamu,
aku tak ingin kemesraan ini
berlalu jadi memori
dekaplah diriku sampai akhir hidupku
semoga asmara ini bersemilah selamanya.
HR RoS
Jakarta, 20-5-2016 16:36
merayu rindu alamak
MUSAFIR CINTA DI RANAH MAYA
Jendela puisi ini
menghantarkan langkah tintaku
ke jalan hampa
hampa dari arus rahsa tercinta.
di sebuah tikungan jalan ku tersesat
petualangan yang lelah pada goresan maya.
ketika sulam tak bermanik
kanvas tinta tak berwarna
ketika embun rahsa tak melirik
gersang sudah sahara cinta.
Duhai... Samudera maya,
bayang bayang fatamorgana cinta menghias rahsa ini
ketika cinta mulai bertasbih
jauh di lubuk hati, asa ini terperih.
Maya,,, kau pesonakan aku.
walau lelah,
petualangan ini tak ku hentikan
walau rona duri di jalan tandus hati tertusuk kecewa
tak bermuaranya kasih pada samudera
asalkan alur ilir tinta masih bermaruah
meski tak lestarinya budi akan sebuah komunikasi
biarlah,,
musafir cinta di ranah maya ini mencinta sebuah ilusi hampa.
Tarian fiksi puisi ini
termenari tidak mengobral rayu
melainkan bermusafir rindu akan sesuatu
sesuatu yang bisu telah membatu.
Berkalung Selendang cinta
bertongkat tinta yang kian memudar
menghantarkan ayat ayat fana yang rela
rela dari gersangnya sahara cinta
yang ku damba.
Duhai maya..
Tongkat tinta musafir cinta berjalan ke satu arah
Walau hanya tebar pesona di ranah maya
ia tidak mengotori hakikat jubah jiwa
Jubah jiwa ini,
rasa yang tak pernah angkuh
kearifan langkahku lenggangkan ke bijaksanaan terhadap sesama.
Maya,, musafir cintaku tak kenal lelah
walau sekalipun yang di temui
di hujung pemberhentian nafas ini
yang akan terucap ismudz kasih
ya illahi,
lenahlah rasa ini dalam lara yang rela
serela-relanya.
HR RoS
MENATAP IA DENGAN TAFAKURKU
Ku puisikan sebait larik jiwa
menatap sekejap ke dalam otakku
dengan jalan membunuh inderawi
duduk bersila bak budha menatap nirwana
tiada bermantera tak berkomat kamit
yang ku bawah hanya fana cinta
seketika gumpalan pelita bak kejora
menerangi alam bathinku
tercipta dari keheningan sesaat.
Aku dan nafsu itu,
berpacu mengejar tempat kasta tertinggi
ialah menatap kerlip sang mega
di puncak fana.
Segala nafsuku lelah terbakar sirna
di keheningan malam di wajah baitullah
indah kerlip cinta bertaburan cahaya.
Aku dan diriku
membunuh hasrat doa
tiada yang ku pinta,
selain ingin menatapnya saja
bahwa sesungguhnya Dia masih ada
memelukku pada janji yang tak pernah di ingkari-Nya
bahwa jiwa ini tak berjarak dengan maha.
Aku haru,
dosa-dosaku seakan berguguran
pada terjawabnya asholatu daimullah
semoga ia pertanda ibadahku di terima-Nya.
innallaha latukhliful mii'aad.
HR RoS
dalam khusyuk sesaat
MERPATI PUTIH
Kepakkan sayap terbangmu
lewati pekatnya kabut.....
mega mendung dicakrawala berarak
pada hitamnya angkasa gelap.
Merpati putih,
Terbangmu mencari sesuatu harap
menghantar pesan ke negeri jauh
diperaduan istana cinta yang merekah.
Senja,
lambaian jemari tinta ini
goreskan suara alam
indahnya sebuah kedamaian.
Merpati.
cakrawala ini akan berpelangi senja
teruslah terbang arungi negeri cinta
titipkan setangkai bunga rindu
di beranda senja menyapa ranah maya
selamat berhujung di senja hari
dari jakarta tuk sahabat semua
di mana saja berada.
HR RoS
K E C E W A K U
Sia-sia sudah ikrar cinta ini
aku jalin ke dalam dada kasih
ketika dijalan itu aku memelukmu
seluruh pengakuan cintaku
aku titipkan untukmu
tak akan pernah mencari pengantimu
sampai akhir hayatku
air mata kasih sama-sama menetes
rasa tak ingin berpisah.
Kini,
ketulusan yang telah aku berikan untukmu
kau lengahkan, seakan rasa tak bermata.
apalah arti sebuah kasih sayang
hanya kau buang begitu saja
hingga tak pernah di hargai lagi.
Kasih,
ketulusan yang pernah aku pelihara dulu, saat bersamamu
kini telah berbuah kecewa
dengan pengkhianatan yang kau hidangkan ke arena hidupku
pada sebuah persimpangan jalan
kita berbimbing tangan
kau memilih berbelok arah meninggalkanku,
di jalan yang tak berpenerangan
padahal rindu ini,
sangat terlalu parah aku simpan untukmu.
uuuhhhhh...
Sedih ini selalu menyapaku
apalah arti sebuah rindu
yang kini masih tetap ku rasa.
Aku mencoba membunuh rasa ini
biar lara tak lagi membayang ingatanku
oh, kau yang dulu aku puja permata hati
kini kau telah pergi menjauh ke ruang bisu
ataukah kau telah berdua dengan kekasihmu yang baru
tak mungkin aku menggapaimu lagi
kalau itu terjadi..
nyatanya memang aku di khianati.
aahhhhhhh,
Aku telah benci pada janji yang tak sempat di tunaikan
bodohnya aku,
mencintai yang tak semesti.
Luka ini semakin berdarah pedih
ketika kau mengucapkan kata berpisah
aku ingin melupakan semuanya yang pernah terjadi denganmu...
untuk apalagi aku menunggu yang tak ada
karena kau telah pergi berjalan jauh
tinggalkan aku.
oh, aku yang terlalu mencintaimu.
HR RoS
MARJINAL MENGEJAR CITA
Tubuh lusuh kuyup bermandi peluh
iringi langkah kaki terasa berduri
mimpi indah tersasar tak bertujuan
lewati lorong-lorong sepi
panas dan hujan di lalui
tak terasa bermandi duka.
Duh takdir ini,
Diantara sikaya mencibir hina
simiskin dengan pulungan di pundak asa
wajah murung kumuh dan kusam
menyembunyikan haus dan lapar
Seringkali perut ini kosong membuat badan ini gemetar
tapi tetap saja hidup bermaruah berbudi.
baju lusuh menutup kurusnya tubuh
Jauh langkahkan kaki ditengah kota
rumah-rumah berpagar istana mewah
seakan berdiri angkuh menanda siempu gila.
anak sikecil itu tertunduk dalam rasa
menghadirkan ada pesona cinta dalam cita
meski kemiskinan pakaian dirinya.
Adikku yang cantik senyumlah sayang,
Kita berkelana mengapai mahkota cita ditengah kota ini.
biarlah tubuh ini lusuh,
berpeluh tergurat pilu
wajahmu yang cantik, semangatkan aku mengejar mimpi.
Sabar ya dik,
Semoga marjinal ini segeralah berlalu
Kan kuhapus rona-rona pilu diwajahmu
aku ayunkan terus langkah ini meraih cita untukmu
semoga pulungan ini berbuah mutiara kelak
dan akan aku persembahkan untukmu adikku,
adikku yang ku cinta, sabar ya sayang.
hapuslah airmatamu itu,
jangan kau gurat rindu akan sesuatu yg telah berlalu....
jangan kau sulam hidup ini dengan pilu
meski ibu tiada lagi disampingmu...
senyumlah adikku sayang.
HR RoS
LILINKU YANG HAMPIR PADAM
Telah sunyi malam ini
diksiku belum juga selesai di tuliskan
lilinku hampir padam
rasa ini mulai resah,
temaram itu mengintai di ujung gelap
yang akan membungkusku pada kelam.
Larik larik cinta yang tadi terpasung
kini mulai bangkit
tapi,
aahh....
tintaku nyaris tak berwarna
lembaran kertas putih yang biasa
tempat mengadu pasrah
meski lukisan hatiku tak lagi jadi ceria.
Bertanya kepada ilusi
mengenang cinta ke masa silam
hayalku terbawah arus ke masa lalu
mencoba memetik histori jadikan kenyatan
telah mustahil impian terwujudkan.
Ah lilinku,, bertahanlah sekejap lagi
biarkan terselesaikan goresan ini
menitip sepucuk surat puisi pada awan malam
meski malam ini,
pertanda di dada langit akan turun hujan.
bertahanlah....!
meski malam ini dingin
temanilah tintaku
biar lara larik ini selesai ku luah.
Semoga tidurku lelap
tak lagi di kejar janji pada suatu puisi
tentang lilinku yang hampir padam.
HR RoS
Jakarta, 23-5-2016, 22:40
AKU BUKANLAH HIPOKRIT CINTA
Kasih tersisih sedih
antara benci dan rindu
terpisah jarak mendekam pilu
kuntum kuntum bunga mawar berguguran
mendiami taman.
Oh, kembang itu telah kuncup
tak lagi berhias kasih
ranting rantingnya menyisakan duri
memupuk suburkan patah hati.
Kini,
aku terkurung di lingkaran sepi
menatap bayangan diri
sedih menghela di hujung nafas
ironi,
perpisahan kasih meretas ke hujung tanduk.
Kembang cantik teratai putih
menari di telaga senja
ketika kasih tak lagi berputik
akankah berlalunya bias bias cinta
di taman ini.
Bila kembang kantil tak lagi beraroma wangi
senyap diri kedalam mimpi
relakanlah aku berkawan sepi
mengisi sisa sisa hidupku ini.
mmm,
kasih tertatih perih
maruah tertuduh hipokrit cinta
padahal, budi pekertiku tidak mencipta pesona gombal
melainkan tuntunan relief religi hati
penghibur lara,
sebuah makna nilai ibadah
potret jati diri.
uuuhhh,
aku tak sehina yang di duga
dan tak semudah yang di kira.
aku titip diksi senja ini
ku ucapkan sekali lagi
aku masih disini
mencintaimu kasih...
HR RoS
Jakarta, 17-10-2015, 17,08
A Z I R A H J I N G G A
Dalam malam ini
kutatap langit langit kamarku
kuhayati dinding gambar tak satupun gambar itu membuatku rindu akan sosok yang ku kenal.
Namamu Azirah,, kau hanya terpotret disuatu malam tak berkenyataan.
disuatu malam aku lena pada bayangan
bayangan malam dalam keremangan angan.
anganku terbuai dalam belaian indahnya suara rindumu...
Suaramu membangkitkan aku arti kelembutan nada canda,
nada yang membawah kemesraan sesaat saja.
seketika itu aku lena dengan manjanya tawa mesra itu,
tawamu yang menyiratkan bahagianya sebuah canda.
canda itu tiada lagi kini
seperti mimpi di dalam mimpi.
Azirahku,,
Kini aku sendiri
menatap maya jingga fatamorgana
fatamorgana itu melukai asa takkan terealita,
karena dunia maya fenomena warna mata dan rasa sesaat saja.
oh, itukah makna kisah opera cinta itu.??
Oh dunia... realitamu menghias cupu manik astaginaku
Astaginaku di dalam jiwa meretas disetiap pencinta doa,
doa ini harapkan hikmah yang terejawantah ke ruang sukmamu dan kupersembahkan
untukmu,
yang disana terpenjara lara.
Laramu dan sedihku takkan berkesudahan
karena kau tak singkap jendela cinta.
Aku selalu berusaha memanggilmu Azirah.
Azirah,,, tegarlah kau kini menyambut takdir illahi.
aku akan semakin terjepit sakit bila cinta ini nanti tak terealiti.
Azirah, temani aku malam ini sebagai bukti kasihmu.
akankah kasih ini tak sampai nanti..??
kisah ini lenyap hanya sebuah bayangan ilusi.
aku akan selalu berusaha temani hatimu sampai nanti......
HR RoS
TERIMA KASIH GURU DARI ANAK ANAKMU
Wahai pelita yang berkilauan
engkau terangi kami di belakang meja itu
habis gelap terbitlah terang di sini.
engkau guru kami,
dari satu hati pengabdian
banyak jiwa yang telah engkau layani.
Aku susun sebait puisi
diksikan syair perpisahan
betapa berharganya engkau guru,
yang telah menuntun kebodohan kami
jadi anak berpengetahuan.
Di purna terakhir ini,
satu kembang cinta dari anakmu
sebagai tanda terima kasihku.
satu lilin engkau nyalakan untuk kami,
sebagai penerang jalan itu.
Dalam perpisahan yang mengharukan ini
satu tetes airmata untukmu betapa berat rasanya kaki melangkah
meninggalkan sekolah ini
tapi demi cita cita dan tuntunanmu
aku harus bisa menatap langit
yang lebih tinggi.
Lihat disana,
mentari masih bersinar
kami ingin pelitanya yang lebih menyinari.
guru,
jika engkau rindu kami kelak...?
tuntunlah kami dalam dekapan doamu
jika umur kita panjang
dan aku telah memetik bintang
izinkan kami reunian memelukmu kembali.
Saat ini,
maafkanlah anakmu untuk melangkah meninggalkan sekolah ini.
aku kami dan mereka nanti
akan tetap mengenangmu selalu.
sekali lagi terima kasih guru atas pengabdianmu,
lewat puisi terakhir ini mendekap pilu
aku memelukmu.
Wassalam
dari anakmu semua oh guru kami.. (sekolah.........)
HR RoS
Puisi moment perpisahan antara anak murid dan para guru.
SAHABAT MENJADI CINTA TAK TEREALITA
Warna pelangi jingga di lintas negara
persahabatan terpisah dimalaya sabah
dijalin dari maya terbingkai cerita
cerita berbuah rindu teteskan air mata
mengusik isak terjaga dimalam buta
malam ini kian sepi
bertaburan bintang bintang
kerlip kejora cinta yang jauh di pandang ke alam maya
ingin ku petik satu kerlip tak terjangkau
kaulah bintang itu sahabat yang tercinta.
Ceritamu menantangku
untuk menyeberang samudera,
kupaksa kemudiku patah.
akankah kisah ini hanya sebuah cerita saja.. uuhh...
Sahabat hatiku
mungkinkah kebahagian yang ku impikan
tak akan bersua, selama lamanya??
tertakdir cinta hanya berbuah rindu semu dialam maya saja.
memanglah ikrarku petaruhkan setia,
semoga tak berakhir kisah kasih sahabat ini sepanjang masa
walau tak terealita bersamamu aku rela.
Hasratku bukanlah sebuah mimpi
sebagai pecinta sejati
ikrarku ukir selalu temani hidupmu
walau kau tak kan pernah bersamaku.
Malaya dilintas Negara,
terjalin sahabat kau dimana..?
pelangi disenja sabah di puncak kinabalu
berwarna warni jingga berhias lara.
akankah cinta ini tak terealiti sampai mati..??
aku disini terkunci, rantai kaki terlalu kuat mengikat langkahku kesana.
hanya doa, yang bisa aku persembahkan kau bahagia bersamanya disana.
HR RoS
AKSARA BISU YANG SEMPURNA
Ketika bisu berbicara dalam diam
Ia berkomat kamit seakan bermantera
Romannya mengundang tanya
bisakah aksaranya itu dimaknai..?
Sang beo yang pandai mengolok kata
berkicau,
bertanya kepada tuan yang bijak..
adakah doa doa penjara emas ini untukku..??
biar aku lepas ke alam luas.
Siburung merak berkotek ayam
terbang menikung
ke semak semak belukar
takdir kekinian dan nanti
adalah azali hak azasi tuhan.
berbelok arah dari pengembaraan
berjuang dalam sebuah tujuan
seakan bergelirya,
mencari sebuah keutuhan yang sempurna.
bisu dalam seribu kata
menuai makna hidup
memakna berjuta aksara.
mengalah sebuah langkah yang bijaksana
seakan filsafat hidup sudah di cerna.
Memanglah
berfikir itu,
lebih baik daripada beribadah berpuluh puluh tahun lamanya.
HR RoS
Jakarta, 22-11-2015. 22,35
DI BALIK CADAR HITAM MUSLIMAH
Ya Humairah cinta
kau pesona cahaya kemerah merahan
belahan jiwa.
di balik cadar hitam kau bersembunyi
pada rona wajah ayu nan indah itu
tertutup dalam tatapan purnama
membawah kedamaian dari dahaga
seakan kau kembang savana jiwa
merona cahaya, kau petik lentera akidah.
Ya Humairah cinta,
doa doa dihujung malam kau panjatkan
dalam temaram,
bahasa doa hatimu lirih
membangunkan lelap menatap sang kekasih.
kau mengikat tali simpul rayuan iblis
berkeliaran sepanjang hari
dibalik cadar kau bertasbih.
Seraut wajah,
di balik bola mata yang syahdu
bak lentera cadarmu berselimut aurat
memandu perjalanan islami
dalam tuntunan tuhan kau berjalan
indahnya bingkisan sunah
pada wibawa sang bunda hawa
di balik cadar hitammu kau mempesona.
HR RoS
SKETSA WANITAKU
Wahai wanitaku
manjamu selalu ku belai
dalam syair sketsakan cinta
sentuhan aroma kasih
masih lembut kurasakan
kau dan aku tak bertepuk sebelah tangan.
Dengan nyanyian tarian tinta ini
ku senandungkan biola hati
kemayu pada bilik bilik rasa tak bertepi.
Wanitaku,
tersingkapnya kelambu kasih
terhijab dari tirai tirai rindu yang membisu.
kau wanita itu,
aku membelai rindu di bibir tinta
menyapamu,
ohh, andaikan alunan kidung rasaku
ku gubah,
sia sia tak sampai keberandamu, biarlah...
meski kasih bersemi di dalam sunyi.
ku kan selalu memandu rindu
meskipun kau bisu.
HR RoS
CATATAN SAHABAT HATI YANG TAK DIKENALI LAGI
Aku sahabat lama yg tak kau kenali,
hingga sampai kini kau ragu akan sosokku.
aku tak tahu itu,
apa memang iramamu begitu
atau sombong kepadaku, entahlah...???
Kini kau hanya mengenaliku
di dinding puisi maya,
memvonis kisahku semu, padahal cerita itu memang semu, hiiiiiiii.......
Langkah waktu mengiringi cerita dalam sejarah hidupku jangan disalahkan, maknakanlah.
kita memang berbeda kawan,
dari dulu, sekarang, hingga nanti.
hanya satu yg membuat kita sama
bercerita,
yaitu menghargai karya senada
seirama dalam bait bait pujangga.
Duh, kau ketuk aku pintuku terbuka,
akhirnya senyap lamunan lara hidupku
telah berujung sekejap..
Kau tampar aku dg syairmu aku terjaga,
Oh sahabat.
Kau tau, gelisahku setia berpakian hina
yg tak akan kupaparkan ke arena pestamu
biarlah story derita ini selalu jadi teman ilusiku.
kisah dan nostalgia diri di dada bahagia
adalah opera sejarah.
sengaja kucabik jiwa ini dg syairku
biarlah terluka yang tak berdarah
justru sesungguhnya aku tegar
dalam sastra jiwa
itulah seni jatidiriku, ooohhhh...
Kadangkala jiwaku terbang
melampaui batas alam lepas
hingga kekhayangan.
jiwaku bersemi didalam arasy hati
asyik menyulam sepi.
tarian dan nyanyianku yg terindah ada dalam diam,
Perindu sepiku hanyalah sosok mimpi.....
HR RoS
PAGIKU SUNYI
Mengufuk cakrawala di timur jauh
warna jingganya kekuningan oleh terik
menghempas embun bias perlahan
irama dedaunan sunyi.
sepertinya pagi ini diam
dari hembusan mamiri,
yang semestinya
gemercik ranting bambu berbisik lirih berbisik perlahan dari suara suara sepi.
Semangat pagiku rasa syukur itu
malam telah ku nikmati
di selimut malaikat mimpi
ku cari jawaban siang ini
dalam misteri malamku di jendela diksi.
Adakah gita gita hati menyapaku kembali
disini.....?
HR RoS
Di Lereng Gunung Lawu
AKU RELAKAN KAU PERGI
Aku izinkan langkah kakimu pergi
meski kepergianmu takkan kembali lagi
tinggalkan memori di ruang sepi
jauh sudah cerita cinta membahana di seantero maya.
aku sedih,
telah tertuduh hipokrit cinta
pengombal nomor wahid disini
mmmm, taklah.
Padahal aku sama seperti burung burung
yang berkicau ketika pagi menyapa
kala senja hari menemani pelangi jingga
di ufuk yang sarat tenggelam kelam,
kini aku berkawan lilin meski temaram.
kala malam menyulam sunyi
di ruang duka memandu rindu
rindu yang telah bisu.
Sakit,
ketika sukma ku hadir
menikam jantungku ini
semestinya ia menitip kedamaian di gersangnya hati
antara pantai dan ombak itu tak pernah bersatu.
sukma ku sosok bayangan kelam yang jahat
seperti tak berbudi pekerti
padahal tangkai tangkai itu telah rapuh
seketika itu rubuh di tikam pilu
uh, kau benalu.
Aku telah benci pada kisah
tapi aku di dewasakan oleh sejarah
Biarlah ruang ini sepi, kan kucoba menatap lembaran lembaran tinta
aku masih disini sendiri mencintaimu
meski aksara kasih telah sia sia kurangkai
walau separoh jiwa itu telah pergi
pergilah kejalan keinginanmu kasih.
HR RoS
merangkai syair pasrah
JEJAK JEJAK MISTERI
Ke puncak candi itu hayalku pergi
ku tatap relief relief seninya.
telunjukku berdiri disini menikmati,
sungguh sempurna ukiran para punggawa
punggawa dari kesaktian mandraguna
bandung bondowoso.
tercipta satu malam dalam permintaan lamaran roro jongrang.
Terkesima diri
dengan kesaktian mahadaya cinta
kearifan sang linuwih putera raja.
Peradaban lokal
yang melegenda dan mendunia.
HR RoS
Dalam refresing yang kedua kali ke candi
SURAT UNTUK PERANG DUNIA KETIGA
Wahai penghuni bumi, sejarah telah mencatat betapa kejamnya penjajah itu
menderitanya kehidupan di bawah langit ini, kan kau rasakan nanti.
dulu nagasaki dan hiroshima jadi abu
eropa asia afrika dan amerika menderita dengan ongkos perang yang sangat mahal, kini tragedi itu kan kau ulangi lagi.
Di senja ini aku menulis di balik negeri sebuah gunung menatap gersangnya bumi di selimut iklim.
telah tandus rerumputan di padang subur
aku buka kunci memori dalam sejarah bangku study
ku simak ku perhatikan betapa tragisnya sebuah sejarah di buku tua.
tragis mencekam kala dunia ini nanti bila perang terjadi.
Ego dunia menerkam kedamaian
jantungku berdetak kencang, ketika selebrasi aksi teknologi di peragakan di pangkalan pangkalan military di setiap bangsa.
kau berdelik sebagai perisai diri
padahal akan membunuh kami dan generasi nanti.
senjata senjata yang akan kau muntahkan di pentas teknologi nuklir
sebagai ajang unjuk gigi.
akankah selebrasi itu potret membumi hanguskan tanah tanah ini
hingga ozon tak lagi menghidupkan makhluk bumi.
Suratku buat yang bernurani,
oh blok barat dan blok timur
perangmu di hujung tanduk menakutkanku
hipokrit perang bersorak di jantung kami.
Bolehkah aku usul sedikit...??
berikan bumi ini senyuman kehidupan perdamaian abadi di era teknologi ini.
suara hak azasi manusia menggema dalam wadah cinta seremonial saja.
perserikatan bangsa bangsa
bebaskan bumi ini dari penjajahan dunia dan genosida
kau lembaga mahkamah dunia
dalam perdamaian keadilan dan keamanan
dimana tanggung jawabmu sebagai security bumi ini?
kau seperti banci bersolek di senja hari
berdandan rapi tapi tak punya nyali.
Suratku untuk perang dunia ketiga,
hentikan konfrontasi strategi..!!
bola api jangan kau nyalakan lagi disana.
kemana kuda kuda kami kan berpacu berlari
akankah kami menerobos gelap
seperti malam padahal siang
seakan gerhana matahari berkabut oleh kilatan nuklir diatas kepala ini, kami takut.
siang seperti malam, bak kilatan mendung halilintar riuh gemuruh mechiu mengharu biru.
Rintihan itu menakutkan jiwa kami
lolongan dan airmata duka kutadah di keranjang tua, dia di telapak tangan ini.
tak tertampung tumpah berserak di tangan yang telah pasrah.
aku takut, layar bendera telah kau kibarkan
masinis kereta driver tank baja
kapten pilot jet tempur telah bersiaga ke medan laga,
pelatuk senjata siap di muntahkan.
Rudal rudal pembunuh telah siap diluncurkan
bom pembunuh masal akan beraksi membunuh penduduk bumi
sekejap itu matilah kami seketika.
HR RoS
Ngawi, 5-april 2016: 16,50
CADAR HITAM MENYULAM IMAN
Satu perjalanan hidup dalam tatapan
menggenggam harapan sikecil
yang telah berbuah bimbingan
berjubah hitam tak berpendampingan
dalam pangkuan anak yatim kau besarkan.
Kau bisikan lafaz kitab kecil di tangan
menyentuh ayat ayat tuhan
sebagai penunjuk jalan,
jalan ihdinassirotholmustaqim.
ooohhh,
Cadar hitam dalam perjalanan malam
dalam keretaapi
dari jakarta menuju surabaya
muslimah di tengah tandusnya ibukota
berdoa, ya allah
dimanakah pintu surga itu
kan ku temukan..??
hanya doa doa malam kupanjatkan
kearibaanmu ya illahi.
meski dunia ini telah membakar
keinginanku dari cinta semu,
aku ingin cinta abadi dari-MU.
ya rabbku,
butakan mataku melihat glamournya dunia
dibalik lirik mengapa disana sini umat memandangku heran,
di mana letak perbedaan itu..?
entahlah.
biarlah wajah ini terbungkus kain hitam
dan mata ini meleleh
melafazkan al quran kecil di tangan
Rabb,
aku yakin engkau memeluk kami
sebagai mana aku memeluk anakku ini ya allah.
HR RoS,
dalam tatapan wanita bercadar didalam kereta api
KEMBANG KAMBOJA SAKSI DI NISAN KEKASIH
Seminggu telah berlalu
kembang kamboja ini sebagai saksi
masih basah mewangi
di pelataran makam tanah merah
Kekasih itu telah pergi menghadap illahi
aku kembali ke sini menatap tubuhmu
yang tak lagi tersenyum
memelukku seperti dulu.
kasih,
izinkanku menangis di makammu
membalas erat tubuhmu
sewaktu kita masih bersama
sisa sisa mesra itu masih kuat terasa.
Tanah merah ini,
ratapan perpisahan kau dan aku
meski kau telah bisu kini
aku masih merasakan nada nada rindu
di selimut putihmu itu.
walau tubuhmu telah berselimut bangkai..
aku masih mencintaimu kasih.
Aku sepi sendiri disini
menatap nisan itu
memanjatkan doa kearibaan illahi
semoga tenanglah kau di alam sana....
oh kekasihku.
HR RoS
PERGILAH MALAIKAT CINTAKU
Tergores kedukaan dalam titian cinta
masih ku ingat rindu rindu mengalun merdu
ku sadari keputusanmu untuk pergi
pergilah sejauh mungkin ke langit tinggi
aku masih menggenggam kesetian
di ruang dada ini
apapun cabaran hidupku
bak malam yang kelam menghantui mimpi mimpiku
aku akan tetap di sini menunggumu kau kembali lagi
jikalau sayapmu akan membawah kedukaan terbang jauh ke ruang bisu
telah pasrah aku.
Oohh,
malaikat cintaku
satu permohonan ku pintakan padamu
bila suatu masa kau akan kembali dari kepergianmu
ikatkan kembali benang benang yang berserak di jalan ini
cinta ini adalah anugerah
yang tak akan tercampak begitu saja.
Memang
warna mahkota kasih telah memudar
tak semestinya rindu rindu itu padam
hatiku masih seperti yang dulu
yang kau kenal
hanya ego diri yang memisahkan kita
antara engkau dan aku
bak langit dan bumi susah untuk bersatu
di khayangan cinta hati ini bersemi
walau itu tersesali.
HR RoS
ROMANSA RINDU
Romansa rindu mengharu biru,
kudekap jemarimu dalam bisikan malam
oh malam yang berbintang,
temarammu berkoloni awan rembulan
bunga bunga kasih itu
memelukmu dalam kerinduan yang tak berkesudahan.
Kasih,
peluklah aku sekali lagi
jangan kau biarkan rasa ini lelah
tataplah wajahku ini
kan kau lihat pelangi cinta di mataku.
Bila malam ini berlalu
rindu ini janganlah cepat pergi meninggalkanku
satu hati sejuta rindu
memandu kesetiaan itu.
HR RoS
WAJAH WAJAH PRIBUMI BERSEDIH
Wajah wajah pribumi menatap langit
berharap sebongkah koloni awan
mendungkan hujan
disini di tanah ini gersang tuan
pribumi telah tertipu kecolongan pada janji
dari orasi para kasta priyayi negeri ini
yang dulu mengejar kursi singgasana.
Wajah wajah pribumi tertunduk luka
harapannya buntu tatapannya kabur
onak fikir ngelantur, negeri apa ini..?
ketika kami di tengah jalan
di khianati kolonial bangsa sendiri.
dulu berjanji di pentas politik, orasi seperti pahlawan
nyatanya kini,
telah korupsi satu satu berjatuhan
dari strategi dewan dan pemimpin lainnya
menghasilkan pundi pundi ke kantong sendiri
wajah wajah oriental pinggiran pun
terbawa sedih,
oleh kolonial sipit culas menjajah bangsa ini.
Pada pagi ini,
setetes embun menetes di sela alis
berpacu dalam waktu menuai sesuap nasi
embun tubuh menetes bercampur aliran lahar dingin airmata
pada pagi ini,
aku menatap warta betapa tertipunya wajah wajah pribumi
dari panggung politik gerbong keretaapi bangsa ini.
HR RoS
Jakarta 12-4-2016, 08:25
LUKISAN RINDU SEMU
Kekasih,
aku melukis cinta dalam rasa
ku rupa wajahmu
kanvaskan figura hati
hasratku taruh pada bintang dilangit
mencumbui malam
aku terdiam pada bayangan senyuman
lukisanku bertaburan rindu
memeluk arca cantik pada bidadari
yang bersolek di telaga mimpi.
Rona rindu mempesonakan kalbuku
aku terdiam meraba angan
hasratku malu
ternyata lukisan cintaku aksara bisu.
Ada apa dengan cinta
perasaanku telah menjadi malu
lukisan malam bercerita tentang fatamorgana rindu kisah cintaku.
aku lelahh....
HR RoS
DIANTARA KASIH KAU DIA DAN SAHABAT ITU
Rongga dada ini sebah
Fikirku bertumpuk dalam tanya
gemercik selera tergumam dalam cerca
diantara kasih aku dia kau dan mereka.
Sahabatku,
kau selalu menyuguhkan hidangan pujangga
membuat jiwa tinta ini semakin berwarna
kau sebagai penari canda dalam tawa maya
akankah kau tau,
aku tegar mengejar cinta sehati
cinta yang berarak kerelung maya
maya antara ada dan tiada
seperti mimpi di siang hari
terasa tak teraba.
Aku yang selalu terhukum oleh pelangi candamu
padahal aku sadar, bahwa cinta mayaku dan sejatiku terkisah rapi tak tersakiti.
kisah kasihku terhantar kemaya
tertajuk ke taman Azirah,
taman itu kini redup oleh akar benalu menikam pilu.
kini kau lelah Azirah... Separuh jiwaku hibah
sakitmu tak kunjung reda
hanya hamparan doa selalu kupanjatkan, sabarlah!
sajadah kupeluk kedada berharap kau sehatlah.
Azirah...
bangkitlah untuk selalu menari dengan tintamu
bernyanyilah dalam kidung hati mesti kau tersisih.
Oh, sahabat...
kasih realitaku tegar mendayung cinta sejati mengejar obsesi rumah tangga,
aku selalu berbagi dalam kisah antara aku kau dia dan mereka.
Sahabat..
kejarlah ayat ayatku kau kutangkap
gugusan kabut rindu pilu
dalam bingkai cerita tintaku
aku telah kalah berwacana sastra indah bersamamu
kini ku rapuh kisah ku layu.
HR RoS
PENAKU BERWARNA MERAH
Ku lirik larik larik pada sajak dan puisi
menyusun diksi kanvaskan sastra ironi
telah ku gubah lembaran demi lembaran silih berganti
cerita telah usai pentas terkoyak sudah.
Oh, tintaku telah berwarna merah
dalam madah luka mengukir pasrah
kertas lusuh terbungkus bara api
bara ku padamkan di telaga rasa
perahu kertas itu melaju tenggelam
dalam syair syair doa meninggalkan majas majas cinta.
Oh tinta merah,
pena ini memisahkan kita
diatas kertas aku bernyanyi
nyanyian itu bibir terkunci
lidah terpasung memanggil rindu
mencoba diam, yang berbicara hanya tetesan tetesan airmata
oh tinta merah,
saksi akhir cerita cinta kita.
HR RoS
Jakarta, 9-4-2016, 18:29
KURCACI MEMORI DI DALAM MIMPI
Telah aku lipat kenangan usang
di lemari memori
tiba tiba kuncinya terbuka oleh alunan bisikin misteri
rak IQ ku berantakan
eror pada bayangan kurcaci
kenangan yang telah lama aku kuburkan
kurcaci kurcaci mimpi kala tidur menakutkanku
antara mimpi didalam mimpi memuntahkan noda darah fitnah ke ruang tinta cair..
dia hadir dan bersembunyi dibalik topeng goresanku.
kurcaci bak misteri halus penampakan antara ada dan tiada
ialah Dia, uuuuhhhh.
Mimpi tidurku usai,
memori itu senyum pada bayangan kelam tak berbaju
ku tetap masih dungu menatap langit rasa tertutup rongga pagi
tak tertadah sruput jamuan kopi dan roti.
Oh realiti,
ku jahit lembaran sobek di sandaran hari
menatap payet payet kehidupan
tampil bersolek di pentas aksi teknologi.
HR RoS
SAHABAT ITU DIMANA KINI
Aku bisikan sapa diksi
di goresan ini menyapa memori
dalam lingkaran maya,
aku dekap tintaku berbahasa bisu
kembalilah disini dijalan ini oh sahabatku.
Izinkan aku bertemu mu sekali lagi
meski hari hari yang berlalu
kita berdiri dijalan yang berliku
kenapa kini kau menghilang dari pandangan
membuat tatapanku tertunduk layu
menatap bayang bayang yang dulu ada.
Oh sahabat,
di pos pemberhentian itu
kita dulu tertawa bersama
kala penat dalam keseharian mengikat tubuh dari peluh
menyulam masadepan di masing masing kita.
kini, aku kehilanganmu...
akankah kau sadari sahabat
dikau sungguh berarti bagiku.
Kembalilah kesini
di pos ini dengan membawa senyuman
ku titip harapan padamu
bersama membangun kemesraan
bergandeng tangan dalam suka maupun duka.
janganlah bersembunyi dibalik bayangan
jangan kau biarkan aku sepi sedih sendiri
hingga jalan ini sunyi
pos senyuman kita tak lagi terisi.
Kembalilah sahabatku,
jangan pergi lagi dariku
aku disini menantimu
dengan sebait puisi rindu dan setia bersama.
bimbinglah aku sekiranya aku lemah
maafkanlah aku
sekiranya kau pernah terluka
meski satu lilin ditangan ini tak mampu pijarnya menyalakan ruangan itu
ku ingin sebuah senyumanmu
kembalilah tertawa menghalau sebak yang pernah menyeruak.
HR RoS
menyapa sahabat dimana saja berada
KHALIFAH CINTA DARI SERAMBI JIWA
Meski perjalanan terjal mendaki menurun
gersangnya dari dahaga fisabilillah
telah aku susun syarat jihad ke medan laga
mendampingi rindu pada pungguk ketawadhu'an sang utusan itu.
Aku lelah pada durjana
tinggalkan lembah lembah nista
dari jejak perkembangan suburnya
sayap sayap merpati terbang meniti transisi,
mencari sesuatu tentang makna kasta diri
lelah pada kepalsuan dunia ini.
Khalifah cinta menuntun dari serambi jiwa
membawa pesan pada kematian
yang tak lama lagi bertamu
di dinding dinding iman.
khalifah cinta membawa nokhta tauhid
dengan pelana sunah
pada tali temali rasa ukhuwah.
Para utusan imammah di peradaban zaman
menitip kenduri tasbih
dengan tombak sebagai perisai diri
membela fitrah dalam lingkaran marabahaya.
Khalifah cinta dari serambi jiwa
berjubah sutera,
lembutnya genggaman malaikat
tertidur lena di permadani religi
kau mursyid yang mengawasi
menuntun jalan keabadian ke singgasana illahi.
tak ku sadari kau bersama kami
ketika perang melawan durjana nafsu itu,
yang menghambat langkahku ke surgaloka
disana dan disini di dalam jiwa ini.
HR RoS
Jakarta 7- 4 - 2016. 21:00
RINDU BAYANGANMU
Senja telah berarak keperaduan malam
aku selalu menjadi dukun
(duduk yang tekun)
dalam maghribku
Menghalau qalbu kearibaan tuhan
menggapai kesunyian malam
untuk menyaksikan secercah cahaya cinta.
Indahnya temaram rembulan malam
yang kian terkikis oleh kelam,
walau embun malam ini
tak redakan gersangnya malam panjang
malam ini segeralah berlalu.....
Aku memang merpati yang tertatih mengejar mimpi
terbangku tak terarah di cakrawala hati
asaku sekarang sedang lara, aku hiba....
kini,
biarlah tabir tebal awan hitam
tak gerimiskan mendung
biarlah kerinduan yang tak beralamat ini resah tak berkesudahan, ohh mimpi.
biarlah angin yang berarak kan membawa kehancuran taman rose red itu..
Ohhh,
kenapa camar camar di pantai ini sunyi
disana bernyanyi menambah pilu lukaku..?
sedangkan aku disini,
menghargai tarian sayap sayap camar itu
biarlah resah ini,
kan kubawah keperaduan malamku
dan akan kubalut ke dalam mimpi mimpi kepalsuan
asalkan cintaku terhidang selalu
takkan lekang oleh gurauan orang.
Ingin kau tahu...??
Sesungguhnya ikrar dan doa ini menyertai ayat ayatku keperaduan rindumu
tapi kini rindu itu tak lagi dianggap.
biarlah ku iringi sisa masa senja ini disini mencoba bersabar....
wala aku tak kan bisa hadir mendekapmu
kisahku yang selalu merindui
yang tak berkesudahan
bak pungguk merindukan bulan.
HR RoS
MENANTI PURNAMA KE EMPAT
Telah aku lipat lembaran hari
semesta bertasbih,
menyambut fajar yang akan tenggelam
senja merona keemasan pada dinding langit
jingga bersandar di pantai yang tak bertepi....
Aku meng-eja pada bait bait tinta
diksi menyambut malam
memikirkan kelam, yang tak lagi biru.
Pada langit mendung malam ini,
aku melintasi angan menatap cakrawala.
masihkah aku bertemu,
pada purnama ke empat tahun ini.
Purnama, bersinarlah..!!
izinkan aku menitip memori yang telah usang
akan kugantungkan memoriku
pada bayangan pohon sunyi
di dada purnama malam ini
semoga historyku abadi di dunia sastra yang indah selamanya
hingga menutup masa usiaku.
HR RoS
Senja jakarta.. 19-4-2016, 18:32
PURNAMA KE EMPAT ITU, TERTUTUP KABUT
Telah aku buka kembali lembaran hari
pagi ini,
terik menyingsing di ufuk cakrawala
semesta menawarkan senyuman
pada titik titik jendela rumah ini
ada secercah sinar memasuki selimut malamku
aku terjaga dari peribadatan diri
semesta itu akan selalu bertasbih.
Oh,
purnama yang ku intip semalam
kenapa pelitanya bersembunyi
telah aku kibaskan lirik lirik tatapanku
di balik kerdipan temaram
rembulan itu tak jua bertamu, pasrahku
biarlah siklus malam itu kelam berkabut
menutup gita cahaya purnama yang indah
yang masih menjadi sosok misteri.
Pada diksi tintaku, tetap aku madah
diruang IQ.
pagi ini kuluahkan ke dalam kancah
syair syair yang sederhana
meski memoriku terkurung sunyi dalam jelaga jiwa yang resah.
Aku belajar pada sejarah
yang mendampingiku di setiap langkah
menatap purnama kelima bangkitlah....!!
HR RoS
20-4-2016, 08:48
Jakarta tanah abang pagi
KARTINIKU
Emansipasi di titik mentari
sang surya menyinari semesta
pada jiwa dan tatapan kartini
terbelenggu,
memberontak terangi putri pertiwi
dari kegelapan ilmu pengetahuan menuju terangnya masa depan
untuk meraih kemerdekaan.
Kartini,
kau bak camar di pantai sunyi
seorang priyayi,
ingin terbang merenda cakrawala
membebaskan kebodohan
di samudera zaman.
Kartini,
sosok puteri pahlawan dari jepara
namamu mewangi dalam histori
icon wanita melahirkan regenerasi
untuk putera puteri terbaik bangsa.
Kiprah Kartini sejati,
mati satu tumbuh seribu
Kartini kekinian,
tumbuh seribu tertanya dalam lamunanku
bangkitlah generasi itu
habis gelap terbitlah terang.
HR RoS
Jakarta 21-4-2016, 09:32
ALIH ALIH REKLAMASI DI TELUK JAKARTA
Habitat alami terumbu karang malang
di sulap jadi lahan modernisasi
sang nelayan jadi pecundang
tertumpang dagu menatap mercusuar.
Alih alih reklamasi
strategi pengembang teluk jakarta
ajang bisnis masa depan
ekspansi gerilya kolonial culas
penindas kaum pinggiran
berkaca pada dunia, negaranya yang sempit.
Mega proyek real state mewah
potret kasta ekonomi jakarta
untuk ajang kenduri dunia ketiga
tangan tangan kolonialis berkuku panjang
mencakar menghisap darah pribumi
ironis pribumi senang
di imingi imingi rusunawa dan rusunami
kau pribumi jakarta, menunggu konflik kesenjangan dari kaum borjou mewah.
Pribumi,
sadarkah kau nanti
kau juga akan tersisih di sana
di kontrakan tinggi itu
oleh proyek Imigrasi dari negeri jauh
siburung camar ketar ketir
menunggu dimangsa elang liar
di negerinya sendiri.
Alih alih reklamasi pantai
menambah ajang bersolek ibukota
untuk kasta ekonomi mewah
pemerintah telah di bodohi kapitalis
merasa di untungkan oleh wajah wajah teluk berseri.
Bukan yang bodoh tak mau di mengerti
tapi kami takut nanti di kebiri
kini saja kami telah kehilangan arah
jauh disana dan disini di negeri tuan
anak anak negeri menangis kelaparan
tidakkah kau dengarkan jeritan kami
rintihan kemiskinan di negeri tuan tuan berdasi.
HR RoS
Jakarta, 18-4-2016, 08:51
LINGLUNG MENATAP RINDU
Selintas angan nohkta rindu
kasihku hilang dalam temaram
pucuk pucuk rindu subur kini layu
menjadi ranting kering
di terkam benalu dahan
Aku terjatuh dalam lingkaran keputusasaan
tertuduh hipokrit kasih
dalam jambangan.
Telapak kaki terpijak bumi
rasa bergetar
malu melangkah kepada rindu
tak lagi dianggap menjadi sesuatu
Merpati yang biasa bernyanyi
kini dungu menatap samudera
iklim yang telah berkabut
tak tahu arah, jalan mana yang akan di tempuh
semua telah buntu.
HR RoS
CAMAR PANTAI YANG TERSISIH
Lelahku menemani,
menunggu sebuah hati
kau tak mengerti, rasamu kau ingkari
aku menemani tak berharap kasih
kasihku kau rampas lalu kau tinggal pergi.
Aku sahabat yang menemani cerita
tak dimaknai sebagai opera bahasa
dihujung hati kau tumpahkan cela,
mengertilah...!!
aku tak sehina yang kau duga
camar yg terbang itu
seyogyanya dia akan kembali
bernyanyi bersama
dipantai yang tak bertepi di rasa seni.
Kisah sedih dalam sepi
tak semestinya dihiasi riak gundah
kau biarkan sajalah senja itu berlalu
di penghujung hari ini
menunggu kedamaian iman
asyik di beranda malam
hiasilah hati ini dengan warna pelangi
Pelangi yang indah di senja merona
terkisah sahabat yang menepi dibalik memori.
Bila ketika hatiku berhenti bernyanyi
aku ingin kau kembali lagi disini,, sekali lagi
bercerita tentang hidup ini indah.
kado puisiku hadir penghibur hati
berharap kau menyapa kembali.
Ayat ayatku terangkai indah
sebagai obat luka
luka yang tak tergores tanpa darah.
HR RoS
SUKMAKU HIDUP DI ALAM KESUNYIAN
Aku kini berada dalam kematian itu
lengah lupa tertidur pada kesejatian
ketika terjaga nanti dari kematian,
sukmaku hidup.
Sukmaku adalah aku
berada di lingga salira sunyi
tertitip fitrah pada hakikat diri.
Jauh di lubuk yang terperi
kurangkai aksara bermutu dalam kalbu
ya hu, ya hu, ya hu
perjalanan puji hatiku.
Aku kini berada dalam kematian itu
ketika terjaga nanti,
aku telah berkoloni kepada maha ruh
kini aku di awasi rahmat kekasih
dalam hidangan ujian dunia
yang maha berat
meniti hak yang di cari.
Aku tatap pantai yang tak berhujung
pada ke khusyukan
dalam perjalanan makrifat diri
kilauan pelita terpesona dalam tatapan
bak manik manik bermutu tinggi.
Aku terharu
terfana bungkam pada indahnya
kehidupan yang abadi menyongsong
kehidupan yang sesungguhnya nanti.
HR RoS
KEPERGIANMU BEGITU TERLUKA
Aku mengenalmu dari awal
bukanlah sebuah kebetulan
akan tetapi adalah takdir tuhan yang mempertemukan.
sekejap bersamamu,
membuat rasa hidupku berarti
akan makna sebuah kedewasaan.
Aku pernah bahagia denganmu dikala menyanyikan tembang tembang cinta, tatkala rasamu bersandar di jiwaku.
Akankah kau tahu,
betapa aku mencintaimu
kau teristimewa dalam hidupku
aku pernah menjabarkan semua aspek kehidupanku, betapa hidupku menderita, tak pernah mencicipi bahagia, kadangkala dalam kesendirianku, teringat semua sejarah itu.
sehingga airmata ini
seringkali mengundangku menangis,
karena setiaku padammu
tak pernah menduakan cinta.
Aku telah bodoh pada suatu impian yang tak mungkin menjadi kenyataan.
hidupku yang telah terbingkai indah pada warna jingga nokhta,
indah dengan warna pelangi memantul di dinding kaca rumahku.
Aku ingat dulu, dikala bersamamu
kau begitu manja membelaiku,
nyatanya kini, kau telah berlalu
telah jauh meninggalkanku.
Kini hari hariku menyulam sepi bayangan
yang selalu melintasi angan
pada indahnya sebuah jalinan.
aku lelah kini, bias bias cinta yang kau sisakan dalam temaram rindu
kini telah beku.
Kepergianmu
begitu terluka di dada ini,
ketika virus benalu kasih hadir meracuni
taman taman yang telah terbaja asri
kini tunas tunas itu telah mati
dia pun kini menjadi misteri
tapi kenapa kau percaya dan kau
terima virus benalu itu
hingga kasih itu bubar sampai disini.
bukankah kau sudah tahu,
kau bukanlah sekedar kekasih yang aku temui,
tetapi kaulah semangat jiwaku.
Kini jiwaku hampa,
separoh jiwaku telah pergi
kau pergi ke alam sunyi
hingga airmataku,
tak henti hentinya menitis
kala ingat nostalgia kekasih
merenda bahagia dalam mimpi,
hanya seperti dalam mimpi.
Aku berjanji
tak akan mencari penggantimu lagi
meskipun kita telah berpisah untuk selama lamanya. ohhhh....
HR RoS
MEMORI TERKURUNG SUNYI
Kabus kabus rindu di musim salju
dingin sedingin rasaku
aku menatap pagi
pada jalinan memori
telah tertutup koloni kabut rinduku
tiada lagi burung burung bercicit ria
bunga bunga di taman layu sudah
Oh rindu,
cinta itu telah lelah bukan ia sirna
simpul benang kasih telah tersisih sunyi
Oh gerimis,
pagi ini telah basah menyirami asmara rindu yang gersang
suburlah....!
Asmara dini di lingkaran pena
berpacu dalam goresan madah
tertitip rindu diatas kertas tak terjamah.
selamat pagi awan putih
seputih hatiku buatmu disana.
HR RoS
ZAM ZAM ITU ADALAH AIRMATA IMANKU
Meneguk secawan anggur dalam tasbih
dimabuk cinta asmara langit
aku terbakar diatas sajaddah dzikir
asyik di kenduri tasbih
berpesta sendiri di tepi telaga zam zam
air air doa menitis dalam pujian
dari pori pori alam diri
sumur zam zam aku selami
kemilauan air hayat bening tak ternoda
sang pengelana mencari prediket
kalilullah
lapar haus lelah sedih dan duka
adalah saum keranah tauhid
aku pusarakan musryik mengintai
di pantai nafsu beriak bersorak sorai
imanku tetap memandu ke samudera biru
menatap tujuan itu tidak jauh dariku
ia menyatu di setiap nafasku
berselimut jubah rubbubiyah
meniti jejak kekasih
dengan-Nya aku bercinta.
disenja jakarta pada maghrib
dalam syair syair fitrah
HR RoS
jakarta, 14-4-2016, 18:00
EVALUASI DIRI DARI PARANOID CINTA
Padang tandus gersang berpetualang
di jalan yang kerontang
terhuyung langkah tertepi
terantuk ke batu nisan tak bertuan
aku di tikam bayangan misteri
kematian itu semakin mendekati.
Aku telah lama meninggalkan kedamaian
hidup dalam ketidakberaturan
empat dekade telah aku renda
aku susun dengan tinta dalam lembaran sejarah
hampir asa itu punah
karena tunas tunas cinta menggores luka.
pada suatu keadaan,
aku terguncang menjadi binatang jalang
berpetualang hidup di lembah kegegelapan.
Dalam suatu lamunan
paranoidku bimbang dengan bisikan lirih menegurku
sudahilah kau berjalan di lorong kepalsuan
siramilah satu bunga yang telah kau petik,
usaplah mahkotanya dengan kasih.
Bisikan itu menitip secercah cahaya indah menegurku
aku tadi bak daun kering
kini tumbuh hidup hijau kembali
diatas kakiku berdiri.
HR RoS
Jakarta, 23-4-2016, 16:07
ROS ITU MEKAR DALAM KESUNYIAN
Pantai rang bulan membaringkan lenahmu
ombak yang tiada henti menari
riaknya itu bercanda merayu lelahmu
kau menghitung rasa lelah oleh asa
asa yang tak pernah terangkai indah
dalam kisah asmara
rasa sakitmu kau luah disana
hingga kau halau semua cabaran cinta.
Tuhan,
saat ini aku memasung rindu
dalam hayalku, ingin kepalanya kurengkuh kedada ini
hingga sebah didada menyeruak luruh
dan terhapus semua pilu.
Ya Azirah,,,
kau sekuntum bunga ros yang mekar dijejaring maya
sekuntum bunga itu kupetik kedalam rahasia rahsa mimpi mimpi belaka
kau mekar dalam kesunyian
tapi kini telah layu dalam impian.
Azirah cinta,
kau menyangsikan mimpi itu tak beristana
istana hati yg telah terhenti bernyanyi.
disini,,
Senyap itu tak kulestarikan
walau sepi selalu temani hayalku
aku tak akan berlalu dalam rindu
rasa rindu yang terbelenggu
oleh kisah tak nyata terdinding tembok
kasih yang tak sampai.
Hati,
Kenapa rasa itu menyapaku
padahal dia yang tak pernah ku jumpa
aku terkisah ditaman bunga indah
yang terbawa arus ke negeri cinta
di pelosok negeri belud di wilayah sabah
kisah itu mekar ditaman bunga yang tak nyata
terhempas tak tahu kini rimbanya.
HR RoS..
SEGALA YANG HIDUP BERTASBIH, SHOLAT
Puji tubuh puji alam itu
di mana aku terdiri disana IA berdiri
ketika aku bersunyi sunyi
IA telah bercengkrama di jiwa ini
lafaz izmudz dzat puji shalat hatiku
aku bertajalli tiada bertempat
karena iman diri
mengiringi penyaksian sejati
di awas-Nya menyelimuti segala sesuatu.
Aku terbuka pada kunci makrifat syahadat
jalan kutempuh puji Ya Hu
aku mati dalam hidup
mengekang segala nafsu.
Tasbih hatiku allah daim itu
antara nun dan alif
terangnya hukum adzim, hakim, karim
al quran petunjuk bagi yang berfikir.
HR RoS