UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Selasa, 12 Januari 2021

Kumpulan Puisi Isyak Ranga - PANGGUNG HAYAT





PANGGUNG HAYAT

Kitalah sang artis itu
pada opera hayat
kisah detak nadi di bawah panggung matahari
dalam alunan orkestra desah angin bertiup

Namun acap kali kita menjadi binal
berlari keluar dari alur skenario langit
lalu menarasikan sendiri cerita berdiksi ego
laiknya tuan angkuh di atas tahta bangga

Lantang meneriakan serapah berpanji putih
pada rajah jemari yang tak berpihak mimpi
lalu sibuk membangun benteng kokoh
di dada telanjang dengan pedang tajam kata

Putih adalah hitam atau merah berlarik abu
lidah kuas benak kita yang tentukan
diatas kanvas kepura puraan
yang kita sanjung setinggi asap terlihat

Diorama rimba berduri tanpa sadar sering
kita hamparkan diatas pasir waktu
sementara rerumputan hijaunya tercampakan
lalu pada akhirnya sibuk mempuisikan erang

Telah menjalang geram yang kita lahirkan
dari rahim bara bergaun sexy itu
siap menyetubuhi sesal dengan seringai sinis
bila akhir kisah itu bersampul api

Yah kita lah artis bertopeng itu
yang acap berseteru dengan alur skenarioNya
ketika kita terprovokasi deru ambisi
hingga patah pondasi ikhlas menopang kitab hayatiNya.

Karya : Isyak Ranga
Jkt.21*IsRa*



NOKTAH HITAM

Adalah waktu yang pernah bercanda pada kerancuan nalarku menafsirkan kelakarnya
tentang mata sabit jalang yang tersembul dibalik reranting Cemara
dengan kerlingan manjanya

Lalu kupuisikan bias sinarnya dengan bait bait degup nadi
pada lembar lembar senyum
deru imajinasi seakan memaksakan
itu adalah anugerah yang terjabah

Diorama berpelangi mengerami lautan benak yang berbuih lembut
memanjakan biduk kecil angan
dengan beribu kepak camar puji
serenadakan dermaga biru menanti

Ah sempurna ,
pekik ku membuka layar langit sambil mendermakan tawa
kepada Lazuardi malam yang menatap beku pada riangnya mata pena hati saat jumawa memuja

Yah,
itu sesaat waktu rancu yang pernah
khilafkan matahati
ketika memaknai kelam itu berjubah terang dan belukar berduri itu lembah teduh seribu bunga

Sebelum birahinya menyetubuhi mata sabit jalang itu dengan tirai awan kelam
dan malu terkapar pasrah di atas altar sesal
lalu usai membisiki makna karam

JKT.21*IsRa*

1 komentar: