orang kerja keras dibilang asu
orang jujur dimusuhi asu
jual omong kosong dibela asu
dagang ayat katanya asu
apa-apa asu
yang penting asu
manusia upacara asu
benderanya asu
warna darahnya asu
mimpinya asu
alam pikirannya asu
tujuannya asu
makannya asu
minum asu
keluar asu
napas asu
detak asu
wadahnya asu?
Batu, 2612021
KENANGAN
Kala kau lontarkan kata-kata
Rasamu mengelana menuju muara
Kesiur angin mamiri menebarkan aroma aksara
Merasuki napas cintamu tak terduga
Ah... diam-diam hatimu ingin meronta dan menyampaikan suka duka
Dalam tehquila yang kau teguk bersama rasa
Semangkuk soto ayam yang kau makan bersama tatapan mata
Mengisyaratkan tanda tanya tak terkira
Meja kursi pun ikut menyapa mesra
Meski bibirmu terkatup seribu bahasa
Langit pun ikut bicara dengan syahdu
Saat kau kenang encokmu
Ternyata rasa itu mengitari alun-alun kota
Sambil mencari arti cahaya cinta di antara cerita virus Corona
Dalam senda-gurau, angin dan cinta mendesah lembut sekali
Menyergap hatimu yang lepas terbuka
Sekarputih, 2412020
SAJAK MENJADI PERAHU
di tepi sawah, kudengarkan gemerisik angin menabuh padi
warna kuningnya berkilau merasuki hati
hangat matahari bercermin di kali
membuat riaknya mencuci hatiku yang sunyi
sedang sajakmu menjadi perahu kertas menyusuri bening air kali
Batu, 2912018
KANG
Buat: prof. Dr. Dimas Arika Miharja Almarhum
Kang, hari ini kutuang doa untukmu
segelas aksaramu baru kemarin menyapaku di ruang tamu
berbagi cerita yang menyembunyikan laku
Kang, mulai malam ini kita merasakan sunyi sekali
tak ada lagi nyanyian sufi
Kang, detik ini juga
aku tak bisa menjadi juru bicara yang baik bagimu
Kang, maafkan aku
dalam resah dan gelisah, aku lengah membaca hatimu
Kang, di antara nyanyian sunyi malam ini
aku hanya bisa membuka perasaan doa lewat puisi
Batu, 542018
MALAM INI 1
aku tulis puisi ini dengan hati
sepi dan gelap kupelajari
lantaran hening memeluk erat sekali
air mata mengadili diri sendiri
2
aku tak tahu lagi
bagaimana memeluk-Mu kembali
sebelum mati menghampiri
nikmat abadi dikebiri
Batu, 3012021
DI TEPI KALI
Di sini, di tepi kali yang deras dan jernih sekali
Kau tinggal berkawan sepi
Ketika bulan merangkak lembut melintasi pohon randu
Mengapa kau berjalan sendiri?
Lalu kau istirah di bawah awan sunyimu
Membuat hati berembun menetesi ranjang lumutku
Batu, 3112021
SAJAK BUAT SAUDARA-SAUDARA PAPUA
Bacalah aku dalam dirimu, wahai Papuaku
Aku ada dalam sedih dan rasa bersalahmu
Karena kau legam, karena kau negro.....
Aku tetap bersama dalam kredomu
Wahai saudara-saudara
Jangan kau pisahkan aku dari mereka
Sebab mereka adalah tanah surga
Sebab mereka adalah permata
Sebab mereka berambut ikal seperti gelombang laut cina
Jangan pisahkan aku dari mereka
Karena kita terlahir dari zat yang sama
Wahai saudara-saudara Papua
Jangan kau putus tali cinta dan kasih kita
Lihat di atas kepala masih ada cahaya
Di sanalah tali kebersamaan dijaga
Kalau kau masih ngotot ingin lepas bendera kita
Maka kau akan menderita
Jangan lagi kau tuduh aku melakukan pelanggar HAM dan Genoside
Karena kebersamaan dan saling mengisi tak butuh isu atau piala
Karena kita sama
Karena kita saudara
Karena kita berbangsa dan bernegara
Jangan lupa password di dalam dada
Sebab sejatinya kita sama
Bali, 722020
MENGIKAT KENANGAN DI PERBATASAN SUNYI DAN RINDU
Di bola matamu, rindu membuka pintu-pintu pagi
Menyiram daun-daun yang kopi
Pada tembang-tembang ranting puisi
Ladang sunyi menyimpan seribu matahari
Pada tarian cintaku
Suara angin menciptakan komposisi rindu
Menyatu dalam hatiku
Nak, lembut tatapan matamu seperti sajak matahari itu
Menguntit hutan rambutku di musim kemarau
Sedang alis yang lembut berbaring di kulitmu
Melembutkan hati di atas tanah basah tempat rindu mendoakanmu
Lihat, burung kutilang di atas kamboja itu
Ikut menemani ziarah rindu
Lantaran waktu melipat gandakan cintaku padamu
Biarkan aku mengikat kenangan di perbatasan sunyi dan rindu
Batu, 3112021
LANGGAM KINASIH
hari ini tembang kasih sayang memecah sunyi
mengungkap kidung hati
saat puisi Valentin menuturkan bisikan sanubari
renungan tak memberikan apa-apa
kecuali dirinya sendiri
cinta dan kasih tiada membedakan
sebab puji syukur milik kesadaran
Batu, 1022021
KUTULIS PUISI INI
kutulis puisi ini kala kau meminta bulan
sedang anak di pangkuan menjerit kelaparan
mencintai dalam kesakitan adalah bunga merindukan
seperti kehidupan mengerti arti kehilangan
duh Gusti, dengan kejujuran aku terlihat manusia
meski di pundak banyak batu yang musti kuantar pada tempatnya
memanusiakan manusia dengan kadar yang berbeda adalah hal biasa
karena aku tidak menolak perbedaan dari segala unsurnya
Batu, 1522021
RINDU INI PUISI
Rindu ini puisi
Selalu bermakna belati
Ia mampu melumerkan hati
Dan menuturkan kata-kata di dalam dada
Meski kesedihan bisa menyimpulkan rahasia air mata
Rindu ini puisi tanpa jeda
Bat, 1422021
EKO WINDARTO |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar