UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 18 September 2022

Kumpulan Puisi Faiqa Eiliyah - SYAFAKILLAH IBU


 
SYAFAKILLAH IBU

Dulu tujuh puluh persen waktumu milikku
Menyusui, menimang, meninabobokan
Dulu nyenyak tidurmu kurampas
Lahap makanmu kukacaukan

Meski lelah, engkau tetap tersenyum
Meski jenuh, engkau tetap bertahan
Karena cintamu padaku
Seluas angkasa sedalam samudera

Ibu
Jika kini engkau lebih rewel dari bocah
Penuh permintaan dan persyaratan
Suka marah kadang merajuk

Biarlah ibu
Aku akan sabar denganmu
Sebagaimana sabarnya engkau merawatku
Ketika masih merah dulu

Maafkan anakmu ini
Kadang tak bisa penuhi semua inginmu
Kesehatanmu kadang tidak menginjinkan aku
Penuhi semua permintaan-permintaan itu

Syafakillah, Ibu
Kita bernyanyi bersama lagi
Seperti saat pertama kau ajarkan padaku
Lagu kasih ibu

Karya : Faiqa Eiliyah
Takalar, 03082022



TERJERAT RINDU

Seperti bunga abadi
Terus mekar sebarkan wangi
Merambat rayapi dinding-dinding rapuh
Di tengah gulita tak bertepi

Entah berapa musim telah berganti
Sejak engkau tak lagi membersamai
Hati masih lirih mengintai
Di sela kisi-kisi jendela berkarat ini

Dalamnya pekat rasa
Membuncah hasrat terjerat rindu
Melolong laksana seriga terluka
Di tengah kegelapan malam penuh racau

Bermimpi diri engkau rengkuh
Hingga tulang iga bunyi gemeretak
Aku ingin menari di antara desahanmu
Lalu terhempas lelah di penghujung malam

Takalar, 04082022

·

AMUKAN JIWA NESTAPA

Jika harus dengan bernyanyi baru bahasa hatiku sampai padamu, maka bukalah telingamu
Aku akan bernyanyi untukmu

Jika harus dengan menari baru isyarat cintaku sampai padamu, maka bukalah matamu
Aku akan menari untukmu

Dan jika harus dengan kepergianku baru kau bisa menyadari arti diriku di sisimu, maka lepaskanlah tanganku
Aku akan pergi ...

Aku di sisimu pun percuma
Selama hati dan tatapanmu fokus pada dia yang tak pernah menoleh
Meski untuk sekedar menyadari perhatianmu

Takalar, 140922



TENANGLAH DI SANA


Kutatap peraduan kosong tempat engkau biasa berbaring
Setetes pedih bergulir kembali
Mengenang semua masa yang kita lalui
Baru terasa kini betapa masih kurang sabar aku padamu

Sesal demi sesal datang menjejal
Mencubit hati ini
Andai bisa kuulang kembali
Ibu, ingin kupenuhi semua inginmu
Tak usah perduli dengan semua larangan tim medis

Ibu, jiwa ini terasa begitu kosong
Setiap kali kudapati peraduanmu yang kini tinggal jejakmu
Lirikanmu, bantahanmu, emosi bahkan bujukanmu
Semua berubah jadi serpihan kenangan yang menyakitiku

Ibu, tenanglah di sana
Tak ada lagi rasa sakit yang akan menghampirimu
Tak ada lagi sesak yang akan menyumbat nafasmu
Dan tak ada lagi perdebatan antara kita

Biarlah kekosongan ini kubasuh dengan doa-doa untukmu
Semoga tempatmu adalah yang terindah di sisi-Nya
Kan' kutumpahkan segenap rinduku pada ayat-ayat cinta peneduh qalbu
Agar kau tenang di alam sana

Takalar, 19092022

Senin, 12 September 2022

Kumpulan Puisi Merawati May - LABIRIN MALAM



Merawati May
LABIRIN MALAM

Kutangkap dirimu
setelah malam memisahkan
gelap dari kelam
dari jarak usia yang telah kau catat
selama lapisan waktu menghadirkan ada sebelum tiada

Lalu aku pun menakar batas
setelah bisa membuka lembaran ayat
dari semua firman-Nya yang dingin
dan sejuk di dadaku

Dari orang yang patuh di balik dekapan tanah,
tak ada isyarat, kapan suaramu tegak di batas ritme terakhir

Maka kutangkap jasadmu
setelah malam meninggalkan hening
ketika orang-orang
berteriak dalam diam
dalam sunyi
malam
yang melepaskan
hitam-Nya ke dalam gelap

Maka kutangkap isyaratmu
yang hitam dan kelam
Karena jasad dan tubuhmu
mulai kehilangan napas
di antara gelap malam tak terlihat

Kepada siapa
malam kulayangkan
setelah aku menatap gelap
pada hitam
pada labirin
hilang cahaya
sebab malam tergeletak
di atas pembaringan yang miskin cahaya

Bengkulu, 10 September 2022



Merawati May
TERBANGLAH GARUDAKU

Terbanglah garudaku
Di antara benturan angin
dan kabut mendung
Lama kau berdiri,
di tanah cinta
yang penuh luka

Karena kekayaan hutan
dan pepohonan penuh ranting tempat kau mengkaji diri, raib dalam tangan-tangan pemangku jabatan

Terbanglah garudaku
jangan kau buat kaku
tubuh dan pikiranmu
ke dalam filosofi makna
yang tertidur tanpa kantuk

Cairan merah dan balung putih di balik cangkang
tubuhmu,
tak lelah mengusung
lima sila yang terperangkap dalam filosofi makna
kehidupan

Kembalilah kepada
sila-sila yang memikili
ruang cedas Tuhanmu

Sebab makna diri
bagi kelestariaanmu
yang tinggi, memperlihatkan kewibawaan sucimu
pada lima sila di dada itu

Maka terbanglah garudaku
menerobos cakrawala
yang menguatkan kesatuan
dalam perbedaan
warna tradisi cinta kita;
yang masih terjajah
tangan-tangan pencuri rupiah

*Bengkulu*
14 September 2022



Merawati May

TERBUKALAH PINTU TERAKHIR

Terbukalah pintu kelima
pada sila di hatimu
Karena watak dan tradisi
yang terkembang dari kepak sayapmu, menga-nga
di antara ratusan juta mulut rakyatmu

Maka keadilan itu pun tercecer di antara kata-kata
yang tumbuh sebagai asap

Lalu membumbung ke langit
dan raib dalam kebijakan
sebagai musuh rakyatmu

Kapan sila keadilan
yang tercatat
pada urutan terakhir itu
memenuhi kantong-kantong
kemiskinan di kawasan kumuh kampung itu?

Maka terbukalah pintu terakhir negerimu
setelah kekayaan hutan, minyak, dan gas bumi
terlantar pada kebijakan yang memusuhi dirimu, sendiri

*Pantai Panjang*
16 September 2022



Merawati May
BENTANGKAN SAYAPMU, GARUDAKU

Ketika kau buka kepak sayapmu yang perkasa ;
angin pun berembus
ke pokok-pokok pikiiranku

Dari tiap embusan yang menyentuh, konsep ras, golongan, dan agama, muncul lewat filosofi
yang kau paparkan ke celah
ideologi keberagaman

_Itukah semboyan datar yang menguatkan unity in diversity bagi suara-suara bias suku di negeriku_

Ideologi dan falsafah itu pun, adalah kekuatan mortir bagi semangat yang melandasi rasio musyawarah untuk bermufakat : di atas
landasan final harga dirimu

Maka inilah syahwat perlawanan bagi perusuh,
dalam kepekaan rasa hatiku
di dadamu, garudaku

Bentangkan sayapmu sekali lagi ; kekasih
agar kau peluk dengan cinta
dengan perlawanan nyawaku, andai para pemecahbelah menjadi kutu di kepak-kepak sayapmu

*Bengkulu*
17 September 2022



Merawati May
KUTITIP DOA PADA NISANMU

Kau pernah mengisi hatiku
mantan. Meski tanah keabadian itu bertabur di makammu, namun kau tetap ada dalam hatiku

Biarkan saja. Kutitip doa
di atas batu nisan beku
Agar kau tahu, betapa menggetarkan nada cinta
dalam ketulusan hati kita

Kau yang kusebut mantan
Jangan berharap pada rasa
Sebab perjalanan cinta
yang terpendam di balik tanah hitam, kuburmu
hanya berkutat mimpi

Semua berakhir
saat kau tinggalkan aku
ke dunia kematian yang gelap dan hitam

Lupakan aku, mantan
Ending cinta kita berakhir
di tanah keabadian

Kini,
kau hanya angan-angan masa lalu yang selalu
tiba dalam mimpiku

Yang tinggal hanya batu,
tanah, dan kenangan sebagai mantan
penuh cerita cinta

Bengkulu, 11 September 2022



Merawati May
TAPAK LANGKAHKU

Agar tak menciut nyali,
aku harus melangkah
di ketajaman fakta hidup
bukan berhenti menapak
sebab tak ada jiwa yang tak menjadi
sebab hanya kerikil kecil
di jiwa yang tak pernah lelah

Bukan runcing pedang
atau panasnya peluru
yang membuat tersungkur
tapi butiran cinta dan takdir
berliku di atasnya

Teruslah berjalan di kegelapan
di antara luluh baja, lenyapkan kesombongan
bukan untuk nama diri
hanya ingin menjaga senyuman pada rapuhnya
kenyataan

Barangkali kita bertaut
di zaman yang salah
dari nadamu yang lelah membait rasa maka dalam pencarian nurani,
rasa sejati terkubur tanah hitam keadaan

Di hampar terik matahari
kau tertatih.
meski dunia tak menghangatkan,
walau rasa lebur ke hati nurani,
kau adalah raga
yang menjaga senyuman
dalam gigil kehidupan

Bengkulu, 13 September 2022



Rabu, 07 September 2022

Kumpulan Puisi Eko Windarto - MEMOLES ALIF LAM MIM


 
MEMOLES ALIF LAM MIM


kata-kata merupakan hakikat dan pribadiku.
jauh di balik bahasa jiwa: ketenangan selalu berhubungan dengan ruhku.

suara tak bisa menyembunyikan apa yang disimpan hatiku,
hingga setiap mencapai kesunyian: jiwa muthmainnah menghampiriku,
memoles alif lam mim ku.

Karya : Eko Windarto
#batuolahrasa, 582022



DESAH RINDU

bila suaramu saja mampu membuat hatiku resah
ingin melompat mendatangi dimana keberadaannya
bagaimana jika kedua mata memandangi sebuah wajah
yang selalu berdetak dalam jiwa, pasti kelopak mata tak bisa berpindah

bila harum aroma tubuhmu saja serasa candu memabukkan jiwa
bagaimana mungkin pelukanmu tak mampu membuatku lenyap sirna
engkaulah intan permata yang selalu memancarkan cahaya
membuat bunga bunga selalu bermekaran dipekarangan hasrat jiwa

ah bagaimana rasa ini mengapa tak bisa diajak berpindah
berlari ke sana-kemari akhirnya berpulang kembali ke sebuah wajah
sungguh belaian lembut yang pernah mengairi sebuah telaga
tak pernah kering sampai beribu musim yang selalu berubah

sebenarnya puisi ini sudah terbakar waktu dan sirna
mengapa abunya masih membentuk aksara rindu melimpah ruah
harumnya tak pernah musnah meski jadi angin tak terlihat mata
kulit bergetar
hebat
tak sanggup menahan kehadirannya

jiwaku menari mengikuti indahnya cahaya di atas cahaya
tergenggam senyuman yang terlanjur melekat dalam jiwa
dan air matamu yang menetes begitu saja dari lelehan rasa
membuat hatiku terhujam belati dan tak ada yang sanggup mencabutnya

ah. . . biarlah desah rindu kutitipkan pada daun daun hijau muda
agar geloranya abadi sampai ke ranting-ranting pohon surga
dinikmati bidadari dan bidadara kala bercanda ria
agar terlena dan selalu meniupkan serulingnya

"tentang tembang kisah kasih kita"

Batu, 682022



HUJAN

hujan malam ini tak bisa menaklukkan pena
meski sunyi menjadi ilustrasi hati yang sama

buku-buku sastra telah kubaca
hujan terus saja menulis cerita

ya.... hujan terus saja menggoda
ketika puisi menjadi penyangga air mata di sana

sementara waktu bergulir begitu cepatnya
kisah kehidupan melahirkan berbagai tanya

bersama hujan malam ini
kita adalah dua mata yang tertinggal di tempat cinta bersemi

begitu hujan menitipkan pesan untukku
detik demi detik membawaku memasuki hatimu

Batu, 2882021




TAK PERNAH KUSADARI

tak pernah kusadari
alam semestamu begitu berarti
seperti tatapan mata hati
menyingkap tabir gugusan galaksi

aku bayangkan tatanan rasi melintasi sepi
mencuci perjalanan ini
hingga bintang-bintang meraba hati penyair sufi
menangkap musim semi

tak pernah kusadari: di balik musim semi
kabut menusuk ziarah sunyi
membangunkan mimpi
hingga keheningan hati
melapisi rahasia bumi
menjadi kabupaten cinta sejati

Sekarputih, 1192022




DI MEJA CAFÉ

Secangkir puisi
Terisi kopi
Menguar wangi

Batu, 2292022



P U I S I


puisi tumbuh seperti gadis gesit, bagai burung kutilang yang rajin menari
cerdas dalam mengasuh anak istri
penopang bumi tempat wahana kehangatan cinta sejati

puisi menerima tugas mulia para dewa
seperti Krakasana dan Narayana menerima tugas dari Basudewa
melindungi bahasa jiwa putra putri sang Baginda

puisi tumbuh mengemban sansekerta jiwa
mempersunting aksara ragamu paling semesta
hingga sabdamu kubangun menjadi warta paling setia
dalam cerita dan cinta

Batu, 1892018



Kumpulan Puisi NengIcha – UJIAN CINTA



TAK ADA UNTUKKU
By. NengIcha


Sayang,
Aku sangat ingin menghampirimu
Untuk mencurahkan segala kemelut di kalbu
Tentang rinduku ...
Dan tentang puing-puing pilu yang selalu mendera di dadaku

Aku merindukanmu yang dahulu
Yang selalu ada saat aku merindu
Yang selalu ada saat aku butuh sandaran atas masalah yang menimpa hidupku

Saat ini,
Aku hanya bisa menceritakan semua resahku pada secarik kertas dari diaryku
Meski bisu, tapi dia selalu ada untukku
Meski tak mampu menghapus genangan di mataku
Namun sekali lagi, dia selalu ada untuk aku

Puri, 26 Agst' 2022



IYEM
By. NengIcha


Yem,
Seperti itulah engkau dahulu menyapaku
Seperti itulah engkau selalu menggodaku
Hingga tercipta tawa lepas antara bibir-bibir candu

Yem,
Aku merindukan panggilan itu
Aku merindukan dirimu yang selalu memanggiku seperti itu
Di mana dirimu

Mengapa engkau meninggalkan aku
Mengapa engkau meninggalkan aku yang masih menantimu
Tanpa sepatah kata untuk menutup cerita-cerita syahdu yang sama kita rangkai saat itu

Untukmu duhaiku...

MK. 13062022



AKU TERSENYUM (1)
By. NengIcha


Aku tersenyum,
Meski lara hati kian meranum
Tanpa keluh tanpa tangis sebagai luapan amarah berdentum

Aku tersenyum
Untuk menghibur sendiri meski rintih terus mengaum
Bahkan untuk menipu semesta agar tangis hati tak lagi tercium

Dan aku tetap tersenyum ...

MK. 02 Juni 2022 (21:56 WIB)



AKU TERSENYUM (2)
By. NengIcha


Aku tersenyum
Menikmati rasa yang begitu meranum
Menikmati rindu yang sentiasa wangi tercium
Namun terlunta oleh egomu yang begitu menjarum

Aku tersenyum
Bersama elegi yang kukuh memeluk hati
Bersama ratap sepi yang setia menemani

Dan bersama kerinduan padamu yang tak akan terobati
Dan aku masih tersenyum ...

Ruang Sepi, 26 Juni 2022 (19:53 WIB)



AKU BAIK-BAIK SAJA
By. NengIcha


Apa kabar dirimu duhai Puan?
Sapa lembut embun pagi dengan segenggam gigil di tangan nak diletak di dinding dada kiriku

Sembari tersenyum aku berkata
Aku baik-baik saja dan aku tetap baik-baik saja
Tak akan mampu engkau bekukan aku hanya dengan segenggam angkuh dengan sekeping ego

MK. Juli 2022



ENGKAU KEKASIHKU (1)
By. NengIcha


Kuakui, aku pernah berusaha meninggalkanmu
Namun seribu kali aku meninggalkanmu seribu kali pula aku kembali padamu

Bahkan aku pernah berniat menggantikan orang lain bersinggasana di lubuk jiwa
Namun aku tak mampu menobatkan orang lain itu menjadi raja

Engkau adalah Rajaku
Engkau adalah kekasihku
Engkau adalah semestaku
Dan engkau adalah hidupku

MK. 14 Juni 2022 (09: 23 WIB)



ENGKAU KASIHKU (2)
By. NengIcha


Aku mengikrarkan padamu
Aku akan tetap menunggu hingga ajal menjemputku
Hingga tata surya tak berputar dengan syahdu
Dan hingga Tuhan merasa iba atas tangis darah yang menelaga di dadaku

Aku mencintaimu lebih dari yang engkau tahu
Tak akan aku pergi tanpa membawa restu dari Tuhan untuk kita bersatu
Tak akan aku pergi tanpa membawa ketetapan Tuhan yang paling aku tunggu

Engkau kasihku
Engkau semestaku
Engkau udaraku
Dan engkau adalah jiwa yang terpisah dari raga satuku

MK. 09 Juli 2022



UJIAN CINTA
By. Nengicha


Untukmu yang tak bisa kuperlihatkan pada dunia
Aku tahu rasa kita adalah sengketa
Aku tahu rasa kita tidak dibenarkan adanya Bahkan aku tahu jalinan kita ditentang oleh semesta

Dalam masa yang salah Tuhan mempertemukan kita
Dalam masa yang salah kita terperosok dalam jurang yang sama
Dan dalam masa yang salah Tuhan menganugerahi cinta lalu bersemai dalam hati kita

Ini bukan kesalahan sebuah cinta
Ini juga bukan kesalahan dari sesiapa
Namun ini adalah ujian dari pada cinta
Sebelum cinta mencapai titik paling bahagia
Dengan makbul doa yang kita aminkan bersama
Dan dengan limpahan kasih dari Tuhan yang sungguh-sungguh kita damba

MK. 07082022 (11:49 WIB)
With, Bintang Hati

Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu – AKU PERGI TANPA MELANGKAH




MERINDU
Yuni Tri Wahyu


Pada perhelatan sepi hati beriak rindu. Bermain-main di teluk kalbu. Timbul tenggelam, mengapung lalu hilang tanpa pesan.

Dalam hitungan detik kembali hadir, sentuh rasa sedikit malu-malu. Ia begitu lucu menggemaskan.

Angan berlarian mengejar waktu berpacu melawan sesak. Tetap saja kebersamaan tersekat garis perjalanan. Entah pada hitungan keberapa saling bergandeng syahdu, ataukah akan selalu merindu tanpa mengenal tepi?

Hanya kehendakNya berkuasa.

Tangerang, 04 September 2022



MELUMAT BENCI
Yuni Tri Wahyu


Angin masih saja kabarkan luka, tentangmu
Tentang kebersamaan ambigu
Yang kupeluk dengan rindu rintihan sendu
Sendu memapah pilu atas terbukanya topeng kenangan

Kenangan manis mengiris serpihan kepercayaan
Kepercayaanku yang engkau rampas tanpa sedikitpun iba
Ibarat bunga mawar mekar, satu-satu kelopaknya luruh
Luruh luluh rapuh terembus pencitraan belaka

Belakang depan berbeda, senyummu serapah paling sempurna
Menyempurnakan pedih pertikaian tanpa sengketa
Sengketa saling rebut kecewa
Kekecewaan memisahkan perjalanan kita

Kita tak lagi memanggil rindu untuk hiasi doa
Doaku tak pernah kau aminkan sebagaimana mestinya
Semestinya melumat benci lalu melapangkan dada ikhlas
Ikhlas membuang dendam

Tangerang, 29 Agustus 2022



AKU PERGI TANPA MELANGKAH
Yuni Tri Wahyu

Kau kubur setia dengan taburan kembang kamboja
Gundukkan tanah merah menyimpan sengketa
Berulang kali aku bangkit bertahan dari sakit tanpa luka
Selintas bayang kematian berkuasa

Memimpin mimpi buruk paling durjana
Membelah setiap ingatan menjadi serpihan kaca
Tajam menusuk barisan kata, percaya
Entah dungu atau alasan semata

Selapis rambut pembatas pergulatan batin
Namun seiring berjalannya waktu, terkuak bejat memilin
Rindu hanyalah nyanyian sepi bermain berkejaran dalam labiriin
Kesunyian, dan aku diam menatap cahaya lilin

Sementara jiwa berkelana menjemput logika
Menerangi kegelapan tanpa bisa menolak ketika tubuh harus meleleh tak lagi berfaedah
Ikrar hati kehilangan makna, aku pergi tanpa melangkah
Usai sudah kita mengayuh huru-hara

Tangerang, 28 Agustus 2022




MENANAK LUKA
Yuni Tri Wahyu


Telah kukemasi perih yang tergores pada setiap lekuk perasaan. Dengan berderai penyesalan hati selalu mencoba menerima, jalani sisa perjalanan dengan langkah ikhlas.

Ketika duka mengering kupetik hikmah atas segala kebaikan tersimpan. Kemudian menanak luka dengan api sedang hingga matangnya sesuai harapan untuk lengkapi hidangan terlezat di batas senja.

Maghrib pun datang, saat tunaikan kewajiban kemudian bersimpuh berdoa seiring luruh patuh atas kuasaNya.

Tangerang, 08 September 2022



PUSARA TANPA NISAN
Yuni Tri Wahyu

Jangan tanya lagi tentang sisa luka kemarin
Biarkan tersimpan dalam hening
Kehadiranmu menjadi tidak penting
Meski memikul penyesalan yang entah

Aku masih menyaksikan dari sinar matamu
Pertunjukan keangkuhan memanipulasi keadaan
Senyum itu bertebaran mengibar aroma pembenaran
Simpan saja untuknya, buat mereka, atau puja oleh diri sendiri

Jangan lagi menziarahi waktu
Semua telah berlalu, kisah pilu mengharu biru
Cukup batas rengkuhanmu pada jejak yang tertinggal
Tentang kita, telah aku kubur dalam pusara tanpa nisan

Tangerang, 10 September 2022




STASIUN TERAKHIR SEBELUM MELAJU TANPA HENTI
Yuni Tri Wahyu


Kereta melaju tak dapat dihentikan oleh waktu. Hingga peron-peron terlampaui. Entah pada hitungan keberapa kutemukan stasiun bertaburan bunga aneka warna.

Aku memunguti setiap kelopak yang terberai angin. Kemudian merangkai dalam selembar sketsa, tergambar wajahmu dengan raut sendu. Duduk diam dalam gerbong penantian perjalanan.

Kita berjumpa, saling melempar senyum penuh luka. Engkau berpindah duduk di sampingku. Di stasiun terakhir sebelum kereta melaju tanpa henti, abadi.

Tangerang, 17 September 2022



MENEPIS PRASANGKA
Yuni Tri Wahyu


Ada peran tentang perselingkuhan angka
Menyeruak di bangku starta
Mengintip jenjang akhir perjalanan

Manis miris berlenggak lenggok
Di depan wajah-wajah tegang
Menuju sidang, usai masa

Oh, tidak
Sudah keputusan bersama antara satu dan dua
Diam, jangan simpan rasa bercabang rindang

Selayaknya meneduh sejukkan harapan
Nikmati saja, meski berliku pilu
Lalu tersenyumlah menepis prasangka

Tangerang, 13 September 2022




NDA
Yuni Tri Wahyu

semat rasa paling purna
tanpa tawar seberapa sekat
terhampar sepanjang perjalanan
tumbuh kembang pokok kasih sayang

nda
keyakinan sertai ikrar tanpa ucap
terlalu merdu suara hati
bergema seirama lantunan doa

nda
mari saling rengkuh mesra
meski awan hitam simpan air mata
langit pun berbincang tentang angin

menampar kisah nestapa
perihnya cinta yang khianat
namun kita sobek dengan segenggam ikhlas
nda hari ini, esok, milik kita

Tangerang, 21 September 2022

YUNI TRI WAHYU

Kumpulan Puisi Pulo Lasman Simanjuntak - SAJAK KRITIS


 

LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak


lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari begitu keras

lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi
bantalnya batu ditiup angin pagi
tak memikirkan harga-harga
pangan melambung tinggi
air minumnya dari bensin dengan bayaran hanya kuitansi

sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung di kamar mandi
disetubuhi bau terasi dan bangkai tikus mati
rajin onani berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini
tanpa kelaparan lagi

Jakarta, Rabu 7 September 2022



ULANGTAHUN MEMBACA SUARA TUHAN
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak


hujan deras yang dimuntahkan di atas ranjang keluh kesah ini
tak dapat lagi mengundang mimpi-mimpi purba
(masa lalu ?)
yang selalu terjebak dalam sebuah permukiman liar
banjir airmata dan rasa sesal dibungkus irama kemandulan

lalu saat sunyimu pesiar ke sebuah bangunan tua dalam kota
telah diamarkan lewat seorang nabi perempuan

"melahirkan seorang anak harus melalui tangan Tuhan, bukan menghambur-hamburkan spermamu ke dalam cawan kemiskinan ," pesannya lewat jendela pesakitan dari seberang pulau sumatera

maka pagihari bertelut dan berdoalah
saat usiamu telah bergerak
dalam kesakitan tak berkesudahan
tetaplah membaca suara Tuhan
karena ini ujian iman seperti abraham

tataplah lagi
matahari basah di depan rumah
terbanglah seperti burung rajawali semakin tinggi
menembus langit baru dan bumi baru

jangan gelisah
tiang awan mendung juga telah kirim makanan
sehingga para pemulung tak akan bertegur sapa lagi
siapa mau menjual kesetiaan sumpah pernikahan
kudus, kudus,
aku tak mau kelaparan
dan mati usia belia

Pamulang, Selasa 6 September 2022



TIGA MANUSIA DALAM CAWAN LEBUR
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak


tiga manusia telah berdoa sianghari
di bawah matahari dungu
mereka selalu berkeliaran
di taman eden yang terluka
bergumul dengan ayat-ayat suci

mereka masih butuh sepiring syair
yang bakal dimasak sampai matang
buat santapan ritual tanpa ada beras
seperti pekabaran kesehatan malam tadi
kita harus melenyapkan makanan daging halal

tiga manusia ini terus menunggu
kabar dari benua yang selalu bawa bencana
sejak dinihari telah disodorkan lewat penyakit darah tinggi
yang sempat juga menawarkan souvenir
lagu pujian generasi milenial

ya, debata
datanglah dengan segera !

Jakarta, Senin siang 5 September 2022



SAJAK KRITIS
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak


hari ini kembali sajakku menjahit sunyi
tanpa angin pagi
hanya suara aliran air kolam
ikan-ikan setengah lumpuh

membuat sajakku semakin kelaparan
mau kemana dibawa tubuhmu ke padang ilalang
tak ada mata uang
di sana kering kerontang

(sementara dari jarak dekat seorang lelaki tuli mondar-mandir
menyusup dalam sajakku
yang telah berkemas
untuk menjual nyawa
barang mati apa saja yang bisa dimakan dengan rakus)

Jakarta, Senin 5 September 2022



Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
KELAPARAN AKUT

-episode dua-

membangun mezbah batu pagi ini
kembali membuat otak kecilku
terluka parah
dirajam seorang lelaki
tanpa kelamin

matahari terlihat kian kurus
menusuk-nusuk paru-paru
ke dalam perut rumah persinggahan
selalu gelisah antara dua pilihan kelabu

mencuri sepiring beras merah
ataukah berteriak di pinggir jalan sambil memungut persembahan

hayo, ajakku sambil menggendong
sekarung derita di bahumu tulang belulang
kita mulai bangkit berdiri
di pinggiran kota pandemi ini

sebab masa kelaparan telah tiba
di depan pintu negerimu nusantara
kutagih terus utang renternir dua miliar rupiah
bersamaan dengan datangnya
kenaikan harga bahan bakar minyak
yang bakal tergilas
pecah seperti balon gas

Jakarta, Minggu 3 September 2022



Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
SAJAK MALAM CILILITAN-BLOK M


entah kenapa,
antara hati kita
tak kudengar lagi
mulut-mulut pujian
karena dari nol lagi
engkau harus menempuh
kucari jejakmu yang sekarat
masihkah engkau bermukim di situ ?

terakhir,
kita tembus jatinegara
dalam lapar yang sangat
dimana hujan pun
turut merampas
peran kami dalam ketololan

mungkin sengaja atau tidak
timbul hasrat jahatmu
sambil engkau berkata sinis:
“uangku hilang, aku dendam semua perempuan.”

di atas rambutmu
kulihat para penghuni langit
menertawakan keluhanmu
yang tidak lucu

Jakarta, 2021



Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
MANUSIA TAKUT TERBANG KE SURGA


“seperti boneka kapas
dari kepala sampai kaki berjubah,
” seruku saat belum mematahkan tiang-tiang berhala
masih ada aroma butiran tembakau, teh tebu, alkohol hijau, dan perzinahan rohani di mezbah baal

semua sepakat memenggal jejak arang
terperangkap dalam lingkaran ruang
batu-batu roh

“dia duduk bersujud,rambut sebahu amat kecil," berteriaklah sajakku saat itu tanpa membuka kitab suci

muatan angin malam
mengingatkan kepada gembala dan domba
yang meluncur deras dari bukit-bukit pengorbanan di bawah pohon rimbun
ditentang para nabi

sayap-sayap beelzebul dipatahkan berkeping-keping
muntah dosa-dosa ganjil

usus perut meletus
di pinggul rumah hitam
mula pertama tak berziarah
tiap dinihari menabur kembang birahi

penyakit kusta masuk ke dalam tong sampah
daging berdarah kubanting ke tanah

tertidur pulas dalam sumur kering
otak disiram bunga api
mabuk air keras

daun pintu hati
yang dulu rajin diketuk
dikunci !
kuncinya ialah layangan terbang
ke negeri-negeri orang
menggilas genteng rumah
mengangkat tabut perjanjian

Pamulang, Kamis 1 September 2022



LELAKI MATA TULI JATUH DI RANJANG SEPI
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak

lelaki mata tuli jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari begitu keras

lelaki mata tuli tidur di ranjang sepi
bantalnya batu ditiup angin pagi
tak memikirkan harga-harga
pangan melambung tinggi
air minumnya dari bensin dengan bayaran hanya kuitansi

sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung di kamar mandi
disetubuhi bau terasi dan bangkai tikus mati
rajin onani berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa ini
tanpa kelaparan lagi

Jakarta, Rabu 7 September 2022



Puisi :
Pulo Lasman Simanjuntak
SANTET


mulut lelaki ini datang diam-diam dari seberang pulau tikus
selalu tawarkan tipuan-tipuan malam mengerikan di kuburan

tubuhnya dari pohon karet kadang berdarah
rajin bercumbu dengan binatang primata
tidur tanpa mantera

sekarang nyawanya sedang sakit keras
sekeras persungutannya ditusuk bertubi-tubi jarum tajam para dukun

jampi-jampi kematian
tak mempan lagi oleh suntikan kesepian di atas ranjangnya yang bersatu dengan akar bumi

ia bahkan suka bersetubuh dengan ribuan kutuk busuk yang membusuk
sampai dinihari menari-nari
seperti memanggil para arwah suara senyap
dewa-dewa bermeterai liar

" aku harus datang kepada pawang mbok minah berkuku panjang, minta maaf sambil membawa sekeranjang penyesalan kenapa rumah doa dijual jadi hunian baal perzinahan dan mabuk minuman keras," katanya masih menunggu bantuan dari benua sodom dan gomora

Jakarta, Kamis 15 September 2022



SAKRAL


menulis puisi hari ini
diiringi seruling, kecapi, rebab, gambus, dan serdam

sampai membentuk koor yang menembus tubuh langit baru dan bumi baru
didahului doa yang bernyawa biru

kenapa kembali harus menjual ranjang kematian
padahal televisi digital tak ada sinyal

sudah terbang beriringan
dengan serombongan lelaki
penyakitan
yang dikutuk lewat para calo di terminal kampung-kampung
berkeringat keluhan
dengan tikar kemalasan

Jakarta, Selasa 13 September 2022



RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi berwajah matahari
disodorkan busana warna putih

masa kanak-kanak lalu memanjang
membentur pohon rambutan
porselen antik jadi perhiasan mati
hanya wajah Isa almasih ada di jantung kami

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah dalam rumah tua
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli
nikmat menghitung hari-hari
yang tak pernah tertulis
dalam almanak

lalu kami menembus hujan lebat sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri
cinta birahi jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia setengah hati

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022



Puisi :
Pulo Lasman Simanjuntak
SANTET


mulut lelaki ini datang diam-diam dari seberang pulau tikus
selalu tawarkan tipuan-tipuan malam mengerikan di kuburan

tubuhnya dari pohon karet kadang berdarah
rajin bercumbu dengan binatang primata
tidur tanpa mantera

sekarang nyawanya sedang sakit keras
sekeras persungutannya ditusuk bertubi-tubi jarum tajam para dukun

jampi-jampi kematian
tak mempan lagi oleh suntikan kesepian di atas ranjangnya yang bersatu dengan akar bumi

ia bahkan suka bersetubuh dengan ribuan kutuk busuk yang membusuk
sampai dinihari menari-nari
seperti memanggil para arwah suara senyap
dewa-dewa bermeterai liar

" aku harus datang kepada pawang mbok minah berkuku panjang, minta maaf sambil membawa sekeranjang penyesalan kenapa rumah doa dijual jadi hunian baal perzinahan dan mabuk minuman keras," katanya masih menunggu bantuan dari benua sodom dan gomora

Jakarta, Kamis 15 September 2022



SAKRAL

menulis puisi pada hari ini
diiringi seruling, kecapi, rebab, gambus, dan serdam

sampai membentuk koor yang menembus tubuh langit baru dan bumi baru
didahului doa yang bernyawa biru

kenapa kembali harus menjual ranjang kematian
padahal televisi digital tak ada sinyal

sudah terbang beriringan
dengan serombongan lelaki
penyakitan
yang dikutuk lewat para calo di terminal kampung-kampung
berkeringat keluhan
dengan tikar kemalasan

Jakarta, Selasa 13 September 2022



RUMAH MUNGIL TANAH MERDEKA

rumah mungil tanah merdeka
di sini puisiku bernyanyi
bersama santi berwajah matahari
disodorkan busana warna putih

masa kanak-kanak lalu memanjang
membentur pohon rambutan
porselen antik jadi perhiasan mati
hanya wajah Isa almasih ada di jantung kami

sehingga apa saja
tergenang dalam sejarah dalam rumah tua
boneka panda di kursi, patung porselen, kelinci putih menggelinding dari matahari tuli
nikmat menghitung hari-hari
yang tak pernah tertulis
dalam almanak

lalu kami menembus hujan lebat sore hari
mengumpulkan sunyi seperti bakteri
cinta birahi jadi penyakit kelamin
lelaki insomnia setengah hati

Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2022



Biodata :

Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di

Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).

Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977.

Kemudian pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, SKM.Dialog, HU.Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online, negerikertas.com, Harian Umum Utusan Borneo, Sabah (Malaysia) , Portal Sastra Litera.co.id, ayosekolah.com, KABNews.id, bicaranetwork.com, brainly.co.id, wallpaperspeed.id, majalahsuluh.com, sudutkerlip.com, myberitaraya.blogspot.com, beritarayaonline.co.id, kompasiana.com, antaranews.com, kliktimes.com, suarakrajan.com, widku.com, literanesia.com , hariandialog.com, bisnistoday.co.id, sepenuhnya.com, ruangpekerjaseni.com, majalah digital Apajake, matamata.co, borobudurwriters.id, majalah digital Elipsis, cakradunia.co, narasipos.com, potretonline.com, indonesiana.id, spektrum-ntt.com, spektrumnasional.com, majalah bulanan Jurnal Pemuisi (Malaysia), haluankita.com, agapetanpabatas.com, lopocogito.blogspot.com, kibrispdr.org, Jurdik.id, yz.dhafi.link, s
pronusantara.com, penakota.id, harianhaluan.id, id.beritayahoo.com, koranpelita.com, poskota.co, sabahtaim.com (kinabalu, sabah, malaysia), serta rumahliterasisumenep.org.

Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit “Traumatik”(1997), “Kalah atau Menang” (1997), “Taman Getsemani”(2016), "Bercumbu Dengan Hujan ” (2021), "Tidur Di Ranjang Petir" (2021), " Mata Elang Menabrak Karang" (2021), "Rumah Terbelah Dua " (2021).

Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia. Pada saat ini tengah persiapan untuk penerbitan Buku Antologi Puisi ke-8 berjudul "Bila Sunyiku Ikut Terluka" (2022).

Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT.Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bahchri, Abdul Hadi W.M, Rida K.Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.Pada tahun 2021 mendapat piagam dan medali penghargaan SETYA SASTRA NAGARI (30 tahun Kesetiaan Sastra Indonesia) oleh Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia dengan kurator Rg.Bagus Warsono.

Dan, pada bln Juni dan Juli 2022 berturut-turut karya puisinya memperoleh juara III dan juara II Puisi Pilihan Terbaik oleh Komunitas Sastra SNW ( Sastra Nusa Widhita).

Saat ini sebagai anggota Dapur Sastra Jakarta (DSJ) , anggota Sastera Sahabat Kita (berpusat di Sabah Malaysia) Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP).

Pernah bekerja sebagai wartawan Skm.Angkatan Baru, Majalah Varia Nada, Aneka Ria, Info, Spionita, Caraka, majalah Monalisa, Harian Umum Sinar Pagi, Harian Umum Mandala (Bandung pada perwakilan di Jakarta), Redaktur Pelaksana Suratkabar Dialog (Jakarta), dan Pemimpin Redaksi eMaritim.com.Pada saat ini sebagai Pemimpin Redaksi beritarayaonline.co.id, myberitaraya.blogspot.com, serta berita raya tv pada channel youtube.

Karya jurnalistik-nya banyak tersebar di HU.Suara Karya, HU.Berita Yudha, HU.Pelita, HU.Ekonomi Neraca, Jawa Pos Group, HU.Media Indonesia, HU.Berita Kota, HU.Warta Kota, Majalah Tempo, Koran Tempo, HU.Pikiran Rakyat, HU.Banten Raya, HU.Radar Tangerang, dan masih banyak lagi.

Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, DKI Jakarta, No.Anggota 09.00.0782.12 dan pemegang Sertifikasi Kompetensi Wartawan (No.ID 4358) Dewan Pers jenjang Wartawan Madya.

Dikenal juga sebagai rohaniawan dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Jatinegara Jaktim dengan jabatan terakhir sebagai Ketua Jemaat.

Email : pulo_lasman@yahoo.com

PULO LASMAN
SIMANJUNTAK

Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - RINAI HUJAN


 
WAJAH KOTAKU
Karya : Siamir Marulafau


Kota ini terpampang di terik mentari
Mengukir sungai tak mengalir
Sampah - sampah bekeliaran
Pohon - pohon menghijau

Gedung pencakar langit tersenyum
Raja di negeri ini bagaimana?
Senyum raja itu tak seindah awan di balik gedung
Kadang menggumpal
Kadang cerah

Arah angin tertiup tak tentu
Budayanya kaku
Taman budaya pun bagai sarang hantu
Hanya kedip - kedip lampu terang benderang
Di temaram malam yang tak mengilau

Wajah kota ini bagaimana?
Menyengir di setiap sudut
Hanya sungai tak mengalir merajut benang - benang kusut
Di kala aliran sungai itu meluap ke daratan

Semua pohon- pohon menjerit dan kedinginan
Kehidupan tak mati tak hidup
Tikus- tikus melahap di tong sampah
Akan ke mana nasib ini dibuang?

Tuhan pun geleng- geleng kepala
Bila tikus - tikus tak bisa dikandangkan
Di bunuh semua
Wajah itu tak semanis madu kau harapkan
Akan musnah semua di pelataran sinar mentari membakar

Medan, 04.09.2022



IMPIAN YANG SIRNA
Karya : Siamir Marulafau

Impian itu tak sampai di ujung dunia
Bagai fatamorgana
Hanya sekejap membidik lara
Kebekalan hidup sepertinya berada di ranting melapuk

Hanya Tuhan yang tahu
Mengapa tak kau genggam sinar menjelang senja
Akankah sinar itu jadi bayang- bayang?
Sementara tanah diam akan membalut jasad

Mengapa kau biarkan lirikan itu tak merangkul cahaya
Di kala senja akan terbenam di penantian
Sungguh kesal pada cahaya meredup di temaram malam
Di kala angin sepoi tak menghembus kasih di pelataran asmara

Medan, 03.09.2022



LANGIT
Karya : Siamir Marulafau


Di langit itu terbentang cahaya
Menerang di atas pundak setiap insan
Akan ke mana wajah ini dilarikan
Jika tangan dan kaki tak bersahabat dengan bumi

Sementara bumi berputar siang malam
Hati bagai sungai mengalir dengan tenang
Bila bumi digoncang
Akan ke mana kau lari?

Makhluk Tuhan mundar mandir
Ada apa?
Sujud sekejap tak dimungkiri
Menyebut nama Tuhan berkali- kali

Medan, 03.09.2022



RINAI HUJAN
Karya : Siamir Marulafau


Aku ingin jadi hujan
Mengguyur bumi yang tak henti- hentinya
Rinai hujan itu dingin
Tak punya mata

Entah ke mana mengalir
Sungai itu meluap setiap tahun
Tak ada yang membendung
Sampah - sampah ikut hanyut

Negeri ini kebanjiran
Tak ada bendungan yang menampung
Sampah- sampah busuk itu berkeliaran
Banyak yang tak punya mata hati

Medan, 01.09.22



MAWAR HILANG
Siamir Marulafau


Bagaimana aku bisa membuang mawar itu jauh-jauh dari
Karena kau adalah bahan bakarmu
heart
Meski kau tak pernah tersenyum saat aku sendirian
Tapi gairah saya hanya dalam mimpi

Bahwa aku biasa memasang sinar bulan dengan
Yang telah terpaku pada senja
Sampai mati aku jaga
Setiap kali aku menulis dan membaca puisi-puisi saya
Ke mana pun saya bepergian

Sinar bulan ada di kepalaku
Semua lampu jalan akan ada untuk menenangkan
Hidupku menjadi lilin tanpa pencahayaan
Ayat yang tertulis di langkah terakhir trek saya

29 Agustus 2022




ADA APA DENGAN AKAR
Karya : Siamir Marulafau


Di sana ada akar
Di sini ada akar

     Merambat ke sana
     Merambat ke sini

Mengikat ke sana
Mengikat ke sini

     Menguatkan kehidupan
     Mengingat kematian

Menumbuhkan persaudaraan
Membina bangsa

     Memupuk generasi
     Mencerdaskan rakyat

Mengakar pada Ilahi
Mempererat silaturahmi

Penang, 12.09.2022




SIAPA KAU DAN SIAPA AKU
Karya : Siamir Marulafau

Bila ditanya siapa kau dan aku
Aku hanya menjawab sama - sama ciptaan dari debu
Tuhan segalanya maha tahu
Siapa kau dan aku
Bagai pohon ditanam dari tahun ke tahun

Berbagi rasa menghirup udara segar tanpa merasa aku lebih hebat dari kau
Aku berjuang untuk diriku
Masuk ke tempat tujuan yang dituju
Terhindar dari tempat berbau busuk

Jangan ditanya siapa aku
Aku bebas bagai burung terbang mencari surgaku
Di era modern ini ada penentu
Akan ke mana biduk itu berlabuh
Selain di dermaga berukir cahaya sebagai petunjuk

Aku hanya menyulam kompas kearah timur
Karena di sana terbit sinar menerangi diriku
Di bawah sinar mentari mengeringkan jasad terkulai basah dengan dosa duniawiku
Di sanalah aku berdiam
Menunggu padang tak berumput setelah bersemayam di tanah tak bersuluh

Medan, 17.09.2022.



ARAHAN HIDUP
Karya : Siamir Marulafau


Di negara itu ada keyakinan terpadu
Dari tahun ketahun rukun selalu
Bagai daun di pohon rimbun tak bersenggolan sehelai pun
Walau angin kencang menderu dan bertiup

Tapi rantingnya pun tak mau tahu
Agama yang dipeluk tak akan menjadi bumerang bagi setiap pemeluk
Yang membuat aku cemas hanya bagi yang memeluk tak serius

Bertahun- tahun diberitahu, ini arahanKu yang terpadu
Jalan yang dilalui tak berlumpur dan tak berjurang
Jika mau berjalan di jalan berlumpur
Tak akan ada yang mengutuk
Selain Tuhan tahu siapa kau dan Aku

Jika di suatu masa ditanya siapa Tuhanmu
Bila langit terkunci dan pintu tobat tertutup
Masuk bara api menyala tak berguna
Tanyalah pada dirimu bukan padaKu

Medan, 17.09.2022



LIRIKAN SEPINTAS
Karya : Siamir Marulafau


Di ujung jalan itu ada kota
Megah sungguh bila ditatap

Tapi awan tak berkisah
Apakah serangga terbang siang malam

Udara itu sungguh menjerit
Karena sehelai surat pun tak ada cap

Akan ke mana laluan itu berhenti
Jalan yang dilalui tak akan buntu

Sepanjang dunia bermata tajam
Suatu ketika akan terhempas di tong sampah

Medan, 16.09.2022



KOS BERNILAI
Karya : Siamir Marulafau


Percaturan tertata seikhlas hati
Menumbuhkan tanaman di pinggir bukit
Merangkul sinar menerang di ufuk timur
Jika tahun ini rembulan bercahaya
Percayalah burung- burung menyanyi dengan gembira

Harga bahagia tersulam cahaya senja
Walau bumi berbelah
Lautan marah
Tapi kos itu hanya kertas impian
Hati yang dalam berbenah kedamaian kerana roh mengukir kebersamaan
Bukan dinafikan setitik noda

Dengan kesungguhan tertulis tinta
Bersemayam dalam bilik lara
Bernilai sungguh tak bisa ditunaikan
Seiring tali kuat sungguh mengikat janji

Walau badai bergejolak sungguh
Biduk berlayar tak oleng sekejap
Puisi bergelora mengikat insan
Hanya pada Tuhan berserah diri
Jika ketibaan tak menunaikan janji
Allahu Akbar, 3 X

Medan, 14.09.2022



KAMPUSKU YANG KE 57
Karya : Siamir Marulafau


Hari ini hari gemilang, kampusku....
Fib usuku menggema di segala penjuru
Aku mengupas keberagaman
Yang tak habis- habisnya

Sungguhkah Fib USU ini menyulam cahaya
Kesekian tahun wajahmu berseri- seri bagai rembulan malam
Menerangi langkah yang tertinggal
Merangkul pikiran yang tumpul ke yang tajam

Kecerdasan mengukir pohon kering
Hidup membuahkan hasil yang gemilang
Tak akan dibiarkan kering di daratan lumpur tak bermakna
Biarlah rumput - rumput itu tumbuh di era milineal
Sepanjang Fib USU ini bergulir jadi panutan

Medan, 15.09.2022.




JEJAK YANG TERTINGGAL
Karya : Siamir Marulafau


Di lorong - lorong itu ada tapak
Jejak kaki yang tertinggal
Tak akan runtuh sepanjang masa
Jika nafas bersemedi di celah - celah pohon
Seiring daun merimbun di pelataran senja

Aku yakin lorong itu bersahabat
Sepanjang tuturan tak tenggelam dalam sungai
Mengangkat ranting patah di langit cerah
Walau burung menenggek menjerit

Akan di mana jejak itu disimpan
Tak akan dibiarkan dalam kegelapan
Jejak itu mewangi dari tahun ke tahun
Akan disemayamkan dalam bingkai syair panjang

Medan, 22.09.2022



BANGKAI YANG BUSUK
Karya : Siamir Marulafau


Minyak itu bukan dari daun selasih
Merambat di atas pohon jati
Buminya kering beralih ke air bersih
Harganya melambung ke ujung langit

Sungai- sungai pun tak mengalir lagi
Akan ke mana perut ini digadaikan
Jika isinya kosong bagai karung tak berisi
Akan tumbang dan hanyut di muara tak bertepi

Sungguh minyak itu bukan pelumas hati
Sepertinya bangkai busuk
Akan ke mana nasib semut- semut yang
terinjak- injak ini dialamatkan
Jika mentari enggan menyinari bumi

Seiring yang terluka semakin menganga
Tak ada obat memulihkan kepedihan hati
Terisak tangis dengan air mata kering
Jika aroma BBM nya menggulingkan hidup yang membangkai sejak pandemic

Medan, 21.09.2022


Kumpulan Puisi MS Sang Muham - SESAL DI HARI SENJA


BERTARUH KELAM
Karya bersama Fajriudin dan MS Sang Muham

Langit tak membintang
meruntuh redup tiada menerang
kuat menggerai kesucian jiwa
bertaruh kelam, hilang adab tiada etika
bak setitik noktah rusak susu sebelanga

Di ujung perdebatan mulut di kunci
tak bisa lagi membedakan noda atau suci

Jika di tanya : kenapa
serentak berbondong bondong menjawab : sudah biasa
sulit di bedakan : serupa tapi tak sama
berbuat welas asih : di anggap kurang kerjaan
zaman edan : tidak edan tidak kebagian

#Belantaraibukota, Selasakliwon, Sept 06-2022 = 17.47 wib



GANTUNGKAN HARAPAN DI LANGIT LANGIT JIWA
Karya MS Sang Muham


Gantungkan harapan di langit langit jiwa
meski terasa muskil
atau bahkan ganjil
yakinkan diri untuk menggapai rasa
baik buruk resiko pasti ada

Jika harapan kandas, mati pucuk
tetap pelihara asa, jangan merajuk

Waktu akan menjawab apa adanya
menyajikan fakta ketika senja mulai menghampiri
dengan pasrah terima itu sebagai takdir Illahi
tetap tegar jaga keseimbangan di sukma
wariskan ke generasi anak anak kita, jika bisa

#Billymoonistanaku, Selasakliwon, Sept 06-2022 = 05.45 wib



SESAL DI HARI SENJA
Karya MS Sang Muham

Tiba tiba aku sadar
masa laluku tercecer sepanjang jalan
nostalgia tersangkut jembatan
tak sanggub lagi kukejar
sekujur diri kini gemetar

Aku meratap sembunyi di balik diam
menyesali semua yang kini terpendam

Haruskah aku bersandiwara berteman dusta
seakan tak terjadi apa apa, berwajah serius
bersama sedikit munafik, tersenyum manis
tapi jiwaku terpenjara meronta
karna setiap dusta mesti kututupi dengan lara

#Billymoonisatanaku, Seninwage, Sept 05-2022 =17.57 wib



H A M P A
Karya MS Sang Muham


Kereta fajar telah lama berlalu
bayangannya tergantung di sudut jendela
parau suara kecil sang penjaga
menghentakan lamunanku
pecah memercik muka

Sudah lama berlalu
kokok ayam tak lagi membangunkanku

Seperti sadar dari mimpi
setelah terlelap dalam buaian hampa
kini aku terjaga
linglung kehilangan jati diri
sia sia lah semua

#Billymoonistanaku, Sabtupahing, Sept 03-2022 = 05.30 wib



HALTE ASMARA
Karya MS Sang Muham


Tolong jangan beranjak dulu
aku masih merayu waktu
siapa tau jalanku longgar
halang rintang bisa terbongkar
sebelum berlalu biar kubenahi rasa rindu

Harapanku sia sia
kau menyelinap di halte asmara

Sesungguhnya kau telah meninggalkan isyarat
sepertinya aku tak memenuhi syarat
tapi karena asmaraku membabi buta
tak bisa lagi kueja tanda baca
tragis, gayung tak bersambut

Kucari jalan pulang, kembali kehati nurani
terima kasih, kau sudah pergi

#Billymoonistanaku, Minggupon, Sept 04-2022 = 20.40 wib



DI ATAS LANGIT MASIH ADA YANG KUASA
Karya MS sang Muham

Aku terbelit ragu
ketika berhadapan dengan ambigu
apalagi waktu kau sajikan semua tak pasti
tiba tiba nyaliku ciut bahkan mati hati
runtuh duniaku hilang kendali
Selama ini apa yang kuyakini sebagai jati diri
tergerus habis hilang sama sekali
semua penuh sandiwara narasi palsu tak terkendali

Doktrin di kawah candradimuka
tiga tahun merayap sejak prajurit taruna
hingga sumpah setia ketika prasetia perwira
terkikis habis seiring zaman kalabendu jawa
moral etika agama menjadi pelengkap penderita

Di atas langit masih ada yang berkuasa
institusi harus ikut menanggungkan cela
contoh sempurna jangan menganggap : aku bisa
bekerjalah dengan hati nurani
bukan sok suci tapi sungguh keluar dari nurani

#Billymoonistanaku, Minggupon, Sept 04-2022 = 12.52 wib



DERAJAT DAN PANGKAT
Karya MS Sang Muham


Ketika mabuk kekuasaan meracuni jiwa
semua di pandang rata
apalagi bintang bersinar di pundak
tatapan mata pantang merunduk
semua realita di selesaikan dengan lembaran berharga

Ketika fasilitas tercukupi bahkan berlebihan
gegoda datang berwajah santun
lemah lembut menghanyutkan

Ada kuasa di atas kuasa
merambati jalur dinas, pribadi luar biasa
memaksa Punggawa mengoreksi pola kerja dengan ancaman
sontak seantero negeri jadi pembicaraan
kasihan Tribrata tak lagi Rastrasewakottama

#Billymoonistanaku, Sabtupahing, Sept 03-2022 = 21.02 wib



ORANG MAKAN NANGKA AKU KENA GETAHNYA
Karya MS Sang Muham


Aku hampir saja tak berani unjuk muka
wajahku di penuhi dengan tanda tanya
merata hampir tak ada sela
laksana pesakitan luar biasa
semua wajah mencibir membuang muka

Kututupi wajahku seadanya
semua telunjuk menudingku rasanya
setiap sudut memojokkan jiwa

Ya, bukan salah mereka
bajuku sama dan serupa
sembunyi salah apalagi tampil beda
tertinggal selembar jiwa Bhayangkara
semoga masih ada kata maap bagi Prajurit Tribrata

#Billymoonistanaku, Sabtupahing, Sept 03-2022 = 19.59 wib



LENTERA MERAH
Karya MS Sang Muham


Di saat lamunan jauh mengawan
mestikah kusadarkan diri
untuk kembali kebumi
menata kegundahan kegalauan
terusik kembali saat sendiri

Di sudut impian
tak kutemukan seberkas sinar harapan

Tak mungkin bulan di tangan
tak mungkin matahari di pangkuan
ajarilah pribadi ini
magna jati diri
lentera merah kehidupan

#Billymoonistanaku, Jumatlegi, Sept 02-2022 = 17.57 wib




SUARA JIWA
Karya bersama Rama Dhanil dan MS Sang Muham


Langkah gontai di rantai pekat rahasia
lisannya gagap ucap jujur sibuk lagukan dusta
langkahmu patutnya kokoh di atas jutaan saksi yang merebut merdeka berkorbankan nyawa
lisanmu saharusnya menaburkan sejahtera di atas pekikan derita rasa sakit luar biasa
ya pendahulu yang berikan kita tanah tanpa penjajah lagi kini di nikmati
mengapa masih saja belum mensyukuri

Mata boleh buta tuan
tapi nurani tuan, puan jangan
akan lebih menderita lagi kaum kaum tuan

Tak ada yang bisa di pajang abadi
cuma nama terukir disini
berikut nostalgia heroik yang tak bertepi
selebihnya di anggap basi
terkikis prosa tiap hari

#Belantaraibukota, Jumatpon, Sept 09-2022 = 06.00 wib




DAMAI ITU INDAH
Karya bersama Aliza Asira dan MS Sang Muham


Indahnya senja
kala jingga di kota tua
di halaman rumah bunga mekar semua
canda tawa di beranda dengan keluarga
damai melingkupi segenap jiwa

Andaikan bisa ingin kulukis nuansa ini
kusimpan di dasar sukma paling hakiki

Semogalah tak akan berpaling keindahan ini
selalu hadir di sini
menebar welas asih harum sejati
pribadi lepas pribadi tetap menjaga kedamaian hati
hingga usia menjemput, kita tinggalkan dunia ini

#Belantaraibukota, Kamispahing, Sept 08-2022 = 23.03 wib



ADAB TINGGAL MIMPI
Karya Putry Blambangan dan MS Sang Muham


Mungkin masa sudah berganti
adab yang sebenarnya tinggal mimpi
bukan prioritas diri lagi
jungkir balik hina sekali
tak perduli hati nurani

Mari merenungi hakekat hidup di dunia ini
berbuat kebajikan menebar welas asih sejati

Tetaplah kokohkan hati
genggam selalu budi pekerti
biarlah kita di anggap kurang pergaulan barangkali
asal di hati ada keinginan luhur untuk berbagi
percayalah, semua terjadi atas Ridho Illahi

#Belantaraibukota, Kamispahing, Sept 08-2022 = 22.00 wib



KEPUTUSAN AKHIR
Karya MS Sang Muham


Barangkali aku terlalu berharap
melambungkan angan hingga atap
sungguh tak bersisa asa
tergadai tak berasa
kau menjadi penguasa tunggal dalam dada

Sekian lama bersama merajut asmara tak ada sengketa
saat terakhir kau suguhkan undangan pesta

Tak sanggub kucerna kata kata
tapi jangan ada silang kata di antara kita
semua buyar sebab kau di jodohkan
terombang ambing di antara dua pilihan
tak ingin melukai hati orang tua, perpisahan kau tentukan

#Billymoonistanaku, Kamispahing, Sept 08-2022 = 09.09 wib



MEMETIK SENJA
Karya MS Sang Muham


Memetik senja
ketika semua samar di batang usia
ternyata pengabdian tak seindah cerita
maka menumpuklah harapan terbengkalai
dalam nurani yang hakiki

Sebingkai keputusan telah kuletakkan
estafet keberlanjutan harus kuserahkan

Sekarang tertunduk dalam keheningan doa
semoga pencerahan segera tiba
kami berharap padamu ananda
melanjutkan cita cita yang tertunda
bersatu bersama keluarga tercinta

#Billymoonistanaku, Kamispahing, Sept 08-2022 = 07.47 wib




TEKADKAN HATI
Karya bersama Ryami Kusmanapati dan MS Sang Muham


Merengkuh nurani
jauh melampaui sanubari
terkadang meninggalkan sakit hati
tak terlupakan selama di dunia ini
membatu di wajah sendiri

Tekadkan hati
kuatkan diri
moga Tuhan menyertai

Mengapa terus menerus berlari
mengejar bayang bayang illusi
kini berhenti
berbenah pribadi
menjadi semesta diri sendiri

#Belantaraibukota, Minggupahing, Sept 18-2022 = 11.30 wib



DALAM SUNYI SENYAP
Karya bersama Farida Iskandar dan MS Sang Muham

Sunyi senyap
aku megap megap dalam gelap
tiada yang bisa kutangkap
walau hati sarat harap
akhirnya sejuta harap lenyap

Mengejar mimpi tak pernah wujud di sanubari
sama saja memelihara perih di hati

Aku tak akan berlomba mengejar bayang bayang ilusi
sebab percuma dan tak pasti
semua yang kurengkuh tak memuaskan diri
hingga senja menyapa kelelahan menanti
lebih baik berserah pada kehendak Illahi

#Belantaraibukota, Minggupahing, Sept 18-2022 = 08.18 wib



MENATA NIAT
Karya MS Sang Muham


Jika kau sempat
singgahlah sebentar di halte jiwa untuk istirahat
melepaskan segala penat
sembari kita bicara untuk mupakat
aku rasa belum telat

Sebelum tiba waktuku untuk melepas tangan yang terikat
sebaiknya kita simpul kata untuk sepakat

Meletakan beban berat
tak semudah menyusun kata tingkat bertingkat
tak juga bisa bicara singkat
sebab semua harus sama dan sederajat
mari menata niat

#Billymoonistanaku, Minggupahing, Sept 18-2022 = 08.08 wib



PENCAPAIAN HAKIKI
Karya MS Sang Muham


Menyusuri sunyi
sepanjang garis khatulistiwa nurani
kutemui seonggok sepi
meski sudah kutinggalkan semua identitas pribadi
hati tetap tertulari wabah benci

Begitu pun tetap kuletakkan bisik hati
sembari diri terus mencari

Di senja temaram bertabur duri
ingin kusapa hati
sudahlah tak usah lagi mengejar mimpi
sebab akhirnya sama saja berjalan ataupun berlari
pencapaian yang hakiki

#Billymoonistanaku, Minggupahing, Sept 18-2022 = 07.37 wib



DALAM SEKEJAB
Karya MS Sang Muham


Lenyap dalam sekejab
bahkan tak meninggalkan jejak
dalam lembab
kering kerontang retak retak
mata hati jadi sembab

Tak ada kata kata
percuma sia sia

Pergilah dalam senyap
bawalah sekalian memori
tanpa tanggung jawap
biarkan rasa di garis bawahi
melukiskan nurani yang gelap

#Billymoonistanaku, Sabtulegi, Sept 17-2022 = 11.31 wib



KAU SIMAK KATA OMPONG
Karya bersama Raden Saringat dan MS Sang Muham


Kau simak kata ompong
atau kau dengar tutur sepotong
saat betapa bodoh ku sanjung
hingga ku bagai sombong
padahal hanya dia penyandang bolong

Tak perduli apa kata orang
kata terucap sudah menjadi arang

Semua cuma bisa di kenang
pemanis kalimat lalu hilang
kau yang terpasang
terus terikat tak bisa lekang
janganlah bicara sembarang

#Belantaraibukota, Jumatkliwon, Sept 16-2022 =09.19 wib



BERDIRI TERPANA
Karya bersama Fajriudin dan MS Sang Muham


Menjejak rimba
terhimpit dua karang
menghenyak duka
terusik bumi galau gelap terang
berdiri terpana

Goyah terasa bumi di pijak
sebab asa yang tersentak

Bentangkan nyali
merambati sekujur jiwa
menetapkan hati supaya pasti
bicara apa adanya
setidaknya memastikan diri

#Belantaraibukota, Jumatkliwon, Sept 16-2022 = 09.09 wib



TERBUANG TAK PASTI
Karya bersama RRaden Saringat dan MS Sang Muham


Janganlah semua terbuang tak berarti
hanya singgah lalu pergi
seperti menyisipi hati
bukan urusan kita lagi
lesap sama sekali

Tataplah di timur sinar mentari
setia menyapa setiap pagi

Hidup memang penuh aroma tidak pasti
jangan bawa ke hati
syukuri dan jalani
semoga indah suatu hari
janji suci

#Belantaraibukota, Jumatkliwon, Sept 16-2022 = 08.18 wib



JEJAK JEJAK
Karya MS Sang Muham

Jejak jejak berserak
terbengkalai sepanjang jalan setapak
menuju nurani yang tersentak
sebab duka yang mendadak
tak mampu mengelak

Garis garis kenyataan semakin tak terkendali
menggelepar menyimpan luka nurani

Jejak semakin nyata
ketika sunyi memenuhi ruang dada
satu dua kata masih tampak membekas di mata
menyiratkan kecewa
tak mampu menghapus jejak di sukma

#Billymoonistanaku, Jumatkliwon, Sept 16-2022 = 06.40 wib




MELANGKAH DENGAN PASTI
Karya MS Sang Muham


Berhentilah meratapi kekata
sebab sudah terlanjur di bawa angin senja
sekalipun kini meninggalkan cacat luka
perih pedih di rongga dada
seperti mengorek mengusik kayu lapuk tua

Jika terus menerus berkutat dengan nostalgia
kapan lagi merancang sisa usia

Melangkahlah meski keraguan menyelimuti kepala
perhatikan rambu rambu jangan ulangi kesalahan yang sama
seimbangkan perasaan dengan logika
kematangan bertindak kunci sukses berkarya
selebihnya terserah Yang Maha Kuasa

#Billymoonistanaku, Mingguwage, Sept 25-2022 = 17.37 wib



MELINGKARI SUKMA
Karya bersama Raden Saringat dan MS Sang Muham


Jika bukan kala dan fakta jadi kendala
belum bising nanak terbaca
teringat tutur mama saat di desa
buat kalung saja
tetap melingkari sukma
Ingin rasanya bertahan sedikit waktu saja
agar rona pesona ada menyegarkan mata

Tak mampu kubendung usia
seiring waktu yang tersisa

tapi biarlah tetap kujemput senja
sembari menjalani karma
dalam kehidupan yang terlalu singkat di dunia

#Belantaraibukota, Jumatpahing, Sept 23-2022 = 20.00 wib



PAGIKU SUDAH TERKAPAR
Karya MS Sang Muham


Pagi sudah terkapar tak berdaya
di rajah sengketa tak berujung
memasuki senja kehabisan tenaga
ketika sukma tak sanggup lagi menampung
terlukis gelisah di wajah di ujung usia

Percuma meneriakan luka
sebab semua prosa ada di jiwa

Inilah gambaran nyata hidup di dunia
sebaris nostalgia untuk di kenang
ada suka ada duka ada kecewa
semua tersusun rapi di pustaka jiwa tak bisa di buang
memilah yang bermanfaat berdaya guna
di laksanakan atau di wariskan ke generasi mendatang

Biarlah pagiku sudah terkapar meninggalkan kecewa
di penghujung usia berbuat baiklah bagi sesama
barangkali bisa mengobati kecewa di dada

#Billymoonistanaku, Kamislegi, Sept 22-2022 = 06.06 wib



LUKA MEMBEKU DI HATI
Karya MS Sang Muham


Memujamu serupa dewa
seakan memenuhi relung jiwa
kini menimbulkan sengketa
serba salah
pikiranku lelah

Terkadang terpikir menyembunyikan nurani
tak peduli luka membeku di hati

Diam diam waktu bergulir tak lagi sempat kueja
satu persatu menyerah rebah di usia
kini letih mulai terasa
di gerogoti usia di tempuh
jiwaku luruh

#Billymoonistanaku, Seninpon, Sept 19-2022 = 08.08 wib



TERTIUP WAKTU
Karya MS Sang Muham


Menyelusuri nostalgia silam terbilang
berserakan catatan kertas usang
sebagian menutupi girang
bahkan tersangkut di beranda orang seberang
tertiup waktu terbang melayang

Jangan keraskan hatimu
cuma untuk menampik malu

Entah masih ada waktu atau tak mungkin
menyintas kenangan
jarak dan waktu membentangkan ketidakpastian
sementara usia beranjak memasuki senja
kesibukan menguasai raga

#Billymoonistanaku, Seninpon, Sept 19-2022 = 06.26 wib

MS Sang Muham

Kumpulan Puisi Rusti Arnii - AKU DAN MALAM


MALAM
By. Rusti s


Aku dan dirimu
Seirama
Sembunyikan rasa
Dalam sepi membisu

Saling bercerita
Tanpa kata
Tanpa suara
Menikmati gembira
Juga luka

Aku dan kau
Telah lama terlatih
Membingkai risau
Dalam kasih

Sebelum waktu
Membawa langkahku
Dan langkahmu
Pada hening paling hening itu

Gunungkidul 2022



AKU DAN MALAM
By. Rusti s

Setelah lelah menapak
Sepanjang terik hari
Langkah beranjak
Menepi dalam sepi

Seiring jejak surya
Memudar di langit purnama
Redupkan cerita
Kedalam rengkuh doa

Melintas diri sembunyikan
Setiap suara risau
Di antara nyanyian
Damai semesta
Menyatukan rasa
Dalam lembut keheningan

5 september 2022



CAHAYA RINDU
By. Rusti Arnii


sejauh jejak perjalanan
di antara lalu lalang peristiwa
yang menghadirkan suka duka
ada rindu yang setia Kau nyalakan

bercahaya dalam bayang keremangan
tak pernah lelah dan padam
menerangi doa dalam diam
menghangatkan sebuah harapan

pada rasa yang telah lama
menitipkan ketegaran
di setiap relung debaran
bersama hening cerita jiwa

Selembut kasih
seulas senyum
yang tak pernah jeda
menghapus luka

di sini
di sudut ruang kebisuan
ada asa redup menyala
di antara serpihan hati yang setia
menekuni perjalanan

Gunungkidul/2022



ANGIN
By. Rusti s


Desau angin
Membisik risau
Hening batin
Jiwa parau

Lirih suara rintih
Melantun sendu doa
Menemani langkah ringkih
Tekuni kisah tanpa kata

Saat senja kian nyata
Membias rona jingga
Sembunyikan rasa, luka
Dalam lembut cahaya

Luruh setiap ingin
Terbawa embusan angin
Kedalam peluk sunyi
Kembali pada pemilik misteri

#catatan
Gunubgkidul 2022




MUSIM DATANG
By. Rusti s


Musim datang
semaikan harapan
di ladang petani
benih padi telah menanti
tangan-tangan tulus bersahaja
menanam penuh kebaikan
menunaikan amanah kehidupan

Dalam hamparan keikhlasan
senyum tulus bermekaran
seiring rahmat tercurahkan
dalam rintik air hujan

bulir-bulirnya lembut
membasahi tetumbuhan
menjanjikan kegembiraan

Gunungkidul 23 september 2022



SELEMBUT KENANGAN
By. Rusti Arnii


Harapan berbunga
Selembut cinta
titipan semesta

Dari lembar cerita
penuh kasih
menyapa musim
dalam jiwa

Goreskan peristiwa
tinggalkan
rasa suka duka

Terpahat dalam
sebuah ingatan
melukis senyum
dalam kenangan

Gunugkidul 20 september 2022



CAHAYA RINDU
By. Rusti Arnii


Jejak perjalanan
di antara lalu lalang peristiwa
suka duka
dalam bayang keremangan
lantunan doa dalam diam
menghangatkan kerinduan

pada rasa telah lama
menitipkan ketegaran
di relung debaran
bersama hening cerita jiwa

Selembut kasih
seulas senyum
tak pernah jeda
menghapus luka

di ruang kebisuan
asa redup menyala
di antara serpihan
hati yang setia

Gunung kidul, 2022
RUSTI ARNII


Kumpulan Puisi Romy Sastra - MABUK CINTA


REVOLUSI NUSANTARA

Sebelum negeri dibangun di atas kesaksian purba, sejarah tercatat di ukiran berbatu beraksara sanskrit, kejayaan tempo dulu melanglang buana. Nisan-nisan moyang berjalan mengetuk pintu rumah cucu di malam-malam panjang, roh moyang bertanya: apakah nusantara ini akan moksa menuju peradaban baru ditunggu? Sebab kultur tabib berdupa mantra-mantra di ujung doa terjajah tak lagi dipercaya. Kini para habib merentang risalah akidah di layar android tanpa asap, hanya panas di kepala mata memerah saga. Dulu para santri jari-jarinya bertasbih mengirimkan berbait doa untuk kemerdekaan bangsa ini. Tapi kenapa kini berhaluan caci maki pada adat yang digadang-gadangkan sebagai adab menjadi asbab seranah tikai dibenturkan pada sunah. Padahal hakikat ayat dan adat menciptakan adab berganding penyeimbang semesta untuk sempurnanya akal yang bercahaya. Dan pada akhirnya revolusi nusantara terjadi memenuhi perjanjian zaman. Lalu menghamba ke teknologi yang pernah diisyaratkan pujangga dalam serat-serat purna untuk Indonesia berpanggung menuju mercusuar dunia. Tuan, revolusi nusantara ini terus berlanjut jangan takut.

Romy Sastra
Jakarta, 30 Maret 2022



ZAMAN EDAN

aku bermimpi
bungsil jatuh di mataku
setelah badai mengaliri sungai
daun-daun berdansa
namrudz terbahak di kastil
sebab dia memanggul gandum
: kesombongan
abraham memetik matahari
istana terbakar
kutuk bala pelerai lidah
joki membawa peti mati
kuda lumpuh
pesta distorsi delik revolusi
zaman edan
ilalang menghunus pedang

Romy Sastra
Jakarta, 30822



ADIPATI SEMARANG


jejak purba semarang dalam kisah,
bertanya sunan pada adipati pandanarang;

"sudah cukupkah dunia kau tumpuk-tumpuk tuan adipati?
dan sudah tahukah jalan keabadian kau jelang nanti?"

tuan adipati terkesima pada sabda adiluhung bijak dan berani.

"siapakah gerangan menungso yang wani karo aku bertitah dewa? lancang tenan iki menungso!" hardik adipati
"hei, kisanak! siapa kamu sebenarnya?"

pandanarang membentak, isi di benak membludak, yang selama ini bergelimang duniawi. hawa goda di pendopo mewah bersanding di samping permaisuri berparas bidadari, pandanarang kian garang.

"ampun hamba gusti adipati, hamba lancang pada gusti." sang wali berjubah lusuh bertopeng sudra, ngumpet nang panggonan padang

digdaya doa wali bersaksi di mata buta adipati, dan adipati terbelalak melihat keajaiban ilmu laduni. sunan tinggalkan adipati di dada yang resah, sunan mendulang kalimah di setiap langkah menuju bait-bait baitullah: yahu, yahu, yahu... ya allah. yahu, yahu, yahu... ya allah

adipati tersadar terbuka hidayah,
serasa duniawinya tak lagi berguna;

"sungguh aku telah lupa sedari pagi menjelang petang, aku akan pulang sebentar lagi menghadap pangeran"

mari ikuti aku permaisuriku! kita kejar sunan sampai ke baitullah.

adipati memilih berguru di jejak wali terus mengikuti tertatih-tatih, adipati diuji meninggalkan duniawi. adipati ditempa segala rasa dan jiwa tentang agama, jadilah adipati seorang ulama di semarang kota. perselingkuhannya pada dunia telah ia tanggalkan; adipati berbakti mengikuti jejak-jejak wali, sebab telah ia kuasai pengetahuan manunggaling kawulo gusti.

Romy Sastra
Jakarta, 26 Agustus 2022



MABUK CINTA
Romy Sastra


medan ahadiyat sajaratulyakin tumbuh subur di saat taat. makrokosmik nan megah menyatu di ranah tauhid tercipta wahdah. dzat suci menyelimuti ke dalam atma berkoloni di jiwa dan sukma

aku menengadah bersimpuh mencari kekasih bermandi peluh di dalam sunyi bertasbih. mabuk, mabukku ke dalam pertapaan maha cinta bercumbu seperti laila dan majenun. mengekang nafsu-nafsu angkara, tercampak nista ke kawah candradimuka, dari nyala api yang tak kunjung padam. kupadamkan bara genggam pelita menuju ranah

membuka tabir diri menyusun sepuluh jari, tersingkap bulir-bulir kelip. rohku menuju jauh ke samudra tak bertepi, naik ke angkasa tak berujung

aku diam dan fana menapaki jejak-jejak malam tak terpijak, terjungkal ke dasar tak tersentuh, terbang melampaui ubunku. aku menatap tatapan diselimuti hakikat memuji qadim tersembunyi dan realiti. ya, di dalam jiwa ini dengan daim

aku bercumbu mesra bersama diri, meski sendiri bukan mimpi melainkan daim itu tajali. aku lenyap senyap tak ingin bangkit lagi, indahnya kematian bertemu keabadian berasa surgawi, tak jauh tujuan temui makrifat ilahi, cukup satu napas 'kan terbuka arasy

: aku mabuk cinta

Jakarta, 28 September 2022




BULAN MENANGIS

tunggu
aku pergi dulu
memadamkan matahari
sebab rembulan
sudah menyinari halaman rumah

kutampar awan hitam itu
embun jatuh di mata
senyuman terbelah

lalu kusuguhkan roti ke sarang lebah
susu basi

Romy Sastra
Jakarta, 12 September 2022



BUNGA BERWAJAH SENDU


aku telah mengelilingi altar rupamu
kubaca sajak mabuk tanpa tajuk
dan mengalir begitu saja

kupandang saksama sebentuk mahkota
tak berurai diselubung mihrab
tasbih batin menitipkan bunga rasa
berharap kau tak menutup gerbangnya
aku mulai gila

di perjamuan sederhana itu
gelas berganding pengamat diam
kita melangkah sejurus waspada
mungkinkah perjalanan hingga ke tapal?
atau liar menuju arah berpendar
kopiku tumpah berbuah malu

dan pada tautan di selingkar jari
memantik ikrar cuma-cuma
sadarku, kisah baru bermula
ingin kulumat kopi nan tumpah
biar tak digarap semut-semut merah

: kupuja dikau bunga berwajah sendu

Romy Sastra
Jakarta, 9 Agustus 2022




SETIA

cinta kusuburkan di tanah rantau
sebelum musim berputik
kampung halaman tumpuan
di mana dulu,
jejak kanak-kanak kulukiskan
semenjak darah tumpah di rumah tua
aku digadangkan

aku bukanlah batu jatuh ke lubuk
pada riak di atas telaga
bayangan menari
aku terbiasa menantang gelombang
meski layaran diamuk badai
tak mengapa

aku berterima kasih pada terik
mengajarkanku pulang mengikuti bayangan
rindu kupupuk tak berbenalu
selalu segar dalam ingatan

aku berterima kasih pada kekasih
memupuk cinta penuh perjuangan
tak sia-sia suratan jadi kenyataan
: kau tujuan

aku berterima pada kebaikan alam
menuntun tak jemu sepanjang jalan
kisah? sampai kini aku masih setia
tongkat itu kubawa-bawa

Romy Sastra
Jakarta, 18922



BANGKAI MENANGIS

zikir di tapal batas tak lagi tahu destinasi pulang, senja melarut kelam. el-maut seringkali bertamu setiap waktu, membawa cemeti siksaan. nisan-nisan berjalan dungu.

el-maut bertutur: tunggulah laknatku dari khianatmu yang kaku. kau telah mengutuk kultur luhur di atas kesaksian ihdinas sirotol mustaqim, kau akan tersesat jalan menunggu kematian merasakan kesakitan yang berlipat-lipat, di ruang pengap itu, doa-doa bertarung keharibaan diharap bangkai berkalang tanah, berharap sampai sedekah jariyah.

dian di keranda kematian telah lama padam, bulan temaram. ketakutan tiba pada ziarah tanpa air mata. kain mori tinggal selapis, akidah dan maruah kian menipis. bangkai itu pada akhirnya diamuk sansai cacing-cacing tanah, tulang belulang memutih kapas, adakah cinta tergadai mengabai solusi?

anakku anakmu berseru: tongkat itu jangan hilang! sebab kehidupanku masih panjang.

sabda rasaku pamit melipat langit, meski masih tersisa untukmu. mari rapatkan barisan! amanah di pundak ini cukup berat, lalu yang mengemban pun sekarat. di mana amal itu?

Romy Sastra
15 September 2022



SKENARIO

Aku pernah mengirim surat ke meja istana, suratku sudah dibaca raja dan perdana menteri, bahkan bala tentara. Katanya aku dipecat sebagai rakyat tak setia pada institusi, dan aku tersudut manggut-manggut merengut: lilin mabuk. Sebab suratku saja masih dikebiri di balik laci, di sana-sini orasi jalanan berdelik revolusi tak kunjung usai. Padahal sistem demokrasi gagal membangun ikrar. Dan distorsi sebagai ujung belati yang digadang-gadangkan mencari sensasi panggung, ini gila. Lalu cinta dan kesadaran menuntunku bercermin, aku menonton maruah sendiri tergadai di skenario yang sansai. Menarilah!

Romy Sastra
Jakarta 15 September 2022




AFORISME MARHAEN
Romy Sastra


Kita patut berterima kasih pada Bung Karno
Ideologi dibangun ketahanan pangan
: adalah Petani
Penjaga Tatanan Negara Indonesia

Seandainya Bung Karno itu masih hidup
Dia akan perhatikan kaum proletar
Mengajak bangkit dari
Tangan-tangan kolonial
Tanah marhaen dijual
Dibangun pabrik-pabrik dan mal

Dulu...
Sawah dan ladang-ladang nenek moyang
Subur makmur
Cukup cangkul dan bajak tradisional mengembur
Hamanya hanya capung menari
Hasilnya mampu menghidupkan
Anak dan cucu-cucu setahun

Kini...
Sawah dan ladang-ladang petani tergusur
Evolusi teknologi dijadikan solusi
Delik kemajuan untuk petani
Hidupnya gamang bak di ujung tanduk

Padahal...
Hama di matamu tuan-tuan
Penyebab penyakit
Lahannya dibeli dijadikan real state

Hama itu telah menjadi bibit
Petani menjerit
Sebab hasilnya sedikit
Strategi bisnis tuan melangit

Keparat...
Lidahku mengutuk kepada pengkhianat
Marhaen geram
Ketakutan digilas zaman
Riwayat petani di ambang sekarat
Lalu tamat

Jakarta, 22 September 2022



DUKA RIAU DUKA KITA
Romy Sastra


ketika musim kemarau tiba
langit riau gelap gulita
apakah ini azab?
tidak...!

ini bukan azab
melainkan pertarungan
siapa kuat siapa dapat
mereka menjajah lahan

bumi riau selalu berduka setiap tahun
asap menjadi pemicu
sumpah serapah di mana-mana
sebab, cacing telah jatuh ke mata
duka riau duka kita

tuan,
hutan yang kami gadang-gadangkan untuk generasi jangan dibakar!
negeri kami hijau untuk tanah rantau
jangan tukar negeri kami jadi kelapa sawit
jika hidup anak riau menjerit

Jakarta, 26 Agustus 2019



LANCANG KUNING KEHILANGAN ARAH
Romy Sastra


aku bertanya pada arang di tunggul lapuk
siapa menciptakan unggun kemarin?
ilalang manggut-manggut
masa depan direnggut
si jahil membawa obor kematian
baru pulang dari pesta
si puntung dilemparkan

kemarau melanda mengundang risau
riau berkabung asap-asap membubung
ancala dijajah si jago merah

mengertilah tuan!
jangan rantaukan nasib kami di tanah sendiri
riau malu di mata tetangga
layaran lancang kuning kehilangan arah
asap sesaat kau buat-buat
kami menyumpah
kami menggutukmu
bangsattt....!!

Jakarta, 23 Agustus 2019