UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 07 September 2022

Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu – AKU PERGI TANPA MELANGKAH




MERINDU
Yuni Tri Wahyu


Pada perhelatan sepi hati beriak rindu. Bermain-main di teluk kalbu. Timbul tenggelam, mengapung lalu hilang tanpa pesan.

Dalam hitungan detik kembali hadir, sentuh rasa sedikit malu-malu. Ia begitu lucu menggemaskan.

Angan berlarian mengejar waktu berpacu melawan sesak. Tetap saja kebersamaan tersekat garis perjalanan. Entah pada hitungan keberapa saling bergandeng syahdu, ataukah akan selalu merindu tanpa mengenal tepi?

Hanya kehendakNya berkuasa.

Tangerang, 04 September 2022



MELUMAT BENCI
Yuni Tri Wahyu


Angin masih saja kabarkan luka, tentangmu
Tentang kebersamaan ambigu
Yang kupeluk dengan rindu rintihan sendu
Sendu memapah pilu atas terbukanya topeng kenangan

Kenangan manis mengiris serpihan kepercayaan
Kepercayaanku yang engkau rampas tanpa sedikitpun iba
Ibarat bunga mawar mekar, satu-satu kelopaknya luruh
Luruh luluh rapuh terembus pencitraan belaka

Belakang depan berbeda, senyummu serapah paling sempurna
Menyempurnakan pedih pertikaian tanpa sengketa
Sengketa saling rebut kecewa
Kekecewaan memisahkan perjalanan kita

Kita tak lagi memanggil rindu untuk hiasi doa
Doaku tak pernah kau aminkan sebagaimana mestinya
Semestinya melumat benci lalu melapangkan dada ikhlas
Ikhlas membuang dendam

Tangerang, 29 Agustus 2022



AKU PERGI TANPA MELANGKAH
Yuni Tri Wahyu

Kau kubur setia dengan taburan kembang kamboja
Gundukkan tanah merah menyimpan sengketa
Berulang kali aku bangkit bertahan dari sakit tanpa luka
Selintas bayang kematian berkuasa

Memimpin mimpi buruk paling durjana
Membelah setiap ingatan menjadi serpihan kaca
Tajam menusuk barisan kata, percaya
Entah dungu atau alasan semata

Selapis rambut pembatas pergulatan batin
Namun seiring berjalannya waktu, terkuak bejat memilin
Rindu hanyalah nyanyian sepi bermain berkejaran dalam labiriin
Kesunyian, dan aku diam menatap cahaya lilin

Sementara jiwa berkelana menjemput logika
Menerangi kegelapan tanpa bisa menolak ketika tubuh harus meleleh tak lagi berfaedah
Ikrar hati kehilangan makna, aku pergi tanpa melangkah
Usai sudah kita mengayuh huru-hara

Tangerang, 28 Agustus 2022




MENANAK LUKA
Yuni Tri Wahyu


Telah kukemasi perih yang tergores pada setiap lekuk perasaan. Dengan berderai penyesalan hati selalu mencoba menerima, jalani sisa perjalanan dengan langkah ikhlas.

Ketika duka mengering kupetik hikmah atas segala kebaikan tersimpan. Kemudian menanak luka dengan api sedang hingga matangnya sesuai harapan untuk lengkapi hidangan terlezat di batas senja.

Maghrib pun datang, saat tunaikan kewajiban kemudian bersimpuh berdoa seiring luruh patuh atas kuasaNya.

Tangerang, 08 September 2022



PUSARA TANPA NISAN
Yuni Tri Wahyu

Jangan tanya lagi tentang sisa luka kemarin
Biarkan tersimpan dalam hening
Kehadiranmu menjadi tidak penting
Meski memikul penyesalan yang entah

Aku masih menyaksikan dari sinar matamu
Pertunjukan keangkuhan memanipulasi keadaan
Senyum itu bertebaran mengibar aroma pembenaran
Simpan saja untuknya, buat mereka, atau puja oleh diri sendiri

Jangan lagi menziarahi waktu
Semua telah berlalu, kisah pilu mengharu biru
Cukup batas rengkuhanmu pada jejak yang tertinggal
Tentang kita, telah aku kubur dalam pusara tanpa nisan

Tangerang, 10 September 2022




STASIUN TERAKHIR SEBELUM MELAJU TANPA HENTI
Yuni Tri Wahyu


Kereta melaju tak dapat dihentikan oleh waktu. Hingga peron-peron terlampaui. Entah pada hitungan keberapa kutemukan stasiun bertaburan bunga aneka warna.

Aku memunguti setiap kelopak yang terberai angin. Kemudian merangkai dalam selembar sketsa, tergambar wajahmu dengan raut sendu. Duduk diam dalam gerbong penantian perjalanan.

Kita berjumpa, saling melempar senyum penuh luka. Engkau berpindah duduk di sampingku. Di stasiun terakhir sebelum kereta melaju tanpa henti, abadi.

Tangerang, 17 September 2022



MENEPIS PRASANGKA
Yuni Tri Wahyu


Ada peran tentang perselingkuhan angka
Menyeruak di bangku starta
Mengintip jenjang akhir perjalanan

Manis miris berlenggak lenggok
Di depan wajah-wajah tegang
Menuju sidang, usai masa

Oh, tidak
Sudah keputusan bersama antara satu dan dua
Diam, jangan simpan rasa bercabang rindang

Selayaknya meneduh sejukkan harapan
Nikmati saja, meski berliku pilu
Lalu tersenyumlah menepis prasangka

Tangerang, 13 September 2022




NDA
Yuni Tri Wahyu

semat rasa paling purna
tanpa tawar seberapa sekat
terhampar sepanjang perjalanan
tumbuh kembang pokok kasih sayang

nda
keyakinan sertai ikrar tanpa ucap
terlalu merdu suara hati
bergema seirama lantunan doa

nda
mari saling rengkuh mesra
meski awan hitam simpan air mata
langit pun berbincang tentang angin

menampar kisah nestapa
perihnya cinta yang khianat
namun kita sobek dengan segenggam ikhlas
nda hari ini, esok, milik kita

Tangerang, 21 September 2022

YUNI TRI WAHYU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar