UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 07 September 2022

Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - RINAI HUJAN


 
WAJAH KOTAKU
Karya : Siamir Marulafau


Kota ini terpampang di terik mentari
Mengukir sungai tak mengalir
Sampah - sampah bekeliaran
Pohon - pohon menghijau

Gedung pencakar langit tersenyum
Raja di negeri ini bagaimana?
Senyum raja itu tak seindah awan di balik gedung
Kadang menggumpal
Kadang cerah

Arah angin tertiup tak tentu
Budayanya kaku
Taman budaya pun bagai sarang hantu
Hanya kedip - kedip lampu terang benderang
Di temaram malam yang tak mengilau

Wajah kota ini bagaimana?
Menyengir di setiap sudut
Hanya sungai tak mengalir merajut benang - benang kusut
Di kala aliran sungai itu meluap ke daratan

Semua pohon- pohon menjerit dan kedinginan
Kehidupan tak mati tak hidup
Tikus- tikus melahap di tong sampah
Akan ke mana nasib ini dibuang?

Tuhan pun geleng- geleng kepala
Bila tikus - tikus tak bisa dikandangkan
Di bunuh semua
Wajah itu tak semanis madu kau harapkan
Akan musnah semua di pelataran sinar mentari membakar

Medan, 04.09.2022



IMPIAN YANG SIRNA
Karya : Siamir Marulafau

Impian itu tak sampai di ujung dunia
Bagai fatamorgana
Hanya sekejap membidik lara
Kebekalan hidup sepertinya berada di ranting melapuk

Hanya Tuhan yang tahu
Mengapa tak kau genggam sinar menjelang senja
Akankah sinar itu jadi bayang- bayang?
Sementara tanah diam akan membalut jasad

Mengapa kau biarkan lirikan itu tak merangkul cahaya
Di kala senja akan terbenam di penantian
Sungguh kesal pada cahaya meredup di temaram malam
Di kala angin sepoi tak menghembus kasih di pelataran asmara

Medan, 03.09.2022



LANGIT
Karya : Siamir Marulafau


Di langit itu terbentang cahaya
Menerang di atas pundak setiap insan
Akan ke mana wajah ini dilarikan
Jika tangan dan kaki tak bersahabat dengan bumi

Sementara bumi berputar siang malam
Hati bagai sungai mengalir dengan tenang
Bila bumi digoncang
Akan ke mana kau lari?

Makhluk Tuhan mundar mandir
Ada apa?
Sujud sekejap tak dimungkiri
Menyebut nama Tuhan berkali- kali

Medan, 03.09.2022



RINAI HUJAN
Karya : Siamir Marulafau


Aku ingin jadi hujan
Mengguyur bumi yang tak henti- hentinya
Rinai hujan itu dingin
Tak punya mata

Entah ke mana mengalir
Sungai itu meluap setiap tahun
Tak ada yang membendung
Sampah - sampah ikut hanyut

Negeri ini kebanjiran
Tak ada bendungan yang menampung
Sampah- sampah busuk itu berkeliaran
Banyak yang tak punya mata hati

Medan, 01.09.22



MAWAR HILANG
Siamir Marulafau


Bagaimana aku bisa membuang mawar itu jauh-jauh dari
Karena kau adalah bahan bakarmu
heart
Meski kau tak pernah tersenyum saat aku sendirian
Tapi gairah saya hanya dalam mimpi

Bahwa aku biasa memasang sinar bulan dengan
Yang telah terpaku pada senja
Sampai mati aku jaga
Setiap kali aku menulis dan membaca puisi-puisi saya
Ke mana pun saya bepergian

Sinar bulan ada di kepalaku
Semua lampu jalan akan ada untuk menenangkan
Hidupku menjadi lilin tanpa pencahayaan
Ayat yang tertulis di langkah terakhir trek saya

29 Agustus 2022




ADA APA DENGAN AKAR
Karya : Siamir Marulafau


Di sana ada akar
Di sini ada akar

     Merambat ke sana
     Merambat ke sini

Mengikat ke sana
Mengikat ke sini

     Menguatkan kehidupan
     Mengingat kematian

Menumbuhkan persaudaraan
Membina bangsa

     Memupuk generasi
     Mencerdaskan rakyat

Mengakar pada Ilahi
Mempererat silaturahmi

Penang, 12.09.2022




SIAPA KAU DAN SIAPA AKU
Karya : Siamir Marulafau

Bila ditanya siapa kau dan aku
Aku hanya menjawab sama - sama ciptaan dari debu
Tuhan segalanya maha tahu
Siapa kau dan aku
Bagai pohon ditanam dari tahun ke tahun

Berbagi rasa menghirup udara segar tanpa merasa aku lebih hebat dari kau
Aku berjuang untuk diriku
Masuk ke tempat tujuan yang dituju
Terhindar dari tempat berbau busuk

Jangan ditanya siapa aku
Aku bebas bagai burung terbang mencari surgaku
Di era modern ini ada penentu
Akan ke mana biduk itu berlabuh
Selain di dermaga berukir cahaya sebagai petunjuk

Aku hanya menyulam kompas kearah timur
Karena di sana terbit sinar menerangi diriku
Di bawah sinar mentari mengeringkan jasad terkulai basah dengan dosa duniawiku
Di sanalah aku berdiam
Menunggu padang tak berumput setelah bersemayam di tanah tak bersuluh

Medan, 17.09.2022.



ARAHAN HIDUP
Karya : Siamir Marulafau


Di negara itu ada keyakinan terpadu
Dari tahun ketahun rukun selalu
Bagai daun di pohon rimbun tak bersenggolan sehelai pun
Walau angin kencang menderu dan bertiup

Tapi rantingnya pun tak mau tahu
Agama yang dipeluk tak akan menjadi bumerang bagi setiap pemeluk
Yang membuat aku cemas hanya bagi yang memeluk tak serius

Bertahun- tahun diberitahu, ini arahanKu yang terpadu
Jalan yang dilalui tak berlumpur dan tak berjurang
Jika mau berjalan di jalan berlumpur
Tak akan ada yang mengutuk
Selain Tuhan tahu siapa kau dan Aku

Jika di suatu masa ditanya siapa Tuhanmu
Bila langit terkunci dan pintu tobat tertutup
Masuk bara api menyala tak berguna
Tanyalah pada dirimu bukan padaKu

Medan, 17.09.2022



LIRIKAN SEPINTAS
Karya : Siamir Marulafau


Di ujung jalan itu ada kota
Megah sungguh bila ditatap

Tapi awan tak berkisah
Apakah serangga terbang siang malam

Udara itu sungguh menjerit
Karena sehelai surat pun tak ada cap

Akan ke mana laluan itu berhenti
Jalan yang dilalui tak akan buntu

Sepanjang dunia bermata tajam
Suatu ketika akan terhempas di tong sampah

Medan, 16.09.2022



KOS BERNILAI
Karya : Siamir Marulafau


Percaturan tertata seikhlas hati
Menumbuhkan tanaman di pinggir bukit
Merangkul sinar menerang di ufuk timur
Jika tahun ini rembulan bercahaya
Percayalah burung- burung menyanyi dengan gembira

Harga bahagia tersulam cahaya senja
Walau bumi berbelah
Lautan marah
Tapi kos itu hanya kertas impian
Hati yang dalam berbenah kedamaian kerana roh mengukir kebersamaan
Bukan dinafikan setitik noda

Dengan kesungguhan tertulis tinta
Bersemayam dalam bilik lara
Bernilai sungguh tak bisa ditunaikan
Seiring tali kuat sungguh mengikat janji

Walau badai bergejolak sungguh
Biduk berlayar tak oleng sekejap
Puisi bergelora mengikat insan
Hanya pada Tuhan berserah diri
Jika ketibaan tak menunaikan janji
Allahu Akbar, 3 X

Medan, 14.09.2022



KAMPUSKU YANG KE 57
Karya : Siamir Marulafau


Hari ini hari gemilang, kampusku....
Fib usuku menggema di segala penjuru
Aku mengupas keberagaman
Yang tak habis- habisnya

Sungguhkah Fib USU ini menyulam cahaya
Kesekian tahun wajahmu berseri- seri bagai rembulan malam
Menerangi langkah yang tertinggal
Merangkul pikiran yang tumpul ke yang tajam

Kecerdasan mengukir pohon kering
Hidup membuahkan hasil yang gemilang
Tak akan dibiarkan kering di daratan lumpur tak bermakna
Biarlah rumput - rumput itu tumbuh di era milineal
Sepanjang Fib USU ini bergulir jadi panutan

Medan, 15.09.2022.




JEJAK YANG TERTINGGAL
Karya : Siamir Marulafau


Di lorong - lorong itu ada tapak
Jejak kaki yang tertinggal
Tak akan runtuh sepanjang masa
Jika nafas bersemedi di celah - celah pohon
Seiring daun merimbun di pelataran senja

Aku yakin lorong itu bersahabat
Sepanjang tuturan tak tenggelam dalam sungai
Mengangkat ranting patah di langit cerah
Walau burung menenggek menjerit

Akan di mana jejak itu disimpan
Tak akan dibiarkan dalam kegelapan
Jejak itu mewangi dari tahun ke tahun
Akan disemayamkan dalam bingkai syair panjang

Medan, 22.09.2022



BANGKAI YANG BUSUK
Karya : Siamir Marulafau


Minyak itu bukan dari daun selasih
Merambat di atas pohon jati
Buminya kering beralih ke air bersih
Harganya melambung ke ujung langit

Sungai- sungai pun tak mengalir lagi
Akan ke mana perut ini digadaikan
Jika isinya kosong bagai karung tak berisi
Akan tumbang dan hanyut di muara tak bertepi

Sungguh minyak itu bukan pelumas hati
Sepertinya bangkai busuk
Akan ke mana nasib semut- semut yang
terinjak- injak ini dialamatkan
Jika mentari enggan menyinari bumi

Seiring yang terluka semakin menganga
Tak ada obat memulihkan kepedihan hati
Terisak tangis dengan air mata kering
Jika aroma BBM nya menggulingkan hidup yang membangkai sejak pandemic

Medan, 21.09.2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar