RINDU YANG TERBUNGKUS
Siamir Marulafau
Kau ayunkan hatiku di hamparan lautan kutatap
Menyepi di atas pasir berhamburan
Di kala langit menatap wajahku yang kesepian
Mengapa tali itu kau pegang?
Sementara deburan ombak tak kau hiraukan
Dia akan berayun di sebelah kiri
Menerima pelukan hangat sehangat pasir dikau bentangkan di hamparan pasir putih kuimpikan
Jika tak di suguhkan, akan berpaling ke arah barat sampai Senja terbenam
Dan tak akan kembali walaupun tatapan mata memandang sampai akhir zaman
Jangan biarkan kerinduan mengayun di dermaga tak bertuan
Sepanjang angin tak menghembus selendang dibentangkan
Dan di sana akan terbungkus kerinduan tak terabaikan
PERAN BAHASA TERHADAP SASTRAWAN SEBAGAI KHAZANAH BUDAYA BANGSA
Siamir Marulafau
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
penyairdcm2@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Bahasa adalah merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Selain dapat mendeskripsikan sesuatu dengan jelas baik dalam bahasa lisan maupun tulisan,bahasa itu memiliki peran terhadap seseorang apalagi terhadap sastrawan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu apa yang dibicarakan maupun apa yang ditulis.
Bahasa dapat dikatakan sebagai simbol memiliki makna, dan memberikan pengertian yang jelas kepada seseorang untuk menanggapi apa yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, bahasa sebagai alat komunikasi memerlukan ekspresi yang dapat dimengerti oleh orang lain. Dalam kajian ini,kemungkinan akan timbul pertanyaan kepada kita bahwa mungkinkah seseorang apakah dia sebagai sastrawan atau penyair memerlukan bahasa ?Apa peran bahasa terhadap mereka yang selalu terjun dalam penulisan karya sastra? Apa pun bahasa yang digunakan tetap berperan terhadap pengguna bahasa dan apalagi sastrawan.Tidak akan mungkin seorang sastrawan dapat mengulas sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaannya tanpa menggunakan bahasa. Tidak hanya dalam komunikasi dan proses interaksi sosial sehari-hari, ternyata bahasa memiliki peranan penting dalam komunikasi sastra. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hasil karya sastra yang ditulis oleh sastrawan- sastrawan di negeri tercinta ini, seperti penulisan karya sastra puisi, cerpen, atau bahkan novel.
II.PEMBAHASAN
Merujuk pada peran bahasa terhadap sastrawan adalah salah satu hal yang paling penting dibicarakan. Karena jika bahasa dinilai tak ada fungsi sebagai alat untuk penulisan karya sastra berarti bahasa yang digunakan untuk penulisan karya sastra itu tak bermakna, dan alat apa yang harus digunakan oleh para sastrawan untuk menulis karya sastra mereka? Maka dalam pembahasan ini, peran bahasa itu sangat penting dibicarakan. Kemampuan seseorang dalam penulisan karya sastra dapat dilihat dari bahasanya. Dengan adanya bahasa digunakan oleh mereka, dapat dilihat bagaimana mereka mengolah kata dan mendeskripsikan pikiran mereka dalam penggunaan bahasa pada karya sastra itu.Kita sebagai pembaca juga akan dapat menikmati karya sastra yang ditulis dan diciptakan oleh mereka sebagai khazanah budaya bangsa. Sebagai contoh salah seorang sastrawan di negara kita ini adalah Sanusi Pane telah menulis beberapa karya sastra dalam bahasa Indonesia dan salah satu diantaranya adalah ,seperti puisi bertajuk “Sajak”,sebagai berikut:
“O, bukanlah dalam kata yang rancak
Kata yang pelik kebagusan sajak
O, pujangga buanglah segala kata
Yang kan mempermainkan mata
Dan hanya dibaca sepintas lalu
Karena tak keluar dari sukma
Seperti matahari mencintai bumi
Memberi sinar selama-lamanya
Tidak meminta sesuatu kembali
Harus cintamu senantiasa”
Puisi yang bertajuk “Sajak”di atas adalah puisi karya Sanusi Pane yang unik dan memiliki gaya baru dalam penulisan puisi Indonesia. Memang setiap penyair memiliki gaya penulisan yang berbeda-beda. Perlu ditandai bahwa sastrawan itu menggunakan bahasa seni sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Pengunaan kata-kata atau diksi yang sesuai dan tepat dengan tema puisi adalah merujuk pada pokok pemikiran sang pengarang. Maka bahasa puitis yang dugunakan oleh sastrawan seperti Sanusi Pane dalam menciptakan karya sastra dinilai lebih efektif dalam memberikan ekspresi terhadap pembacanya.
Yang paling penting diingatkan kepada kita bahwa peran bahasa itu terhadap sastrawan sangat memberikan dampak positif terhadap mereka dalam menulis setiap karya sastra, apakah itu puisi, cerpen atau novel. Peran bahasa dalam menciptakan karya sastra seperti : 1. Menyampaikan pesan, 2. Menggambarkan sesuatu dengan detail, 3. Mengekspresikan perasaan, 4. Mengekspresikan ide, 5. Menjadi identitas, 6. Pemuasan rasa estetis, 7. Memberikan nilai artistik, 8. Memberikan ilmu (Denia Dey,April,2018). Tapi namun demikian , kita sebagai pembaca harus tahu bahwa dalam penulisan setiap karya sastra oleh sastrawan harus ada istilah kegunaan dan fungsi (“ utile dan dulce” ) karya sastra itu disamping adanya peran bahasa. Halini sangat mendukung dalam penulisan karya sastra itu. Mengapa harus demikian? Karena Karya sastra itu bukan hanya saja dipandang dari sudut peran bahasa tetapi kegunaan dan fungsi karya sastra itu bagi masyarakat. Hal ini harusdiingat bahwa ada dua fungsi karya sastra yaitu fungsi dulce dan utile. Dulce artinya menghibur. Sedangkan utile adalah mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca (El-Shirazy, 2008: 271).
Dalam hal menyampaikan pesan, karya sastra itu lazim jika pengarang mempublikasikan karya sastra itu untuk dapat dinikmati oleh pembacanya. Jika karya sastra itu tidak dipublikasikan, bagaimana pembaca dapat mendapatkan pesan? Itu kan tidak mungkin karya sastra dibiarkan begitu saja sepertinya karya tersebut layaknya tong tanpa isi akan nyaring bunyinya. Makanya setiap pengarang harus mampu menggunakan bahasa bila menulis karya sastra supaya apa yang disampaikan dalam karya sastra itu mengandung unsur pesan dan kesan bagi pembacanya.
Pada hakekatnya,karya sastra itu bukan hanya menggunakan bahasa dalam bentuk komunikasi lisan, akan tetapi bisa juga dalam berupa tulisan. Komunikasi tulisan sering dijumpai dalam berbagai media sosial yang penerapannya sering diterapkan dalam teori komunikasi dalam media pembelajaran. Hal ini sangat mendukung dalam proses belajar mengajar, terutama sekali misalnya dalam menciptakan karya seni puisi. Peran bahasa dalam penulisan karya puisi ini sangat terasa bagi setiap pengarang karya sastra.
Penciptaan sebuah karya puisi atau cerpen tidaklah sembarang meskipun tidak terlalu mendeskripsikan lingkungan sekitar dan mendetail seperti novel. Penulisan sebuah novel harus lebih mendetail untuk menggambarkan sesuatu hal yang diceritakan supaya pembaca dapat memahami apa yang dilihat, dirasakan atau didengar oleh sang tokoh dalam novel tersebut. Coba kita bayangkan,seorang pengarang novel menggunakan bahasa dengan banyak perbendaharaan kata dengan menggunakan gaya bahasa yang indah disertai dengan kata atau diksi yang terpilih. Hal ini memang suatu yang luar biasa agar pembaca tak merasa bosan membaca novel tersebut dan apalagi jika karya yang ditulis itu dalam bentuk puisi. Ini menyangkut pada fungsi diksi baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Maka sebagai sastrawan harus mendalami penggunaan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan ”Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam penulisan karya sastra. Hal ini terletak pada beberapa hal. Yaitu pada aturan penulisan (dengan menggunakan EYD), gaya bahasa (sebagai sistem) dan tentunya unsur pembentuk. Meski sastra lebih menekankan pada estetika, namun karya sastra yang terikat bentuk tertulis tidak dapat dipisahkan dengan aturan penulisan. Setiap kata dan kalimat tetap harus terikat pada bentuk yang baku. Pun juga karya sastra terikat dengan tata bahasa ; fonologi, morfologi dan sintaksis (Ratna, 2009: 65)”
Penulisan karya sastra bukan hanya saja menyangkut pada penggambaran sesuatu yang detail,akan tetapi pengarang setidaknya mampu mengungkapkan dan memiliki perasaan dalam menulis karya sastra itu. Mengapa tidak? Misalnya dalam puisi, penulis menggunakan kata-kata yang puitis yang tidak sama dengan kata-kata pada bahasa sehari-hari.Inilah yang membuat puisi itu terasa indah. Penulis harus mampu mengekspresikan apa yang akan ada dalam benaknya. Kata-kata tersebut akan selalu sulit dimengerti oleh pembacanya, yang kadang hanya menerka – nerka. Makna puisi tidak selalu pas apa yang dikatakan oleh pembaca karya sang pengarang itu. Karena makna yang tersirat di balik tersurat itu hanya diketahui oleh pengarangnya. Apabila tidak tahu makna karya sastra itu, pembaca hendaknya kembali bertanya pada penulis. Apa makna karya sastra yang ditulisnya itu?
Pemaparan ide dalam sebuah karya sastra adalah salah satu unsur yang penting dalam menggunakan bahasa untuk menciptakan sebuah karya sastra oleh sastrawan. Hal ini kita dapat mengetahui bagaimana pola pikir sang pencipta melalui bahasanya dalam karya sastra itu. Selain itu, dapat juga difahami dengan jelas tentang apa yang digambarkan oleh penulis novel dalam karyanya yang menyangkut tentang karakter sang tokoh dalam novel tersebut.Tentu saja seorang penulis novel berusaha menyelesaikan konflik yang timbul diantara para pelaku dalam novel yang ditulisnya sebagai petanda bahwa dialah mampu menyelesaikan sesuatu masalah diantara tokoh yang dipilihnya. Ini tergantung pada seorang novelis apakah dia bijak atau tidak dalam menanggapi sesuatu hal yang merujuk pada pengalaman , penuangan ide serta pengetahuan kepada pembaca.Maka seorang novelis memiliki pengetahuan yang amat luas terhadap penguasaan bahasa dalam penulisan karya sastra.
Selain pemaparan ide dalam penulisan karya sastra, pengarang juga harus mampu menyampaikan maksudnya sebagai identitas dirinya. Dalam hal ini, pencipta karya sastra terkadang menggunakan caranya sendiri sesuai dengan kemampuan dan seleranya. Kadang terlihat bahasanya kaku, ada juga bahasa yang sifatnya santai. Untuk ini, perlu diketahui bahwa pencipta karya sastra itu memiliki pengetahuan yang berbeda dalam penggunaan bahasa. Ini juga tergatung kepada pengetahuan seseorang pencipta karya sastra dalam menggunakan bahasa dalam karyanya.
Dalam hal ini sering disarankan untuk membaca karya sastra dan sekalian menikmati hasil karya sastra itu guna untuk mengetahui identitas pencipta karya sastra itu. Mengetahui maksud dan tujuan karya sastra seorang pengarang bukanlah hal yang gampang jika kita tak mengetahui siapa sebenarnya pengarang karya sastra itu. Banyak pembaca asal menebak –nebak karya sastra seseorang karena kemungkinan adanya kedangkalan ilmu dalam menganalisis sebuah karya sastra. Makanya seorang pembaca harus mengenal gaya kepenulisan penuliskarya sastra tersebut. Inilah salah satu peranan bahasa dalam komunikasi sastra,yaitu jati diri sang pencipta sastra. Maka kita disarankan untuk terjun ke dunia sastra dan menulis karya sastra sebanyak-banyaknya supaya masyarakat mengetahui jati diri kita sebagai pengarang. Dalam hal ini, mereka akan lebih mengenal kita sebagai pengarang , dan terutama gaya penulisan kita walapun kita sebagai penulis terkenal. Karena setiap pengarang memiliki keunikan sendiri dan keunikan itu yang perlu dikembangkan.Mengapa setiap orang memiliki keunikan dalam menulis karya sastra? Karena setiap orang itu memiliki bakat dan latar belakang pengetahuan sastra serta bahasa yang berbeda.
Dalam penulisan karya sastra juga dijumpai pemuasan rasa estetis. Dengan pengertian bahwa jika kita menguasai bahasa dan mampu menulis karya sastra dengan bahasa yang digunakan, semakin tinggi nilai karya sastra yang kita tulis. Karena kemampuan kebahasaan seseorang dalam penulisan karya sastra semakin baik mengolah kata dan kalimat yang indah untuk menciptakan nilai artistik dalam sebuah karya sastra. Sehingga ,seseorang dapat memuaskan rasa estetis melalui hasil karya sastra yang diciptakannya. Nilai keindahan sangat penting dalam sebuah karya sastra. Keindahan penggunaan bahasa dalam pencitaan karya sastra akan membuat orang tertarik membaca karya sastra tersebut. Karya sastra, merupakan bentuk ide yang dibuat secara tertulis. Dari hal itu, penulisannya terikat oleh ejaan. Tapi bukan hanya saja dalam bentuk ide tapi, “ejaan baku yang dipakai adalah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Maka dalam menulis sebuah karya sastra berbahasa Indonesia, harus bersandar pada EYD yang baku. Disini, bahasa Indonesia berperan untuk penulisan karya sastra. Setidaknya hal umum yang perlu diperhatikan adalah pemakaian ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf mengingat konteksnya karya sastra sebagai bahasa secara tertulis (Rahardi, 2009: 18)”
Karya sastra seseorang bukan hanya saja dtemukan rasa estetis tetapi karya sastra itu juga memberikan nilai aritstik. Nilai ini akan memberikan peran untuk menentukan seberapa baik karya sastra tersebut diciptakan. Jika karya sastra memiliki nilai artistik maka banyak pembaca memberikan respon pada karya sastra tersebut. Respon itu akan memberikan gambaran pada penulis atas kemampuannya sebagai pencipta karya seni. Hal ini akan menunjukkan minat dan ikatan para pembaca karya itu sebagai karya yang dianggap terbaik di antara karya-karya yang diciptakan oleh penulis lain.
Salah satu hal yang paling dalam penciptaan karya sastra oleh sastrawan adalah fungsi atau kegunaan karya sastra itu sendiri. Ini manyangkut pada pemberian ilmu merujuk pada pengaruh bahasa dalam bidang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa sastra menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di berbagai sekolah di negara ini, kita akan menemukan kurikulum mata pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa-siswi diajak untuk banyak membaca melalui tugas-tugas berupa konteks sastra untuk menambah wawasan mereka mengetahui tentang sastra. Mereka paling tidak diajak untuk membaca puisi sebagai pelatihan dalam mendalami sastra.
Merujuk pada tanggapan bahwa sastra itu akan memberikan ilmu, tentu saja perkembangannya akan menggunakan bahasa sebagai alat. Tidak akan mungkin sastra itu tercipta tanpa bahasa. Rene Wellek dan Austin Warrent dalam Theory of Literature, mengatakan bahwa sastra itu adalah hasil ciptaan dan olahan pikiran manusia menggunakan bahasa sebagai alat (Literature is a creation of human mind using language as its medium). Dengan mempelajari sastra berarti akan menambah pengetahuan bahasa kepada siswa. Terutama sekali penambahan keahlian membaca dan menulis yang harus dibina dan dikembangkan. Dan begitu pula dengan sastrawan seperti Sanusi Pane tentu saja menggunakan bahasa sebagai alat untuk menciptakan karya sastranya dan menjadikan karya sastra itu sebagai khazanah budaya bangsa. Kemungkninan timbul saja pertanyaan kepada kita, bahasa apa yang digunakan oleh Sanusi Pane dalam menulis karya-karya-nya?
Sanusi Pane sebagai warga negara Indonesia, tentu saja dia menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat satu-satunya untuk dikembangkan melalui penulisan karya sastra seperti apa yang tertera dalam puisi di bawah ini.
PAGI
Pagi telah tiba, sinar matari
Memancar dari belakang gunung,
Menerangi bumi, yang tadi dirundung
Malam, yang sekarang sudahlah lari.
Alam bersuka ria, gelak tersenyum,
Berseri-seri, dipeluk si raja siang.
Duka nestapa sudah diganti riang,
Sebab Sinar Bahagia datang mencium.
Mari, O Jiwa, yang meratap selalu
Dalam rumahmu, turutlah daku.
Apa guna menangisi waktu yang silam?
Mari, bersuka ria, bercengkerema
Dengan alam, dengan sinar bersama-sama,
Di bawah langit yang seperti nilam.
KESADARAN
Pada kepalaku sudah direka,
Mahkota bunga kekal belaka,
Aku sudah jadi merdeka,
Sudah mendapat bahagia baka.
Aku melayang kelangit bintang,
Dengan mata yang bercaya-caya,
Punah sudah apa melintang,
Apa yang dulu mengikat saya.
Mari kekasih, jangan ragu
Mencari jalan; aku mendahului,
Adinda kini
Mari, kekasih, turut daku
Terbang kesana, dengan melalui,
Hati sendiri
III. KESIMPULAN
Setelah menguraikan dan membahas tentang topik di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa itu sangat berperan terhadap sastrawan karena bahasa itu adalah alat yang digunakan dalam menulis karya sastra itu sendiri. Adapun peran dan kegunaan bahasa itu adalah termasuk dalam pemberian pesan dan keilmuan sastra kepada pembaca untuk menambah wawasan dalam penulisan dan pengembangan sastra sebagai khazanah budaya bangsa.
Dengan adanya peran bahasa sebagai landasan dalam penulisan karya sastra, para sastrawan perlu meningkatkan pengetahuan kebahasaan untuk memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap penciptaan karya sastra yang ditulis. Karena semakin tinggi bahasa seorang sastrawan semakin lebih baik kualitas karya sastra yang ditulis.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Arthur , B. 1968. Reading Literature and Learning a Second Language. Language Learning 18(3-4), 199-210.
Benton, M. & Fox, G.1987. What Happens When We Read Poems in Lee, V J.(ed)
English Literature In Schools,Milton Keynes : Open University Press
Booth, D.E,& Moore,B.1988.Poems Please.Markham,OntarioPembroke PublisherLt
El-Shirazy, Habiburrahman. 2008. “Tentang Menulis Karya Sastra: Yang Dicintai Pembaca, Yang Menggugah Minat Baca”. Dalam Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif Ed: Anwar Efendi. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Damono, Sapardi Djoko.1979. Novel Sastra Indonesia SebeleumPerang. Jakarta : Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wellek, Rene dan Austin Warren.1993. Teori Kesusasteraan. Jakarta : Gramedia.
http://pakarkomunikasi.com/peran-bahasa-dalam-komunikasi sastra.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/2723.
PANTUN
Buah mangga rasanya manis
Terasa manis mabuk kepayang
Putri kami berwajah manis
Calon besan datang meminang
Buah durian rasanya manis
Jika berduri jangan di petik
Kalau tuan persunting gadis
Serahkan duit dalam sedetik
Buah manggis rasanya manis
Jika jasad tampak janda
Jika tuan merasa tak pantas
Elok bertanya dalam dada
Buah nangka buahnya bergetah
Enak dirasa sepanjang masa
Jika janda nyaring mendesah
Elok nan tabuang tidak dalam sukma
Buah sawo buahnya manis
Dirasa manis setiap hari
Jika kekasih selalu menangis
Elok merantau saurang diri
Buah kedondong buahnya asam
buah didapet di padang panjang
Jika wajah selalu masam
Cinta dan kasih ditambah sayang
Buah limau rasanya manis
Makan di biduk tabanang juo
Pado nan hati selalu tak manis
Elok nan diri amboi tak basuo
Buah pepaya buahnya jarang
Buah menanti di kebun raya
Jika tuan tak mau datang
Jiwa amboi bakal merana
Buah kelapa rasanya sedap
Dirasa enak si anak dara
Jika aib tak mau terungkap
Elok nan tabuang dalam naraka
Buah sawit buahnya pahit
Pahit di kulit bukan dalam lara
Jika ucapannya terasa tersayat
Serahkan diri pada Maha Kuasa
RINDU-KU AKAN KE MANA ?
Siamir Marulafau
Rindu yang terpendam dalam sukma
Membuat hati tak tenang bila induk merangkul
Hidup di alam gelap jadi terang benderang
Akan ke mana rindu ini dialamatkan lagi
Jika bukan pada Ibu yang mengandung
Mengukir surgaku di telapak kaki Ibu
Sembilan bulan aku di alam kandungan
Ibu tak pernah mengeluh dan galau
Di masa senja, apa yang kubuat untuk Ibu?
Selain doa dan sujudku 1/3 malam terukir di Arsy-Nya,Allah
Moga Ibu selamat dunia akhirat.
Medan, 29 January, 2021
BISIKAN ANGIN DALAM RINDU
Karya : Siamir Marulafau
di ruang hati setiap pembaca tersimpan sudah
angin yang kau bisikan dan tak akan keluar kiri kanan
walaupun hujan di sore hari manja di langit kelam
bisikan-mu syahdu sungguh dalam kalbu
meskipun hanya secangkir kopi kau suguhkan
akan kutelan dengan ikhlas sepanjang dunia merindukan bulan kugenggam
rindu tertulis di atas kertas putih tak akan kuusap
karena nama tertulis dengan senyum merangkul kerinduan
kasih dalam sajak terbentang
penuh dengan lirikan bernada sendu
hanyalah bayangan kusimpan dalam album
dengan hanya satu bintang berkedip
mengantar cahaya menerobos lorong-lorong gelap
Medan,03-02-2021
PEMUISI DI KEDAI KOPI
Karya: siamir Marulafau
Kopi menyerap kata-kata
Asapnya mengepul jadi satu
Tak bisa dipisahkan
Tulisan aksara-nya pun berbiji kopi
Apakah aksara ini dibiarkan begitu saja?
Terbaca dari segala penjuru
Pemuisi bersajak melayu
Disusun di dalam air kopi menyatu
Bacalah dengan hati yang sugguh
Katakanlah sesuatu pada kopi
Aku sungguh tak bertabur ke sana sini
Membaca puisi dengan penyair-penyair
Tersentuh nikmat sambil menyelam minum kopi
Medan, 03-02-2021
BACA PUISI
SiamirMarulafau
Ustads sedang bersenandung di studio KOSAMBI pada malam hening sastra di jln.Palembang 16,Binjai,tgl 9/01/2021.
SENANDUNG
Pado nan mananggung ka tapian
Elok nan baralih ka tampe lain
Ragam duni bukan sabage
Kurang nan iman binaso diri
Batahun sudah di rantau urang
Hidup sakete tak dapet sanag
Padonan tateleng jo nagari
Elok nan tabuang saurang diri
Layang -layang tabang malayang
Tabang malayang di udaro
Pado nan kasih terawang-awang
Elok nan badan balik maranto
BUNGA YANG SIRNA
Karya :Siamir Marulafau
mengapa bunga itu cepat layu?
tak kusangka sungguh
tak mengembang lagi dalam nafasku
sekali ditatap bunga itu menghilang sekejap
aroma-nya kadang tak menyentuh
hanya bayangan terserap dalam kalbu
sementara tangan kananku tak bisa lagi merangkul
warnanya pink yang tak sirna dalam tatapanku
oh, bunga...
mengapa kau tak bertunas dan berkembang lagi
rinduku semakin galau
rinduku semakin pilu
tak bisa lagi namamu dipanggil seperti dulu
di mana-mana kupergi
aromamu selalu melekat di helai nafasku
akan ke mana kucari lagi?
Medan,08/02/2021
APRESIASI WARNA DALAM LUKISAN SEORANG PELUKIS
Mazlan Noor (Along) berkebangsaan Malaysia yang tersohor di berbagai negeri. Sungguh luar biasa menggugah hati saya sebagai seorang tokoh sastra dari Indonesia menulis sebuah puisi bertajuk "WARNA ITU APA? "
Dalam puisi ini , penyair menguraikan makna yang diungkapkan oleh pelukis dalam lukisan-nya bahwa menciptakan sesuatu bentuk dalam berbagai warna adalah merupakan sesuatu hal yang mengalir dari lubuk perasaan yang sangat mendalam. Pemberian warna ini tidak semua orang bisa dan memiliki perasaan yang sama. Ini menyangkut pada EKSPRESI PEMIKIRAN DAN PERASAAN. Pendek kata, setiap warna itu akan memberikan makna yang berbeda, dan bisa dijadikan simbol atau tanda untuk menandai sesuatu objek benda yang dimaksud.
WARNA ITU APA?
Siamir Marulafau
warna itu cetusan napas
warna itu iramanya kalbu
warna itu tinta-nya mata
warna itu darah mengalir
warna itu aroma-nya hidup
warna itu bingkai hidup
warna itu jati diriku
pelukis bukan nama-ku
hanya kebesaran dalam warna terpadu
ketahuilah, mengapa aku melukis?
bukan menyandang nama terpuji
tapi makna di balik apa yang terlukis
Medan, 08-02-2021
KAJIAN KARYA Mazlan Noor bertajuk TENTANG "SUARA POHON"
Oleh: Associate Prof. Udstaz.Siamir Marulafau,Drs, M.Hum,
Dosen Fib USU,Medan – Indonesia
SUARA POHON
aku berharap sungguh
biarkan aku bebas tumbuh
jangan aku dibunuh
nanti bumi hodoh dan keruh
alam akan rapuh dan runtuh
sayangilah aku
saperti jua aku sayang kamu
kita mesti sama berpadu
mendiami bumi yang satu
maka buangkan rakus mu
menarah...mencantas...menebang
sehingga aku tumbang
lalu kamu akan kerugian
sengsara dihari kemudian
pasti sesal dimasa depan !!!
mazlan noor along
4 feb 2021
pondok gemahati
*Siri CINTAI lah BUMI (4)
Akhirnya siap.
I. PENDAHULUAN
Penulis puisi bertajuk "SUARA POHON"tak asing lagi bagi pembaca karena penulis puisi yang singkat ini adalah seorang pelukis tersohor di Asia Tenggara. Dia telah banyak melukis lukisan dan menulis puisi yang sangat bermakna. Lukisan dan puisinya itu adalah berupa goresan dan coretan tangan di atas kain kanvas, dan banyak lukisan itu berkaitan dengan kata-kata puitis berkaitan dengan puisi. Pada Gambar di bawah ini terdapat lukisan berbentuk pohon dan dikaitkan dengan bumi sebagai pertanda bahwa Pohon itu adalah tertanam di bumi Allah.
Dalam lukisan pohon yang dikaitkan pada puisi oleh penyair, kemungkinan timbul pertanyaan kepada kita sebagai pembaca, yaitu apakah pohon itu bersuara? Dan apa makna pohon ditanam di bumi Allah? Perlukah pohon itu bagi makhluk di bumi Allah? Kajian ini sangat penting dibahas dan dianalisis sebagai penambahan cakrawala perluasan ilmu pengetahuan bagi umat di bumi Tuhan supaya umat tahu tentang makna mengapa Allah Swt menciptakan bumi dan memberikan pohon di bumi.
II. METODOLOGI
Dalam kajian ini, penulis kertas kerja ini membahas karya Mazlan Noor (Along) ini dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bersifat menguraikan dan mendeskripsikan pokok bahasan berdasarkan apa yang dibahas. berdasarkan data melalui teks puisi yang ditulis. Untuk melengkapi cara dan sistem pembahasan, penulis kertas kerja ini juga menggunakan studi perpustakaan yang didasari buku- buku merujuk pada teori sastra, yaitu teori Rene Wellek dan Austin Warrent dalam "Teori sastra" (The Theory of Literature). Berhubung karena puisi dikaitkan pada gambar sebuah pohon maka penulis cenderung menggunakan dan menyinggung sedikit tentang kajian pembahasan karya sastra berdasarkan semiotik, yaitu salah satu teori sastra dalam kajian ilmu sastra yang khusus menganalisis karya sastra berdasarkan simbol berupa tanda.
III. PEMBAHASAN
Puisi yang diciptakan oleh Mazlan Noor ( Along ) ini sangat bermakna dalam kehidupan manusia mengapa harus demikian? Karena kita sebagai makhluk ciptaan Allah Swt harus menyadari dengan sesungguhnya bahwa Allah itu adalah Maha mengetahui dan Penyayang terhadap makhluknya, termasuk manusia yang memiliki organ yang cantik dan lengkap dengan pikiran dan perasaan. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an,surah Al-Baqorah,44 :
اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Artinya : Apakah kau tak berpikir?
Kita sebagai makhluk yang sempurna diciptakan Allah Swt harus berpikir bahwa bumi ini adalah tempat makhluk termasuk manusia untuk bernaung dan mengabdi kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
.Maka dalam hal ini, hendaknya insan di dunia janganlah menyia-nyiakan bumi yang diberikan Allah kepada kita dengan kata lain bahwa Allah Swt mengharapkan supaya manusia di bumi jangan terlampau kejam dan tidak mensyukuri nikmat Allah, dan jangan kufur atas segalanya. Dalam analisis saya, tidak heran jika penyair menyampaikan sesuatu apa yang ada dalam benak dan pikirannya supaya umat di bumi tahu apa makna bumi dan dan pohon-pohon yang tumbuh di bumi Allah. Tumbuhan yang ada di bumi adalah bebas tumbuh ke mana-mana, dan ada juga yang tumbuh di dasar laut. Allah Swt mengharapkan akan kasih sayang insan di bumi supaya jangan memusnahkan dan membunuh serta menebang pohon-pohon yang ada di bumi karena pohon-pohon yang tumbuh di bumi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai pelindung agar insan terhindar dari banjir dan tanah longsor . Maka hal ini dapat di jumpai dalam baris- baris puisi di bawah ini :
"aku berharap sungguh
biarkan aku bebas tumbuh
jangan aku dibunuh
nanti bumi hodoh dan keruh
alam akan rapuh dan runtuh"
Selanjutnya penyair, Mazlan Noor menuangkan inspirasi-nya terhadap pohon dalam lukisan-nya bahwa umat di dunia harus menghargai pohon-pohon yang tumbuh di muka bumi karena setiap pohon yang tumbuh itu punya napas dan bernapas seperti manusia, bersuara seperti manusia, dan apa lagi pada setiap helai daun telah diteliti oleh pakar keilmuan bahwa pada setiap helai daun terdapat tulisan nama Allah Swt, masya Allah. Dalam tulisan puisi yang berkaitan dengan lukisan penyair ini sangat memberikan ekspresi dan ilustrasi yang mendalam kepada manusia untuk direnungkan dan dipahami dengan baik. Dengan catatan bahwa kehidupan insan di bumi sangat berkaitan erat dengan pohon-pohon. Hal ini dapat dilihat pada baris- baris puisi di bawah ini :
"sayangilah aku
saperti jua aku sayang kamu
kita mesti sama berpadu
mendiami bumi yang satu
maka buangkan rakus mu"
Merujuk pada puisi yang ditulis di atas, ternyata penyair sungguh mengingatkan dan memperingati umat di bumi khususnya bagi yang berwenang dalam satu negara supaya janganlah mereka sesuka hati menebang pohon-pohon yang tumbuh tanpa alasan karena pohon-pohon itu akan marah dan mempersoalkan kepada umat mengapa kami sebagai pohon ditebang- tebang saja. Penyair, Mazlan Noor mengingatkan bahwa segala tindakan manusia baik seberat dzarah pun akan diperhitungkan kelak:
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah(u)
7. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."[*]
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَر
Maka sesungguhnya umat di dunia jangan sembarang berbuat sesuka hatinya di bumi Allah supaya Allah itu jangan marah dengan menurunkan bala kepada manusia yang ada di bumi.Maka umat di dunia disarankan untuk "BERTAKWA" kepada Allah Hal ini dapat dipahami pada apa yang ditulis dalam baris-baris puisi di bawah ini:
"menarah...mencantas...menebang
sehingga aku tumbang
lalu kamu akan kerugian
sengsara dihari kemudian
pasti sesal dimasa depan !!!"
mazlan noor along
4 feb 2021
Jika lukisan Mazlan Noor ini diperhatikan dengan sesungguhnya maka pohon yang dilukis dapat dianggap sebagai simbol yang identik dengan manusia,yaitu pohon bersuara dengan tajuk "SUARA POHON". Ini dapat dikatakan bahwa pohon ini merupakan TANDA dan dapat ditandai merujuk pada kajian semiotik. Daun-daun yang dilukis dengan warna 'HIJAU' menggambarkan kesuburan tumbuhan dengan disertai aroma kesegaran bagi kehidupan manusia di bumi. Hal ini harus diketahui bahwa pohon (tumbuhan) tak akan bisa tumbuh di langit tetapi harus di BUMI, maka penyair melukiskan BUMI disertai dengan Laut berwarna biru ( Lihat gambar). Dalam ilustrasi Semiotik ini, Penyair dapat menggabungkan dan menghubungkan pohon-pohon itu dengan bumi dan manusia (serta makhluk lainnya).
Jika tulisan puisi ini di pandang dari unsur penulisan berdasarkan teori sastra, puisi ini sangat tepat dalam pemilihan kata (diksi) dengan disertai penggunaan metaforik - metaforik yang sederhana dengan gaya bahasa hiperbola dan personifikasi yang terdapat pada hampir semua baris- baris puisi yang ditulis.
IV. KESIMPULAN
Setelah membaca dan menganalisis puisi di atas dengan cermat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa puisi di atas sesungguhnya puisi baik dalam penggunaan kata. Isi puisi sangat tajam dalam pengungkapan karena batang tubuh puisi dikaitkan dengan gambar sebatang pohon yang bersuara, yang seolah seperti manusia berbicara (personifikasi). Dari pada itu semua, puisi mengandung falsafah yang sangat tinggi yaitu manusia harus mencintai bumi.
Dalam kriteria penulisan puisi, puisi di atas sangatlah memberi makna kepada insan di bumi karena pohon-pohon itu sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia di bumi. Maka untuk itu, semua makhluk yang ada di bumi harus saling harga menghargai dan saling kasih mengasihi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Arthur , B. 1968. Reading Literature and Learning a Second Language. Language Learning 18(3-4), 199-210.
Benton, M. & Fox, G.1987. What Happens When We Read Poems in Lee, V J.(ed)
English Literature In Schools,Milton Keynes : Open University Press.
Booth, D.E,& Moore,B.1988.Poems Please.Markham,OntarioPembroke Publisher Ltd.
Budi Darma.2019. Pengantar Teori sastra. PT Kompas Media Nusantara,Jakarta
El-Shirazy, Habiburrahman. 2008. “Tentang Menulis Karya Sastra: Yang Dicintai Pembaca, Yang Menggugah Minat Baca”. Dalam Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif Ed: Anwar Efendi. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Damono, Sapardi Djoko.1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wellek, Rene dan Austin Warren.1993. Teori Kesusasteraan. Jakarta : Gramedia.
MEMBACA KARYA mazlan Noor ( Along) bertajuk "ZIKIR POHON
Oleh : Siamir Marulafau
Jika dilihat dengan cermat lukisan Mazlan Noor (Along )ini , seolah-olah memberikan kepada kita sebuah teka teki yang amat berharga. Mengapa saya katakan demikian? Karena dalam pendekatan Religi, pohon itu adalah sebagai simbol kehidupan manusia di bumi. Pohon juga memiliki pernafasan seperti manusia dan setiap helai daun pohon itu tersurat kalimat dengan lafaz "Laila haillallah". Manusia serta makhluk yang ada di bumi Allah ini memiliki hubungan timbal balik dan saling butuh membutuhkan.
Pohon yang digambarkan oleh pelukis dalam lukisan-nya, memberikan ilustrasi yang amat tinggi dengan sesuatu yang otentik dengan pohon, yaitu gumpalan darah berbentuk bola ,dan jika dipandang bola itu seakan-akan seperti matahari,dan sama sekali BUKAN MATAHARI karena tinta yang berwarna merah tidak memancarkan sinar tetapi hanya membentuk bintik-bintik yang terciprak dalam Jazad manusia.
Dalam menganalisis bentuk lukisan seperti ini, pembaca atau orang yang melihat harus punya ilmu dalam menelusuri sesuatu objek benda dengan TANDA dan ini merujuk pada teori keilmuan sastra ,yaitu Teori SEMIOTIK, yang menunjukkan ada TANDA DAN PENANDA. Kita harus mengingat bahwa sesuatu tanda yang ditandai belum tentu pas pada apa yang ditandai.Di sinilah banyak terkecok para pemirsa di dunia seni dengan tak begitu tanggap memahami sesuatu tersirat di balik tersurat( =terlukis).
Dalam kajian SUFI, perlu dijelaskan bahwa jika penyair dan pelukis seperti Bpk. Mazlan Noor( Along), cetusan perasaan dan pemikirannya sudah ke alam SUFI. Sebagai bukti bahwa Mazlan Noor sudah mampu menghubungkan pohon dengan kehidupan manusia di bumi. Dengan catatan bahwa pelukis mengetahui kehidupan pohon sebagai makhluk ciptaan Allah, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tentu yang menggerakkan kehidupan manusia yang dimisalkan seperti POHON adalah DARAH, yang sangat otentik dengan ROH. Wajib diingat bahwa dalam ROH manusia ada lafaz kalimat "LAILAHAILLALLAH, yang selalu menyebut kalimat ALLAH dalam 24 jam non stop. Maka Islam itu dianjurkan untuk berzikir kepada Allah. Dengan kata lain, pohon saja berzikir apalagi manusia.
Jika umat di dunia selalu berzikir kepada Allah,maka Allah memberikan pertumbuhan sebagaimana POHON yang subur dan darah-darah yang mengalir dalam tubuh manusia berputar terus sambil menyebut nama Allah. Maka gambar bola yang berilustrasi darah adalah harus benar-benar dijaga kesuciannya. Darah itu tidak boleh kotor dengan zat atau makanan maupun minuman yang yang dibutuhkan manusia.
Dalam pantauan saya sebagai penyair, terlihat bahwa lukisan di atas sangat bermanfaat kepada insan terutama yang beragama Islam supaya mereka sadar akan diri ini ciptakan oleh manusia dari segumpal darah yang kemudian menjadi daging dan dirangkaikan dengan tulang serta ditiupkan roh oleh Allah Swt sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur'an dalam surah ," al-Alaq Ayat 1-5 Bacalah -wahai Rasul- apa yang diwahyukan Allah kepadamu, dimulai dengan membaca nama Rabbmu yang telah menciptakan seluruh makhluk. (Tafsir al-Mukhtashar) اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu) Hai Muhammad, awalilah bacaanmu dengan nama Tuhanmu. Pendapat lain mengatakan: yakni bacalah dengan meminta pertolongan dengan nama-Nya.الَّذِى خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah) Berawal dari air mani, kemudian dengan kuasa Allah menjadi segumpal darah yang membeku. (Zubdatut Tafsir) خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ khalaqal-insāna min 'alaq Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
Dengan pengertian Ayat tersebut di atas jelas kepada kita bahwa begitulah proses pembentukan manusia oleh Allah Swt. Maka dalam penciptaan lukisan di atas, pelukis selalu mendekati diri dan taqwa kepada Allah dengan melalui lukisan yang sangat bermakna. Saya bisa tarik kesimpulan bahwa lukisan "ZIKIR POHON"di atas adalah berbau "KESUFIAN".
Demikianlah uraian tentang Zikir Pohon yang dapat dibentangkan kepada kita semua,dan apabila ada kekurangan dan kelebihan, saya mohon maaf. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Ustad. Siamir Marulafau,Drs,M.Hum
Nip. 19580517 1985031003
Referensi: https://tafsirweb.com/37630-quran-surat-al-alaq-ayat-1-5...
NOVEL Tsi Taura : "EKSEKUTOR DARI TANAH MELAYU"
Oleh : Siamir Marulafau
Sungguh membuat hatiku bahagia dalam dunia persilatan sastra, mengapa dan apa, siapa? Kebetulan Fb-ku terbaca oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU, Medan,di waktu saya mengopi di Puskopi dekat Simpang Pos semalam.
Mahasiswa ini pun latah juga bertanya kepada saya,dan pertanyaannya begini : " Di Face Book Bapak, ada seorang pengarang bernama Bpk. Tsi Taura, apakah Bapak itu pernah studi di Fakultas Sastra? Kok, bapak itu sanggup dan mampu menulis novel iya, Pak?"Mengapa dosen-dosen dari Fakultas Sastra tak bisa menulis novel?"
Dengan kerendahan hati dan nada suara yang lembut, saya jawab : "Bpk Tsi Taura itu, adalah sehemat saya, Ia bukan studi di Fakultas Sastra tapi Ia studi di Fakultas Hukum USU, mungkin iya. Ia sangat kenal dengan mantan Rektor, USU Bpk Prof. Runtung Sitepu, SH, MH Sebenarnya, menulis karya sastra bukan berdasarkan seseorang telah studi di Fakultas Sastra tetapi Bpk kita ini adalah memiliki BAKAT yang luar biasa dalam penulisan karya sastra. Tak usah lagi novel yang bisa ditulis, cerpen dan lain-lain yang berkaitan dengan seni tulis menulis pun dirangkulnya. Biar anda tahu Bapak ini sudah banyak menulis antologi puisi yang sudah diterbitkan. Dia adalah seorang Sastrawan, Penyair tersohor di daerah kita ini dan bahkan di Nusantara ini,lho.
Kemudian, tak habis satu gelas kopi aku minum, mahasiswa ini bertanya pula lagi, "Pak, apakah sudah baca novel ini?" Nampaknya, bagus iya Pak, judulnya saja "Eksekutor dari Tanah Melayu". Waduh,,,,,.Saya belum baca itu novel, saya pun kepingin membacanya. Meskipun novel itu dipegang dan ditunjukkan oleh seorang Dramawan Studi KOSAMBI, Agus Susilo, aromanya sudah bisa diperkirakan bahwa dari tajuk novel saja sudah bisa diperkirakan bahwa Eksekutor dalam judul novel itu, siapa sih? Ingat bahwa kadang Judul sebuah novel mempergunakan nama samaran, dan kadang menggunakan nama sendiri. Setelah dibaca dan dimengerti, ternyata tokoh utama sebagai Eksekutor adalah nama penulis novel itu sendiri. Meletakkan, menggunakan dan menempatkan tokoh dalam penulisan sebuah novel adalah merupakan hak penulis. Penulis novel bukan sembarang, mengapa? Karena mereka harus memiliki bakat, dan kosa kata yang banyak disertai dengan inspirasi yang tinggi berkaitan daya imajinasi seseorang. Jadi, Bapak Tsi Taura ini sudah termasuk salah seorang yang daya imajinasi-nya tinggi walaupun dia tidak studi di Fakultas Sastra. Coba bayangkan , Bpk Sutardji Goulzum Bahri saja bukan dari Fakultas Sastra tapi dari Fakultas Teknik, jika tak salah iya. Saksikanlah bahwa pada tanggal 20 bulan Februari ,2021 ini, novel ini akan dibahas dan dibincangkan. Dengan hadirnya penciptaan novel ini akan menjadi pelor dan aset Studio KOSAMBI. Aku pun nantinya mencoba menerjemahkan sebagian isi novel ini ke dalam bahasa Inggris dan akan kukirim ke beberapa grup penulisan karya sastra di berbagai belahan dunia yang saya kenal.
"Apakah Bapak Tsi Taura ini sudah S3,Pak?"
" Dia sudah S3 tapi bukan S3 Sastra, Ia tak tidur dan menulis terus"
" Walaupun dia kadang sakit tetapi semangat menulis karya sastra terus menerus tak mengenal lelah."
"Aku sendiri pun salut benar dengan kemampuannya ini, lho." Kata seorang mahasiswa saya.
Baiklah, hari pun sudah mulai petang. Jika ingin memiliki novel ini, datanglah ke Jln. Palembang,16 Binjai 20-02-2021.
GURU DAN DOSEN ITU APA?
Oleh :Siamir Marulafau,
Dosen FIB USU MEDAN-SUMUT
Pernah ditanya salah seorang mahasiswa pada saya setelah saya selesai mengajar "Teori Ilmu Budaya" di Fib USU, Medan. Pertanyaannya begini :" Pak, guru dan dosen itu apa, apakah ada bedanya?"
Lantas, saya jawab :"Guru itu adalah orang yang telah dibekali ilmunya untuk mengajar dan memberikan pendidikan kepada anak-anak didik mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah ATAS (SMU) dan Sederajat. Mereka juga ada yang mengajar di perguruan Negeri dan ada juga di Perguruan Swasta. Guru ini adalah pilar pertama dalam membentuk karakter anak didik dalam segala aspek kehidupan anak-anak di sekolah. Anda sekarang sudah berada di bangku Perguruan Tinggi, dan bila anda akan menjadi dosen setelah tamat S2, dan S3, maka anda tidak boleh melihat ke atas terus menerus alias SOMBONG, dan jangan seperti KACANG, lupa pada kulitnya. Ingat bahwa TAK AKAN ADA DOSEN TANPA GURU,dan GURU itu harus dihargai .Sementara, dosen itu adalah seorang anggota akademis yang telah diuji kemampuannya berdasarkan kriteria seorang dosen yang layak ditempatkan untuk mengajar di perguruan tinggi baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Salah satu persyaratan menjadi dosen di Perguruan Tinggi sekarang harus bergelar S2 dengan pangkat III/c (Lektor) dan kemungkinan Menteri Pendidikan akan membuat peraturan baru nantinya bahwa dosen di Perguruan Tinggi harus bergelar S3 (DOKTOR).Maka anda harus menamatkan S1, kemudian melanjut ke S2 dan S3. Dalam hal ini, apabila anda diangkat sebagai dosen dengan Pangkat IV/A dengan gelar S2 atau S3, anda akan diberi gelar Associate Professor dan jika anda sudah S3 dan telah berhasil mencapai kriteria GURU BESAR maka anda diberi gelar Prof. yang penuh (Prof. Dr. Mohd. Ismail, M.Hum).Maka bila anda sudah mencapai S3, janganlah anda tidur dan tidak menulis, tidak menciptakan karya-karya sastra, atau penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Tingkat Doktor (S3) ini harus banyak meneliti dan menciptakan TEORI BARU. Doktor itu harus PRAKTIS DAN PRODUKTF. Jangan anda nantinya sudah DOKTOR, tapi tak produktif, tentunya anda akan enggan memakai gelar Associate Prof atau Prof pada tingkat GURU BESAR walaupun anda telah mencapai jabatan LEKTOR KEPALA.
Wajib diingat bahwa pemberian gelar Associate Prof.pada seorang dosen di Perguruan Tinggi baik di PTN maupun di PTS hanya berlaku bagi mereka yang mencapai JABATAN LEKTOR KEPALA (SK Menteri Pendidikan, 2019) dan ini pun pemakaian gelar ini tergantung pada pribadi seseorang dosen. Jika seorang dosen telah banyak menulis dan karya ilmiah, riset, pengabdian pada masyarakat dan menulis banyak buku-buku dan dan karya-karya sastra, disertai dengan HAKI yang banyak maka dalam pandangan masyarakat sudah layak memakai Associate Prof.
Selanjutnya, perlu anda tahu bahwa gelar Associate Prof itu hanya berlaku pada dosen-dosen yang mengajar di Perguruan Tinggi baik dosen di PTN maupun di PTS. Bila anda sudah diangkat jadi GURU di sebuah sekolah nantinya dengan pangkat IV/a pada jabatan Lektor Kepala, anda tidak berhak memakai gelar Associate Prof. Tapi anda sudah bisa diangkat menjadi KEPALA SEKOLAH.
Lantas, mahasiswa saya ini berkata,: "Oh, susah juga iya Pak, menjadi seorang dosen di Perguruan Tinggi". Walaupun sulit Pak ,saya berusaha mencapai target itu."Struggling for Life is important ,Sir ,imbuhnya." Jadi kesimpulannya adalah Guru dan Dosen itu sama- sama GURU. Hanya ruang dan pola kerjanya yang agak sedikit membuat perbedaan.Sedangkan di mata Tuhan semuanya sama,iya sama-sama mendidik.
Demikianlah penjelasan tentang Guru dan Dosen yang dapat dibentangkan di forum tulisan ini. Bila ada kekhilafan dalam penyampaian maka saya minta maaf. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Ustad. Drs. Siamir Marulafau,M.Hum.
Nip.19580517 1985031003
PERADILAN DAN PERDAMAIAN
Karya : Siamir Marulafau
aku geleng kepala hampir putus
menyandang pengacara di peradilan
hamba Tuhan bersalah dalam perkara
aku tak menafikan pada setiap masalah
kejujuran tombak menembus peradilan
bertahun sudah hamba Tuhan diintai
dalam kebenaran
keputusan dan musyawarah adalah kunci
apakah hamba dijemput terali besi atau tidak
jangan tanya padaku lagi
tanyalah pada setiap helai daun bergoyang
di mahkamah peradilan
ini peradilan sungguh ketat
dengan gedung indah di mata Tuhan
hendak berbuat kebajikan
ketimbang terkapar di bilik sengsara
Medan, 24-02-2021
JANGAN DUSTA
Karya : Siamir Marulafau
jangan dusta di alam ini
alam ini punya roh
daun-daun saja pun bernafas
jangan kau buat Aku sekutu
ramalan-mu Aku tahu
setitik noda pun Aku tahu
jangan sekutu bagi-Ku
apa pun Aku tahu
ramalan-mu hanya seujung kuku
jangan sok tahu
tobat sebelum rohmu Kucabut
jika tak mau tahu
jika di alam kubur
akan disiksa seumur hidup
Medan, 23-02-2021
PELANGI YANG TAK TERLUKIS
Karya : Siamir Marulafau
aku tak bisa melukis pelangi
terdetak dalam jantungku
usiaku sudah senja
menggapai citra bahagia
apakah langkah ini salah?
nyatanya langit tak marah
aku tak bisa melukis pelangi
aku hanya seorang anak desa
aku kehilangan inspirasi
dalam syair ini kubentangkan
siapa yang menunggu senjaku
jika terperosok ke ufuk barat
Medan, 23-02-2021
AKAN KE MANA TETESAN AIR MATAKU
Karya : Siamir Marulafau
akan ke mana air mata ini kuteteskan
jika wabah itu mengintai diriku
jika wabah itu menggorogoti tubuhku
jika wabah itu menghanguskan jasadku
pasrah selalu melempang di langit biru
sepanjang nafas tak sirna dalam jantungku
membuat diriku hancur lebur
aku pun tak tahu akan ke mana tetesan
air mataku kuhanyutkan
tak satu pun sungai kuarungi tersenyum padaku
lautan luas pun tak bisa lagi menampung air mataku
wabah sungguh membuat diriku berantakan
ekonomi dan pendidikan-ku terombang ambing
Medan,22-02-2021
Dalam puisi ini , penyair menguraikan makna yang diungkapkan oleh pelukis dalam lukisan-nya bahwa menciptakan sesuatu bentuk dalam berbagai warna adalah merupakan sesuatu hal yang mengalir dari lubuk perasaan yang sangat mendalam. Pemberian warna ini tidak semua orang bisa dan memiliki perasaan yang sama. Ini menyangkut pada EKSPRESI PEMIKIRAN DAN PERASAAN. Pendek kata, setiap warna itu akan memberikan makna yang berbeda, dan bisa dijadikan simbol atau tanda untuk menandai sesuatu objek benda yang dimaksud.
WARNA ITU APA?
Siamir Marulafau
warna itu cetusan napas
warna itu iramanya kalbu
warna itu tinta-nya mata
warna itu darah mengalir
warna itu aroma-nya hidup
warna itu bingkai hidup
warna itu jati diriku
pelukis bukan nama-ku
hanya kebesaran dalam warna terpadu
ketahuilah, mengapa aku melukis?
bukan menyandang nama terpuji
tapi makna di balik apa yang terlukis
Medan, 08-02-2021
KAJIAN KARYA Mazlan Noor bertajuk TENTANG "SUARA POHON"
Oleh: Associate Prof. Udstaz.Siamir Marulafau,Drs, M.Hum,
Dosen Fib USU,Medan – Indonesia
SUARA POHON
aku berharap sungguh
biarkan aku bebas tumbuh
jangan aku dibunuh
nanti bumi hodoh dan keruh
alam akan rapuh dan runtuh
sayangilah aku
saperti jua aku sayang kamu
kita mesti sama berpadu
mendiami bumi yang satu
maka buangkan rakus mu
menarah...mencantas...menebang
sehingga aku tumbang
lalu kamu akan kerugian
sengsara dihari kemudian
pasti sesal dimasa depan !!!
mazlan noor along
4 feb 2021
pondok gemahati
*Siri CINTAI lah BUMI (4)
Akhirnya siap.
I. PENDAHULUAN
Penulis puisi bertajuk "SUARA POHON"tak asing lagi bagi pembaca karena penulis puisi yang singkat ini adalah seorang pelukis tersohor di Asia Tenggara. Dia telah banyak melukis lukisan dan menulis puisi yang sangat bermakna. Lukisan dan puisinya itu adalah berupa goresan dan coretan tangan di atas kain kanvas, dan banyak lukisan itu berkaitan dengan kata-kata puitis berkaitan dengan puisi. Pada Gambar di bawah ini terdapat lukisan berbentuk pohon dan dikaitkan dengan bumi sebagai pertanda bahwa Pohon itu adalah tertanam di bumi Allah.
Dalam lukisan pohon yang dikaitkan pada puisi oleh penyair, kemungkinan timbul pertanyaan kepada kita sebagai pembaca, yaitu apakah pohon itu bersuara? Dan apa makna pohon ditanam di bumi Allah? Perlukah pohon itu bagi makhluk di bumi Allah? Kajian ini sangat penting dibahas dan dianalisis sebagai penambahan cakrawala perluasan ilmu pengetahuan bagi umat di bumi Tuhan supaya umat tahu tentang makna mengapa Allah Swt menciptakan bumi dan memberikan pohon di bumi.
II. METODOLOGI
Dalam kajian ini, penulis kertas kerja ini membahas karya Mazlan Noor (Along) ini dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang bersifat menguraikan dan mendeskripsikan pokok bahasan berdasarkan apa yang dibahas. berdasarkan data melalui teks puisi yang ditulis. Untuk melengkapi cara dan sistem pembahasan, penulis kertas kerja ini juga menggunakan studi perpustakaan yang didasari buku- buku merujuk pada teori sastra, yaitu teori Rene Wellek dan Austin Warrent dalam "Teori sastra" (The Theory of Literature). Berhubung karena puisi dikaitkan pada gambar sebuah pohon maka penulis cenderung menggunakan dan menyinggung sedikit tentang kajian pembahasan karya sastra berdasarkan semiotik, yaitu salah satu teori sastra dalam kajian ilmu sastra yang khusus menganalisis karya sastra berdasarkan simbol berupa tanda.
III. PEMBAHASAN
Puisi yang diciptakan oleh Mazlan Noor ( Along ) ini sangat bermakna dalam kehidupan manusia mengapa harus demikian? Karena kita sebagai makhluk ciptaan Allah Swt harus menyadari dengan sesungguhnya bahwa Allah itu adalah Maha mengetahui dan Penyayang terhadap makhluknya, termasuk manusia yang memiliki organ yang cantik dan lengkap dengan pikiran dan perasaan. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an,surah Al-Baqorah,44 :
اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Artinya : Apakah kau tak berpikir?
Kita sebagai makhluk yang sempurna diciptakan Allah Swt harus berpikir bahwa bumi ini adalah tempat makhluk termasuk manusia untuk bernaung dan mengabdi kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
.Maka dalam hal ini, hendaknya insan di dunia janganlah menyia-nyiakan bumi yang diberikan Allah kepada kita dengan kata lain bahwa Allah Swt mengharapkan supaya manusia di bumi jangan terlampau kejam dan tidak mensyukuri nikmat Allah, dan jangan kufur atas segalanya. Dalam analisis saya, tidak heran jika penyair menyampaikan sesuatu apa yang ada dalam benak dan pikirannya supaya umat di bumi tahu apa makna bumi dan dan pohon-pohon yang tumbuh di bumi Allah. Tumbuhan yang ada di bumi adalah bebas tumbuh ke mana-mana, dan ada juga yang tumbuh di dasar laut. Allah Swt mengharapkan akan kasih sayang insan di bumi supaya jangan memusnahkan dan membunuh serta menebang pohon-pohon yang ada di bumi karena pohon-pohon yang tumbuh di bumi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai pelindung agar insan terhindar dari banjir dan tanah longsor . Maka hal ini dapat di jumpai dalam baris- baris puisi di bawah ini :
"aku berharap sungguh
biarkan aku bebas tumbuh
jangan aku dibunuh
nanti bumi hodoh dan keruh
alam akan rapuh dan runtuh"
Selanjutnya penyair, Mazlan Noor menuangkan inspirasi-nya terhadap pohon dalam lukisan-nya bahwa umat di dunia harus menghargai pohon-pohon yang tumbuh di muka bumi karena setiap pohon yang tumbuh itu punya napas dan bernapas seperti manusia, bersuara seperti manusia, dan apa lagi pada setiap helai daun telah diteliti oleh pakar keilmuan bahwa pada setiap helai daun terdapat tulisan nama Allah Swt, masya Allah. Dalam tulisan puisi yang berkaitan dengan lukisan penyair ini sangat memberikan ekspresi dan ilustrasi yang mendalam kepada manusia untuk direnungkan dan dipahami dengan baik. Dengan catatan bahwa kehidupan insan di bumi sangat berkaitan erat dengan pohon-pohon. Hal ini dapat dilihat pada baris- baris puisi di bawah ini :
"sayangilah aku
saperti jua aku sayang kamu
kita mesti sama berpadu
mendiami bumi yang satu
maka buangkan rakus mu"
Merujuk pada puisi yang ditulis di atas, ternyata penyair sungguh mengingatkan dan memperingati umat di bumi khususnya bagi yang berwenang dalam satu negara supaya janganlah mereka sesuka hati menebang pohon-pohon yang tumbuh tanpa alasan karena pohon-pohon itu akan marah dan mempersoalkan kepada umat mengapa kami sebagai pohon ditebang- tebang saja. Penyair, Mazlan Noor mengingatkan bahwa segala tindakan manusia baik seberat dzarah pun akan diperhitungkan kelak:
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
Faman ya'mal mitsqaala dzarratin khairan yarah(u)
7. "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."[*]
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَر
Maka sesungguhnya umat di dunia jangan sembarang berbuat sesuka hatinya di bumi Allah supaya Allah itu jangan marah dengan menurunkan bala kepada manusia yang ada di bumi.Maka umat di dunia disarankan untuk "BERTAKWA" kepada Allah Hal ini dapat dipahami pada apa yang ditulis dalam baris-baris puisi di bawah ini:
"menarah...mencantas...menebang
sehingga aku tumbang
lalu kamu akan kerugian
sengsara dihari kemudian
pasti sesal dimasa depan !!!"
mazlan noor along
4 feb 2021
Jika lukisan Mazlan Noor ini diperhatikan dengan sesungguhnya maka pohon yang dilukis dapat dianggap sebagai simbol yang identik dengan manusia,yaitu pohon bersuara dengan tajuk "SUARA POHON". Ini dapat dikatakan bahwa pohon ini merupakan TANDA dan dapat ditandai merujuk pada kajian semiotik. Daun-daun yang dilukis dengan warna 'HIJAU' menggambarkan kesuburan tumbuhan dengan disertai aroma kesegaran bagi kehidupan manusia di bumi. Hal ini harus diketahui bahwa pohon (tumbuhan) tak akan bisa tumbuh di langit tetapi harus di BUMI, maka penyair melukiskan BUMI disertai dengan Laut berwarna biru ( Lihat gambar). Dalam ilustrasi Semiotik ini, Penyair dapat menggabungkan dan menghubungkan pohon-pohon itu dengan bumi dan manusia (serta makhluk lainnya).
Jika tulisan puisi ini di pandang dari unsur penulisan berdasarkan teori sastra, puisi ini sangat tepat dalam pemilihan kata (diksi) dengan disertai penggunaan metaforik - metaforik yang sederhana dengan gaya bahasa hiperbola dan personifikasi yang terdapat pada hampir semua baris- baris puisi yang ditulis.
IV. KESIMPULAN
Setelah membaca dan menganalisis puisi di atas dengan cermat, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa puisi di atas sesungguhnya puisi baik dalam penggunaan kata. Isi puisi sangat tajam dalam pengungkapan karena batang tubuh puisi dikaitkan dengan gambar sebatang pohon yang bersuara, yang seolah seperti manusia berbicara (personifikasi). Dari pada itu semua, puisi mengandung falsafah yang sangat tinggi yaitu manusia harus mencintai bumi.
Dalam kriteria penulisan puisi, puisi di atas sangatlah memberi makna kepada insan di bumi karena pohon-pohon itu sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia di bumi. Maka untuk itu, semua makhluk yang ada di bumi harus saling harga menghargai dan saling kasih mengasihi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Arthur , B. 1968. Reading Literature and Learning a Second Language. Language Learning 18(3-4), 199-210.
Benton, M. & Fox, G.1987. What Happens When We Read Poems in Lee, V J.(ed)
English Literature In Schools,Milton Keynes : Open University Press.
Booth, D.E,& Moore,B.1988.Poems Please.Markham,OntarioPembroke Publisher Ltd.
Budi Darma.2019. Pengantar Teori sastra. PT Kompas Media Nusantara,Jakarta
El-Shirazy, Habiburrahman. 2008. “Tentang Menulis Karya Sastra: Yang Dicintai Pembaca, Yang Menggugah Minat Baca”. Dalam Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif Ed: Anwar Efendi. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana.
Damono, Sapardi Djoko.1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wellek, Rene dan Austin Warren.1993. Teori Kesusasteraan. Jakarta : Gramedia.
MEMBACA KARYA mazlan Noor ( Along) bertajuk "ZIKIR POHON
Oleh : Siamir Marulafau
Jika dilihat dengan cermat lukisan Mazlan Noor (Along )ini , seolah-olah memberikan kepada kita sebuah teka teki yang amat berharga. Mengapa saya katakan demikian? Karena dalam pendekatan Religi, pohon itu adalah sebagai simbol kehidupan manusia di bumi. Pohon juga memiliki pernafasan seperti manusia dan setiap helai daun pohon itu tersurat kalimat dengan lafaz "Laila haillallah". Manusia serta makhluk yang ada di bumi Allah ini memiliki hubungan timbal balik dan saling butuh membutuhkan.
Pohon yang digambarkan oleh pelukis dalam lukisan-nya, memberikan ilustrasi yang amat tinggi dengan sesuatu yang otentik dengan pohon, yaitu gumpalan darah berbentuk bola ,dan jika dipandang bola itu seakan-akan seperti matahari,dan sama sekali BUKAN MATAHARI karena tinta yang berwarna merah tidak memancarkan sinar tetapi hanya membentuk bintik-bintik yang terciprak dalam Jazad manusia.
Dalam menganalisis bentuk lukisan seperti ini, pembaca atau orang yang melihat harus punya ilmu dalam menelusuri sesuatu objek benda dengan TANDA dan ini merujuk pada teori keilmuan sastra ,yaitu Teori SEMIOTIK, yang menunjukkan ada TANDA DAN PENANDA. Kita harus mengingat bahwa sesuatu tanda yang ditandai belum tentu pas pada apa yang ditandai.Di sinilah banyak terkecok para pemirsa di dunia seni dengan tak begitu tanggap memahami sesuatu tersirat di balik tersurat( =terlukis).
Dalam kajian SUFI, perlu dijelaskan bahwa jika penyair dan pelukis seperti Bpk. Mazlan Noor( Along), cetusan perasaan dan pemikirannya sudah ke alam SUFI. Sebagai bukti bahwa Mazlan Noor sudah mampu menghubungkan pohon dengan kehidupan manusia di bumi. Dengan catatan bahwa pelukis mengetahui kehidupan pohon sebagai makhluk ciptaan Allah, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tentu yang menggerakkan kehidupan manusia yang dimisalkan seperti POHON adalah DARAH, yang sangat otentik dengan ROH. Wajib diingat bahwa dalam ROH manusia ada lafaz kalimat "LAILAHAILLALLAH, yang selalu menyebut kalimat ALLAH dalam 24 jam non stop. Maka Islam itu dianjurkan untuk berzikir kepada Allah. Dengan kata lain, pohon saja berzikir apalagi manusia.
Jika umat di dunia selalu berzikir kepada Allah,maka Allah memberikan pertumbuhan sebagaimana POHON yang subur dan darah-darah yang mengalir dalam tubuh manusia berputar terus sambil menyebut nama Allah. Maka gambar bola yang berilustrasi darah adalah harus benar-benar dijaga kesuciannya. Darah itu tidak boleh kotor dengan zat atau makanan maupun minuman yang yang dibutuhkan manusia.
Dalam pantauan saya sebagai penyair, terlihat bahwa lukisan di atas sangat bermanfaat kepada insan terutama yang beragama Islam supaya mereka sadar akan diri ini ciptakan oleh manusia dari segumpal darah yang kemudian menjadi daging dan dirangkaikan dengan tulang serta ditiupkan roh oleh Allah Swt sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur'an dalam surah ," al-Alaq Ayat 1-5 Bacalah -wahai Rasul- apa yang diwahyukan Allah kepadamu, dimulai dengan membaca nama Rabbmu yang telah menciptakan seluruh makhluk. (Tafsir al-Mukhtashar) اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu) Hai Muhammad, awalilah bacaanmu dengan nama Tuhanmu. Pendapat lain mengatakan: yakni bacalah dengan meminta pertolongan dengan nama-Nya.الَّذِى خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah) Berawal dari air mani, kemudian dengan kuasa Allah menjadi segumpal darah yang membeku. (Zubdatut Tafsir) خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ khalaqal-insāna min 'alaq Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
Dengan pengertian Ayat tersebut di atas jelas kepada kita bahwa begitulah proses pembentukan manusia oleh Allah Swt. Maka dalam penciptaan lukisan di atas, pelukis selalu mendekati diri dan taqwa kepada Allah dengan melalui lukisan yang sangat bermakna. Saya bisa tarik kesimpulan bahwa lukisan "ZIKIR POHON"di atas adalah berbau "KESUFIAN".
Demikianlah uraian tentang Zikir Pohon yang dapat dibentangkan kepada kita semua,dan apabila ada kekurangan dan kelebihan, saya mohon maaf. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Ustad. Siamir Marulafau,Drs,M.Hum
Nip. 19580517 1985031003
Referensi: https://tafsirweb.com/37630-quran-surat-al-alaq-ayat-1-5...
NOVEL Tsi Taura : "EKSEKUTOR DARI TANAH MELAYU"
Oleh : Siamir Marulafau
Sungguh membuat hatiku bahagia dalam dunia persilatan sastra, mengapa dan apa, siapa? Kebetulan Fb-ku terbaca oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU, Medan,di waktu saya mengopi di Puskopi dekat Simpang Pos semalam.
Mahasiswa ini pun latah juga bertanya kepada saya,dan pertanyaannya begini : " Di Face Book Bapak, ada seorang pengarang bernama Bpk. Tsi Taura, apakah Bapak itu pernah studi di Fakultas Sastra? Kok, bapak itu sanggup dan mampu menulis novel iya, Pak?"Mengapa dosen-dosen dari Fakultas Sastra tak bisa menulis novel?"
Dengan kerendahan hati dan nada suara yang lembut, saya jawab : "Bpk Tsi Taura itu, adalah sehemat saya, Ia bukan studi di Fakultas Sastra tapi Ia studi di Fakultas Hukum USU, mungkin iya. Ia sangat kenal dengan mantan Rektor, USU Bpk Prof. Runtung Sitepu, SH, MH Sebenarnya, menulis karya sastra bukan berdasarkan seseorang telah studi di Fakultas Sastra tetapi Bpk kita ini adalah memiliki BAKAT yang luar biasa dalam penulisan karya sastra. Tak usah lagi novel yang bisa ditulis, cerpen dan lain-lain yang berkaitan dengan seni tulis menulis pun dirangkulnya. Biar anda tahu Bapak ini sudah banyak menulis antologi puisi yang sudah diterbitkan. Dia adalah seorang Sastrawan, Penyair tersohor di daerah kita ini dan bahkan di Nusantara ini,lho.
Kemudian, tak habis satu gelas kopi aku minum, mahasiswa ini bertanya pula lagi, "Pak, apakah sudah baca novel ini?" Nampaknya, bagus iya Pak, judulnya saja "Eksekutor dari Tanah Melayu". Waduh,,,,,.Saya belum baca itu novel, saya pun kepingin membacanya. Meskipun novel itu dipegang dan ditunjukkan oleh seorang Dramawan Studi KOSAMBI, Agus Susilo, aromanya sudah bisa diperkirakan bahwa dari tajuk novel saja sudah bisa diperkirakan bahwa Eksekutor dalam judul novel itu, siapa sih? Ingat bahwa kadang Judul sebuah novel mempergunakan nama samaran, dan kadang menggunakan nama sendiri. Setelah dibaca dan dimengerti, ternyata tokoh utama sebagai Eksekutor adalah nama penulis novel itu sendiri. Meletakkan, menggunakan dan menempatkan tokoh dalam penulisan sebuah novel adalah merupakan hak penulis. Penulis novel bukan sembarang, mengapa? Karena mereka harus memiliki bakat, dan kosa kata yang banyak disertai dengan inspirasi yang tinggi berkaitan daya imajinasi seseorang. Jadi, Bapak Tsi Taura ini sudah termasuk salah seorang yang daya imajinasi-nya tinggi walaupun dia tidak studi di Fakultas Sastra. Coba bayangkan , Bpk Sutardji Goulzum Bahri saja bukan dari Fakultas Sastra tapi dari Fakultas Teknik, jika tak salah iya. Saksikanlah bahwa pada tanggal 20 bulan Februari ,2021 ini, novel ini akan dibahas dan dibincangkan. Dengan hadirnya penciptaan novel ini akan menjadi pelor dan aset Studio KOSAMBI. Aku pun nantinya mencoba menerjemahkan sebagian isi novel ini ke dalam bahasa Inggris dan akan kukirim ke beberapa grup penulisan karya sastra di berbagai belahan dunia yang saya kenal.
"Apakah Bapak Tsi Taura ini sudah S3,Pak?"
" Dia sudah S3 tapi bukan S3 Sastra, Ia tak tidur dan menulis terus"
" Walaupun dia kadang sakit tetapi semangat menulis karya sastra terus menerus tak mengenal lelah."
"Aku sendiri pun salut benar dengan kemampuannya ini, lho." Kata seorang mahasiswa saya.
Baiklah, hari pun sudah mulai petang. Jika ingin memiliki novel ini, datanglah ke Jln. Palembang,16 Binjai 20-02-2021.
GURU DAN DOSEN ITU APA?
Oleh :Siamir Marulafau,
Dosen FIB USU MEDAN-SUMUT
Pernah ditanya salah seorang mahasiswa pada saya setelah saya selesai mengajar "Teori Ilmu Budaya" di Fib USU, Medan. Pertanyaannya begini :" Pak, guru dan dosen itu apa, apakah ada bedanya?"
Lantas, saya jawab :"Guru itu adalah orang yang telah dibekali ilmunya untuk mengajar dan memberikan pendidikan kepada anak-anak didik mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah ATAS (SMU) dan Sederajat. Mereka juga ada yang mengajar di perguruan Negeri dan ada juga di Perguruan Swasta. Guru ini adalah pilar pertama dalam membentuk karakter anak didik dalam segala aspek kehidupan anak-anak di sekolah. Anda sekarang sudah berada di bangku Perguruan Tinggi, dan bila anda akan menjadi dosen setelah tamat S2, dan S3, maka anda tidak boleh melihat ke atas terus menerus alias SOMBONG, dan jangan seperti KACANG, lupa pada kulitnya. Ingat bahwa TAK AKAN ADA DOSEN TANPA GURU,dan GURU itu harus dihargai .Sementara, dosen itu adalah seorang anggota akademis yang telah diuji kemampuannya berdasarkan kriteria seorang dosen yang layak ditempatkan untuk mengajar di perguruan tinggi baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Salah satu persyaratan menjadi dosen di Perguruan Tinggi sekarang harus bergelar S2 dengan pangkat III/c (Lektor) dan kemungkinan Menteri Pendidikan akan membuat peraturan baru nantinya bahwa dosen di Perguruan Tinggi harus bergelar S3 (DOKTOR).Maka anda harus menamatkan S1, kemudian melanjut ke S2 dan S3. Dalam hal ini, apabila anda diangkat sebagai dosen dengan Pangkat IV/A dengan gelar S2 atau S3, anda akan diberi gelar Associate Professor dan jika anda sudah S3 dan telah berhasil mencapai kriteria GURU BESAR maka anda diberi gelar Prof. yang penuh (Prof. Dr. Mohd. Ismail, M.Hum).Maka bila anda sudah mencapai S3, janganlah anda tidur dan tidak menulis, tidak menciptakan karya-karya sastra, atau penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Tingkat Doktor (S3) ini harus banyak meneliti dan menciptakan TEORI BARU. Doktor itu harus PRAKTIS DAN PRODUKTF. Jangan anda nantinya sudah DOKTOR, tapi tak produktif, tentunya anda akan enggan memakai gelar Associate Prof atau Prof pada tingkat GURU BESAR walaupun anda telah mencapai jabatan LEKTOR KEPALA.
Wajib diingat bahwa pemberian gelar Associate Prof.pada seorang dosen di Perguruan Tinggi baik di PTN maupun di PTS hanya berlaku bagi mereka yang mencapai JABATAN LEKTOR KEPALA (SK Menteri Pendidikan, 2019) dan ini pun pemakaian gelar ini tergantung pada pribadi seseorang dosen. Jika seorang dosen telah banyak menulis dan karya ilmiah, riset, pengabdian pada masyarakat dan menulis banyak buku-buku dan dan karya-karya sastra, disertai dengan HAKI yang banyak maka dalam pandangan masyarakat sudah layak memakai Associate Prof.
Selanjutnya, perlu anda tahu bahwa gelar Associate Prof itu hanya berlaku pada dosen-dosen yang mengajar di Perguruan Tinggi baik dosen di PTN maupun di PTS. Bila anda sudah diangkat jadi GURU di sebuah sekolah nantinya dengan pangkat IV/a pada jabatan Lektor Kepala, anda tidak berhak memakai gelar Associate Prof. Tapi anda sudah bisa diangkat menjadi KEPALA SEKOLAH.
Lantas, mahasiswa saya ini berkata,: "Oh, susah juga iya Pak, menjadi seorang dosen di Perguruan Tinggi". Walaupun sulit Pak ,saya berusaha mencapai target itu."Struggling for Life is important ,Sir ,imbuhnya." Jadi kesimpulannya adalah Guru dan Dosen itu sama- sama GURU. Hanya ruang dan pola kerjanya yang agak sedikit membuat perbedaan.Sedangkan di mata Tuhan semuanya sama,iya sama-sama mendidik.
Demikianlah penjelasan tentang Guru dan Dosen yang dapat dibentangkan di forum tulisan ini. Bila ada kekhilafan dalam penyampaian maka saya minta maaf. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Ustad. Drs. Siamir Marulafau,M.Hum.
Nip.19580517 1985031003
PERADILAN DAN PERDAMAIAN
Karya : Siamir Marulafau
aku geleng kepala hampir putus
menyandang pengacara di peradilan
hamba Tuhan bersalah dalam perkara
aku tak menafikan pada setiap masalah
kejujuran tombak menembus peradilan
bertahun sudah hamba Tuhan diintai
dalam kebenaran
keputusan dan musyawarah adalah kunci
apakah hamba dijemput terali besi atau tidak
jangan tanya padaku lagi
tanyalah pada setiap helai daun bergoyang
di mahkamah peradilan
ini peradilan sungguh ketat
dengan gedung indah di mata Tuhan
hendak berbuat kebajikan
ketimbang terkapar di bilik sengsara
Medan, 24-02-2021
JANGAN DUSTA
Karya : Siamir Marulafau
jangan dusta di alam ini
alam ini punya roh
daun-daun saja pun bernafas
jangan kau buat Aku sekutu
ramalan-mu Aku tahu
setitik noda pun Aku tahu
jangan sekutu bagi-Ku
apa pun Aku tahu
ramalan-mu hanya seujung kuku
jangan sok tahu
tobat sebelum rohmu Kucabut
jika tak mau tahu
jika di alam kubur
akan disiksa seumur hidup
Medan, 23-02-2021
PELANGI YANG TAK TERLUKIS
Karya : Siamir Marulafau
aku tak bisa melukis pelangi
terdetak dalam jantungku
usiaku sudah senja
menggapai citra bahagia
apakah langkah ini salah?
nyatanya langit tak marah
aku tak bisa melukis pelangi
aku hanya seorang anak desa
aku kehilangan inspirasi
dalam syair ini kubentangkan
siapa yang menunggu senjaku
jika terperosok ke ufuk barat
Medan, 23-02-2021
AKAN KE MANA TETESAN AIR MATAKU
Karya : Siamir Marulafau
akan ke mana air mata ini kuteteskan
jika wabah itu mengintai diriku
jika wabah itu menggorogoti tubuhku
jika wabah itu menghanguskan jasadku
pasrah selalu melempang di langit biru
sepanjang nafas tak sirna dalam jantungku
membuat diriku hancur lebur
aku pun tak tahu akan ke mana tetesan
air mataku kuhanyutkan
tak satu pun sungai kuarungi tersenyum padaku
lautan luas pun tak bisa lagi menampung air mataku
wabah sungguh membuat diriku berantakan
ekonomi dan pendidikan-ku terombang ambing
Medan,22-02-2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar