TANPA BATAS
Aku akan menjagamu
Hingga tak bernapas lagi
Aku akan selalu menunggumu
Hingga rindu tak berdenyut lagi
Rasa yang kupunya melebihi dalamnya samudra
Kasih yang kurentang melebihi luasnya semesta
Harapan yang kupupuk melebihi tingginya langit biru
Cinta yang kurawat seperti mata air mengalir tanpa batas
Begitu istimewa hati ini menempatkan dirimu
Hingga matahari kehilangan auranya
Engkau tetap lentera terbaikku selamanya
Sekalipun takdir berkata lain
B220122
Sabtu, 12.34.
© Riri Angreini
DEMIKIAN ADANYA
Perkara hujan yang engkau perbincangan
Kini jadi kenyataan terseret angin
Rintiknya menderas di kotaku
Adalah pesan rindu dari hatimu
Hawa dingin menyapa
Bekukan rasa yang pernah ada
Hingga musim panas menjelma
Abadinya kian nyala
Kini; aku hanya bisa tersenyum ramah
Pada tiap kenangan kita
Hadir bersama realita
Menggenang di ruang mata
Jangan tanya itu; ada semula
Cukup rasa ini saksi nyata
Hingga hujan taklagi turun
Kasih cinta ini tetap harum; penghabisan temurun
B210122
Jumat.
© Riri Angreini
SEBAB MALAM
sebab malam; dia jadi akrab dengan remang cahaya
menyimak lirik sunyi dari merdu suara jangkrik
merasakan dingin udara yang berhembus
di bawah teduhnya pohon rindang tinggi menjulang
sebab malam perjalanan ini begitu begitu ringkas
jauh terhindar dari sengatan matahari
perihnya didihan keringat
mengucur sepanjang perjuangan
sebab malam mata pena ini begitu tajam
cayahanya menari bersama diksi
merangkum segala perkara yang berdendang
jadi tambo sebagai pedoman masa mendatang
Bekasi, 16 Januari 2022.
Minggu, 21.45
© Riri Angreini
SEKUAT MELUPA SEKUAT GELORA
Engkau telah lama mati dan terkubur dalam pandangan
Namun tetap hidup dan nyala di hati dan pikiran
Begitulah rasa punya kuasa akan cinta
Tiada sesuatu pun dapat membantah
Malam menjadi terang
Terbaca segala keadaan
Nyata kisahmu berkelindan
Di antara bintang ingatan
Detik waktu bersuara
Isyaratkan rasa tiada diam
Ia selalu bergerak dan menuju
Di mana engkau melarung sunyi
Arah mata angin jadi pedoman
Agar sua kembali tercipta
Tanpa jeda dan kata pisah
Hingga dunia tutup usia
Bekasi, 30 November 2021.
Selasa, 02.49.
© Riri Angreini
SEPASANG KOTA DI JAWA BARAT
Akhir pekan, Minggu awal Desember
Dihiasi gerimis tipis-tipis
Syahdu nian udara yang menerpa
Aromakan rindu pada suatu masa
Di pelupuk mata kisah itu bercahaya
Binarnya terangi naluri
Di sana tersigi sepasang nama
Abadi melukis senja
Tiada akan pernah terganti
Hingga redup terang semula
Ia akan tetap jadi yang terindah
Seperti tatapan jingga pada semesta
Meski hadirnya sesaat
Meninggalkan kesan selalu teringat
Indahnya bukan hanya setakat
Tapi teramat sangat
Bekasi, 04 Desember 2021.
© Riri Angreini
Selamat pagi, Sabtu.
Desember hadir bersama rintik syahdu, hingga udara begitu jernih menerpa setiap pori kehidupan.
PERBUDAKAN TERSELUBUNG
Saat menikah dengan lelaki yang tepat
Perempuan akan diperlakukan layaknya seorang ratu
Saat menikah dengan lelaki yang salah
Hari-hari perempuannya tak ubahnya macam babu
Gaungan kata "sah!" hanya modus belaka
Sisanya hanya kerja rodi
Bagi wanita yang meyakini
Ucapan berbakti pada suami
Ia akan rela melalui
Meski setiap waktu bermandi air mata
Hingga akhir hayatnya
Hanya menyisakan duka yang dalam bagi sanak saudara
Ia enggan berbagi
Berbagi pun tiada yang peduli
"Toh, itu urusan rumah tanggamu
Jangan buka aib suami
Jadi istri kudu manut
Jaga kehormatan suami dan keluarga besar."
Setelah jazadnya membeku
Oleh penyiksaan tiada akhir
Baru sok peduli
Menangisi hingga penuh rasa iba
dan penuh penyesalan
Terlambat sudah!
Dunia pun tertawa
Menyaksikan kepura-puraan belaka
Dasar manusia gila rasa hormat!
Bekasi, 081221.
© Riri Angreini
TIKAM
Karya Riri Angreini
bermandi keringat dingin
kau datang padaku
bersama hati yang patah
jiwa penuh luka
darahnya menjelma air mata
turun membulir membasahi pipi pertiwi
duhai engkau, kapan lara ini
menghantammu di tikungan?
aku bisa apa, ha!
sudahlah bangkit kau dari sana
tinggalkan legam yang membuat jalan suram
langkah meragu, masa depan terpaku
aku sungguh dilema
menyaksikan kenyataan pahit
yang bersarang di ragamu
kejam, sadis, tak berperikemanusiaan
biadab memang
kau, tuan!
kuhunus saja belati ini
tepat di urat nadimu paling vital
binasalah engkau
dari muka bumi ini!
Bekasi, 040919.
RINDU DALAM SECANGKIR KOPI
; Riri Angreini
selamat pagi rindu
aromamu begitu menggoda
menyatu dalam secangkir kopi
yang kuseduh pagi ini
tentang rasa pun masih sama
begitu juga dengan rasa hatiku padamu
tak pernah berubah dari awal
pandangan itu jatuh
hingga bangkit kembali
tetap kau sewangi
kopi pagi ini
di ruang terdalam
Bekasi, 290819.
RINDU TERLALU DALAM MENGAGUMIMU
; Riri Angreini
andai engkau tahu
berulang kali sudah
kubujuk hati ini
agar bisa menerima
kenyataan
bahwa dirimu
tak harus hiraukan perasaan ini...
tapi entahlah...
di lubuk terdalam
selalu menggema namamu
di ruang mata
selalu ada wajahmu
sampai kapan...?
aku pun tak tahu
yang diketahui
hati ini selalu
ingin engkau peduli;
setiap saat, setiap detik,
hingga napas tak tersisa lagi
Bekasi, 260819.
Senin, 00.28
TENTANG RANAH
: Riri Angreini
banyak tersimpan di lubuk hati
tentang pagi, siang dan senja
selalu pada setiap musim
banyak kisah indah
yang kuhabiskan bersama ayah
masa kanak-kanak...
tentang ladang dan sawah
tentang padi dan isi kebun
ada cerita tanpa mengenal
rasa lapar dan haus
semua ada, semua tersedia
tanpa meminta, hanya memberi
ah, sungguh rindu ini
begitu mengusik; setiap persendian
kini...
ada sesal di hulu dada
ayah, kemana semua kesuburan desa kita
pada setiap air yang mengalir
ada bau kotoran yang menjijikkan
ayah...
inikah yang akan aku wasiatkan
pada generasi selanjutnya
tentang duri dan kegersangan
ayah...
aku sedih, aku kehilangan
hilang tempat bermain dan bermanja
sepulang langkah membawa kembali
Tanah Rantau, 210819.
KADO TERAKHIR
; Riri Angreini
pada siang yang bergelut debu
ada rasa paling entah bergemuruh
kisruh di hulu dada
dentumannya menghujam rindu
masih tentangmu yang di sana
ada kabar di sela tawa
yang bercampur air mata
pinangan itu beraroma entah
ragu mengusik aliran nadi
antara ada dan tiada
namun bayangmu selalu menyapa
berkata segera; lupakan tentang kita
teruslah melangkah
bisikmu dengan bibir bergetar
ada takut di sana
kehilangan untuk selamanya
Taman Rindu, 240819.
Sabtu; 13.44
PILU
; Riri Angreini
bila kau tiada
kemana rindu ini
akan pulang...?
Perjalanan, 230819.
KOTAMU
; Riri Angreini
hai,
pagi ini kamu apa kabar
bagaimana dengan musim di kotamu
hai,
aku ingin bilang
setahun lalu
aku pernah singgah di kotamu
kota hujan katamu
kota yang selalu menulis kenangan
pada setiap tetes rintik yang jatuh
dan itu katamu
setiap gemericiknya
bekisah tentang
senandung rindu
yang selalu ada di hatimu danku
hai,
aku mau bilang
pagi ini aku rindu
rindu pada senyummu
yang sejuknya
mengalahkan hujan di kotamu
Sepenggal Jarak, 240819.
Sabtu: 09.57.
SEBUTIR DARI KEPINGAN
; Riri Angreini
rindu yang kering tujuan
namun tetap bertahan
dalam kegersangan
hingga napas tak berhembus
kupastikan rasa ini untukmu
meski hanya tinggal
sebutir dari kepingan yang hancur
Bekasi, 240819.
SEDERHANA SAJA
; Riri Angreini
seperti cinta
kadang begitu lembut sentuhannya
kadang begitu perih...
namun air mata selalu sedia
jadi menawar setiap suasana
terima kasih tuhan...
sebab hidup adalah
seni dalam setiap gerak dan ucap
lindungilah hati terdalam ini
hanya pada-mu jua
tempat segalanya bermuara
Kota Hujan, 220819
SEINDAH EMBUN
; Riri Angreini
...aku menunggumu
hingga terjaga
di mana awal aku berdiri
pada pintu malam
hingga mentari
mengetuk pagi
di sudut jendela
sebab aku ...
tak ingin kau terluka
saat matamu terbuka
tiada aku di sisimu
kupastikan pagimu
dalam keadaan indah
seindah embun
yang jatuh di pucuk bunga
Bekasi, 240819.
DUH KESEDIHAN MACAM APA LAGI INI
Karya Riri Angreini
sepisau wali rindu
menyayat halus
pembuluh hati
perih nian
menguluti jiwa
entah apa, siapa,
dan di mana
rasa itu tertinggal
lelah batin menerawang
dalam sunyi
sebutir kepedihan
jatuh keceruk
terdalam
terombang ambing
dalam ketiadaan
pada siapa
pertolongan mengadu
suara pun
senyap
ditelan keniscayaan
pertiwi berduka
sakitnya
jadi derai tawa
kenikmatan
tiada tara
bagi penghianat
bangsa!
Bekasi, 080819.
SEPANJANG TAHUN BELAKANGAN
: Riri Angreini
selamat tinggal untuk waktu yang tersisa
namun kenangan itu akan tetap aku jaga
hingga napas tak berhembus lagi
adanya tetap aku perjuangkankan
terima kasih untuk segala kisah indah
dan kata manis penuh harapan
serta segala janji yang tak tertunaikan
maaf di hati selalu aku berikan
sebab cinta tak mesti menua bersamaan
kadang harus ada saling melepaskan
untuk tetap hidup setujuan
meski melewati persimpangan yang berbeda
berbahagialah dengan sunyimu
sebab sepiku adalah kehilanganmu
tawamu; luka yang kusimpan
sepanjang tahun belakangan
Bekasi, 310719.
KAU RINDU YANG KUPUISIKAN
: Riri Angreini
rindu ini selamanya akan tanpa suara
apalagi pertemuan hanya impian
biarlah...sang waktu
jadi pemberi jawaban
atas segala doa yang dilangitkan
baik-baiklah selalu dirimu di sana
sebab sakitmu adalah luka yang aku perjuangkan
hingga nadi tak berdenyut
rasa itu akan selalu hidup
dan tetap sama kadarnya
; "mencintaimu hidupku berpelangi..."
Tanah rantau, 310719.
TAK TERBILANG
: Riri Angreini
sesekali rindu itu menjelma
; linangan air mata
menitik jauh ke telaga hati
mengendap sunyi di dasar jiwa
jadilah misteri dalam tatapan hampa
Tanah Rantau, 310719.
RANAH MINANG
: Riri Angreini
sesayup rindu memanggil
sejauh mata memandang
tetaplah dikau terkenang
selama hayat dikandung badan
Tanah Rantau, 310719.
JULI YANG PATAH
: RIRI ANGREINI
... hanya bisa memberimu cinta
tak mampu menatap bahagia
jika sendiri lebih baik
maka kupatahkan sudah
segala jalan menuju tujuan
untuk bersama
pergilah...
jangan pernah tanya kabar lagi
meski itu hanya pada angin lalu
yang berhembus
usai, usai sudah
jalan yang pernah kita lalui
lorong waktu yang pernah kita singgahi
cukup jadi jejak tanda luka itu ada
tertanam pada setiap pijakan yang entah
Bekasi, 310719.
WAKTU
: Riri Angreini
begitu cepat kau berlalu
hingga malam pun berlabuh
suara suara riuh lenyap
ditelan gelap yang padam
Bekasi, 220919.
#RA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar