Karya : Retno Rengganis
jika hujan bukan gelombang sungai-sungai
mana mungkin awan adalah titik-titik air
aku ingin melihat jelai bunga ilalang
di raut wajahmu
bersinar matahari
ketika kerontang menggerogoti daun kering jiwa
kini atas kuyubmu ciptakan tirta bening air surga
hiduplah yang gugur menjelma tunas-tunas
kemudian menebarkan harum rahmat
di antara bunga-bunga air mata
mengucurlah basah hati
akan kecintaan pada sang
maha abadi.
Cepu 3-5-2019.
PENDEKAR IDOLAKU
Karya : Retno Rengganis
Sekuntum cempaka indah beraroma manja
kelopaknya bagai sisik emas naga puspa
Sepuluh kali kekuatan dari pancaran indah sorot matanya
tertutup gerai rambut melambai-lambai
Di batas malam yang gerhana
engkau memahat kepingan bintang
menjadi sebuah pusaka bertajuk asmara laya
Kau sembunyikan senyummu di balik tudung caping
keangkuhan hatimu yang melati
membuat jiwa ini jatuh hati
Bagai paralayang berwajah tampan
terbang lalang mencari jati diri
engkau sang pangeran meremas matahari
kau pecahkan wajah rembulan
Dalam bisik kidungmu yang lirih
"Jagad ini penuh topeng-topeng kepalsuan yang bisu, ingin kutumpas dengan runcing pedangku,"
Engkau memang lelaki yang datang dari kabut biru
membaca cakra dunia persilatan
berguru pada orang bijak penumpas jumawa
menghardik embun dengan lenguh gelembung jiwa
Kembaramu adalah setia pada janji dari harumnya kemenyan dan setanggi
pada tekat genggam bara api hingga menjadi hitam arang
Rambutmu tergerai seriap reranting
mendepani hari-hari yang semakin mencabar
keutuhan tekat sumpah keramat
dikau pendekar berwajah sendu
idolaku.
Cepu 7-5-2019
KERETA KEMATIAN
Karya : Retno Rengganis
Matahari mulai lingsir wengi
Seperti gelap yang akan meninabobok jiwa
Lamat-lamat terdengar suara kereta
Malaikat merayap-rayap mencari nama-nama
Yang menangis meratap hiba
"Tuhan lepaskan jerat urat nadi napas ini, dengan ciuman lembut, agar rasa pedih tidaklah tersayat biru, dan lemparkan aku ke surga-Mu,"
Kereta datang berbunyi gemerincing
Mata-mata neon memicing
Sebab aroma kematian bagai baling-baling
Aku menunggu di tikungan rel selanjutnya
Telah kuukur panjangnya
Seberapa dekatkah hari-hari akan berhenti kereta mati
Ada bisikan angkuh
"Wahai makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada,"
Pasrah dalam kereta
Menuju kota baru akhir amalku terhakimi
Belantara sunyi sendiri setasiun akhir rumahku
Gemerincing berlalu aku membisu
Tiada teman kecuali amalku.
Cepu 9-5-2019
PERADABAN JIWA MENUJU SANG HAQ
Karya : Retno Rengganis
Aku manusia dari kumpulan debu hina
merindu kasih dan pelita
Pada sebuah dunia tubuhku terjebak hidup
seperti pesta dan perhelatan
mataku melukis peradaban
Rindu rasa rindu cinta
cahaya suluh yang menerangi gulita
terdengar mengalun sepanjang kehidupan
Aku melihat ke angkasa
ada gugusan bintang memahkotai angkasa
rembulan sebagai merah pipinya
Sorot matanya sepijar matahari
tetes keringatnya bening permata telaga embun
Aku terkesiap
inikah negeri dongeng
ketika surga adalah seindah-indahnya tahta
Malaikat-malaikat tersenyum
inilah peradaban jiwa menuju Arasy
bersujud pada Sang Mahabesar
Andai tiada Dia
tiada mungkin aku
niscaya tiadalah yang ada
Pada segala hal ada tanda
menunjukkan bahwa ia adalah Dia
pecipta peradaban.
Cepu 10-5-2019
OH PELANGI OH BIANGLALA
Karya : Retno Rengganis
Semburat warna warni indah di langit
selepas jarum hujan memanah alam
Datang sang dewa matahari
membias sinar kehangatan
menginspirasi kidung puisi
Pelangi adalah bianglala
wujud mimpi permainan anak-anak
Cinderella
terbang jauh berputar-putar
di angkasa
"Hoee... Pelangi selendang putri negeri dongeng,"
Keindahan bianglala bercumbunya
hujan dan mentari
melahirkan bias anak-anak warna warni
Pelangi oh bianglala
cerita kehidupan atau retorika
Jatuhnya hujan adalah kesedihan
pastinya datang terang kebahagiaan
Matahari mencerahkan
setelah mendung hitam merintik
memetik hikmah pembelajaran masalah
bianglala adalah pelangi
inspirasi.
Cepu 12-5-2019
MEMERAM RINDU IKLASKU
Karya : Retno Rengganis
Puing-puing rindu telah tercecer sepanjang jalan cinta
tinggalah hujan melukis sedih
menggenangi tapak kaki
Sebelum berakhir catatan ini
sejenak kusandarkan lelah
di tungku batu
Angin yang sedari tadi membisu
menarilah bersama dedaunan
biar kurasai semilirmu
sambil kudengar gemeretak kuningnya,
yang luruh satu-satu
Dan secuil lara kuninabobokkan
sejenak
Di setiap waktu terlewat
kunikmati mengeja namamu
sambil mengingat saat bersenda
mendebat rasa mengukir cinta di lembar ingatan
Betapa sedih melihat mentari mulai lelah ingin tidur di malam gundah
langit mulai kelam merasuk hati memeram rindu kian tenggelam
Ada rindu menggantung di sukmaku
terpatri hanya padamu
rindu ini mengalahkan gelisah dan gundah
seperti harmoni yang merajah
Lagi-lagi aku kebingungan
kukatakan pada kunang-kunang
dingin malam tak segera hilang
rinduku makin mabuk kepayang
Waktu terus berpacu tak pernah berhenti
suara-suara langit makin menekan hati
aku sungguh tertawan dalam kesendirian
Bagaikan rembulan yang setia pada janji di malam hitam
memanggul cahaya untuk tetap temaram
Detik yang berdetak terus bergulir
mencari sedikit harapan saat dingin mulai menjalar
tak ada yang lebih ramah kecuali sabar dan ikhlas.
Cepu 9-3-2019
KAPANKAH TIBA MASANYA
( Kidung kembang kecubung )
Karya : RETNO RENGGANIS
Kembang kecubung di sudut lorong sepi
dipetik menjadi terompet sakti
melantunkan kidung bagai sajak mati
lengkingnya jerit kaku tiap ruh diri
beku biru dalam peti
jika sudah begini?
tiada perduli!
Yang hidup, terus lari menuju lembah qur'ani
bunga kecubung tetap tergenggam jemari
ikut antri mencari pintu-pintu alkhafi
sambil meneriakkan doa-doa puisi
agar terhindar fitnah keji
dari rasa nyeri
terperi
Kembang kecubung terompet dewa
tertiup kencang seumpama sendawa
merintih memandang pusara
sebab ini kisah hancurnya nyawa
pembersihan tak kentara
dunia fana
Kembang kecubung lepas di tangan
membayang dunia fakir nan hina
tiada perduli kehendak sang pencipta
insan lena akhir binasa
kemana?
surga?
neraka?
yang jelas kembali pada tuannya
Cerita kembang kecubung
terompet mimpi yang terkandung
bukan lelucon atau lelidung
Ini sesulih, imagi terbawa kelana
kau tau, akhirnya nyawa terpana
namun sesal tiada guna
harus di terima.
Cepu 11-10-2018.
I'TIKAF
Karya : RETNO RENGGANIS
sejenak kusandarkan rindu di punggung tuan
atas nama cinta dari ruh
ketika datang menyapa semilir jiwa
lalu menjadi sebuah cahaya
kemudian terang
di antara celah celah
pula kupetik kunang kunang
semakin benderang
kueja kata seperti sajak doa
yang kuketik ketika malam tiba
"aku ingin pulang" kataku
pada rumah kekasih
yang kutinggal sekian lama
dari pengembaraan
jemari ini menggenggam tasbih
dari butir-butir biji genetri
lelah kaki
bersimpuh
dalam akhir tangis i'tikafku.
Cepu. 9-10-2018
Assalamualaikum warohmathullohi wabbarokhatu.
JALAN INI
Kamu lupa kalau jalan ini pernah kita lewati
Tetap sepi dan lenggang
Hanya sedikit beda, tanpa lubang tikus dan tidaklah rindang
Kini sedikit gersang
Kamu lupa jalan ini pernah mencatat kenangan
Saat rindu padamu kita merangkai cerita
Mengukur jengkal jejak rasa
Kamu tahu, kini aku berada disini
Di jalan ini
Dan jika suatu hari nanti kamu lewat jalan ini
Usah jatuhkan gerimis di matamu
Sebab aku takut, kau akan tenggelam
Seperti aku yang tenggelam saat ini
Jangan....
Jangan datang
Ada banyak sekali hal yang tak bisa kuutarakan
Di jalan ini.
Cepu 26-10-2018
RETNO RENGGANIS.
ADA NAMAMU
Karya : RETNO RENGGANIS.
pagi ini kutulis namamu
pada lembar-lembar daun basah
terhiasi kerlip butiran embun tasbihku
kupetik cahaya seterang matahari
untuk gulirkan bening-bening doa
indah dentingnya melantun namamu
menjadi nada puji-pujian
aku tersenyum dalam i'tikafku
dan kulihat langit seperti istana surga
di balik tirai kabut mata batinku
namamu terus kusebut
bahkan kunisbatkan
menjadi kuntum melati putih
harum di dadaku
tanpa jeda waktu terus kusirami
agar tetap mekar di halaman jiwa
selamanya.
Cepu 20-10-2018.
KIDUNG KEMBANG KECUBUNG
( RETNO RENGGANIS )
Lihatlah kembang kecubung ungu
Seperti paruh perkutut bersiul merdu
Bertengger di ranting kemuning itu
Setiap hari menyanyikan selaring gending
hanya untuk gadis lencir kuning
Kecubung terompet sakti
Saboyo pati lelidung jiwa murung
Ilir ilirnya jeritan hati
Gandrung lewung
Sayup-sayup rintih merintih
Perih
Kembang kecubung lewung
Ketika pangeran Bayu Tirta
Tiupkan semilir angin, merintikkan embun suci
Pada dedaunan kemuning kering
Lalu iramakan gending sigrak rancak
Makin memikat, dan kramat
jiwa-jiwa sekarat.
Cepu 30-10-2018
KIDUNG HATI
( Oleh : Retno Rengganis )
Di ingatan yang terbatas, maafkan jika pada akhirnya beberapa kenangan lupa aku eja. Sejenak kulepas semua beban pikir.
Mulai menjaga raga rapuhku memohon agar tidak patah dan luruh.
Kini benar-benar seperti kembang kamboja yang tumbuh di atas awan jingga.
Aromanya sengir manja.
Sepanjang hari jam berputar, malam menjadi pagi, pagi menjadi malam, begitu seterusnya. Membunuh semua ingatan, memaksa mati yang masih tumbuh.
Tidak ada yang paham, jika sejauh ini semuanya telah rapuh.
Dan sikap kalian tetap wajar, biasa-biasa saja. Seperti aku dalam senyuman.
Love you 😘. All
Cepu 8-11-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokhatu. Jaga diri baik-baik dan jaga kesehatan kalian yak. Aku sayang kalian semua.
Aku Bunuh Kamu Munafikun
I KILL YOU HYPOCRITE
( Retno Rengganis )
Ingin kusembelih seribu urat di jantungmu
Dengan tangan hidayah cinta-Nya
Ingin kusayat-sayat
Lalu kucincang-cincang
Tiap hancurmu, mengalir darah kemunafikan
Berkata apa saat sujudmu di bumi ini?
Dengan syahadat-Nya, ketika aku bersaksi
Ingin kupanggil gelombang badai
Ingin kupanggil gemuruh petir
Menggelegar, menyambar ruhmu
Apa yang akan engkau teriakkan pada Sang Maha di Maha
Ketika kulihat kilas balik hidupmu
Penuh daya tipu angkara murka
Yang kau timang dengan rasa manja
Cepu 31-10-2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatuh.... hai all.... Sebelum malam tiba, baca satu baris surat Al Kahfi ( kita hafalkan ya ). Agar terhindar dari fitnah Dajjal yang sudah mulai menjerat kaki-kaki insan Bismillah.
TAWADUK
Air matanya berlinang
Membanjiri kata-kata untuk di tenggelamkan pada luka
Terisak menangis dalam teriak histeris
Teramat miris
Meletakkan mukanya yang pucat
Akan dosa-dosa
Pada bahu yang rapuh
Sama-sama jatuh
Meninggalkan peran dalam sandiwara zaman
"Jika kamu tidak menemui aku di surga, maka tolong tanyakan pada Allah tentang aku"
Cepu 23-11-2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatu... semoga hari ini penuh barokah. Serta selalu dalam lindungan Allah. Aamiin yaa robbalallamin.
ANGKARA
Napas berat....
usap keringat keparat!
Kelam di bola matanya penuh dendam
angkara murka!
Perempuan berwajah pucat meraung membusung
Meneriakkan rasa kedada kacung
Mengapa rahimnya meronta histeris
saat menenggak cairan dari moncong kendil
Itu karena...
Tanpa ada keadilan, saat senjata laknat menancap?
Akhirnya...
Menguraikan sesal derai, meneteskan perih
Suara bayi tak bermata menggigir di padang api
Hai!
Mengapa aku ada...?
Di sini hitam, kusam....
Panas.... Bara!
Cepu 31-8-2018
RETNO RENGGANIS
YAKIN
Rindu pada denyut nadi biarlah terus mengalir
Walau kupendam hasrat dengan derai air mata
Biarlah secarik perih di ladang gersang
Tetap sabar tanamkan benih keyakinan
Mungkin waktu belum berpihak
Namun terus kuuntai doa-doa
Pagi, siang dan malam
Pada-Mu.
Cepu 28-8-2018
RETNO RENGGANIS
CERITA_KHAYALKU
MELARUNG ASA TENGGELAM RASA MATI DI ATAS TITIAN CERITA
Satu-satu langkah kaki ini kupaksakan berjalan di atas titian waktu
Segudang cerita kukemas dalam diariku
Dan kini tiba di akhir catatan
Lelah yang teramat payah membuat sendi tubuhku makin rapuh
Daya ini kian terjerembab pada ceruk luka teramat dalam
Aku tenggelam pada lorong sunyi entah
Sendiri bermain ayun pada imajinasi khayalku
Seperti tak perduli lagi akan hiruk pikuknya alam, yang kau miliki
Kusingkirkan
Kupaksakan
Kutenggelamkan
Kumatikan
Dari masaku
Biarlah kumulai kisah....
Sekian tahun perjalanan hidup ini cukuplah sudah kumengerti
Dari tumbuhnya kembang bakung di pinggir kali rerungkut pohon bambu rumah tua huniku
Asyikku menikmati sunyi, mendengarkan derit laguan seruling Sulaiman yang identik dengan dongeng pohon berumpun
Sungai bening gemericikkan kerikil yang bercumbu dengan arus
Sungguh masa bergelut dengan pikiranku menjelajah dunia antah, alam dongeng milikku
Ini kisah ceritaku, di mana dulu-dulu saat pertama mengenal sang kasat
Awal pesta berkolusi, beradaptasi, membiarkan nurani dan jiwaku tenggelam menuntunku memimpin negeri dongeng
Mereka laun membutakan mataku memabukkanku, mengajakku berdansa pada pilar-pilar istana beraltar permata
Aku sebagai ratu pada imagiku
Keasyikanku semakin tenggelam pada rumah khayal
Yang berbenteng mantra kapur sirih sedap melati
Aromanya tertiupkan pada ubun-ubunku, merasuk sukmaku
Dan rasanya aku mampu menelan pahit getirnya getah darah keturunan
"Nenek ... ini bukan karmakah?" tanyaku
"Cucuku ... leluhurmu adalah darahmu, yang harus kau terima dalam satu wadah raga ... usah takut, sebab adanya itu, adalah ruhmu sendiri."
kata Nenek di sela percakapan malam yang dingin
Waktu runtun berdetak menit ke menit menggeser malam mencolek fajar, mencabik siang, mencumbu senja jumpa malam lagi terus begitu seiring jalannya kehidupan
Dari episode kisah ini, ada sesal mencekik
Semakin jauhnya aku dari potongan-potongan darah sekandung ragaku
Aku terbutakan
Aku tertulikan
Dan kini seperti sendiri
Pantaskah aku meraung histeris meneriakkan ketidakadilan?
Sementara mereka saat ini, asyik bermain petak umpet di labirin cinta di taman flamboyan
Sedangkan tubuhku saat ini bagaikan bergelantung di atas pohon langit
Terhimpit gelembung awan hitam
Mataku meneteskan rintik hujan darah, tanganku gemeretak menggapai-gapai bagaikan ranting-ranting patah, tetap saja mereka tiada perduli
Seperti terbutakan
Seperti tertulikan
Sebab kini kita, aku dan saudaraku, seperti sudah beda dimensi imaji.
Cepu 3-9-2018
RETNO RENGGANIS.
SEKEDAR WAYANG MEMAINKAN PERAN
Langit kelam,
awan mencekik matahari
Rintih tangis biru
Butiran debu tak lagi angkuh
Mengejar angin
yang membawa dupa kesombongan
Tanpa gerak dan kedip mata
Diam seribu kata dalam problema
Seperti wayang menjalankan peran.
Cepu 11-9-2018
RETNO RENGGANIS.
KUPELUK BUAH CINTAKU
Jangan menjauh anakku,
dekatlah di sisi ibu
Biar kukecup keningmu
Biar kupeluk tubuhmu
Biar kuusap air matamu
Tidurlah di pangkuan ini
Akan ibu ceritakan tentang negeri pelangi
Ikuti jemari ibu anakku
Saat memainkan biji Genitri yang kutasbihkan
Melafat asma Allah
Lihat sayang
Tiap asma-Nya ada aura warna warni
Seindah pelangi
Pandanglah anakku
Negeri indah pelangi surga
Semakin dekat
Semakin dekat
Pintu-pintunya telah terbuka
Sebentar lagi kita kesana
Berdua saja
Sementara adik
Biarlah menyelesaikan tugasnya
Mengarungi lautan kisah
Bersama bahteranya.
Cepu 10-9-2018
RETNO RENGGANIS
TUAN KUNIKMATI BAIT PUISIMU
Karya : RETNO RENGGANIS
Tuan....
Biar kucium wangi surbanmu
Sebab aromanya seharum kasturi
Tak bisa hati ini mengingkari
Di matamu ada Tuhan yang memancarkan cahaya nur Illahi
Di tubuhmu ada kemuliaan pembungkus kehidupan
Tuan....
Bait-bait ucapmu lantunan ayat-ayat Qurani
Yang berguguran bagai bintang-bintang
Dengan kerlip asma ul husna
Tuan....
Kini tak kuingkari jalanmu kuikuti
Kunyalangkan mata nyalar
Sebab nyawa nyata dimiliki-Nya
Dan risalah ini seperti hujan yang merintik dalam tandusku
Bagaikan puisi indah merindu Sang Maha Puisi.
Cepu 21-9-2018.
AKU PENYAIR GILA YANG MERAJA-RELA
Karya : RETNO RENGGANIS.
Aku belajar menulis puisi dari congor diktator
lepas bicara ngocor tak terkontrol
Dari perutnya buncit kelakuan anjrit
Teriak-teriak melengking seperti an.... jing
Mungkin karena penguasa yang konglomerat
Jadinya hobi menindas kaum melarat
Juling mata-mata mbeling
Koruptor kerja-kerja kantor
Provokator sikat sini, sikat sana di olor-olor
Dasar para-para maling
Pengkianat bangsa yang suka nuding-nuding
Aku belajar menulis puisi dari para gali
Karena mereka banyak ide dan imagi
Walau sambil menenggak wiski menari birahi
Melukis pesona mucikari
yang kerjanya hanya ongkang-ongkang kaki
memeras mesin para pencetak orok
lalu menggorok
ini salah satu tendangan menohok
para gali pikiran brilyan walaupun mabok
Aku belajar menulis puisi dari sebuah dunia bubrah
Kucipta kosa menjadi kata, dari orang-orang susah sampai bromocorah
Biarpun banyak fitnah tetap gagah
Dan aku terus melangkah dengan bekal bismillah
Dari belajar, kini aku menjadi penyair gila
Ciptaan dari wanita-wanita cinderela
Mengorek arti pancasila, untuk apa sebagai lambang negara, jika rakyatnya pada fakir norma-norma
Dan akhirnya aku tetap bicara, menulis berjuta-juta kata
Menceritakan segala elemen kehidupan nyata.
CEPU 20-9-2018
Salam, jumpa lagi sama Retno Rengganis yang hitam manis.
Mungkin kalian merasa lucu ya dengan postinganku kali ini.... Tidak mengurangi rasa hormat, ini semua cuma sebuah catatan, tidak ada unsur apapun, kecuali mengajak kalian semua untuk mencintai sastra dan negara. Met fitas all, love you forever. Maaf baru bisa jumpa kalian lagi.
JANGAN SEPERTI BUIH
Bagai buih di atas air
Ketika sepoi tiupkan semilir
Napas mentari membakar
buih putih akan hilang entah
Air tetap tenang sembahyang
Lantunkan lagu rindu penetap liuk cinta
Pada hempasan-hempasan waktu
Tiada berbapak jua ibu
Tahukah kamu...
Di antara indahnya buih putih yang mati
Seperti catatan hidup sekedar mimpi
Keabadian tiada termiliki
Lenyap entah
Kesenangan sementara
Yang berguna tetaplah menetap
Sebab itu garis ketetapan ditetapkan-Nya
Jangan kataku!
Usah pengejaran yang akan lenyap engkau cari bermandi getih perih
Lalaikan tugas membangun jiwa
Sebab buih sekedar buih lenyap tanpa sulih
Menggelembuh mbambung
Membumbung hilang disela hidung
Cepu 26-7-2018
RETNO RENGGANIS.
Indahnya Curuk kedinding dan cagar alamnya.
PANORAMA KEDINDING
Nuansa yang indah idaman para pecinta kedamaian hati. Dari titik Selatan Kabupaten Blora, sebelah barat kota Cepu, tepatnya Kec Kedungtuban ada obyek pariwisata yang belum di jamah tangan-tangan seni. Desa Kedinding tepatnya wadah dari pesona yang masih perawan.
Adanya kawasan hutan jati yang identik dengan Kabupaten Blora, kini aku ajak singgah kalian, mengintip pesona di balik keangkuhan pegunungan Kedinding. Di samping panorama terpendam, ada pula mitos serta tempat-tempat sejarah yang berhubungan dengan penguasa kerajaan Jipang Panolan.
Aryo Penangsang tidak asing lagi bagi kita, pegunungan Kedinding pula menyimpan banyak misteri, sebuah cungkup makam di atas bukit, adalah makam kuda jantan serta cantrik pangeran Aryo Penangsang.
Lain itu kita juga terbetik satu sajian klenik acara sesaji pada sang Hiyang Widi yang senantiasa di lakukan pada ritual tahunan, yang di beri nama sedekah bumi ( manganan)
Mengapa hal ini selalu dilakukan oleh masyarakat setempat, lain tidaknya hanya rasa syukur terhadap lelakon kehidupan.
Senja merah masih saja pancarkan senyumnya yang saga. Aku kembali menyusuri jalan setapak berbatu, keanggunan desa ini membawa semakin ingin menguak tabir.. Kujumpai sahabatku masa sekolah Bapak Sumarji yang saat ini menjabat sebagai kepala desa di Kedinding tepatnya masuk wilayah desa Ngraho. Beliau betapa arifnya menyambut kedatanganku, tak segan - segannya menjawab semua pertanyaanku, bukan hanya tentang mitos dan sejarah namun juga masalah keinginan beliau menciptakan desa kecil itu menjadi sebuah obyek wisata yang penuh keindahan. Sedikit demi sedikit di buatlah taman selfi demi rakyatnya yang butuh hiburan refresing.
Semakin salut diriku padanya, dengan kegigihannya, beliau tetap terus melangkah, pemprof mungkin telah tau, tetapi tindak lanjut keinginan belumlah terwujud, semua karena dana. Ya dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit, kita musti sabar walau hati tetap tegar dalam upaya bagaimana segalanya lancar.
Beliau juga bilang kepada saya, tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan, seandainya ada donatur yang ingin membangun, dengan tangan terbuka sangatlah dipersilahkan. Sebab apa, andai bukan karena saling bahu membahu, sebuah karya tidaklah akan terwujud. Semoga impian bapak Lurah yang juga sahabatku terwujud.
Kedungtuban harus berbenah, jangan sampai tertinggal. Kita punya lahan, kita punya alam hanya perlu polesan demi kedamaian.
Salam santun dari bapak lurah Sumarji dan segenap masyarakat desa Ngraho, dukuh Kedinding pada khususnya. Sukses selalu.
Cepu 5-8-2018.
RETNO RENGGANIS .
AURORA
langit itu indah
melukiskan larik-larik warna
seperti negeri dongeng
angin surya
mencumbu Dewi Fajar Senja
rona merah pipinya
begitu kentara
aku terpesona akanmu
di antara pantulan sinar yang membentuk lengkung pada titik ke titik
satu sama lain terhubung
tanpa adanya koma
interaksi medan magnetik mencumbu partikel
dari sebentuk hangat dekapan sang surya
membawaku pada khayal tingkat dewa
menarikan daya pikir menjangkau ruang
dalam berjuta tanya
tanpa jawab.
Cepu 11-8-2018.
RETNO RENGGANIS.
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokhatu... Pagi all...semoga hari ini
kita semua senantiasa dalam lindungan Allah, serta berkah yang melimpah. Aamiin yaa robbalalamin.
Cover : Me & Dik Iin Muhidin... Akting fotogenik yang indah.. Hasil jepretan ROMY SASTRA.
Terinspirasi puisi Iin Muhidin
PENYAIR GELADIR
Geladir itu pandir
Mencium aroma lalu jungkir-jungkir
Biarlah cemooh hadir dia tetap bergaya tajir
Abaikan cerecah dari berbagai cibir
Tetap Geladir mangkat di panggung-panggung jubir
Sebab geladir
Adalah orang-orang setengah kentir
Syair geladir
Ratapan orang-orang pinggir
Membawa takbir agar tak di usir
Tetapi geladir
Tetaplah geladir penyair
Akhirnya mati terbawa takdir
Catatan kaki :
Geladir : lendir atau kotoran.
Cepu 16-8-2018
RETNO RENGGANIS.
BILIK KECIL SANG MAESTRO SOESILO ANANTA TOER
Kubuka jendela sedikit memicingkan mata mengintipmu wahai penyair idola
Runtun bening seperti jatuh pada kertas usang
Tetesnya seakan menimbulkan retak dan lusuh
Kucel ragamu dari balutan lukisan daun jati, yang identik dari pinggiran alas Blora
Memelintir kisah kemarin mangkir tanpa buah bibir
Kini ketika wajah-wajah sang Maestro mewarnai kaca media televisi
Sederet pengagummu berbaris menangisi
Siapa engkau dan mengapa engkau
Wahai TOER dari penggalan kata bahasa jawa " Tansah Ora Enak Rasane" celoteh canda jenaka adik PRAMOEDYA ANANTA TOER, memakai kata dari penggalan nama TOER.
yaaa....
Engkaulah sang Maestro tak di kenal SOESILO ANANTA TOER
laki-laki nerimo dalam iklas pada kesederhanaannnya
Walau perjalanan hidupnya terseok, adakah ketidak adilan pada nasibnya?
" Tidak" jawabnya
" sebab semua pekerjaan itu mulia, walau aku sebagai pemulung, namun hasilnya mempunyai nilai lebih jika kita bisa menikmati keikhlasan, nilai harta yang kuterima berapapun itu cukup yang penting tidak mengemis" ðŸ˜
Oohh.... bapak Soesilo Ananta Toer yang tidak pernah mengeluh dan rapuh
Semangatnya menjadikan inspirasi,
Senja semakin membuka tabir, yang tidak jauh beda dengan PRAMUDYA ANANTA TOER...
SOESILO ANANTA TOER seorang doktor di bidang politik dan ekonomi lulusan Uni soviet
Tetapi ijazahnya tidak pernah di akui oleh negara, tanpa dendam, hanya menyalahkan diri pribadi.
Jeruji besi pula pernah menenggelamkan dari kebebasan hak, hanya karena sebentuk alasan sepele tidak dapat menghadiri acara doa bersama enam jenderal di kedutaan Rusia, sehingga di cap sebagai pro orde lama.
Maestro yang dulu bergelimang harta selama 11 tahun bekerja di Rusia, kini bagaikan kerontang di negeri sendiri, mengais sampah, membuang sepah
Satu-satu jalannya terus tetap di tuju, pada akhir yang entah itu
Semangat ayah
Semangat!
Cepu 11-7-2018
RETNO RENGGANIS.
PAGI JELANG ILALANG JALANG
tetes embun jatuh satu-satu
ciptakan irama melodi syair bisu
penari ilalang makin jalang
menenggak bening dari pucuk daun goyang
gemulai runtun anggun berduyun-duyun
gila!
semakin mabuk kepayang akal hilang
teriak meronta-ronta hangat mentari menggoda
geliat cumbu makin erotis saja
semyum terukir di sudut bibir bukan cibir
indah sungguh indah pagi tanpa gerah
semua pecah
tangan-tangan alam serentak melambai-lambai
menghardik permainan segeralah usai
jelang ilalang pucat pasi mosak masai
lepas lelah pasrah.
Cepu 5-7-2018
RETNO RENGGANIS
KAU LELAKI KARISMATIK KEKASIHKU
engkau melukis senja dengan warna rindu yang saga
pada dadamu yang bidang penuh tembang kenangan bersamaku
dalam tiap gelora lewat bisikan desir angin laut, engkau sketsa wajah kita di dinding cakrawala
dengan bertahtakan manik-manik kasih berhias pelangi rindu
pada sunyi demi nama janji, berharap semua tidak hanya mimpi
sekuntum cinta sempat layu, kini mekar kembali dalam warna yang berbeda
semakin harum wangi nan indah
terpupuk dalam palung jiwa
kembali pada jingga memerah tembaga
terukir rupawannya kisah kasih, saat kau memandang laut lepas
tak puas tak luput dari ingatan sebuah cerita
engkau selalu ada di hatiku, pula aku selalu ada di hatimu
pada riak samudera yang berguguran, adalah
bening kasih kita yang merintik seumpama tirai pengantin
melambai lambai, meliuk gemulai menuju ke muara tanjung harapan
negeri impian, di bukit cinta saling genggam jemari
saling tetap setia mengi'tikafkan doa-doa.
kau...
tetap memandang samudera, dengan tenang dalam karisma yang tetap aku kagumi
Cepu 1-7-2018
RETNO RENGGANIS.
KARENA ALLOH DERITA ITU INDAH
Aku berdiri di antara jarum-jarum duri
Racunnya semakin merapuhkan raga
Nyawa terhimpit sesak meraja
Kantuk yang perih biarlah rebah saja
Bau alkohol menyengat rasa
Suntikan-suntikan, luka-luka nganga
Dada-dada terasa pecah tanpa benci
Walau iklas yang pasi biarpun terkuliti
Kubiarkan tangis mengaliri raga
Alloh memberi daya dari percik-percik cahaya
Hangat menyelimuti menjelma kasih abadi
Tanpa menunggu kamu-kamu menggendongku
Lalu meletakkannya di atas bongkahan senyum palsu
Biarlah Alloh menjagaku dalam pelukan doa-doa
Yang tak henti getarkan langit
Hingga sedak sesak lepas
Dan menjeritlah aku dalam kepuasan
Sampai air mataku kembali tumpah
Seperti anak-anak sungai melarungkan resah
Begitu indah.
Cepu 29-6-2018
RETNO RENGGANIS.
OH MATAKU PEJAMLAH
pejamlah mata, pejamlah
ada negeri dongeng
menanti jiwamu hadir
pejamlah mata, pejamlah
biarkan bibir bersenandung zikir
meninabobokkan ruh yang fakir
lepas beban, lepas persoalan terpikir
lihatlah, ragaku bagaikan mayat tercibir
lelah, sayah hingga jelang pagi kan hadir
Bismillah tidur!
Cepu 24-6-2018
RETNO RENGGANIS.
HILANG DI NEGERI DONGENG
tertawan di negeri akar
terjerembap di atas tumpukan daun-daun gugur
terhimpit ranting patah
kuyup oleh hujan
pada saat seperti itu
kebingungan semakin meraja,
bagaimana mengingatmu
bayangan sendiri menjelma malaikat
mengintip di sela akar dan ranting
diam menatap penuh ambisi
seperti pemeran mati
tak ada pelukan lebih erat dari doa-doa
pelukan akhir daun-daun gugur
lorong sepi jadi saksi
tak terdeteksi
Cepu 16-7-2018
RETNO RENGGANIS.
TERSAPU OMBAK SENJA
kutulis namamu di atas pasir tepi pesisir
saat riak menyapu mencumbu
tiba-tiba aku menggigil
ombak telah merebutmu dari jemari lentikku
membawa bait-bait cinta ke tengah samudera
termangu diam membisu, runtun bulir jatuh satu-satu
padamu senja kini menjadi kelabu abu-abu
dalam hening yang pening
lelakiku telah berada di ujung cakrawala
ada yang robek saat temaram menjadi gelap
seperti malam tandus tanpa kunang-kunang
gelombang diam menunggu kaki-kaki melangkah pulang
di tepi pantai itu kehilangan namamu
hingga batas tak tentu.
Cepu 8-6-2018
RETNO RENGGANIS
CIBIRAN
Lukisanmu begitu indah
Namun sayang....
Sedikitpun tak ada harganya di mataku
Sebab warna yang kau sapukan pada lembar kanvas
Seperti warna mesum birahimu
Koleksi bibir bergincu
Membuat dada bidangmu sombong
Hatimu pualam
Geloramu api kemunafikan
Cepu 6-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Puisi adalah catatan kehidupan. Tak ada unsur menghina siapapun.. Setiap catatan pastinya instropeksi diri oke all.
AKU TELAH MATI DI MATAMU
aku telah mati di matamu
aku tersedak, bahkan tak bisa mengucapkan resah
sayup kudengar suaramu makin menjauh
aku semakin terjerembap
pada saat seperti itu aku sadar
kau bukan apa-apaku
kulihat kelebat bayangmu lagi di beranda
diam, tak menatap, tak memeluk
ya....
aku benar-benar telah mati
di hatimu
di matamu.
Cepu 2-6-2018
RETNO RENGGANIS
PELANGI DI ANTARA SENJA MATAHARI
Warna pelangi itu kamu
Di antara senja yang gerimis paling liris
Pada luka dan derita, di punggungmu terbebani anak surga
Yang jatuh dari ketiak ibu, tanpa susu dan layu
Dari waktu ke waktu
Bunga matahari pancarkan eloknya
Menyinari senyum bunga bakung di pinggir lorong
Dan.... dari kejauhan anak manja bergelayut di lengan papa
Tanpa rundung tetapi sebalik malah bahagia
Tole yang berlari-lari tanpa tahu nyeri telapak kaki
Dalam dekap erat, hangat sang ayah ridho Illahi Robbi
Pelangi, senja dan matahari
Mengiringi ceritamu dalam kisah seribu masalah
Tiadanya rembulan tetap inginkan, dikelilingi bintang - bintang.
Cepu 25-5-2018
RETNO RENGGANIS
TAK AKAN LAGI KE KOTAMU
aku menikmati banyak purnama indah, namun kali ini terasa pecah
waktu seakan membungkam kisah di kota itu
meski hati riuh menyebut doa-doa
tak akan mungkin lagi aku singgah
hanya sisa-sisa arang dari bara tungku yang tadinya membara
seolah dipaksakan dingin untuk melupakan kenangan manis menjadi hitam
ini bukan kehendak tarian jemari
seperti angin mempermainkan pelangi
meliuk memburu keangkuhan jiwa
pertikaian dalam tubuh menjadi peperangan
aku benci dan tak akan kembali ke kotamu
semakin berlari meninggalkan masa yang ungu
seperti hujan pada bait-bait rintik awan retak
dan tirai kabut biarlah menutup semua,
tentang kamu, tentang kotamu tentang yang pernah ada
kali terakhir kuucap lagi kekata " aku tak akan singgah lagi di kotamu "
Cepu 16-6-2018
RETNO RENGGANIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar