~" DI SENJAKU ENGKAU "~
Ketika jingga adalah engkau
Dan harummu adalah kopi di senjaku
Hujan sekedar tempias
Bukan sepi yang akan menggenang ...
Bahkan senyummu saja
Mampu membaitkan ribuan sajak
Imajinasi yang selalu membara
Meraba palung paling benak
Lalu aku harus bilang apa
Karena aku begitu mencintamu
Serupa kopi yang mencandu di senjaku
Tiadamu selalu ada
SPW,
Pandeglang, 26022021
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI LESEHAN JOGJA "~
Puisi-puisiku lusuh di lesehan
Rembulan buram, bintang-bintang tanggal
Alun-alun Jogya gelisah
Diresah cinta yang patah
Dan kenangan
Di kening seperti lenggok penari jalanan
Liar dan binal
Gerah
Meradang
Di udara yang basah
Rembulan buram
Dan bintang-bintang tanggal
Di alun-alun Jogja, wajahmu sesaki ruang
Sebagai kenangan
SPW,
Pandeglang, 03032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" AKH, ENGKAU ... "~
Akh, engkau masih serupa riak
Rindu yang menggenang benak
Keinginan yang masih teriak
Diredam kian berontak
Ingin menepismu dari mata
Ingin melepasmu dari jiwa
Akh, kian melekat
Kian mengurat
Tenggelamku dalam sajak-sajak sunyi
Menyanyiku
Menariku
Sepi
Ketidakwarasan, kebodohan
Adalah aku, mencintamu
SPW,
Pandeglang, 03032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI KOTAK PANDORAKU "~
Ayat-ayat terus menggeliat
Perihal di ratusan purnama terlewat
Kekasih yang menjadi kisah sudah
Syahdu yang menjadi sendu
Bayang-bayang yang tak mau hilang
Di kesunyian ia menggenang
SPW,
Pandeglang, 05032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" PARTITUR JIWAKU "~
Dungplak, dungplak, dungdung
Dungdungplak, dungplak, dungplak
Payah, suara gendangku tak padu
Menyanyiku ceracau pilu
Menariku rampak tak tentu
Oi puan ...
Kaugubah partitur lagu di jiwaku
Nada-nadanya jadi sumbang melaju
Oi oi duhai puan pujaan
Engkau kayuh pada perahuku
Pun engkau pelabuhan yang selalu kutuju
Duhai puan pujaan
Dengarlah syair kudendangkan
Perihal kesetiaan
Dan seorang Madjnun
SPW,
Pandeglang, 04032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" CERACAU "~
Dungplak, dungplak, plakdungdung
Halah, payah ... payah ...
Bunyimu tak lagi berirama
Tanpa nada, tak lagi indah
Laguku jadi tak bergaya
Menyanyiku, menariku jadi kacau
Karena engkau gendang bakpau
Janganlah merajuk
Aku bisa kehilangan tanduk
"Engkau yang kehilangan otak
Tak ada hentinya menepak-nepak ... "
Eeh heehhh, bisa bicara kau bakpau
Kuelus kutepak karena aku sayang engkau
Akh, maaf karena aku sedang kacau
Hingga sedikit mengigau
SPW,
Pandeglang, 06032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" PADA KETIDAKWARASANKU "~
Napasmu
Masih hangat di rasaku
Pada detik yang terlari menuju lampau
Dan aku terbelenggu rasa itu
Akh, bakti yang kauusung di kepala
Membelah kata kita
Memisahkan kota
Jarak yang dindingnya adalah pinta
Seorang ayah
Tak ingin engkau terbarut susah
Dan ketidakwarasanku
Melahirkan kebodohan itu
Melepas adalah puncak cintaku padamu
Berihklas karena cintamu padaku
Duhai, engkau dan napasmu ...
Adalah ruhnya pepuisiku
SPW,
Pandeglang, 07032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI TITIK RENUNG "~
Kembali ke gunung
Kuselami palung
Titik renung
Akh, aku masih limbung
Masih berkutat sepi dalam sunyi
Masih merintih pada rasa nyeri
Belum mati dalam semedi
Belum hakiki di jati diri
Kembali ke gunung
Pada titik renung
Aku masih limbung
SPW,
Pandeglang, 07032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" SENJA DI SECANGKIR KOPIKU "~
Seperti senja kemarin
Ia datang dengan rasa hangat yang lembut
Sapa yang dikulum manis senyuman
Entah kenapa kopiku pun terasa nikmat
Tapi, bukan ia di rasa kopi itu
Engkau yang selalu mematik rindu
Ia kemilau di jingga
Saat senja di secangkir kopiku
Tapi tak menyilaukan mata
Karena engkau di mataku selalu
Seperti pada setiap senja
Di secangkir kopiku mengendap rindu
Padamu saja
Meski banyak warna jingga begitu kemilau
SPW,
Pandeglang,
( Catatan Kelana Bodo )
~" SEBENTAR SAJA "~
Di mata itu bintang jatuh
Di wajahmu yang purnama penuh
Rindu yang utuh
Begitu menyentuh
Sebentar, buku-buku belum masuk lemari
Sebentar lagi, buku-buku tersusun rapi
Lalu kusiapkan lembar-lembar baru
Buat menulis kata "Kita" pada satu buku
Duhai, ejalah dahulu aku
Wajahku, gurat masa lalu
SPW,
Pandeglang, 11032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" HANYA RINDU "~
Induk kalimat sudah merenta
Dan aku kehilangan kata-kata
Mungkin sudah terlalu senja
Puisi berhambur tanpa makna
Yang ada hanya kata rindu
Menggantung di rembulan yang mulai malu
Wajah tua kenangan berjelaga
Pada akhirnya ia lelah juga
Ini mungkin bait terakhir puisiku
Sepenggal, karena kata-kata telah tanggal
Hanya kata rindu yang tertinggal
Rindu
Satu kata untukmu
Meski ingin tak lagi menjadi angan
Angan tak lagi menjelma mimpi
Dan mimpi bukan lagi obsesi
Sebab obsesi yang merangkai kata
Menjadi kita
Telah mati
SPW,
Pandeglang, 19032021
( Catatan Kelana Bodo )
~" DARI 1000 PUISI "~
Wajahku ...
Serupa apa wajahku ?
Pada gurat-gurat yang jadi catatan
Pada jejak tapak petualangan
Atau hanya bertambahnya kerut di raut
Keriput malam yang sudah larut
Masih liar imajinasiku
Masih binal menariku
Masih bengal hela nafasku
Oi ... oi, duhai ...
Tawaku pun masih terbahak-bahak
Dari 1000 puisi
Wajahku serupa apa ... ?
Aku ...
Hanya serupa air mengalir
Berakhir di muara-MU
SPW,
Pandeglang, 21032020
( Catatan Kelana Bodo )
Guratan terpendam
~" CIK CIREBON "~
Malam ini aku ta' boleh tidur, Cik ...
Melepas bayangmu yang tak nak lepas
Beli bisa kelalen nang Qolbu
Najan satitik, dari bermula jumpa
Senar jiwa terlanjur kaubelai
Dan aku, jadi terbiasa dibuai
Malam ini ...
Sungguh aku tak boleh lelap, Cik
Bayangmu terus mengalir bersama alur pikir
Tanya tajam merajam
Harus kusayang
Atau, kubuang
SPW,
Pandeglang, Agustus 2008
( Catatan Kelana Bodo )
album cerpen dan puisi
~" ORANG TERBUANG "~
Kembali dari keterasingan
Kutemui tatap matamu yang kaku
Urai kisahku kaubanting amarah
Membungkan sekalian merajam
Duhai, orang malang ini
Memang pantas dibuang
Kembali dari keterasingan
Selayak engkau tak pernah kukenal
Mungkin aromaku yang sebau selokan
Koyak jejakku fitnah yang menambal
Duhai, jangan takut engkau kan terbarut
Aku pun akan segera beringsut
Tak ingin aku, engkau kalang-kabut
Kembali dari keterasingan
Orang malang ini, memang pantas dibuang
SPW,
Pandeglang, April 2012
( Gurat Kelana Bodo )
~" LOLONG RINDU "~
Duhai, rembulan sempurna purnamanya
Semilir bayu mendayu berbisik
Dekrik jangkrik syahdu mengilik
Sunyi di lembah jiwa
Di bola mataku gelisah membuncah
Memecah ingin menjadi semakin
Ada yang tercipta sepanjang angan
Adamu di sisi duhai kekasih
Ini cintaku mencarimu
Ini jiwaku memanggilmu
Teriak keras selayak gagak
Membelah malam yang kian kelam merangkak
Duhai kekasih
Adakah purnama kau pandangi juga
Di sana kutitip rinduku
Melolong menyusur jejakmu
SPW,
Pandeglang, 20032020
( Catatan Kelana Bodo )
~" MENGEJA DIAM "~
Ada yang terbungkam
Ada puisi yang hilang
Guratan pun jadi samar
Partitur melanggam tak teratur
Dan tarianku langkahnya kabur
Aku blingsatan
Sepi mencekikku hampir mati
Imagiku terkapar, duhai ...
Kuciumi satu per satu bunga-bunga
Melati, Mawar, Anggrek dan Anyelir
Mencari harumnya, aku malah teracunnya
Lagi, aku terkapar
Kucari di tebal syair pujangga perihal hati
Pun pada selangit-bumi ensiklopedi
Engkau tak boleh terjamah
Diammu oi duhai
Tali gantung imajinasiku
Membeku darah di jantungku
SPW,
Pandeglang, 19032020
( Catatan Kelana Bodo )
~" LOCKDOWN "~
Sepi sangat ini pagi
Sepi, dipaksa sepi
Sendiri, dipaksa menyendiri
Meski mentari cerah menghangat hari
Tetap sepi
Tak ada kupu-kupu menari
Sekelompok kumbang takut mati
Sedang bunga-bunga bersemi asri
Sepi ...
Oi ... oi, harus matikah matahari
Menghilangkan jejak para pejalan kaki
SPW,
Pandeglang, 19032020
( Kesah Kelana Bodo)
~" DIAM MENGEJA "~
Diam, diam, dan aku diam
Mengeja lagi langkah di porosnya dari tarianku
Ada desah menggelisah
Ada sedak menyesak
Wajahku masih pucat sewayah-wayah
Tatapku masih meratap
Kesah di tubuh masih tampak basah
Sujud yang masih mencari wujud
Diam, diam, dan aku hanya diam
Tarianku diam
Nyanyianku diam
Dengan mata terpejam
Mencari Zam-zam
Pelepas dahaga yang runyam
Dengan kebodohanku
Dengan ketidak-warasanku
SPW,
Pandeglang, 19032020
( Catatan Malam Kelana Bodo)
~" MY LOVEBIRD "~
Burung Lovebird itu
Baru terdengar lagi suaranya
Oi ... oi ....
Bernyanyilah yang merdu
Menarilah yang indah
Biarkan aku menikmatinya
Menarilah ia gemulai selayak riak
Bernyanyilah ia mendayu semilir bayu
Bergejolak jiwaku laksana deburnya ombak
Aku terpesona
Seperti sejak jumpa pertama
SPW,
Pandeglang, 18032020
( Catatan Kelana Bodo )
~" BIDADARI BADUNG "~
Dia pun menari di lingkaran mimpi
Ingin terbang dengan sayap yang patah
Sedang selendang yang dibentang
Mudah koyak dihadang badai
Pada lingkaran tak berujung tak berpangkal
Oi ... oi, cuma akan berputar-putar
Lalu engkau akan terkulai
Akh, bidadari badung
Janganlah engkau mudah disanjung
Jiwamu akan melambung
Pada kenyataan yang hanya serupa gelembung
SPW,
Pandeglang, 18032020
( Catatan Kelana Bodo)
~" MERINDU REMBULAN "~
Kutatap rembulan itu
Dengan rindu sendu mendayu
Masih kutunggu rembulan itu jatuh
Kan kupeluk dengan dada telanjang
Biar melebur rinduku ...
SPW,
Pandeglang, 15032020
( Catatan Kelana Bodo)
~" LELAH AKU "~
Karena aku hanya ingin menangis di pelukanmu
Setelah lelah aku terus berlari
Lelah aku menari dalam sepi
Berkawan mimpi selayak halusinasi
Karena aku hanya ingin menangis di pelukanmu
Setelah dirajam duka, rindu yang mendendam
Berpayah-payah tegarkan setiap langkah
Biarkan kubasahi bahumu
Karena aku hanya ingin menangis di pelukanmu
Ibu ....
SPW,
Pandeglang, 13032020
( Catatan Kelana Bodo)
~" PUISI KITA "~
Karya : S Pandi Wijaya
Belum sempurna satu puisi
Di jantungnya masih terasa hampa
Rindu yang terus berisik berbisik
Tergantung di rembulan yang sesabit
Menunggu purnama
Harus berapa aksara kurangkai
Jadi kata cinta
Atau berapa samudra harus kubaitkan
Sebagai catatan perjalanan
Sementara namamu terus kulafazkan
Selayak dedoa dalam setiap helaan nafas
Masihkah kau pertanyakan kadarnya
Masih ingin mengukur dalamnya
Belum sempurna satu puisi
Menyederhanakan diksi
Menerjemahkan kata
" Aku mencintaimu ... "
Hanya kau yang bisa mengartikan itu
Dari tatap mataku dan tindakkanku
Bahkan dari kata itu sendiri
" Aku mencintaimu ... "
Menyempurnakan puisi tentang kita
SPW,
Pandeglang, 10032019
( Catatan Kelana Bodo )
SANTUN SIANG SAHABAT
~" PUING "~
Karya : S Pandi Wijaya
Satu puisi kehilangan makna
Atau mungkin aku saja ...
Yang sudah tak mampu membacanya
Ketidak-warasanku tersebab kenangan lama
Menolak melipat, menolak melupa
Keindahan yang melenakan rasa di jiwa
Satu puisi kehilangan makna
Selayak prasasti tinggal puing-puing saja
Hanya aksara-aksara meronta
Di pagar tanda tanya
Satu puisi kehilangan makna
Karena engkau tak pernah lagi ada
SPW,
Pandeglang, 07032019
( Catatan Kelana Bodo )
SANTUN SIANG SAHABAT
~" MENCINTAI-MU "~
Bila kau tanya seberapa besar cintaku padamu
aku hanya akan tersenyum menjawabmu
dan bila kau tanya mengapa aku begitu besar mencintaimu
aku pun hanya akan menjawab dengan senyum
Tahukah engkau, kupinta dirimu
dengan sujud, dengan doa-doa kugumam
mengetuk pintu Lauhul Mahfudz
pada 2/3 malam kudendangkan tak bosan syair-syair kerinduan
membujuk merayu Ridho-nya kupinta
Tahukah engkau cintaku, belahannya jiwaku
pada takdir kurebahkan ikhlasku
dan takdirku mendampingimu
Semoga engkau senyatanya takdirku
pada puncak cintaku mencintaimu
adalah keikhlasanku
Pandeglang, 22 Maret 2018
09.09
# Santun Pagi
~" RAYUAN KELANA BODO "~
Oi ... oi, my wife
Biar aku tak setampan Brad Pitt
Atau tak sehebat Chairil Anwar
Tapi aku juga ga jelek-jelek amat kan ... ?
Aku masih bisa sedikit menari
Dung plak, dung plak, dung-dung plak
Aku pun bisa sedikit berpuisi
Buat merayumu hingga terbahak
Heehee ...
Aku memang bodo, dan kadang tidak waras
Itu karena aku begitu mencintaimu
Karena aku begitu menyayangimu
Oi ... istriku, bidadariku nan cantik
Bunda permata anak-anakku
Mari sini biar kupeluk
Karena aku sangat sayang dan mencintaimu
SPW,
Pandeglang, 23032020
( Catatan Kelana Bodo )
~" THADABUR ALAM "~
Menyaksikan langit dan bumi
Menyaksikan malam dan gelap
Aku kosong yang pengap
Memahami sekumpulan nafas berserah
Memahami sekumpulan jiwa merebah
Mensujudkan wujud
Pada Pemilik segala wujud
Akh ...
Aku masih sesak dengan sombong
Yang kosong ...
SPW,
Pandeglang, 23032020
( Catatan Malam Kelana Bodo )
~" MENGALIRLAH JIWA "~
Mengalirlah, mengalirlah jiwa
Pada bening dalam hening
Larungkan duka dan segala nestapa
Pun pikiran yang paling pening
Malam akan berganti siang
Kelam akan bertukar cemerlang
Mengalirlah, mengalirlah jiwa
Seperti air mengalir
Menjelajah riam jeram
Bahkan terjuni jurang curam
Seperti air mengalir
Mengalirlah temui muara
Titik sua
Antara jiwa
Dan Pemilik jiwa
SPW,
Pandeglang, 22032020
( Catatan Kelana Bodo )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar