Senin, 01 Maret 2021
Kumpulan Puisi Idrus Jungkat - RINTIHAN HUTAN
RINTIHAN HUTAN
Karya: Idrus Jungkat
Kami merintih kesakitan
Tubuh kami menghitam
Setiap hari kami dibayangi kematian
Mati bukan karena kehendak Tuhan
Kami mati karena keserakahan kalian
Hai! Makhluk yang mengaku sempurna
Diciptakan untuk menyembah yang kuasa
Melestarikan bumi dengan hati nurani
Mengapa kau siksa kami?
Kau bunuh kami atas nama pembangunan
Pembangunan yang mengatasnamakan kemerdekaan
Jiwa kami meronta
Tetapi kepada siapa
Kau tak peduli
Kau buta pada air yang marah
Kau buta pada gunung yang murka
Kau tuli pada firman Tuhan
Kau lupa pada kami sebagai paru-paru Bumi
Kasihanilah kami
Jungkat. 26-Pebruari-2021
19:45 WIB
HENING
Idrus Jungkat
Pada malam kutitip salam.
Pada syahdu kupendam rindu.
Pada angin kabarkan ingin.
Semoga mimpi hilangkan sepi.
Dalam zikir aku berpikir.
Mengapa waktu begitu kikir.
Tak sedetik dapat mengulang.
Di peraduan kita melayang
Rinduku padamu
tok dalang
5 November 2019
JANJI
Idrus jungkat
Pada alam ku teriak
Lepas lelah, jantung berontak
Pada rindu tak bertepi
Aku berusaha menggapai mimpi
Mimpi yang tergantung di ufuk
Berharap pada maghrib
Berharap pada isya
Berharap pada subuh
Menghantarkan sebait do'a untuk mu
Terngiang di telinga
Desahan manjamu bersumpah
Teriak ku pada alam
Semoga janji tak pergi
Menorehkan luka di hati
Aku yakin pada-Nya
Meski langkah ini salah
Namun hati tak pernah dustai cinta
Cinta kita terlarang
Bagai karang di tengah lautan
Sakit tetapi bertahan
Pada alam ku teriak
Aku tak akan menyerah
tok dalang
5 November 2019
ANJING
Dengan angkuhnya bumi teriak
Pada Anjing menyalak sedang menjilati ketiak tuannya yang congkak
Suaranya pecahkan telinga makhluk tak berdosa
Si Anjing menyeringai renyah
Kumpulkan tulang belulang, bahan mengisi acara televisi, pagi ,siang dan sore hari, untuk sebuah reputasi.
Anjing lain teriaki si Anjing
Bumi murka karena kamu.
Tidak! Itu karena kamu
Bukan! Semua karena kamu
Iya! Karena kamu.
Kamu!
Kamu!
Kamu!.
Diam!
Si Tuan menyela
Bumi marah karena kalian!
Anjing lewat angkat bicara.
Tidak!
Bumi marah karena kita.
Saling hujat sesama Anjing.
Saling meng-Anjing pada Anjing
Dan bertuan pada Anjing.
Kita lupa pada Pencipta
" Aku dan Tuan, sama-sama Anjing "
Karya : Jungkat 30-9-2018
tok dalang
DUNGU
Curiga sana curiga sini sakiti hati sendiri.
Cemburu sana cemburu sini menyiksa batin sendiri.
Hapus sana hapus sini bodohi diri sendiri.
Dicuriga lebih menjaga
Dicemburu bisa memburu
Dihapus berubah tulus.
Jika pengelana murka.
Tanganmu kan menopang dagu
Menyaksikan betinamu berlari jauh
Meninggalkan muak bersama pilu
Aku bukan laknat
Kau saja yang dungu.
Jika aku mau
Seribu bidadari dapat ku penjara
Mereka rusuk patah-ku
Bukan rusuk bengkok-mu
Karya : "Idrus jungkat"
tok dalang
21-09-2019
Sepesial Tank's For Pradono Singkawang
TERTAWA MALU
Karya: Idrus ( Tok dalang )
He he he tertawa renyah sebar derita
Ha ha ha terbahak bahak nikmati dosa
Hi hi hi malu malu tutupi malu
Selalu begitu mengulang waktu
Hehehe hahaha hihihi
Silih berganti tiada henti
Tiada derita nikmati dosa
Malu malu tiada malu
Haha hehe hihi
Sebar derita tertawa malu
Mengulang dosa terbahak bahak
Malu berbuat malu malu
Aku malu mengulang waktu.
Terminal jungkat 30 januari 2017.
MELAWAN TAKDIR
Karya: Idrus ( Tok Dalang )
Bergerak berontak melawan sesak.
Nafsu amarah bersaksi mati.
Perjalanan neger porak poranda
Menangis dalam tawa renyah di tengah gejolak amarah.
Menoleh ke kiri kulihat canda
Ke kanan kulihat senda
Saling caci menyebar benci
Mengadu dendam laksana domba.
Aku yang benar engkau yang alpa.
Engkau yang lupa aku yang jaya.
Saling tuding dengan cibir
Peduli kapan berakhir.
Sesakku berontak menyatakan takdir.
REMOT CONTROL 1
Karya : IDRUS ( Tok Dalang )
Kunyalakan televisi yang baru ku beli
Klik..kilometer lampu terbalik
Keluar merayap disuasana yang gelap
Kembali terang senang karena girang
Kuambil remot control kuteliti tombol satu satu
Terlihat angka kosong sampai sembilan
Mengingatkan pada pelajaran matematika
Kurang tambah kali bagi
Kuperiksa dengan seksama seolah teks proklamasi
Benak berfikir tentang sesuatu yg tak bisa difikir
Mungkin adanya dunia karena matematika
Berisi angka kosong hingga sembilan
Tambah kurang kali bagi hasilnya berbeda walaupun sama
Terdiri dari angka yang itu itu saja
Kuarahkan remot control kearah televisi
On .televisi menyala terlihat gerakan manusia
Berbicara seolah hebat tiada banding
Merasa tiada satu lawan tanding
Tekan 1 itu juga .2 hingga 9 itu itu juga
Kugabungkan angka itu lagi
Walau berbeda cara tapi tetap satu makna..
Of. Televisi gelap hitam pekat tiada gerak.
Klik sakelar lampu kuarahkan kebawah
Ruangan gelap hitam pekat tiada tampak
Ada wujud tidak terlihat
Hanya rasa berani berkata
Kalau wujud itu ada
Bukan kosong Matematika
REMOTE CONTROL 2
Karya: IDRUS ( Tok Dalang )
Mulut bicara tiada henti
Itu reporter di televisi
Tak pernah mau peduli
Siapa suka siapa benci
Sepakbola liga tetangga
Tetangga jauh dari eropa
Saling lomba jadi juara
Hanya untuk sebuah nama.
Satu Tiga score yang dekat
Satu babak terasa singkat
Tiba waktu beristirahat
Lepas lelah buang keringat
Beruntung angka tertera
Di papan score terbentang nyata
Tertulis 1 melawan 3
Bukan Kosong bak kacamata
Kosong bukanlah hampa
Kosong hati dari dunia
Dari khayal alam yang fana
Menggapai nikmat tiada tara
Tidak hancur seperti gelas
Tidak kering akibat panas
Tidak rusak karena keras
Hilang lenyap tiada bekas..
Jika seekor lalat tidak sudi mendekati diri.
Apakah layak dekati Rabbi..
Pok ame ame belalang kupu kupu
Hari ini rame hari esok belum tentu
Susu lemak manis santan kelapa muda
Teruslah menangis ingat akan dosa...
TERHENTAK
Karya: IDRUS ( Tok Dalang )
Terhentak mendengar suara letusan.
Beredar ke barat dan ke timur
Pandangan terarah satu arah walau berbeda arah..
Senang
Tenang
Risau
Galau
Bersenggama dalam nuansa sukma bahagia
Yang terhentak mendengar suara letusan.
Bersenda dalam satu meja
Walau bicara tiada suara
Terus bersenggama
Di bawah hentakan suara letusan..
Secangkir kopi pahit
Terhidang meski pahit
Membasahi kerongkongan yang pahit
Menyaksikan letusan yang menghentak
Menghasilkan kembang nan indah lalu menghilang..
Jungkat, Mempawah, 27 Januari 2017
NEGERIKU CARUT MARUT
Karya : Idrus ( Tok Dalang )
Ibu Kota carut marut
Media massa mengolah kalut
Satu Negeri pada ribut
Pemerintahan manggut manggut
Otak miring itu si calon
Calon pemimpin agak blo on
Bertingkah seperti Bunglon
Bertutur laksana balon
Ingat aku pepatah lama
Tong kosong nyaring bunyinya
Dengan angkuh calon menista
Tanpa sedikit rasa berdosa
Ibu kota carut marut
Negeriku carut marut
Bangsaku carut marut
Semakin ramai si tukang carut
Penyakit lama kambuh kembali
Kebenaran dikebiri
Sang penista bebas berlari
Sahabat karib pimpinan tinggi
Tong kosong nyaring bunyinya
Koar koar media massa
Tangkap sini tangkap sana
Demi Piala bernama Citra
Yang salah dianggap benar
Yang benar disulap jadi salah
Ketika sulap salah mantera
Bujuk rayu jadi senjata.
Memohon bagai pengemis
Pada yang tua sahabat menangis
Air mata di balik senyuman sinis
Angkuh sombong merasa optimis
Ibu kota carut marut
Adu domba si tikus curut
Anak bangsa saling sikut
Menyeringai pembuat kalut
Berfikir aku dalam diam
Emosi tiada arti
Bersabar tak kuat lagi
Bincang bincang acara tivi
Harus kah ku anggap sapi ???
Atau seekor babi ??"!!
Ibu kota carut marut
Satu bangsat pembuat kalut
Sahabat karib juga ikut
Negeri semakin semraut
Apakah ini takdir ??
Bertanya aku pada si pandir
Semua pasti berakhir
Saat peluru menerjang pelir
Ibu kota carut marut
Penguasa tambah semaput
Yang di nista berbaris bak semut
Sahabat calon sangat takut
Loby sana loby sini
Jangan kalut ini Negeri
Satu sahabat membuat sensasi
Sahabat lain bersibuk diri
Ku bilang bodoh ku takut salah
Ku bilang goblok salah juga
Ku bilang gila mungkin gila
Atau aku yang sudah gila??
Dahiku mengkerut
Ibu kota carut marut
Negeriku juga ikut
Sahabat kalang kabut
Membela pembuat kalut
Terkutuk lah kau wahai tikus curut.
Karena kau NEGERI INI CARUT MARUT
JUNGKAT 5 FEBRUARI 2017
BODOHNYA DIRIMU TOK DALANG..!!
Karya: IDRUS ( Tok Dalang )
kau korbankan kesehatan demi uang.
Sesudah itu, kau korbankan uangmu demi kesehatan..
Padahal kau lahir bertangan kosong..
Mati pun bertangan kosong..
Selalu ingat masa lalu, menghayalkan masa depan. Sementara saat yang pasti tidak kau nkmati..
Beribadah karena kewajiban.
Tanpa tahu arah tujuan.
Mulut penuh dengan ucapan.
Janji palsu kepada tuhan.
Hati terisi iri dan dengki.
Nafsu serakah tiada henti.
Lalai lupa terhdap diri
alam lain sudah menanti.
Tidak pernah mau bersyukur.
Walau uban sudah bertabur.
Atas nikmat selalu kufur.
Membawa sifat iblis takabur..
Rizki sedikit engkau mengeluh..
Diberi lebih masih melenguh.
Apa lagi yang engkau mahu
wahai pendusta zat yang satu..
Tiinggi jabatan engkau belagak
seolah itu yang engkau bawa
baca shalawat engkau pun lupa
pembela diri dihari kelak.
Bodohnya dirimu tok dalang!!
Engkau banggakan ilmu tarekat
seolah engkau yang paling hebat
engkau tinggalkan ilmu syariat
ibadah hanya dengan mengingat
malaikat ahli ibadah
iblis juga ahli ibadah
hanya satu jadi pembeda
sifat sombong nafsu amarah.
Laknatullah api membara
diusir dari alam yang indah
menolak sujud kepada hamba
dianggap hina karna asalnya..
Semua itu yang kau ikuti
sifat sombong menjajah diri
tidak bersujud pada ilahi
seolah diri berilmu tinggi..
Bodohnya dirimu tok dalang
LIUR DI BUSA KOPI
Karya: IDRUS ( Tok Dalang )
Penunggu Wc Terminal Jungkat
Cengkerama habiskan liur
Muncrat berserak membentuk awan berarak
Ceritra dagelan pilitik yang tak pernah usai
Letih bibir komat kamit mengalahkan mantra
Jampi dengan tiupan digelas kopi
Habis, tambah lagi
Ada bela dan cela
Adu mulut soal biasa
Merah, mata cerminkan emosi tertahan
Satu pencetus angkara
Rusak tatanan sebelanga
Sahabat jadi benci
Lawan jadi kawan
Liur muncrat ke mana mana
Membentuk awan berarak di atas meja.
Busa liur lebihi busa kopi
Gemericik gelas sendok beradu
Tak sekeras adu mulut yang berliur
Kapan kan berakhir
Teringat ku kopi bersianida
Terminal 8 februari 2017
GALAU
Karya : Idrus ( Tok Dalang )
menggapai angin tak mungkin
menerjang ombak tak kuat
menyerah tak kuasa
entah apa yang bisa
langkah kaki tak pasti
gontai, sesat di ruangan yang hingar
gemerlap, lebihi cahaya petir di angkasa
lunglai, lemah diri tak berdaya
seekor monyet menatap tanya
merah menyala nakula murka
bertanya tak kuasa
menyapa tak bisa
menerjang tak sanggup
terus menatap penuh amarah
takut memenuhi rongga dada
juta cemas di kepala
berputar bagai gasing sang pawang
di mana ke mana diri berada
merangkak bayi tak bernyali
ratap lirih ingin berlari
mengejar buih yang indah
indah tak bermakna
kuat namun tak mungkin
bisa tak kuasa
menyerah tak rela
singkawang 12 02 2017
MERAH BIRU
Karya : Idrus ( Tok Dalang )
Merah, semerah bibir menggoda
Merah, seranum wajah pesona
Merah, bukan api amarah
Merah, berani pertanda
Merah, membalut tubuh nan indah
Hawa ,, merahmu bangkitkan gairah
Jantung berdetak berkata
Begitu anggun dikau adinda
Merah menyala penuh pesona
Walau terkadang
Merah, berubah biru
Sebiru langit di angkasa
Tenang jiwa yang lara
Sebiru air di samudra
Menggelora jiwa terasa
Ingin ku dekap
Tapi tak kuat
Biru mu terlalu angkuh
Ciutkan nyali yang berani
Merah mu gemerlap
Kerdilkan tuan yang hebat
Ku gapai merah mu
Terlepas biru mu
Ku raih biru mu
Menjauh merahmu
Keduanya ??
Tak mungkin ku bisa
Biru dan merah mu
Ciutkan gelora jiwa
Warung kopi
22 02 2017
Buatmu sahabat sedarah Anna Alqadrie OI
JUDULNYA APA
Karya: Tok Dalang
Sengal nafas tersungkur serahkan jiwa.
Hening.....
Hanya gumam bibir gemetar mengeja
Aturan berirama lebur dalam nada
Symponi musik klasik robohkan dada
Sesak, detak secepat kereta.
Tangis pilu pejuang tua
Lunglai Remuk di medan laga
Menyerah
Hina menerpa
Maju
Pundak bertengger ribuan iblis celaka
SY .ABDUL RAHMAN AL QADRI
Karya : Idrus ( Tok Dalang )
lepas ikatan, sampan berlayar
menelusuri sungai yang panjang
menantang badai arus gelombang
mencari pulau, kota harapan
kain bendera aneka warna
angkasa raya gagah perkasa
sampan melaju dari lah hulu
sebukit rama kota mempawah
pangeran muda gagah berani
bijak dan arif budi pekerti
putra mahkota pemimpin negeri
iman dan taqwa pada ilahi
lancang kuning teman sejati
singgah segedong kelapa tinggi
pangeran muda dan candramidi
sujud menghadap ilahi rabbi
malam menuju ke batu layang
hantu pontianak datang menyerang
putra mahkota teriak lantang
suara takbir nyatakan perang
muara sungai bersimpang tiga
abdurrahman memberi titah
di sini kita bangun istana
qadhriah tempat bertahta
warung kopi off
12 november 2017
AMBISI
Karya: Tok Dalang
Belulang menopang raga
Ambisi terus berkecamuk
Raih asa, lalaikan raga
Demi satu cita untuk cinta
Bertarung di arena laga
Satu sahabat musuh sejuta
Jadi pemenang atau pecundang
Hayalan tiada jawaban
Laga terus berlaga
Bela tetesan darah
Lelah slogan belaka
Kuatkan raga karena jiwa
Walau akhirnya meregang nyawa
Batu putih berukir nama
Usik nurani yang berontak
Ingatkan ambisi
Ungkit sejarah tak tertulis
Pertarungan, pengorbanan
Kini nyata di hadapan tetesan darahmu
Ayah, ku tak sanggup mengenang mu
Ku pinta izin bahagiakan mantan mu
Walau tak sebanding harapan
Tak sekeras laga
Tak sekuat raga
Darah mu kan terus menetes
Hingga tertiup sangkakala
Jungkat 6 maret 2017
TANGISAN GILA
Tok Dalang
Gila?
Gila karena dosa?
Gila karena amal?
Gila karena gila?
Terenyuh aku menyimak celotehmu
Berjatuhan air bening di kelopak mataku
Nasihatmu bagai buih
Celotehmu lucu
Lucu mencipta gila
Televisi tempatmu berguru
Sosial media pakumu berilmu
Bagi ceritera karya bermutu?
Makna dalam dirimu
Tidak untuk diriku
Faham buatku
Tidak untukmu
Kehendak kau paksa
Kau benar aku salah
Kau hebat aku durjana
Berhambur air mata tertawa bahak
Gila tingkah
Entah hati
Gila mata
Entah nurani
Gila agama
Entah laku
Gila?
Aku memang gila
Takdirku aku jalani
Tidak Jahanam pembuat gentar
Bukan Firdaus penegak amal
Lakuku gila
Memang aku gila
Hendakmu tiada arti
Tilaimu tiada isi
Hina mu?
Puji mu?
Melinangkan air yang tak pernah kering
Sungguh
Di rumah tak ada televisi
BANTENG KEDATON
Celoteh : Idrus ( Tok Dalang )
Banteng kedaton
Gatot koco zaman moderen
Otot kawat tulang besi
Keras tiada letih
Ayam jago negeri pertiwi
Kurus kerempeng si gepeng
Tokoh wayang zaman rombeng
Panglima tinggi pasukan loreng
Banteng kedaton
Gatot koco zaman moderen
Pantang mundur benahi koreng
Sumpah serapah anak negeri
Liur basi tiada arti
Tujuan harus jadi
Maju
Menerjang penghalang
Walau radang meradang
Banteng kedaton
Gatot koco zaman moderen
Puja puji anak negeri
Kibarkan panji tinggi tinggi
Melambai
Panggil kanan kiri
Strategi bela pertiwi
Atau kah pembela diri
Banteng kadaton
Gatot koco zaman moderen
Penguasa burung garuda
Terbang di mana suka
Benahi nusantara
Meski tak henti
Caci dan cela
Banteng kedaton
Gatot koco zaman moderen
Benci ku pada mu
Iri kawan ku
Walau hati kecil berkata
Kami menghormati mu
Jungkat, 17 Maret 2017
Menjelang kedatangan Presiden RI
JOKO WIDODO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar