Kamis, 12 November 2020
Kumpulan Puisi S Pandi Wijaya - DI SISA SENJAKU
~" DI SISA SENJAKU "~
Kekasih ...
izinkan sekali saja kusebut namamu
dalam rindu yang buncah
pada secangkir kopi di jingga kemilau saat senja
ruang yang kosong
hanya ada aku dan bayangmu
Di jiwa, engkau yang selalu kusebut kekasih izinkan aku mencium harummu sekali lagi dalam aroma kopi
di senjaku
dengan sengal nafasku
dengan degup jantung yang mulai dapat dihitung perlahan
Adalah tetap belahan jiwaku engkau
dalam tidur panjangmu yang lelap
Kekasih ...
gemetar senyumku menatapi potret tuamu di rabun mataku
akh ..., biar kunikmati sisa jingga
senja pun mulai merangkak letih
dan kopiku tinggal ampas
Kekasih ...
tunggu aku basuh tubuh dulu
sebelum kutemani tidurmu
di ranjang pengantin kita
kita sama-sama lelap
di tidur yang panjang
SPW,
Pandeglang, 04112020
( Catatan Kelana Bodo )
~" CINTA TAK MELUKA "~
Yang luka adalah laku
Ketika dibiarkannya hati bermain rasa
Sekumpulan kunang-kunang bukanlah lampu
Tak mungkin menyinari segala-galanya
Patamorgana pun hanya bayangan semu
Tak payah mengejar dengan lelah
Tamanlah bunga meski di rekah tanah
Bila ingin menangkap kupu-kupu
Kemarilah kekasihku
Biar kuajari perihal cinta
Yang tak mendusta dan meluka
Tapi terindah pada rasamu
Kemarilah kekasihku
Buka mata dan sentuh cinta dengan hatimu
Dan Cinta itu
Tak akan pernah melukaimu
SPW,
Pandeglang, 03112020
( Catatan Kelana Bodo )
~" DIALOG SEBELUM SENJA HABIS "~
"Lama tidak bertemu ... "
"Yah, terlalu lama. Selayak petualang yang
hilang arah. Hingga buihpun enggan
mencumbu pantai ... "
"C..., aku pun mencari ... "
"Kalo saja engkau tidak kupinta dan kupuja,
ingin kutampar wajahmu hari ini, Son ... "
"C ... "
"Sebentar, kamu harus jelas mendengar ini,
Son, "
"Aku ... aku tidak lagi menyesali perpisahan kita
tapi aku ... aku pertanyakan kenapa pertemuan
ini harus ada ... "
"Itu kebodohanku, C ... "
"Kebodohan. Klise ... "
"Itu ketidak-warasanku, C ... "
"Ketidak-warasan ... !?"
"Penjelasan gila macan apa ini, Son ... "
"Begitulah, aku mencintaimu, C ... "
"Jingga sudah habis, Son. Senja juga sudah
mulai mengantuk. Kelam akan panjang
menemani malam dengan rembulan yang
buram ... "
"Sudah terlalu larut, Son. "
"Ketidak-warasan. Aku pergi, Son ... "
Dan senja habis di ayunan langkahmu
Pada kelam yang akan senatiasa panjang
Malam dengan rembulan buram
Dan rahasia kian kudekap erat
"C ... "
Aku yang ucap
Atau, engkau yang ungkap
Rahasia itu
Dan pada malam rembulan purnama
Hingga kelam tak lagi melebam
SPW,
Pandeglang, 28102020
( Catatan Kelana Bodo )
~" JANJIKU "~
Lupakan saja
Moncong monyong bibir mencibir
Mungkin dia belum bertemu takdir
Pada arti kata kita
Engkau dan aku adalah kita
Engkau sakit aku yang luka
Karena kita adalah belahan jiwa
Kita rasakan segalanya bersama
Tentramlah saja di pelukanku
Lepaskan cumbu sepuas-puasmu
Tidurlah dengan manis senyummu
Karena aku tak akan pernah pergi darimu
Itu bukan hanya janjiku
Tapi karena Ketidak-warasanku
Mencintaimu
SPW,
Pandeglang, 26102020
( Catatan Kelana Bodo )
~" KARENA SEBAB "~
Aku adalah kayu pada apimu
Aku merindu
Aku adalah pantai pada riakmu
Aku cemburu
Aku adalah kata-kata pada puisi-puisi
Mengungkapkan rasa sedenyutan nadi
Tentang engkau yang kucinta
Perihal dirimu yang kupuja
Karena engkau memang pantas dipuja
Bukan sebab karena aku cinta
Karena sebab cintamu yang sederhana
Membuat aku begitu terlena
SPW,
Pandeglang, 26102020
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI NOL DERAJAT "~
Darah yang berhenti mengalir
Otak berhenti berpikir
Bukan lagi rasa gigil
Adalah kesadaran yang tercungkil
Matahariku hilang
Aku di nol derajat
Pengap di siang
Di malam aku penat
Aku di nol derajat
Dengan rindu yang kesumat
Sekarat ...
SPW,
Pandeglang, 28112020
( Catatan Kelana Bodo )
~" DUH ... "~
Seperti pahitnya kopi, rasa itu mendekap sebagai candu
Sepekat hitamnya kopi, rasa itu begitu pengap kehilangan dirimu
Kening yang berkeringat dengan kenangan
Kenangan yang tak ingin lepas dari ingatan
Lariku, kian dikejar ombaknya
Diamku, puas ianya menggoda
SPW,
Pandeglang, 24112020
( Catatan Kelana Bodo )
~"DI BATAS SENJA "~
Senja masih menunggumu, Jingga
Sebagai huruf-huruf pada diksi
Yang ingin menyampaikan kisah dengan kata
Yang masih tercium pada aroma kopi
Melangit asa digantung
Penantian yang berharap ujung
Bilakah engkau kembali menjelma
Sedang kelam malam mulai merayap juga
Senja masih menunggumu, duhai Jingga
Akh, tikar kelam sudah juga digelar malam
Dan kopi pun telah habis, ampas tersisa
Asa di langit, rembulan jatuh dalam genggam
Esok
Senja masih akan menunggumu
Jinggaku ...
Hingga batas elok
SPW,
Pandeglang, 20112020
( Catatan Kelana Bodo )
~" PEREMPUAN KENANGAN "~
Aku masih dijerat mimpi
Perempuan di kenangan itu gemulai menari
Melingkari hari-hari
Mengebiri nyali membelah hati
Aku kerap meriang
Demam karena rindu yang mendendam
Kadang berharap bayangmu pulang
Gejolak di jiwa biar teredam
Datanglah Dinda sekali saja
Sebelum mataku mulai buta
Dekap cintaku yang mulai renta
Dan aku lega meninggalkan dunia
SPW,
Pandeglang, 17092019
( Catatan Kelana Bodo )
~" TARIAN SUFI-KU (1) "~
Di ruang hampa
Cintaku dan cintamu adalah tiada
Dan aku tertatih-tatih di tarian Sufi
Menyebut namamu di setiap sepi
Karena engkau begitu indah
Dalam sebuah kisah
Pun engkau begitu indah
Dalam sebuah mimpi
Pada kenangan yang sejati
Aku hanya ingin berbagi nafas denganmu
Ingin berbagi warna selayak pelangi
Pada awal yang tak kenal kata akhir
Dan di ruang rindu
Engkau adalah kenangan
Selayak awan ber-arak yang tak'kan bertepian
Dalam tarian sufi
Imajinasi yang terus mengalir
Begitu caraku mencintaimu
SPW,
Pandeglang, 19102019
( Catatan Kelana Bodo )
~" TARIAN SUFI-KU (2) "~
Dan aku larut dalam kesunyian
Berseloroh di tembikar mimpi
Menikmati syahdunya sebuah nyanyian
Menata setiap imajinasi
Bila waktunya tiba
Akupun kembali pada terang
Melangkah pasti mengejar cahaya
Pulanglah Petualangan jalang sang lajang
Dan menarilah aku dalam sufi
Mencari sedikit arti terpahami
Memahami cinta dengan cinta
Memahami kisah dengan kasih juga
SPW,
Pandeglang, 19102019
( Catatan Kelana Bodo )
~" TARIAN SUFI-KU (3) "~
Jatuhku ke lembah mimpi
Ketidak-warasan bertemu sandingan
Kebodohanku jumpa tepian
Lalu senyum kutebar di langit lazuardi
Lauhul mahfudz sudah ku-eja isyaratnya
Menginsyafkan diri
Menyejukkan hati
Tapi biar bertualangan aksaranya
Membingar sepi
Agar hati tak sunyi dalam sendiri
Biar awal yang tiada akhir
Hingga sampai nafas terakhir
Dan akhir kembali kepada awal
Pertanggung-jawaban sebuah amal
Dan pada tarian sufi
Mimpiku tersenyum di langit lazuardi
Meng-eja diri sebelum mati
SPW,
Pandeglang, 24102019
( Catatan Kelana Bodo )
~" DARI SENYUM ITU "~
"Nak, menepilah sejenak ... "
Aku terpaku menatapi senyum itu
"Biar telaga, jangan jadikan samudra.
Perlahan saja mendakimu, pun terbangmu
sudah cukuplah tinggi. "
"Ayah ... "
"Nak, berair mata jangan bermata darah.
Bercerminlah pada Madjnun, jadilah selayak
Madjnun ... "
"Akhhh, ayah ... "
Lembut tangan itu menepuk pundakku
Dan senyum itu ...
"Nak, banggaku dengan mencintamu yang
melewati batas waras.
Banggaku pada kebodohanmu melepas. "
Senyum lelaki membelai rambutku
"Madjnunku, tulislah kesah menjadi kisah,
bukan terhanyut di telaga airmata darah ... "
Akh, ayah ...
Senyummu masih terbayang
Meski bayangmu hilang
Pada lembar-lembar puisi
Ujarmu, tuntunan diri
"Iya, ayah ... "
SPW,
Pandeglang, 01022021
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI AKHIR WAKTUKU "~
( Wasiat Pujangga Gila )
Pada akhirnya semua makhluk akan mati
Meninggalkan kemarin, hari ini dan melupakan esok
Dengan segala keinginan yang mungkin semuanya belum tercapai
Bahkan mungkin kita lupa siapkan tempat, di mana untuk kita tinggal terakhir
Ujung perjalanan, batas antara ada menuju tiada
Kekasihku ...
Bila saat itu tiba padaku
Aku hanya ingin wajahmu yang kutatap terakhir kalinya
Perempuan satu-satunya yang kusebut Kekasih
Menggenggam tanganmu, atau rebah di pangkuanmu dalam tarikan napas terakhir
Aku ingin melihat senyummu
Dan aku akan tersenyum menutup mataku
Pasti, pasti tak akan kaudengar bunyi gendangku lagi, yang selalu menemaniku berpetualang
Gendang itupun mungkin sudah bosan mengikuti igelan tari dan menyanyiku
Payah, gendang itupun kerap cemburu bila kulantunkan perihalmu
Biarkan saja ia di sudut, saat tanganmu mengusap rambutku
Tapi nanti, sesekali belailah ia juga
Duhai perempuan yang kusebut Kekasih
Bila waktu itu telah tiba untukku
Nanti, entah sebagai apapun adamu untukku
Engkau jangan pernah menangis
Dan aku tidak ingin lama sekarat, tersebab Malaikat maut yang segan menjemputku karena melihat airmatamu
Kekasih, ini suara tabuhan gendang terakhir
Sebelum kugelar sajadah, bersujud
Mohon ampunan-NYA dan Ridho-NYA pada petualanganku
Perempuan yang kusebut Kekasih
Jaga senyummu
Senantiasa berlimpah berkah kebahagiaan untukmu ...
Dung-dung-dung plak, dung-plak, dung-plak, dung-dung plak ....
SPW,
Pandeglang, 25122020
( Catatan Kelana Bodo )
~" CEMBURU RUMI "~
Direngkuhnya aku kian dalam
Pada tari yang hikmat
Aku masih goyah, Tuan
Mataku masih pada dunia, Tuan
Dan cintaku ...
Tak selayak seorang Madjnun
Direngkuhnya aku kian dalam, dan dalam
Ahk, cemburuku padamu, Tuan
Yang begitu hikmat pada porosnya tarian
Dengan nafas melafads ihklas
Allah ... Allah ... Allah ...
Sedang aku masih sibuk menghafal asma-NYA
Tersengal mencari arti daripada-NYA
Aku cemburu padamu, Tuan
Aku cemburu padamu, Tuan
Aku cemburu padamu, Tuan
Ridhoi aku, Tuan ...
Berada dibarisan tarianmu
SPW,
Pandeglang, 20112020
( Catatan Kelana Bodo )
~" DI MIMPI SAJA "~
Tidurlah, tidurlah sayang
Biarkan mimpi datang
Membelai lelahmu
Mencumbu rindumu
Tidurlah, dalam buai senandung malam
Jangan takut kelamnya malam
Sebut nama yang dirindu
Dia akan datang padamu
Yah, biar hanya dalam mimpi saja
Hanya itu hak yang kita punya
SPW,
Pandeglang, 09092019
( Catatan Kelana Bodo )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar