Selasa, 05 April 2022
Kumpulan Puisi Julinar Sinaga - SEPERTI PAGI BERLAPIS SALJU
KIASAN PUISI SEBUTIR PASIR
By : Julinar Sinaga
Kucelupkan pena dalam tinta nurani
Kutuliskan kangen sua dalam puisi hati
Walau-waktu merayap bak siput yakin jua
Hasrat kita bersambut lembut
Salahkah kami berbeda pikir
Tentang memaknai Tuhan
Mengapa kami disingkirkan
Sedang Dia selalu memberi kebebasan
Hembusan bayu membelai angan pinus
Jerit bersahutan satwa gunung
Membuai agung
Memadu diri dalam kagum
Tak harap putus memagut desah dalam kerinduan tersanjung
Tepi ngarai membentang hijau damai
Kuhisap tetesan embun di pucuk ilalang
Gemercik pancuran bambu kecil sungai
Alirkan kehidupan tak pernah usang.
BJ/JS 1604221/300322/ JakSel
SEPERTI PAGI BERLAPIS SALJU
By : Julinar Sinaga
Dingin mencekam dipagi hujan
terbujur kaku aku terdiam membeku
seperti pagi berlapiskan salju
dinding atap basah menadah
hujan membentang langit kelabu
aku merayumu dikebekuan rindu
Bibir- bibir ini terasa kaku
mengalir urat nadi disekujur tubuh
tulang- tulang tangan kaki membeku
tak terhiraukan lagi kabut kelabu
merayu langit biru
tertutup awan hitam
seisi bumi menjadi beku
Selimut salju merayu tubuh ini
dinginnya pagi tak menghangat lagi
dan aku datang merayumu
diantara kebekuan-kebekuan rindu
seperti pagi berlapiskan salju.
Telaga sunyi,
BJ,JS/ 090419/010422/ Jaksel
MAWAR. BERTAMAN SURI
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Akulah mawar
ditaman senja
Semerbak kata,
cahaya purnama
Semerbak cinta
cahaya rembulan
Menyaksikan jua
melintas senja
#SenjaMemikat
Sabtu 230219/ 14.40 wib siang
RERAK BERJIWA KATA
By : Julinar Sinaga
#Juliet /#BidaraJingga
Seperti aku
menjamahmu
dalam bayangan
bercumbu rayu
dikediaman kalbu
tak mengusik kata
lazuardi bertahta
tak berdiam manja,
namun hati yang bicara
Seandainya tegur sapaku
menjenguk rindu dalam diam
akankah kusimpan di tamaram
memendam diri bersemayam
berkabut mentari dalam suram
tentang rindu yang terpendam
#RuangRinduBersyahdu
Sabtu, 230219/ 13.30 wib siang
MAWAR TAK BERKILAU HIJAU
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Sekuntum mawar yang kau sematkan kemaren
Tak mengkilaukan dedaunannya
Hijau menjadi kering
Bukankah duri- duri penajam cinta
Telah menusuk tajam kaku membeku
Seperti tersayat, hati terpahat tajam menguat
Tak terlihat lagi senyum yang terjerat
ikatan sudah tak menjadi syarat
#MedanCity
Kamis 210219/14.40 wib
SENYUM KASWARI SI GADIS MANJAKU
Disini aku bersinggah
menghias rindu
disenta kasih
Sedang kan kinantan jua
tak bersemayam dalam
tepisan penghias si penghibur
malam
kau yang tak menuju
kabarmu
masih bergumam rindu
dan aku masih
bergumam jua
bercengkrama sendu
duduk berdiam manis
bersama si gadis manjaku
Dini Azmiranda Sinaga
#DudukBersentaKasih
#TanjungBalaiSumut
Minggu 170219/ 16.00.wib sore
By : Julinar Sinaga
#Juliet/ #BidaraJingga
KEJORA SEMBUNYI BERKASIH
Aku yang masih bersinggah
Sekejap
Bersimpuh damai
Terjerat dipenantian semu
sedang kau tak terlihat
Bersembunyi diri
dibalik kehampaan
yang tak pasti
Minggu 170219/ 22.23 wib malam
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
TERKENANG SUDAH DALAM SENYUM HADIRMU
Bukan terasa asing aku di kota ini
Karena kutauTuan tak bersinggah lagi
dan aku kebingungan
Apakah mimpi semalam
atau bayangan tersimpan?
Ah..tak ada lagi kulihat
gurauanmu sesaat
Tak ada lagi bergumam
canda tawamu bersinggah
ku tantang hujan, kebasahan sudah
sekujur tubuh ini
Ternyata aku sampai dikota Santri
Sedang menuju pulang
alamat rumah
Istana kecilku
Minggu 170219/01.40 wib malam
By : Julinar Sinaga
#Julie/#BidaraJingga
USAH KAU LARA SENDIRI
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Dan ketika malam mengusikku
memanggil cinta disenta langit
bercahaya
Rindu berkasih penghias malam
bermanja lara dikesunyian
pada malam- malam
yang panjang
Dan aku lara sendirian
merajutmu di kesunyian
kelam
pada cahaya dikeremangan
malam
di titian panjang gemerlapan
percikan cahaya rembulan
dan bintang
Podomoro city, jakarta
Selasa 120319/ 21.00 wib
CAHAYA LANGITMU
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Bukankah malam
berkabut remang
Sedang kau pinang
diantara gemerlapan
Sinaran cinta
bertabur cahaya
Penghias dunia
bersujud surga
Podomoro city, jakarta
Selasa 120319/ 22.45 wib
DIRANJANG BERTIRAI KELAMBU SUTERA BERJINGGA
By : Julinar Sinaga
Bukan ku rayu mimpi
menjemput tidurku kini
di malam sepi hening menanti
karena ku tahu tidur malamku
hanya perahu cinta dari mimpi
kiasan berkemas sutera
Bukan kuhkayalkan
!kasihmu sunyi
ditepian malam yang panjang ,
sedang rembulan menjemput mesra,
diranjang tidurku bertirai selendang
Dan kepada malamku
yang senantiasa menantang
ketika tirai mengibar sutera selendang
seisi malam bergelut manja berdendang
terlena diranjang berkasih tirai
Akupun kini sedang terlena mesra
bertubuh cinta
merayu sunyi bersama mimpi malam
merajut sutera selendang mayang
bercadar mimpi bersemai perhiasan
Wahai malam bersinggah cinta
mimpi terlena bercumbu mesra
diranjang raga selendang mayang
bersutera
dekaplah tubuhku di ranjang kelambu
berjingga
Sabtu 230319 / 02.00 wib
Hotel Kaisar Duren Tiga Jaksel
PERAHU RINDU DI UJUNG SEBERANG
By : Julinar Sinaga
Bagaikan perahu bersinggah mengukir rindu diatas pasir pantai pesisir,
sejenak meninggalkan jejak berlalu pergi dalam sesaat.
Hanya keping kenangan membuai rindu di ujung senja, berlalu nakhoda bercumbu mesra pada bias jingga cahaya fajar di biduk purnama
Wahai ..muara kasih
datangnya malam menepik kabut,
puing di langit mendung sedang termenung.
singgahkan renggah camara, malam berhias
dentingnya sunyi, renjana menepi
bagaikan pungguk bersiul riuh di ujung perahu
sedang rindu kian beku di cumbui waktu
Andaikan senja dapat bersinggah merangkul birunya langit , tak kan sirna rembulan berkabut meninggalkan pergi purnama tamaram terkini
JS,BJ/150422/ Cipulir Jakael
DIBALIK KACA MATA BATHIN BIDARA JINGGA
Habis terkikis tanah airku..
dilalap ambisi sangar kuasamu
meratap pilu
Anak Negeri Bunda terharu
🇮🇩❤🇮🇩
Ini tanah air beta
Kau tumpahkan segala cara
Kau jerat mati memangsa
dalam caramu sepenggal dusta
Bumi Persada
Sumpah Tak Rela
🇮🇩 By🇮🇩
Julinar Sinaga ❤Julinar Sinaga
#Juliet
#BidaraJingga
Kamis, 11Juli2019/14.14 wib
Mesjid Raya Medan Sumut
LANGIT MEMERAH BUMI MENGGERAH
By : Julinar Sinaga/ #BidaraJingga
Aku tak meninggalkanmu dalam sekejap
dan tidak juga melihat arah mata angin
menyelinap beranjak rapuh tersapu badai
dalam hempasan kandang dunia terlaknat
Walaupun kardus- kardus dibianglala
tak terlipat dengan rapat
Akan terjerat mulut cukong-cukong
terlaknat
para penjilat dan pengkhianat duduk
merapat membingkai diri
terpingkal ngakak tak terlihat tak tercuat
Biarkan kotak- kotak gentayangan berkeroposan ditempat persembunyian
Biarkan tikus- tikus celurut bergantungan
membingkai kardus ditempat pemukiman
Jika langit tak menghantarkan cerah
meranjau kursi menggerah
Tapi terik akan memanas di dahaga
saku memerah
dan bumi akan menghantarkanmu
dikediaman tanah meraga menjadi marah
Punahlah sudah ranjau kekuasaan
dan Tuhan akan mengasingkanmu
dalam sekejap binasa berlalu
dipemukiman lahat menjadi bangkai
dalam rahang sara kemunafikan
semakin memanas, membara
berserakan,membusuk di tanah gersang
02 Juli 2019/ 15.00 wib,
#MerdekaWorkMedanSumut
MENGHUNUS MENTARI
Dalam diamku ada amarah
Amarah bergelora menari- nari
Belati ditangan kanan
Menghunus mentari dalam bingkai gelap
Pusara tak bernisan saksi bisu
Tubuh- tubuh suci tersungkur
Terkoyak
Mencium bumi
Belatiku kan tetap terhunus
Padamu mentari
Hingga sinarmu sirna dalam balutan hina
Tertawalah
Menarilah
Diatas airmata,darah tak bertuan
Padamu rembulan belatiku kan merobek tubuhmu
Pada ngarai belatiku kan mencencang anggunmu
Belatiku kan tetap menari- nari hingga kau terdiam
Berselimut hitam dalam lorong nista
Terhapus namamu bersama rintik sang mega
LB
Pondok Gede
26 juni 18
13:51
TERHEMPAS DI RIMBA SEPI
By : Julinar Sinaga
#BidaraJingga
Terlarut Aku dalam kesendirian
Ketika alam mengajarkanku
jauh di kesunyian rindu
Disini aku bertahta jua
membezukmu..merayumu..
melepaskan segala ke Akuanku
di semai hijaunya alam
dedaunan
di belukar semak berduri ku
terpatri
meraihmu sebagai Pemuja
mimpi
Selaksa syahdu menyebut
namamu
Rindu membuai di penghujung
waktu
Lara nan sunyi, rebut jiwaku
di rimba sepi
#PantaiTakBertuan
Namurambe Sumut
26Juni2019/11.15 wib
#PuisiTragediMati21_22Mei2019
PAPAN NAMA BERJIHAD SYURGA
By : Julinar Sinaga/#Juliet
#BidaraJingga
Aku adalah jejakmu yang tertinggal
Yang saat kemaren masih bertitip pesan
yang saat itu masih porak poranda
bersinggah diri dikeributan ramainya
malam jakarta
Kau bagaikan nuklir terhempas
diperempatan
Kita beriak bagaikan memecah suar
bom atom kandas pecah terhempas
memekik telinga berperan senjata
berhamburan lalu lalang
jasad- jasad anak merdeka
Kau yang masih kukenang kini
Sahid dalam keadilan tinggi
Elok rupa ditengah denting demokrasi
menguak Takbir berjihad menyebut ilahi
Bagakan misteri sejarah berambisi
Dan aku yang masih tertinggal
mengenangmu disini
berdamai jakarta menyanjung doa
titipan sama dikemaren senja
Masih kusimpan dalam amanat
merah putihmu diam tersapu erat
merekat kuat mengabadi resmi
dipengadilan tinggi dipemusiman
riuhnya kota Jakarta
Dan aku yang masih tertinggal
Bersenja duka mengukir nama
merangkai bunga sejarah merdeka
di papan bunga berjihad syurga
#TamrinSarinahJakarta
21-22 Mei 2019, Jakarta
TAK KUTEMUKAN KABAR
BERITAMU
By : Julinar Sinaga
#BidaraJingga
Kepada malam
aku hadir
mempersuntingmu
pada sunyi siasat kini
Bukankah jejak kenafsuan
masih memikatmu
mengalir bagaikan berkain
sutera
digulung salju
Hingga kini
aku masih terhempas
terjerat lukisan kalbu
yang kau persunting
memikatku bersama
kalimat rindu
Aku yang masih
menunggu kabarmu
dalam kealfaan
yang tak pernah lagi
terlihat dan tersurat
Bagaikan berdiam jiwa
mati raga membinasa
dan rindu sedang terlena
bersama duka
kau bawa pergi ntah kemana
#MedanCity, 220619/00.00 wib
SURAT UNDANGAN UNTUK KEADILAN
By: Julinar Sinaga/Juliet
#BidaraJingga
Indonesiaku Merindu
Indonesiaku memintamu
Indonesiaku mengharap ada gerak dihatimu
Agar pesan ini tersampaikan pada keadilan
Terlalu belia usia akalmu
harus kau persuntingkan dengan
keserakahan
menghitung satu dua rupiah
menghentikan nafas dikerongkongan
rakyat
Berjuta istilah kau puja
menimbun ragam fakta
mengubur jujur sebagai mayat yang dihujat
Keadilan engkau anggap aurat
kau biar tersapu pekat
kau redam dan kau tutup rapat
hilang bersama suara-suara laknat
Kenangmu pada hujan
sebagai danau basah yang dulu kering
Tak lebih hanya kenang pada jerami
daging pada duri
hening pada pagi
Diatas kata ketidakadilan
kau pulas pejamkan mata
merenggangkan segala sendi kecurangan
merangkumkan kegalauan rakyat
melihat fenomena yang tak terhenti
Mungkinkah...
Ada tempat untuk keadilan singgah
di negeri ini
Meski hanya sejenak melepas lelah ?
Keadilan sudah jauh berkelana
tinggalkan negeri
Bukan ia tak mau kembali
Namun saat keadilan kembali
Memijakkan kaki di tanah air
Ia akan diusir jauh
tanpa arah, tanpa tempat untuk bersinggah
Jangan sampai adil itu lupa tanah air
menyebut negeri ini,negeri tempat
keadilan dipuja
seperti musafir yang kadang singgah
berlalu pergi
Jika keadilan itu bisa dipanggil
dirayu kembali dengan satu keping koin
Rakyat negeri ini telah memberi bukti
memanggil keadilan untuk kembali
biarlah tangan rakyat yang berbuat
bila tangan yang kami pilih, lumpuh
bila bicara adalah dosa
bila berbeda adalah salah
bila pendapat tak lagi bermakna malah dicerca
Bukankah keadilan yang bisa membela
(Tunjukkan keadilanmu kepadaku)
Salahkah bila demi keadilan
Harus dikumpulkan koin koin persatuan
dihimpun dan diberi pada penjaga
pintu masuk negeri
Agar keadilan tak lagi dihalangi
Agar keadilan tak lagi menjadi tamu
musiman
Negeri ini
mengundang keadilan
lewat sebuah undangan resmi
yang ditandatangani rakyat
dalam sebuah amplop
bertuliskan kami rindu pada KEADILAN
#GalelryRahmatMedanSumut
Minggu, 160619/ 21.22 wib
SENJA BERKELANA
By : Julinar Sinaga
#Juliet / #BidaraJingga
Kemana lagi kau pergi
Sedang waktu tersembunyi kini
Sedangkan langit memutar senja
membatas awan dipelangi jingga
Bukankah cinta
mengintaimu di senta berlangit senja
Bukankah dunia
sedang membentangmu di ufuk surya
Kadang kau pergi tanpa permisi
kadang kau bersembunyi
berkelana kembali
tak bersinggah pamit padaku
tak tahu aku cara mengintaimu
Kepergianmu membatas jarak
di ujung waktu pelangi surya
ditabir langit bercahaya jingga
sedang rindu terfana melintas duka
dibalik senja cinta masih berkelana
#DipilarTrotoarSenja
Selasa 120609 /18.00 wib
KEPADA MALAMKU
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#BidaraJingga
Aach..gemercikmu
melewati di kaki langit
remang tepisan
menjilir halilintar
basah, aku kedinginan
Pekik si anak malang
mendekap dipelukan
Ibu, hangatkan kami
yang sudah haus
terbentang air susumu
Rindu menyatu
mendekap di bait
doa- doa
mencumbu lenganmu
merayu dipundak
bahuku
memikulmu
10Mei2019/00.00 wib, kisaran Sumut
AMANAH IBU PERTIWI
By : Julinar Sinaga
#Juliet/#Bidarajingga
Nak...
Kau adalah nafas ibu pertiwi
Perjuangan penerus negeri
Jika kau pahami
Kutitipkan Negeri ini
untuk penerus masa diakhir zaman..
Tetaplah berjuang..!
Selamatkan negeri ini dari
kekeliruan orang- orang berisik
Pertaruhan penguasa zaman
Sebab negeri sedang terancam.
Panglima polem,
10 mei 2019/03.03 wib, kisaran Sumut
DI PEMAKAMAN RINDU
By : Julinar Sinaga
#BidaraJingga
Kau seperti menyematkanku
bersemayam di pemusiman
pemakaman RINDU
Menabur kemboja
bertahta Suci, mewangi
tak ternoda
Pusara kasihmu,
sunyi...
hilang tak kembali
bersemayam kita
di nisan cinta
berlalu singgah dan
pergi
tanpa permisi
Ruang Rindu/ 280719/04.00 wib, Medan
LANGIT ITU MEMERAH
By : Julinar Sinaga
Masih terasa pagi
kupandang langit seperti garang
terangsang
memerah tak seperti dihari lalu
Alam semakin gersang
dan bumi pun tak lagi riang
Ah..Alamku sedang marah !
Dan perut bumi mau pecah !
panas...panas...panas !
hawa memanas ...
seisi badan manusia
terasa gerah
kelakar manusia mendurja
menjadi laknat..
Inikah ambisi dunia
Lorong- lorong bertarung
Berkuasa
Dan dewa- dewa
mempertontonkannya
Dan angkara murka
menantangmu dalam garang
dalam kebisingin matahari kesiangan
Bandar Tinggi, 24 Juli 2019/ 10.00 wib
Sumatera Utara
Album puisi Bidara jingga
KAU LELAKI SUNYIKU
By : Julinar Sinaga
Kau adalah lelaki sunyiku
yang ku pekik di negeri pantai
di laut membiru
diam seribu bahasa
bagaikan sengsara jadi merana
Kau adalah lelaki sunyiku
Aku yang kau tinggalkan
bagaikan jeritan seisi pantai
beriak dendang ombak meradang
jeritan hati tak terusik kini
bagaikan lenyap hambus tak.bertuan
Kau adalah lelaki sunyiku
Sampai kapan engkau sisihkan
mahar senyummu dialun kerinduan
malam- malamku ,
bersama mentari pagi
merayumu dalam sunyi
Membisu,, membatu bagaikan
pungguk merindukan bulan
dan purnama sunyi redup tak mengusik
senyumku kini
dan kau sabit seperti di lalap angkasa
seisi jagat raya menenggelamkanmu
di angkara murka menjadi debu
Aku yang kau abaikan
telantar sunyi dipahat peti mati
mengubur diri dipantai kasturi
jeritanku kini berirama meratap sepi
mencibir langit di rangkai puisi hati
dan kau tak berpesan dilahap
misteri ambisi
Ancol, 081118/20112020 JakBar
Puisi: Bidara jingga 2020
DERU DEBU DI HAMPARAN RINDU BERKASIH
By : Julinar sinaga
Di saat rindu sedang menguak hasrat
dalam nyanyian sunyi di pesisir pantai
Tak ada yang tahu jerik pekikku kini
menerpa tabir di hempas riak gelombang
mengalun derai angin laut nan memukau
Hanya kepadamu Tuhan pengasih rindu
hanya kepadamu lautan maha membiru
hanya kepada gelombang nyanyian pantai bersyahdu
seru debu dibutiran pasir kupekik rindu
di pantai pesisir
Percikan pasir putih mendera debu
hingga tersapu muka di wajah pucat pasi
haus akan belahan- belahan jiwa yang lara
desah- desuh alunan angin sunyi membara
Kemana pergi kicauan si burung elang
seperti berita duka ia pun usai meradang
apakah aku harus diam dalam peluh
menatap awan?
sedang pasir masih memutih
menyembunyikan cahayanya kini
dalam butiran mutiara dikilauan sinarnya
Hanya desiran pantai mengalun sejenak
terdiam dalam pukauan gemuruh
gelombangnya
yang tahu senantiasa resah seribu kata
di kalimat rindu yang memuja
sang maha dewa
Ancol 08092020 Jakarta Barat
·
Album puisi : Bidara jingga 2020
Teka- Teki Pandemic
By : JULINAR SINAGA
Berawal matinya seorang jenderal
lalu adidaya dan adikuasa tembakan rudal
mengklaim kebenaran
Sampai tiba- tiba kau muncul di wuhan
langsung menyebar
12 anggota senat meninggal
Kota mati di setiap wilayah
kau renggut ribuan, jutaan nyawa
dari awal tahun hingga kini
Teka- teki semakin pelik
Resesi membawa paceklik
kuinta akhiri semua ini,
oh ..pandemic
Slipi pertamburan,25082020/Jakarta
Album puisi: Bidara jingga 2020
PEREMPUAN SUNYI DI TITIAN PELANGI
By : Julinar sinaga
masihkah senja mengintai wajah
perempuan sunyi
diterpa si rambut mayang terurai
dalam harum semerbak kejora
sunyinya romantisme malam
Masihkah terpukau warna senja
yang hampir tenggelam di ufuk barat
sedang perempuan sunyi duduk manis
terdiam, saat waktu hampir tenggelam
dan mataharipun mulai terbenam
Masihkah ada kau sisakan rindu bertabir
sedang hari semakin gemerlap,
hanya gairs- garis pejingga masih mengukir
diangkasa langit menerpa cahaya
Bukan jauhku dalam sunyi menghitung jarak
merenggang asa dalam sirna sedetik malam
aku hanya diam sesaat menanti kabar seroja
yang harum dibilah rindu rembulan punama
Biarkanlah waktu mengalir diterpa zaman
Biarkanlah senja menabur pelangi dikaki
langit cahaya jingga
karena cinta meninggalkan sketsa asmara
kenangan menabur asa, pada hati insan manusia
Tamini,08082020/Jakarta Timur
Album puisi #BidaraJingga2020
KENCAN DI LENGGANG MONAS
By : Julinar sinaga
Kau kah itu kawan
berbisik- bisik sepakat di siang sore
sambil duduk bersantai
menyantap es kelapa muda
terbersit sedikit berapa harga pinangannya
Sepakatkah..? sepakat..!
itu yang terucap sepakat bersama
nyantai berbisik harga di pinang
bersanding malam senyum setimpal
Lenggang- lenggang si anak kencan
yang muda basah berpatokan
yang tua teken jemari bersetawaran
syah !.. syah !.. syah !...
Kontrak lencana mulai aktif berperan
Mau kopi kah lagi kawan !
tentang bubuknya jangan diragukan
tawaran manis ada gula melarutkan
begitu kau minum segelas kopi manis
di lenggang meja tempat penawaran
bubuk kopi yang dihidangkan
menyisakan pahit di cangkir kopi
bubuk nan hitam
Lenggang Monas 09092020/Jakarta
Album puisi : Bidara jingga 2020
SECANGKIR KOPI TUAH PERINDU
By : Julinar Sinaga
Adakah sepotong rindu yang tersisa
untuk kita berkencan mata diatas meja
Aku tak butuh kedipan matamu
rayuanmu bukan hanya pelantun sesaat
yang bersinggah di sore senja berpasrah
Aku hanya butuh aroma harummu
yang mampu merayuku , memikatku
dengan kehangatan kenikmatan rindu
dengan seduhan secangkir bijian kopi
yang kau ramu dibibirku pemalu
Aku hanya butuh sepi
karena sendiri itu tidak mati
sendiri itu mampu merawat rindu
dalam nikmatnya rindu secangkir kopi
menghangatkan tubuhku si tuah perindu
Cirendeu permai,05112020/jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar