Pusai ( Puisi Bonsai )
BISMILLAH WASYUKURILLAH
Duhai kekasih
Ayo bertasbih
Berdoa sahih
Tauladan terkasih
Di senja jingga
Pelangi memega
rindu kian dahaga
Tangisan pujangga
Sajak sendu biru
Desir angin merayu
Napas cinta memburu
Memeluk mata sayu
Kidung malam azali
Tiada tersesali
Meraut Alqur'ani
Perekat nurani
Sejagat raya
Tepis dunia maya
Luahkan daya
Menuai upaya
Alhamdulillah
Wasyukurillah
Nikmatnya islah
Bismillah.
Cepu 10-1-2019
Retno Rengganis.
PERIH
Kini musim telah berganti
Jiwaku telah kau kubur sekian masa
Di musim daun daun gugur
Kau begitu mudah melupakan bahwa aku tercipta seperti edelweis yang kau petik
Rasanya baru kemarin kita menjajaki riak di pinggir pasir
Kau bilang aku cantik berkerudung hitam
Dan...
Kini engkau mengingkari
Sendiri aku
Berlalu kamu
Cepu 12-4-2018
Retno Rengganis.
Permohonan
WISH
Bulan merintih-rintih
Menggantungkan rindu di cakrawala
Adakah bintang memeluk sayang
Jika dingin malam telah percikkan embun beku?
Matahari oh matahari
Adzan bergema di gaung lembah
Memantul indah pada labirin sepi
Seribu tangan-tangan i'tikaf
Pada doa-doa puisi
Yang disyairkan para sufi
Semesta dalam ridho Ilahi
Ciptakan syair sepoi mangir
Hingga pada titik akhir
Tetap zikir.
Cepu 16-5-2018.
RETNO RENGGANIS.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
MENJELANG RAMADHAN DATANG
Menghitung bintang mencari cerlang
Ramadhan datang menjelang
Sambut menyambut ujian besar
Lapar haus tetap sabar
Kau terus membayangiku
Seperti sajak bait-bait firman-Mu
Tarawih selaksa doa-doa surga
Yang aku cari seribu satu purnama
Kupetik serumpun bunga putih
Saat takbir dan tasbih merintih
Menyusuri jejak siang, malam, pagi berkabut
Mencauk bening ramadhan bersambut
Kau menghampiri
Aku tak mengingkari
Ramadhan harus diawali untuk diakhiri
Fitri
Cepu 19- 5- 2018.
RETNO RENGGANIS.
DOA ANAK NEGERI
Ya Alloh....
Lindungilah negeri ini
Dari badai cerca porandakan jiwa
Kasih ditenggelamkan
Sayang terbabat pedang melayang
Peradaban hilang
Ya Alloh....
Lindungilah bangsa ini
Dari lantang pikang saling mendugang
Karena selayang pandang secarik kertas
Tertulis bait-bait sajak i'tikaf yang salah tempat
Atau salah ucap!
Sehingga anak-anak negeri pada sekarat
Lupa akan martabat
Ya Alloh....
Lindungilah Indonesiaku tanah tumpah darahku
Dari pikuknya menghadapi pesta demokrasi
Dalam hiruk pandainya bibir berdiplomasi
Saling cerca beradu argumentasi
Menikam membuli
Ya Alloh....
Agar tiada tumbuh saling benci
Tolong kunci mulut-mulut penghancur bumi
Dan, tumbuhkan tunas-tunas cinta di dada puisi
Anak-anak negeri.
Cepu 4-4-2018
RETNO RENGGANIS.
TERMAKAN MANTRAKU
Jarum-jarum hujan bulan april
Menikam dada bagai lancip belati
Mengucurkan darah nista curahan awan hitam
Memetik sekuntum melati mengunyah getirnya
Tanpa perduli lidah terlanjur mengucap kidung mantra
Ini baru awal dimulai
Perseteruan susunan bait-bait sajak
Mencerca tanpa pikir
Sedikit mangkir
Terdakwa!
Kembali hadir mencengkeram jiwamu
Menjadikan budak diantara budak istana
Usah terpaku
Sebab ini maumu
Sang aku tetap membidik sukmamu
Jarum-jarum hujan bulan april
Itu catatan kembalinya dendamku
Menenggelamkan nyawamu
Pada buku-buku waktu
Cepu 3-4-2018
RETNO RENGGANIS
TABIR TAHUN 2018 – 2019
Kaki-kaki melangkah di atas titian waktu
Seperti menjingkrak tak menentu
Kubangan air dan duri-duri tajam berserakan menenggelamkan
Bagaikan gunung salju runtuh
Berceceran peluh menjadikan jiwa-jiwa dingin akan akhlak
Manusia seperti anai-anai otak mengkerut napsu tak beringsut
Kehidupan semrawut berselimut kabut
Pijak berdiri tak dapat ditoleransi
Mengambang bagai perahu goyang
Semua akan berubah dan hilang
Dalam segi sudut pandang bukan curang
Memang siklus hidup sudah di ambang remang
Air mata darah keluar seperti najis
Mengotori teriakan-teriakan histeris
Namun tetap saja rasa menjadi bara
Kobaran dendam sirna beralih menjadi kanibal sesama
Aku menangis di sudut sepi yang hening
Dengan sederet catatan-catatan membuatku pening
Butiran-butiran bening terus runtun luruh
Mengapa semua ini harus tertempuh?
Tiada dapat aku hentikan kecuali percaya akan firman
Dan perkuat benteng iman
Lari pun tak dapat menghindari
Semakin histeris pasti kau akan harakiri
Ini catatan secuil peringatan di buta malam
Menyesak menyedak tiada tertahankan
Kini daku beberkan untuk menohok kalian
PERLU KAU INGAT!
Air ... akan meluap membikin senyap
Tanah ... terbelah terbagi entah antah berantah
Darah ... fitnahan tak terarah meluber geger
Mata hati ... hitam parah dan punah
Ya ... satu satu kembali pulang hilang
Sungguh aku menyerah akan mata batinku
Yang sorotnya menyusup ke belahan waktu
Cukup sudah aku meraba-raba adanya
Lorong rahasia pintu tabir semesta
Aku tak mau ...
Usah terus kau dorong membawaku hijrah
Aku benar-benar sudah lelah dan menyerah
Cepu 27-3-2018
RETNO RENGGANIS
Hari yang penuh tanggis... Semoga kalian mengerti dan memahami catatanku ini all
Kolaborasi ARahim Eltara dan Retno Rengganis
SERAT JINGGA PENAUT JIWA
Surat Warna Jingga
1/
Surat ini kutulis dengan linang cinta dari mata air kalbu, tanpa aku tahu pasti akan sampai keharibaanmu
2/
Kiranya kita sepakat untuk menyeduh segelas rasa sampai usia membungkus raga
3/
Kalau Tuhan mengijinkan, usai senja aku datang dengan segenggam cinta, untuk meminangmu menjadi istriku.
NTB 23-3-2018
ARahim Eltara
BALASAN SURAT WARNA JINGGA
1/
Surat ini kutulis dengan getar asmara sendu
Tetes air mata melarung bait-bait syahdu
Kepangkuan rindu kasihmu
2/
Kiranya kita sepakat menimang segelas cita cinta sampai akhir cerita
3/
Kalau Tuhan meridhoi dengan mangkuk lekuk kutekuk sujudku
Menengadah madah doa
mengamini dikau menjadi suamiku.
Cepu 23-3-2018
Retno Rengganis
Kecelakaan hati LUKA DI ATAS LUKA
HEART ACCIDENT
Tiap musim adalah nadi
Mematik nyala abadi
Debaran dada ini
Sorot mata menorehkan luka
Sepanjang lorong-lorong hampa
Atasku yang tertikam lara
Tubuhku dibantai
Rasaku dicerai berai
Kau masih belum juga berhenti bertanya
Ada apa?
Mengapa?
Sementara ceceran hina adalah darah!
Tak perlu engkau menangisi rasaku
Walau anak panah itu telah menembus nuranimu
Terlambat, sebab aku sudah sekarat
Namaku yang telah engkau enyahkan dari negeri lakak
Hancur berkeping, ingin engkau punguti?
Apa yang engkau kehendaki atasku
Akan kau jadikan sebuah boneka mainan di negeri dongengmu?
Ora sudik!
Gelo rasa hati
Keronto - ronto perih menguliti
Ngilu dan gigil panjang
Diriku terlanjur mati kau rajang-rajang
Dalam telanjang!
Cepu 12-4-2018 .
RETNO RENGGANIS.
SECANGKIR TEH MEMORI
Secangkir teh di pagi hari
Mensajakkan kidung rindu
Meramu semu
Aroma mangkir di bibir cangkir
Seruput katup senyum cemberut
Lalu menjelma bayangan di balik kabut
Melintasi ruang imajinasi
Ada wajahmu tak asing lagi
Memetik selarik kidung simfoni
Kuketuk debar dada
Lirih senandungkan melodi jiwa
Ada sekantung memori di sini
Rindu yang dingin
Secangkir teh yang ingin
Menjelma hidangan cinta
Dari tiap reguk adalah puisi lusa.
Cepu 12-4-2018
RETNO RENGGANIS.
RETNO RENGGANIS |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar